You are on page 1of 22

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebutuhan seksualitas merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan 2 individu secara pribadi yg saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut Seksualitas meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata. Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks. Mengawali diskusi tentang topik seksual yang relevan dalam perkembangan dan status kesehatan terakhir klien adalah bagian dari peran dan membantu dan fungsi pengajaran pelatihan perawat. Permulaan seperti ini dapat membantu klien merasa lebih nyaman dan megungkapkan perhatiannya. Namun demikian, banyak pemberi perawatan kesehatan kurang meengetahui, merasa nyaman, dan kurang percaya diri dalam megemukakan masalah seksual. Untuk mendiskusikan masalah seksualitas, dalam praktik keperawatan harus mempunyai dasar pengatahuan yang diperlukan, keterampilan dalam pengkajian dan komunikasi, serta sikap merawat yang sensitif. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yaitu : - Mengetahui konsep kebutuhan seksual - Mengetahui perkembangan seksual - Mengetahui sikap dan respon seksual - Megetahui faktor dan masalah-masalah yang berhubungan dengan seksual - Mengerti dan memahami bagaimana proses keperawatan terhadap perubahan kesehatan seksual - Dapat membuat asuhan keperawatan terhadap masalah-masalah kebutuhan seksual

1.3 Masalah - Bagaimana konsep kebutuhan seksual? - Bagaimana sikap dan respon terhadap seksual? - Bagaimana kebutuhan seksualitas berdasarkan tingkat perkembangan? - Apa saja faktor dan masalah yang berhubungan dengan seksual? - Bagaimana proses keperawatan terhadap perubahan kesehatan seksual - Bagaimana asuhan keperawatan pada klien terhadap masalah perubahan pola seksual?

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep tentang Seksualitas 2.1.1 Pengertian Seksualitas Seksualitas sulit untuk didefinisikan karena seksualitas memiliki banyak aspek kehidupan kita dan diekspresikan melalui beragam perilaku. Seksualitas bukan sematamata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah didefinisikan sebagai perintregrasian aspek somatik emosional intelektual dan sosial dari kehidupan seksual dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta. Banyak orang salah berpikir tentang seksualitas hanya dalam istilah seks. Seksualitas dan seks bagaimanapun adalah sesuatu hal yang berbeda seks sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik sesorang itu pria atau wanita. Seksualitas dilain pihak adalah istilah yang lebih luas, seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan atau sama dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerak tubuh, etiket berpakaian, dan perbendaharaan kata. Seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup ini sering berbeda antara pria dan wanita. Seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Pengaruh dan pengalaman ini berbeda antara pria dan wanita. 2.1.2 Dimensi Seksualitas a. Dimensi sosiokultural Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan cultural yang menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman cultural secara global 3

menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma dan menghadirkan spektrum tentang kenyakinan dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama pacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam berprilaku seksual, dengan siapa yang orang menikah dan siapa yang diijinkan menikah. b. Dimensi Agama dan Etik Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal. Beberapa pendekatan umum terhadap pembuatan keputusan seksual etik disarankan oleh Masters, Johnson, dan Kolodny, (1982). Dalam suatu pendekatan, keputusan seksual didasarkan terutama pada agama, apa yang dianggap orang benar dan salah secara berbeda terhadap nilai, perilaku dan ekspresi seksual yang dapat diterima (Zawid, 1994). Pendekatan kedua memandang setiap tindakan seksual antara orang dewasa yang cukup umur dalam kehidupan pribadinya sebagai moral. Sebagian orang percaya bahwa moral seksualitas meningkatkan pertumbuhan pribadi dan hubungan interpersonal. Sedangkan orang lain memandang moralitas tentang tindakan seksual harus diputuskan dengan dasar situasi dimana hal tersebut terjadi. c. Dimensi Psikologis Seksualitas mengandung perilaku tertentu yang dipelajari. Apa yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan mengamati perilaku orang tua. Wanita didefinisikan oleh hubungan dengan orang lain sementara diri pria didefinisikan oleh perpisahan dan individualisasi. Riset telah menunjukkan bahwa orang tua cenderung memperlakukan anak perempuan dan laki-laki secara berbeda, mendekorasi kamar mereka secara berbeda, dan berespon terhadap mereka pun berbeda. Mereka memberikan dorongan dan penghargaan kepada anak laki-laki yang melakukan eksplorasi dan yang mandiri; anak perempuan yang didorong untuk menjadi penolong dan meminta bantuan (Denney &Quadagno, 1992).

2.1.3 Orientasi Seksual Orientasi seksual merupakan preferensi yang jelas, persisten, dan erotik seseorang untuk jenis kelaminnya atau orang lain. Dengan kata lain orientasi seksual adalah keteratarikan emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang yang bertahan lama terhadap orang lain. Orientasi seksual memiliki rentang dari Homoseksual murni sampai dengan heteroseksual murni termasuk didalamnya Biseksual. a) Homoseksual : mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang pada sejenis. b) biseksual : merasa nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin. 2.1.4 Variasi dalam Ekspresi Seksual a) Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jender nya berlawanan dengan sex biologisnya. b) Seseorang merasa terperangkap dengan tubuhnya yang tidak sesuai dengan perasaan seksualnya (disforia jender) c) Transvetit biasanya adalah pria heteroseksual secara periodik berpakaian seperti wanita untuk pemuasan pikologis dan seksual. Sikap ini bersifat sangat pribadi bahkan bagi orang yang terdekat sekalipun. 2.2 Perkembangan Seksual 2.2.1 Masa Pranatal dan Bayi a. Komponen fisik/biologis : sudah berkembang, b. Mampu merespon rangsang, misal : ereksi, pelumas vagina (saat mandi merasakan adanya perasaan senang) c. Komponen psikososial bayi : fokus kebutuhan rasa aman, nyaman, kesenangan, nutrisi. d. Berkembang rasa percaya. e. Respon terhadap interaksi figur orang tua. f. Mulai belajar jenis kelamin. g. Perkembangan psikoseksual (Sigmund Freud) : 1. Tahap oral

Umur 0-1 tahun : Kepuasan dicapai degan menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara. Misal : menetek, menghisap jari. Masalah : menyapih dan makan 2. Tahap anal Terjadi umur 1-3 thn. Kepuasan terjadi saat pengeluaran feses, kadangkadang mencoba memasukan kembali atau menahan feses, sering menjadikan feses sebagai mainan. Dapat dilatih kebersihan. 2.2.2 Masa kanak-kanak a. b. c. d. e. Dibagi dalam masa todler, prasekolah dan sekolah Biologis: struktur anatomi dan fisiologi terus berkembang Psikososial : mulai mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan Belajar perasaan diri melalui interaksi dengan figur orang tua Perkembangan psikoseksual : 1. ayah) 2. Pada anak laki-laki dekat dengan ibu, bangga terhadap penisnya. Pada anak perempuan dekat dengan ayah karena ayah suka mengagumi kecantikannya dan senang bermain dengannya. Tahap laten :Terjadi pada umur 5-12 thn. Suka berinteraksi dgn kelompok/sebaya. Dorongan libido mereda. Banyak bertanya masalah seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau berfantasi. Mulai memasuki masa pubertas. Tahap oedipal/phalik : terjadi usia 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada rangsang otoerotis : meraba, nikmat pada beberapa daerah. Mengidentifikasi jenis kelamin. berperan sesuai jenis kelamin. Menyukai lain jenis (laki-laki dekat dengan ibu, perempuan dekat dengan

2.2.3 Masa Pubertas a. Biologis: terjadi kematangan fisik (pubertas) dan kematangan psikososial (remaja). 1) Perubahan fisik Laki-laki : TB, BB, perkembangan otot, bulu, ukuran penis Perempuan : TB, BB, bentuk tubuh, ukuran payudara, menstruasi 2) Psikososial perubahan body image, perhatian besar pada perubahan fungsi tubuh, belajar perilaku pada kondisi sosial baru, konflik emosi (mudah tersinggung, malu, ingin dimengerti). b. Perkembangan Psikoseksuall. Tahap genital : Terjadi > 12 thn. Berespon thd sensasi menyenangkan / permainan erotis (fantasi, masturbasi). 2.2.4 Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur a. Biologis : umur 18-30 thn kematangan anatomi dan fisiologi, BB, TB dan kondisi tubuh. Perkembangan ciri seks sekunder mencapai puncak. Pertengahan umur : terjadi perubahan hormon, Wanita: penurunan estrogen, pengecilan payudara, cairan vagina berkurang. Pria : menurunnya reaksi ereksi, penurunan ukuran penis, penurunan produksi semen. b. Psikososial: - Intim dnegan lawan jenis, menikah, melahirkan, punya anak menyebabkan terjadinya perubahan peran - Interaksi seksual : kominikasi terbuka tentang seks dengan partner, pengetahuan yg baik tentang diri dan kemampuannya serta tentang partnernya. 2.2.5 Masa Dewasa Tua a. Biologis : Perempuan : atropi vagina, jaringan payudara, cairan vagina menurun, intensitas orgasme menurun

b. Psikososial :

Laki-laki : menurunnya produksi sperma, intensitas orgasme menurun, terlambat mencapai ereksi, pembesaran kelenjar prostat

- Masalah yg mempengaruhi perkembangan seksualitas: penyesuaian terhadap perubahan body image, penyesuaian terhadap perubahan dlm keluarga, status perkawinan, pensiun, perubahan fungsi tubuh, menurunnya mobilitas. - Bila pada masa dewasa tua dan lansia seseorang tidak mampu berespon positif terhadap perubahan maka orang tersebut dapat merasakan penurunan harga diri (HDR) dan kemudian menyebabkan isolasi sosial 2.3 Sikap dan Respon Seksual 2.3.1 Sikap Terhadap kesehatan Seksual Sikap yang ditujukan pada perasaan dan perilaku seksual berubah sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan seseorang sampai menjadi tua. Perubahan ini mungkin jadi lebih tradisional atau liberal karena perubahan masyarakat, umpan balik dari orang lain, dan keterlibatan dalam kelompok keagamaan dan komunitas Perbandingan Siklus Respons Seksual pada Wanita dan Pria a. Sikap seksual klien Semua orang mempunyai sistem nilai seksual yaitu keyakinan pribadi dan keinginan yang berkaitan dengan seksualitas yang didapat sepanjang hidupnya. Pengalaman ini membuat jadi mudah bagi klien untuk mengekspresikannya. Beberapa klien mungkin bingung tentang sistem nilai seksual mereka dan karenanya mengalami perasaan ambigu atau menegangkan ketika menghadapi seksual mereka sendiri. Memiliki kepercayaaan akan peran perawat yang mempunyai hak untuk menyentuh tubuh pasien, melakukan kebersihan diri klien, bias ini masih dimiliki sebagian klien. Maka mereka diharapkan dapat menekan seksual mereka sendiri. Tetapi, sejalan banyaknya pria yang memasuki profesi keperawatan, baik klien maupun pemberi perawatan mengalami konflik dalam praktik keperawatan. Perhatian utama tentang klien adalah apakah perilaku, sikap, perasaan dan sikap seksual spesifik adalah normal. Karena masyarakat tidak didorong untuk secara terbuka membicarakan tentang seksualitas, maka ansietas klien degan praktik 8

keperawatan sediri dapat dipahami. Agama, masyarakat, keluarga, teman sebaya, pengalaman kadang menyampaikan pesan yang menimbulkan koflik tentang kenormalan seksual. Klien mungkin khawatir terhadap intervensi keperawatan terhadap kemampuan perawatan diri dan aktivitas seksual mereka. Suatu cidera atau penyakit dapat menyebabkan perubahan dalam cara seseorang mengekspresikan diri mereka secara seksual. Klien yang dirawat harus diberi privasi ketika dikunjungi oleh pasangan seksualnya. Di lingkunga rumah, perawat meluangkan waktu untuk membatu klie beradaptasi terhadap keterbatasan fisik untuk mempertahankan aktivitas seksual b. Sikap perawat terhadap seksualitas Karena professional keperawatan kesehatan mewakili masyarakat dan dan sikap serta perilaku seksualnya yang beragam, maka keragaman itu dipahami dan diharapkan antara professional perawatan kesehatan. Perawat dapat menghadapi sikap dengan menerima keberadaan mereka. Perilaku professional tidak harus berkompromi dengan etik seksual personal dari perawat atau klien. Perilaku professional harus menjamin bahwa klien menerima perawatan kesehatan terbaik yang paling mungkin tanpa menghilangkan nilai diri mereka. Perawat mungkin menemukan kesulitan untuk tidak meghakimi seksualitas klien ketika orientasi atau nilai seksual klien berbeda. Situasi yang tampak aneh atau salah bagi perawat mungkin tampak normal dan dapat diterima oleh klien. Dengan berupaya untuk mengubah sikap dan perilaku seksual klien akan mengabaikan perbedaan mendasar dalam sikap diantara manusia. Promosi tentang edukasi seks dan pemeriksaan nilai dan keyakinan seksual dengan jujur dapat membantu dalam menguragi bias seksual. Klien membutuhkan informasi yang akurat, jujur, tentang efek penyakit terhadap seksualitas dengan cara dapat menunjang kesejahteraan. Perawat harus memberika informasi ini sehingga bias-bias tidak mengganggu perawatan. 2.3.2 Respon seksual Masters dan johso (1966) telah mendefinisikan siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus, dan resolusi. Fase-fase ini adalah akibat dari

vasokongesti da miotomia, yang merupakan respon fisiologi dasar dari rangsangan seksual. Wanita Pria Excitement; Peningkatan Bertahap dalam Rangsangan Seksual Lubrikasi vaginal Ereksi penis : dinding vaginal berkeringat Ekspansi dua pertiga bagian dalam lorong vaginal Peningkatan sensitivitas dan perbasaran klitoris serta labia Ereksi putting dan peningkatan ukuran payudara Plateu : Penguatan Respons Fase Excitement Retraksi klitoris di bawah topi klitoris Penignkatan ukuran glane (ujung) penis Pembentukan platform orgasmus: pembekakan sepertiga bagian luar vagina dan labia minora Elevasi serviks dan uterus: efek tenting Kulit seks : Perubahan warna kulit tampak hidup pada labia minora Perbesaran areotar dan payudara Peningkatan dalam tegangan otot dan pernafasan Peningkatan frekuensi jantung, tekanan Peningkatan intensitas warna glans Evelasi dan peningkatan 50% ukuran testis Emisi mukoid kelenjar Cowper, kemungkinan oleh sperma Peningkatan tegangan oto dan pernafasan Peningkatan tegangan otot dan pernafasan Peningkatan frekuensi jantung, tekanan Penebalan dan elevasi ekrotum Elevasi dan perbesaran moderat pada testis Ereksi putting dan tumescence

darah, dan frekuensi pernafasan. darah, dan frekuensi pernafasan Orgasme : Penyaluran Kumpulan Darah dan Tegangan pada Otot Kontraksi involunter platform orgasmic, Penutupan sfingter urinarius internal uterus, rectal, dan sfingter uretal, dan kelompok oto lain Hiperventilasi dan peningktan frekuensi jantung Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan Sensasi ejakulasi yang tidak tertahankan Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostate, dan duktus ejakulatori Relaksasi sfingter kandung kemih 10

eksternal Kontraksi oto uretra dan sfingter rectal Pemuncakan frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan Ejakulasi Resolusi : Fisiologi dan Psikologi Kembali pada Keadaan Tidak Terangsang Relaksasi bertahap dinding vaginal Kehilangan ereksi penis Perubahan warna yang cepat pada labia minora Berkeringat Bertahap kembali pada pernafasan normal. Frekuensi jantung, tekanan darah, dan tegangan oto normal Sering, kemampuan untuk kembali mengalami orgasmus karena wanita tidak mengalami periode refraktori seperti yang sering terjadi pada pria Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak nyaman Reaksi berkeringat Penurunan testis Pernafasan, frekuensi jantung, tekanan darah, dan tegangan otot kembali ke normal

2.4 Faktor dan Masalah-masalah yang Berhubungan dengan Seksual 2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan dalam fungsi seksual diantaranya: a. Faktor fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri da ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan saja seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang utuk tidak merasakan seksual. Medikasi, citra tubuh yang buruk, perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual. b. Faktor hubungan

11

Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan mulai memudar akan menyebabkan pasangan mengalami perbedaan yang besar dalam nilai dan gaya hidup mereka. Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa yang diterima atau menyenangkan. c. Faktor gaya hidup Faktor gaya hidup seperti penggunaan atau penyalahan alkohol, atau tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan berhubungan dapat mempengaruhi keinginan seksual. Misalnya pada pasangan yang bekerja mungkin merasa terlalu terbebabani sehingga hubungan seksual dari pasangannya dianggap sebagai tuntutan tambahan bagi mereka. Klien seperti ini kebanyakan mengungkapkan bahwa mereka perlu istirahat dan hal lain yang lebih penting daripada seks, bahkan ada juga yang tidak memiliki pasangan. d. Faktor harga diri Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Seksualitas mungkin menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Perkosaan, inses, penganiyaan fisik atau emosi, kurang adekuatnya pendidikan seks, model peran yang negatif, dan upaya untuk hidup dalam pengharapan pribadi atau kultural yang tidak realistik dapat menurunkan harga diri seksual. 2.4.2 Masalah- masalah yang berhubungan dengan Seksual Banyak sekali masalah-masalah yang berhububungan dengan seksualitas, misalnya a. Penggunaan kontrasepsi Potesial fertilitas merupakan masalah yang utama pada wanita premenopause yang melakukan hubungan seksual. Sering kali kekuatirannya adalah dalam pencegahan konsepsi. Suatu ketika pilihanya adalah untuk tidak menggunakan kontrasepsi. Biasanya dalam kasus ini pasagan dapat mengalami asietas sampai terjadi periode menstruasi berikutnya. b. c. Infertilitas Aborsi

12

d.

Penyakit menular seks (PMS) PMS sering menjadi kekhawatiran bagi individu dalam melakukan seks yang aman. PMS karena bakteri seperti gonorea dan klamidia, peilisnyakit menular inflamasi pelviks, sifilis. Sedangkan PMS karena virus seperti virus herpes simpleks, kulit genital, dan HIV AIDS.

e.

Penganiyaan seksual Seperti kekerasan secara fisik, pelecehan seksual, atau pemukulan terhadap pasangannya atau bekas pasangannya dapat menyebabkan cidera organ seks dan dampak psikologis bagi korba sendiri.

f.

Disfungsi seksual Ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual yang terjadi karena berbagai sebab, seperti keabnormala dari organ-organ seksualitannya sendiri, kurangnya pengetahuan tentang seksualitas, ansietas seksual, komunikasi yang kurang baik, riwayat penganiyaan seksual. Contoh disfungsi seksual yaitu : 1. Frigiditas Ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme selama senggama. Ditandai berkurang atau tidak adanya ketertarikan pd hubungan seks atau tdk mampu menghayati orgasme dlm koitus. Disebabkan karena kelainan dlm rahim atua vagina, hub yg tdk baik dgn suami, cemas, bersalah, atau takut. 2. Impotensi. Ketidakmampuan pria utk melakukan relasi seks atau senggama atau ketidakmampuan utk mencapai dan mempertahankan ereksi. Banyak disebabkan karena faktor psikologis, kecemasan, ketekutan, pengalaman buruk masa lalu, persepsi seks yg salah. 3. Ejakulasi prematur Terjadi pembuangan sperma terlalu dini sebelum ada penetrasi dalam vagina atau beberapa detik setelah penetrasi. Umumnya disebsbkan karena kurangnya rasa percaya diri serta kegagalan dlm membangun hub suami istri. 4. Vaginismus

13

Kejang berupa penegangan atau pengerasan yg sangat menyakitkan pd vagina atau kontraksi yg sangat kuat shg penis terjepit. Dapat terjadi karena kelainan organ dan psikologis (rasa takut). 5. Dispareunia Timbulnya kesulitan dlm melakukan senggama atau rasa sakit saat koitus. Dapat terjadi saat sperma keluar, atau kurang cairan vagina. 6. Anorgasme Kegagalan mencapai klimaks selama bersenggama. Bersifat psikis. Ditandai dgn pengeluaran sperma, tanpa ada puncak kepuasan. Karena faktor psikis atau organik seperti ketidakmampuan penetrasi utk memberi rangsang atau vagina longgar. 7. Kesukaran koitus pertama. Terjadi kesulitan dlm melakukan koitus pertama. Dapat karena kurang pengetahuan diantara pasangan, ada ketakutan, rasa cemas dlm berhubungan seks, dan lain-lain. 2.5 Seksualitas dan Proses Keperawatan Idealnya, seks adalah tindakan alamiah, spontan yang meningkatkan kepuasan dari kedua pasangan. Dalam kenyataanya hal ini terkadang jadi pengecualian. Perawat dapat saja mendapati klien yang mempunyai masalah satu tahap perilaku seksual atau lebih, termasuk pasangan ingin melakukan hubungan seks, dan perasaan yang dialami setelah melakukan seks. Perawat harus memberikan kesempatan bagi klien untuk mendiskusikan tentang seks dengan mengawali topic tersebut saat melakukkan pengkajian. Banyak perawat yang merasa tidak nyaman membicarakan tentang seksualitas dengan klien, tetapi kita dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut dengan beberapa metoda. Pertama, bangun dasar pengetahuan dan pemahaman yang wajar tentang dimensi seksual sehat dan area yang paling umum dari perubahan atau disfungsi seksual. Kedua, kaji tingkat kenyamanan dan keterbatasa mereka sendiri dalam mendiskusikan seksualitas dan fungsi seksualitas. Selanjutnya yaitu dengan mempraktikkan pelafalan tentang istilah yang berhubungan dengan seks dalam bahasa professional maupun awam sehingga perawat dapat mengenali masalah klien. Riwayat seks singkat akan mencakup jawaban dari pertanyaaan berikut :

14

1. 2. 3. 4. 5.

Bagaimana pandangan klie terhadap kekuatiran seksual mereka? Kapan mulai timbul kekhawatiran seksual ini dan bagaimana kekuatiran telah berubah sepanjang waktu? Apa yang klien anggap sebagai penyebab dari kekuaatiran tersebut? Tindakan seperti apa yang klien cari untuk menghilangkan kekuatiran ini? Bagaimana klien menghendaki kekuatiran untuk diselesaikan dan apa tujuan mereka terhadap pengobatan? Selain itu, hal-hal yang perlu dikaji yaitu pokok pikiran tentang PMS seperti

pemajanan yang diketahui, rabas genital, dan banyak pasangan. Kemudian menentukan klien, terutama wanita, mempunyai hubungan abusive juga penting. Pemeriksaan fisik penting dalam mengevaluasi penyebab kekuatiran atau masalah seksual dan mungkin kesempatan yang baik untuk menyuluh klien tentang seksualitas. Teknik inspeksi dan palpasi digunakan dalam pemeriksaan ini. Perawat mengkaji payudara dan genitalia interna dan eksterna klien. Selain itu perawat dapat memilih untuk melakukan latihan kegel. Klien pria dapan melakukan pemeriksaan testis mandiri selama pengkajian fisik. Berikut ini berbagai contoh diagnose keperawatan yang berhubungan dengan perubahan kesehatan seksual : 1. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan : - Ketakutan akan kehamilan atau terkena penyakit menular seksual - Konflik dengan orientasi seksual - Kerusakan hubungan dengan orang yang penting - Ketidakefektifan model peran 2. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan : - Perubahan struktur atau fungsi tubuh (misalnya kehamilan, kelahiran anak, obatobatan, pembedahan, anomaly, proses penyakit, trauma, dan radiasi) - Ketidakefektifan model peran - Penganiyaan fisik - Kurang privasi - Penaniyaan psikososial 3. 3. Sindrom trauma perkosaan yang berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk mendiskusikan pengalaman perkosaan masa lalu Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan : 15

Efek mastektomi atau kolostomi yang baru dilakukan Disfungsi seksual Perubahan pasca melahirkan 4. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan : Kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infark miokardium Pola penganiyaan ketika masih kecil 5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan : Aktivitas seksual pra nikah Penggunaan kontrasepsi 6. Konflik pengambila keputusan Aktivitas seksual sebelum menikah Penggunaan kontrasepsi Contoh Kasus serta Asuhan Keperawatannya Nyonya A, berumur 28 tahun, sudah 2 bulan sembuh dari serangan infark miokardium yang dideritanya. Karna penyakit yang pernah dideritanya itu, selama 2 bulan tersebut klien dan pasangannya belum pernah melakukan hubungan seksual. Klien mengungkapkan kekuatiran bahwa aktivitas seksual dapat menyebabkan serangan infark miokardium lainnya atau kematian. Karena hal tersebut juga pasangan klien menunjukkan keengganan untuk menyentuh klien. Selain itu klien juga mengungkapkan kekuatiran bahwa klien akan membutuhkan perawatan kontinu, perhatian, dan perlindungan. Analisa data Data Do : Pasangan klien menunjukan keengganan untuk menyentuh klien. Ds : - Klien mengungkapkan kekuatiran bahwa aktivitas seksual dapat menyebabkan serangan infark miokardium lainnya atau kematian. Masalah Perubahan pola seksualitas Kemungkinan penyebab ketakutan tentang serangan kembali infark miokardium atau kematian selama melakukan hubungan seks.

16

- Klien mengungkapkan kekuatiran bahwa klien akan membutuhkan perawatan kontinu, perhatian, dan perlindungan.

Diagnosa keperawatan: Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan takut tentang infark miokardium atau kematian ketika melakukan hubungan seksual ditandai dengan Do : Pasangan klien menunjukan keengganan untuk menyentuh klien Ds : Klien mengungkapkan kekuatiran bahwa aktivitas seksual dapat menyebabkan serangan infark miokardium lainnya atau kematian. Klien mengungkapkan kekuatiran bahwa klien akan membutuhkan perawatan kontinu, perhatian, dan perlindungan. Intervensi Tujuan Klien dan pasangan akan melakukan kembali ekspresi intim kasih sayang dalam 2 minggu setelah infark miokardium. Klien dan pasangan mencapai kemajuan untuk berpegangan tangan, berpelukan atau kasih sayang nonseksual pada tingkat sebelumnya dalam waktu 2 minggu. Ajak pasangan untuk memeluk atau mencium klien saat berpisah. Meningkatkan keintiman sementara memperbaiki aktivitas toleransi yang menguatkan kapasitas klien. Kriteria hasil Pasangan akan menyentuh klien sampai hari kunjungan ke-2. Intervensi Libatkan pasangan dalam perawatan; minta pasangan membantu dalam memandikan, bercukur, dan menyisir rambut. Rasional Sentuhan adalah bentuk dasar dari komunikasi dan merupakan dasar kasih sayang dan ekspresi seksual.

17

Klien dan pasangan Klien dan pasangan akan mencapai kembali interaksi tingkat dewasa yang positif dalam 5 minggu. Pasangan akan menggambarkan kekuatan tentang kehilangan dan berkembang pada penerimaan perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk kesehatan jantung dalam 3 minggu. Klien menjalankan kembali hubungan seksual dalam 8 minggu. Klien dan pasangan bereksperimen dengan latihan sensasi kenikmatan dalam 5 minggu. akan berbicara dalam istilah tentang kemampuan mereka dalam istilah positif sesuai jender dalam 5 minggu.

Pandu klien dalam latihan imajinasi untuk memvisualisasi diri sebagai sehat dan melakukan rutinitas sehari-hari dan fungsi seksual. Rujuk pada kelompok pendukung infark miokardium bagi klien dan pasangan.

Klien dapat mengungkapkan ketakutan dan mengenali bahwa orang lain mengalami perasaan yang sama. Kelompok pendukung memberikan kontak dengan klien serupa untuk memberikan tanda kemajuan.

Diskusikan alternatif ekspresi seksual (mis. Fondling, cuddling) sebagai suatu kepuasan, bukan hanya sebagai pemanasan.

Stres pasangan, kepuasan perkawinan, dan kenyamanan seksual mempengaruhi proses pemulihan klien. Ekpresi seksual dalam kontinum dan latihan sensasi memberikan pengalaman seksual

Klien dan pasangan akan mengekspresikan kepuasan tentang aktivitas seksual dalam 8 minggu.

Definisikan harapan realistik yang rendah tekanan untuk secara bertahap kembali untuk melakukan hubungan

18

seksual.

yang positif, mengurangi stres, dan menghilangkan tekanan terhadap kinerja.

Evaluasi Tujuan Pengukuran Evaluatif Klien dan pasangan Amati interaksi antara klien dan melakukan ekspresi pasangan. keintiman 2 minggu setelah IM. Klien dan pasangan Amati perilaku nonverbal klien (mis. mencapai kembali interaksi positif tingkat dewasa pada minggu ke-5. Penggunaan pakaian pribadi, toilet pribadi, dan alat berdandan). Dengarkan deskripsi klien tentang diri, kemampuan, rencan pemulangan, dan interaksi dengan pengunjung. Amati tanda keceriaan, deskripsi dalam istilah positif pembicaraan tentang rencana masa datang, dan tindakan mandiri. Klien akan melakukan kembali hubungan sksual pada minggu ke-8. Tanyakan pasangan dengan memperhatikan privasi tentang perasaannya mengenai infark miokardium dan perubahan yang diperlukan dalam gaya hidup dan peran. Tanya pasangan dalam situasi tersendiri tentang ekspresi intim dan perasaan yang berhubungan dengan perilaku ini. Pasangan akan menggambarkan rasa takut kehilangan dan menerima hidup dengan gaya hidup tertentu. Klien dan pasangan bereksperimen dengan latihan kenikmatan Hasil Yang Diharapkan Pasangan menyentuh klien. Klien dan pasangan mengembangkan interaksi fisik. Klien menguraikan tentang diri sesuai kemampuan dan jender.

19

sensasi.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan perilaku

20

yang lebih halus, seperti isyarat gerak tubuh, etiket berpakaian, dan perbendaharaan kata. Seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup ini sering berbeda antara pria dan wanita. Seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Pengaruh dan pengalaman ini berbeda antara pria dan wanita. Seksualitas dipengaruhi oleh sosiokultural, agama-etik, dan psikologi. Orientasi seksual meliputi homoseksual dan biseksual. Pekembangan seksual manusia dimulai dari prenatal atau bayi hingga dewasa tua. Antara wanita dan pria mengalami siklus respon seksual yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi permasalah seksual ada 4 yaitu harga diri, hubungan, fisik, dan gaya hidup. Peran perawat dalam kebutuhan seksualitas ini adalah menghadapi sikap dengan menerima keberadaan mereka yang memandang seksualitas dengan pandangan masingmasing. Perilaku professional tidak harus berkompromi dengan etik seksual personal dari perawat atau klien. Perilaku professional harus menjamin bahwa klien menerima perawatan kesehatan terbaik yang paling mungkin tanpa menghilangkan nilai diri mereka. 3.2 Saran Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Oleh karena itu seksualitas pada orang dewasa sangat dibutuhkan dalam keharmonisan keluarga. Untuk penulisan makalah selanjutnya diharapkan lebih sempurna dalam hal pembahasannya, terutama pada proses keperawatannya harap lebih ditekankan. Selain itu sumber-sumbernya lebih perbanyak sehingga isi dari makalahnya lebih luas. Semoga makalah ini bermanfat bagi mahasiswa keperawatan khususnya dan perawat serta ners pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marilym E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : EG Potter. Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC 21

Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NI dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC Santosa, Bud. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Erlangga Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba medika. Anonim, 2010. Pengertian seksualita. http://blog.re.or.id/seksualitas.htm. Di akses pada 16 Mei 2010. Anonim, 2010. Aspek Seksualitas dalam Keperawatan untuk orang dewasa. http://blog.re.or.id/aspek seksualitas.htm Di akses pada 16 Mei 2010.

22

You might also like