Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners Keperawatan Jiwa
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2013
A.
B.
PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian a. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami/beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri (Carpemito, 2007). b. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart dan Sundeen, 2007). c. Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Dalami dkk, 2009). d. Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/ evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif dan bila tidak dapat diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis (Suliswati, 2005). e. Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi, misalnya korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009). 2. Rentang Respon Konsep Diri Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah transisi antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif. Penjabarannya adalah sebagai berikut. a. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses. b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya. c. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
d.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspekaspek identitas masa anak-anak kedalam kematangan kepribadian oada remaja yang harmonis.
e.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri tidak nyata dan asing baginya.
3.
Faktor Penyebab a. Faktor predisposisi 1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. 2) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu. 3) Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. b. Stresor pencetus Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan elsternal, yaitu sebagai berikut: 1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan. 2) Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya seperti frustasi. Ada tiga jenis transisi peran: a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b)
Transisi
peran
situasi anggota
terjadi keluarga
dengan melalui
bertambah kelahiran
atau atau
berkurangnya kematian. c)
Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh: kehilangan bagian tubuh: perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis, dan keperawatan. 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan bervariasi antara individu satu dengan lainnya, tetapi biasanya dimanifestasikan sebagai berikut. a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/ tindakan, misalnya: malu karena alopesia setelah dilakukan tindakan kemoterapi. b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik, mengejek diri sendiri. c. Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apaapa, saya tidak mampu. d. e. f. g. h. i. Gangguan hubungan sosial. Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan. Mencederai diri Mudah marah, mudah tersinggung Apatis, bosan, jenuh dan putus asa Kegagalan menjalankan peran, proyeksi (menyalahkan orang lain).
Berdasarkan pengertian, rentang respon, penyebab, dan tanda gejala harga diri rendah di atas, maka dapat disimpulkan proses terjadinya masalah klien mengalami harga diri rendah situasional biasanya diakibatkan oleh koping sesorang yang tidak efektif dalam menghadapai masalah gangguan citra tubuh atau gangguan identitas personal. Bila, sebagai contoh, seseorang mengalami perubahan fisik akibat kecelakaan yang menimpa dirinya sehingga salah satu anggota geraknya harus dilakukan amputasi, maka dalam situasi tersebut secara tiba-tiba klien merasa harga diri rendah. Bila masalah tersebut tidak diatasi
dengan baik oleh klien kemungkinan akan menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya dan timbul keputusasaan. Proses terjadinya masalah tersebut secara ringkas dapat ditampilkan dalam pohon diagnosis.
C.
D.
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI Masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Harga diri rendah situasional Keefektifan koping Gangguan citra tubuh Gangguan identitas personal Ketidakberdayaan Keputusasaan
Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah situasional sebagai berikut. 1. Data Sujektif: Contoh: Setelah kaki saya diamputasi saya sudah tidak berharga lagi.
Saya tidak mampu menjadi atlet yang dibanggakan keluarga setelah kehilangan kaki saya. Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala keluarga lagi. 2. Data Objektif: a. b. c. d. e. f. g. h. E. Perasaan negatif terhadap diri sendiri Menarik diri dari kehidupan Kritik terhadap diri sendiri Destruktif terhap diri sendiri dan orang lain Mudah tersinggung/ mudah marah Produktivitas menurun Penolakan terhadap diri sendiri Keluhan fisik
DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS 1. 2. 3. 4. 5. 6. Harga diri rendah situasional Ketidakefektifan koping Gangguan citra tubuh Gangguan identitas personal Ketidakberdayaan Keputusasaan
F.
Diagnosa keperawatan Tujuan Harga Diri Rendah Situasional Tujuan jangka panjang : Harga meningkat diri klien dalam
Kriteria Evaluasi Selama 1x45 menit interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat: Ekspresi wajah bersahabat,
intervensi
menunjukan rasa senang, ada kontak tangan, mata, mau mau berjabat
menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, masalah mau yang
mengutarakan Tujuan jangka pendek: 1. Klien megidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki dihadapi
dapat 1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki : a. Kemampuan dimiliki klien. b. Aspek positif keluarga. yang
1. Identifikasi
kemampuan
dan
aspek
positif yang masih dimiliki klien. Untuk dapat membantu klien menggungkapkan kemampuan dan aspek positf yang dimiliki sperti: mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah
kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan dirumah, ada keluarga dan lingkungan terdekat klien
2. Keterbukaan
dan
pengertian
tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah. Pengertian yang untuk tentang diri kemampuan memotivasi
dapat digunakan.
mendiskusikan kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini, bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
dimiliki tetap
mempertahankan
diungkapkan klien, perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif. 3. Klien dapat 3. Selama 1x45 menit interaksi, klien dapat menetapkan 3. Membantu menetapkan kemampuan, klien dalam kegiatan seperti: memilih/ sesuai
dirinya sendiri.
3. Klien
adalah
yang
mendiskusikan
sendiri.
dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan seharihari, bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri, memerlukan bantuan minimal
realitas
kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
dari keluarga, dan yang dibantu total. 4. Klien dapat melatih 4. Selama 1x45 menit interaksi, klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan. 4. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih seperti: sesuai dengan kemampuan, dengan klien 4. Memberi kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan
mendiskusian
untuk menetapkan urutan kegiatan yang akan dilakukan dan klien memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan.
5. Klien merencanakan
klien
agar
kegiatan dan
Daftar Pustaka Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Info Media.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.