You are on page 1of 5

REFLEKSI KASUS ILEUS OBSTRUKTIF

Nama NIM Stase dr. Pembimbing

: Febriana Putri Nara Heswari : 20070310134 : Radiologi : dr. Kunyun M, Sp.Rad

1. Rangkuman Kasus

Identitas Nama Umur : Ny. N : 37 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Siak

Anamnesis Keluhan Utama: Pasien rujukan dari RSUD Siak dengan keluhan tidak bisa buang air besar sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Sekarang 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan tidak bisa buang air besar, tidak ada kentut, tidak ada mual dan muntah, nafsu makan menurun, tidak ada demam dan pasien merasa badannya lemas. 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perut membesar, terasa kembung, nyeri di seluruh perut, pasien mengeluhkan sesak karena kembung, belum ada buang air besar, belum ada kentut. Pasien dibawa ke RSUD Siak, dipasang selang dari hidung, sesak berkurang, perut masih tegang, pasien dirawat satu malam dan direncanakan operasi namunada kendala sehingga pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien memiliki riwayat abortus spontan 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien berobat ke dukun kampung dan diurut-urut. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.

2. Masalah yang dikaji Cara mendianosis ileus obstruktif? Penanganan ileus obstruktif?

3. Analisis masalah Cara mendiagnosis ileus obstruktif Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah membesar.1,2 Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.2 Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia Penanganan ileus obstruktif

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.10,13 1. Persiapan Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.1,10 1. Operasi Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :1,2,10 Strangulasi Obstruksi lengkap Hernia inkarserata

Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter) 1. Pasca Bedah Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.10

4. Dokumentasi Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Wajah Mata

: tidak ada edema : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor dengan ukuran 3 cm, refleks cahaya positif

Mulut Leher

: kering, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis : KGB tidak membesar

Thorax Paru: a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi : bentuk dada kiri dan kanan simetris, pergerakan pernafasan simetris, : fremitus kanan sama dengan kiri : sonor pada kedua lapang paru

d. Auskultasi : suara nafas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Jantung: a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi : ictus cordis tidak terlihat : ictus kordis teraba di RIC V LMCS 2 jari medial : Batas jantung kanan di Linea sternalis dextra SIC V, batas jantung kiri di Linea midclavicula sinistra SIC V d. Auskultasi : Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen a. Inspeksi : perut tampak distensi, tidak terlihat darm contur dan darm steifung

b. Auskultasi : bising usus (+), borborigmi (+), metalic sound (+) c. Palpasi : perut teraba supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba. d. Perkusi Ekstremitas a. Tidak ditemukan edema, akral hangat, pengisian kapiler <2 detik Rectal Toucher a. Inspeksi b. Palpasi : scar (-) : tonus sfingter ani baik, mukosa licin, teraba massa ekstraluminal arah jam 12. : timpani, namun pekak pada hepar.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium (7 Agustus 2012)

Darah rutin: - Hb - Leukosit Kimia darah - Glukosa - CR-S - ALT : 73 mg/dl : 0,56 mg/dL : 40 IU/L BUN : AST : 15 mg/dL 57 IU/L 32,1 mg/dL : 10,3 mg/dL : 9.400/mm3 Ht : 30,7 % : 250.000/mm3

Trombosit

Ureum :

Pemeriksaan radiologi Foto thorax Foto abdomen 3 posisi 5. Kesimpulan Ileus obstruktif = ileus mekanik = ileus dinamik. Suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus 6. Daftar pustaka 1. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated: May 10, 2004. In:http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.com. 2. Harjono RM., Oswari J., dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1996; 906. 3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 20.

You might also like