You are on page 1of 5

Beberapa Penyakit yang disebabkan Jamur 1. Pestalotia sp Pestiola sp.

Memiliki ciri-ciri, bila menyerang tanaman akan menimbulkan bercakbercak pada daun dengan area nekrosa yang tampak kering pada bagian tengahnya, berbintik-bintik kecil (cairan) yang berwarna hitam yang disebut acervuli jamur. Pada bagian pinggir serangan tampak berwarna coklat atau merah.Kerusakan semai pinus di persemaian yang cukup tinggi akibat penyakit bercak daun Pestalotia sp. lebih dipicu oleh kondisi semai yang lemah akibat kondisi lingkungan yang buruk (penurunan vigoritas semai akibat kekahatan unsur hara). Hal ini karena pada dasarnya jamur Pestalotia sp. dalam kondisi normal sebenarnya merupakan parasit lemah yang mengadakan infeksi melalui luka-luka (patogen sekunder) dan umum dijumpai berasosiasi dengan daun berbagai jenis tanaman. Pencegahan dan Pengendalian Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit bercak daun pinus di persemaian, perlakuanperlakuan yang dilakukan memiliki dua fungsi, yaitu : a) Perlakuan yang berfungsi meningkatkan tingkat kesehatan (vigoritas) semai, antara lain melalui pemupukan (organik dan anorganik), pemberian mikoriza, pemberian pelet Trichoderma atau Gliocladium. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: - Pupuk yang digunakan sebaiknya jenis pupuk lambat tersedia (slow release fertilizer), misal Dekastar. - Waktu pemupukan sebaiknya setelah semai berumur 2-3 bulan sejak sapih. Hal ini dengan pertimbangan jaringan batang sudah mengeras (tidak sukulen lagi). Pemupukan pada semai sukulen sering meningkatkan kematian bibit. - Pupuk lambat tersedia di tabur dan dimasukkan dekat polibag (1-1,5 cm dari pangkal batang) sebanyak 10 butir. - Pelet Trichoderma atau Gliocladium dicampur dengan media pada saat pembuatan media semai. Dosis aplikasinya : 5 pelet Trichoderma untuk setiap polibag. Sedangkan bila Gliocladium yang dipakai, maka dosisnya sendok teh per polibag.

1. Antraknosa buah Cabai ( Colletotrichum capsia ). Penyakit tanaman berdasarkan penyebabnya, terbagi atas penyakit biogenik dan penyakit fisiogenik. Penyakit biogenik disebabkan oleh organisme seperti cendawan, bakteri, virus, nematoda, ganggang serta tumbuhan berbiji parasitik, sedangkan penyakit fisiogenik disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi yang

dibutuhkan suatu tanaman untuk tumbuh. Penyakit antraknosa merupakan penyakit biogenik. Kata antraknosa adalah suatu peralihan dari kata Inggris anthracnose. Kata ini awalnya berasal dari dua kata Yunani : anthrax yang berarti radang dan di bawah kulit atau bisul, dan nosos yang artinya penyakit (Kalie, 1992). Penyakit busuk buah ini akan menimbulkan kerugian besar terutama dengan kehadiran lalat buah (William et al., 1993). Penyakit antraknosa ini menyerang berbagai jenis tanaman diantaranya kelapa, kapas, serealia, pepaya, pisang, mangga, buncis, strawbery, mentimun bawang merah, tomat dan cabai. Penyebab penyakit antraknosa ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp. cendawan ini termasuk dalam sub divisi Deuteromycotyna, kelas Coelomycetes, ordo Melanconiales, famili Melaconiaceae dan genus Colletotrichum (Agrios, 1988). Ordo Melanconiales yang mempunyai tubuh buah berbentuk aservulus, menyebabkan penyakit penting yaitu antraknosa. Genus yang menyebabkan penyakit antraknosa ini adalah Gloeosporium, Colletotrichum, Stigmina, Marssonina, dan Sphaceloma (Semangun, 2006). Genus yang menjadi penyebab utama penyakit antraknosa adalah Gloeosporium dan Colletotrichum. Terdapat perbedaan antara Gloeosporium dengan Colletotrichum, pada Colletotrichum mempunyai seta (rambut-rambut) berwarna gelap pada aservulusnya, sedangkan pada Gloeosporium tidak terdapat seta (Agrios, 1988). Kalie (1992) menyatakan penyakit antraknosa ini disebabkan oleh sejenis kapang yang disebut cendawan Colletotrichum, termasuk famili Melanconiaceae, sub kelas cendawan imperfecti. Kapang ini memiliki tubuh oval sampai memanjang, agak melengkung dan dalam jumlah banyak berwarna kemerahan. Kapang ini sesungguhnya tidak hanya menyerang buah saja tetapi juga menyerang daun bunga, ranting dan tanaman semai.

2. Karat Kedelai ( Phakospora pachyrizi ) Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat kedelai adalah terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora. Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa. Terjadi bercak- bercak kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi cokelat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun tepatnya didekat daun yang terinfeksi. Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian ke daun yang lebih muda.

Penyakit karat disebabkan oleh cendawan P. pachyrhizi. Spora cendawan dibentuk dalam uredium dengan diameter 2550 m sampai 514 m. Uredospora berbentuk bulat telur, berwarna kuning keemasan sampai coklat muda dengan diameter 1834 m sampai 1524 m. Permukaan uredospora bergerigi. Uredospora akan berkembang menjadi teliospora yang dibentuk dalam telia. Telia berbentuk bulat panjang dan berisi 27 teliospora. Teliospora berwarna coklat tua, berukuran 1526 m sampai 612 m. Stadium teliospora jarang ditemukan di lapangan dan tidak berperan sebagai inokulum awal. Di Amerika Latin, penyakit karat disebabkan oleh dua spesies, yaitu P. pachyrhizi yang sangat virulen dan P. meibomiae yang kurang virulen (Sumartini. 2010). Tanaman Inang cendawan-cendawan tersebut antara lain tanaman komak, bengkuang, kacang krotok, kacang polong, kacang kapri, kacang panjang, dan kacang asu. Penyakit karat kedelai biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam.

3. Bercak Daun ( Ercospora arachidicola ) Penyakit bercak daun menyakiti tanaman kacang tanah yang telah berumur satu atau dua bulan. Pada serangan berat, banyaknya bercak daun menjadikan tanaman melemah secara menyeluruh sehingga terjadi pengguguran daun.(defoliasi) yang sangat mengurangi kapasitas fotosintesis tanaman. Akibatnya jumlah polong total, jumlah polong bernas dan bobot biji menurun. Boote et al (1980) melaporkan bahwa serangan berat pathogen bercak daun mengurangi indeks luas daun, pengambilan CO2 dan pertukaran CO2 dalam tajuk berturut turut hingga 80,85, dan 90%. Terdapat dua macam penyakit bercak daun pada kacang tanah yaitu penyakit bercak daun coklat dan bercak daun hitam. Gejala kedua penyakit mudah dibedakan. Pathogen bercak daun hitam menimbulkan bercak berbentuk hamper bulat, berwarna coklat muda hingga coklat gelap pada permukaan atas daun. Bercak sering dilingkari halo bewarna kuning, akan tetapi adanya halo ini dipengaruhi oleh genotype tanaman dan kondisi lingkungan. Kedua penyakit disebabkan oleh pathogen fungi yang berbeda. Bercak daun coklat disebabkan Cercospora arachicola dan bercaka daun kuning disebabkan phaeoisaeropsis personata.

4. Penyakit hawar daun (Northern leaf blight)

Penyakit ini disebabkan oleh Exserochilum turcicum, Gejala dari penyakit ini mempunyai ciri-ciri bercak memanjang teratur berwarna kuning, dikelilingi warna coklat dan bercak berkembang meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun. Sedangkan konidia dari Exserochilum turcicum ciri-cirinya konidia berbentuk oval atau elips, ukuran konidia 135 250 x 7 9 , konidiospora memiliki hilus sedikit menonjol dan terdiri dari 8 9 septa (Gambar 1). Suhu optimum untuk perkembangan konidia adalah 20-250C dan kelembaban yang dibutuhkan adalah disekitar 90 %. Infeksi penyakit ini mudah terjadi pada permukaan daun jika kondisi lingkungan memungkinkan, karena perkembangan penyakit ini sangat cepat 10-14 hari setelah infeksi sudah terbentuk konidia baru yang dilepaskan dari bagian bawah daun dan disebarkan melalui angin ke tanaman sehat. Penyebaran penyakit ini melalui konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan, infeksi terjadi apabila konidiospora. berkecambah dan menembus permukaan jaringan daun atau melalui stomata, cendawan ini dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman jagung. 5. Gugur daun karet ( Carynespora cassicola) Penyakit gugur daun corynespora umumnya pertama kali menyerang daun karet yang masih muda, dengan gejalaberupa bercak hitam pada urat atau tulang daun. Gejalatersebut baru akan terlihat setelah daun berwarna hijau muda atau hijau tua. Pada priode selanjutnya gejala tersebut akan berkembang mengikuti tulang atau urat daun meluas ke bagian lainnya sehingga bercak akan tampak seperti tulang ikan. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan maka gejala ini akan bertambah meluas dimana bercak akan berbentuk bulat atau tidak teratur. Pada bagian tepi bercak berwarna cokelat dan terdapat sirip-sirip berwarna cokelat atau hitam dengan bagian pusat kering. Selanjutnya daun- daun yang sakit tersebutakan menguning atau cokelat dan akhirnya gugur (Soepena, 1983, Situmorang & Budiman, 1984). Menurut Situmorang (2002), Sumatera selatan merupakan sentra perkebunan karet yang rawan akan serangan penyakit gugur daun tersebut. Serangan cendawan Corynespora cassiicola dapat mengakibatkan gugurnya daun secara terus menerus sehingga tanaman meranggas sepanjang tahun. Akibatnya pertumbuhan tanaman karet menjadi kerdil dan terhambat sehingga tidak mampu atau sedikit menghasilkan latek. Serangan lanjut dapat mengakibatkan matinya tanaman karet.

Daftar Pustaka

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/438/jbptunikompp-gdl-sayefulhid-21881-12-bab iii.pdf

http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/12/5-Ramlan-PengendalianKarat-kedelai.pdf

http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/03/6-Ningsih-Penyakithawar-daun.pdf

You might also like