You are on page 1of 3

Ternyata, hal ini juga menjadi salah satu alasan Belanda melakukan transformasi sistem pendidikan.

Perubahan ini pertama sekali dilakukan oleh Universitas Maastricht, sebuah universitas yang berdiri pada tahun 1969 dengan satu fakultas yaitu Kedokteran. Beranjak dari berbagai persoalan seperti mahalnya biaya ke dokter spesialis, kurangnya pelayanan primer yang berbasis komunitas, banyaknya mahasiswa kedokteran yang dropout karena kewalahan dengan sistem penilaian yang bertumpu pada ujian akhir, dan sangat sedikit praktek (skillslab) membuat beberapa innovator di Maastricht melakukan studi banding ke Universitas McMaster Kanada yang telah menerapkan sistem PBL dalam metode pembelajarannya. Setelah studi banding tersebut, para innovator memutuskan untuk melakukan revitalisasi kurikulum pendidikan dengan sistem PBL pada tahun 1974. Berkat kreativitas dan semangat merekalah, universitas yang terletak di Provinsi Limburg ini menjadi pioneer PBL pertama di Belanda dan juga acuan bagi sistem pembelajaran di seluruh dunia termasuk di kampus tempat saya belajar.

Maastricht University, pioneer PBL

Tiddens, salah satu innovator PBL Dengan sistem PBL, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam belajar berdasarkan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Berbagai ilmu pengetahuan baru dan solusi pun akan hadir jika masalah itu dikaji lebih dalam. Caranya? Bisa dari prior knowledge atau referensi seperti buku, jurnal, dan artikel yang didapatkan dari internet. Cara belajarnya pun cukup terintergrasi. Kami dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 10-12 mahasiswa. Dalam kelompok tersebut, kami berdiskusi tentang masalah yang diberikan. Dosen di sini hanya berperan sebagai fasilitator. Agar diskusi berjalan lancar, maka kerja tim sangat diperlukan. Setiap mahasiswa juga dituntut untuk menghargai pendapat mahasiswa lainnya. Attitude sangat dijunjung tinggi.

Diskusi tutorial Selain itu juga ada skillslab atau skill laboratory , bertujuan untuk membekali mahasiswa kedokteran dengan kompetensi klinik. Sistem penilaian pada metode PBL tidak hanya pada ujian akhir saja tetapi juga berdasarkan knowledge, attitude, dan kemampuan motorik. Belajar dengan metode PBL membuat saya lebih kreatif dan berpikir kritis. Tak hanya di kampus, dalam kehidupan sehari-haripun saya terbiasa menerapkan metode PBL yang berasal dari Negeri Tulip itu. Keren, ya? Sebuah universitas dengan hanya satu fakultas saat didirikan mampu menerapkan

sistem pendidikan yang kini dianut oleh berbagai fakultas lain di seluruh dunia. Mungkin apa yang dicapai saat sesuai dengan motto Univ. Maastricht sendiri yaitu; Leading in Learning.

You might also like