You are on page 1of 121

Diare pada Bayi dan Anak

Dr. N. Budi Santoso, Sp.A (K)


Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK. Unibraw/ RSUD Dr. Saiful Anwar Malang 2008

Intestinal villi
(e.m x 100)

-Unit fungsional ;kripta dan villi Fisiologis : -Absorbsi > sekresi air dan elektrolit

-Fungsi sekresi pada 1/3 bawah villi -Fungsi absorbsi dan digesti pada 2/3 atas villi -Enterosit migrasi dlm 96 jam dari basal kripta ke puncak villi

Sekresi mucus oleh sel2 goblet (e.m. x 6000)

The intestinal mucosal barrier:


a physical barrier:
mucus, digestive and proteolytic enzymes.

a bacteriological

barrier : saprophytic
flora.

an immune barrier:
Secretory IgA

Pada semua diare akut


terjadi :

Kehilangan air dan elektrolit


oleh karena : -Hambatan reabsorpsi natrium atau Stimulasi sekresi natrium, bikarbonat dan klorida

Rotavirus, Coronavirus: masuk enterosit kerusakan mukosa


berkurangnya kemampuan reabsorpsi air dan elektrolit

Enterotoxigenic eschericia coli, vibrio cholera:


melekat pada mukosa sekresi toxin toxin masuk enterosit stimulasi adenyl-cyclasehypersekresi air dan elektrolit

Sallmonella, Shigella, Campylobacter jejuni, dll


menembus sel destruksi barier mukosa,terjadi : - gangguan absorpsi dan - hypersekresi air dan elektrollit

Infeksi menyebabkan : perubahan pada barrier mukosa

Infeksi Perubahan barrier mukosa :

Eliminasi barier mucus dan imunogobulin Gangguan keseimbangan flora usus Degranulasi goblet sel Berkurang / hilangnya mikrovili Terbukanya tight junction Destruksi enterosit

Reaksi mukosa: percepatan pergantian sel < 96 jam


Enterosit yang mencapai puncak villi masih immature Sehingga fungsi digesti dan absorbsi (-)

Hilangnya barier pertahanan dan imaturitas enterosit :


meningkatkan risiko prolonged diare dan malnutrisi

Hilangnya barier pertahanan dan imaturitas enterosit:


- Meningkatkan risiko diare menjadi lebih lama, malnutrisi, dan - Bahan yang biasanya normal, bisa menjadi aggressive : * Disacharidase menumpuk dalam lumen usus diare * Garam empeduefek sitotoksik pada enterosit * Tight junction terbuka sensitisasi terjadi CMPA

Bakteri >>

Osmolaritas : diare

Efek sitotoksik garam empedu tight junction,terbuka CMPA

sen

RINGKASAN : Diare akut oleh karena infeksi, terjadi :

Kehilangan air + elektrolit


Gangguan struktur + fungsi barier mukosa

Therapi :

Therapi cairan + elektrolit


Mempertahankan mekanisme pertahanan mukosa dan proteksi terhadap enterosit .

Pendahuluan
Diare penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada anak dinegara berkembang maupun negara maju Diseluruh dunia tahun 2003 : 1,5 milyar episode diare ,kematian 1,5 2,5 juta/tahun

Kematian tersebut sudah jauh berkurang dibanding: th.1982 = 5 juta/tahun, th 1992 = 3 juta/tahun.
AS 2003 : Balita = 16 juta episode diare, 200.000 MRS, kematian 200 400/th Negara berkembang, Balita = 3 9 episode diare/th 15 20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare

Indonesia :
Masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia Salah satu dari 3 penyebab utama kunjungan ke Puskesmas 30% TT di bangsal anak RS, diisi penderita diare Angka kesakitan: (SU) 200 374/1000 penduduk/th episode diare 60 juta/tahun (survei morbiditas 2003) Balita : 1 2 kali diare/th

7080%->Balita(40 juta)1 2% dehidrasi berat Kematian : 200.000 400.000/tahun SKRT SU = 23/100.000 penduduk 2001 Balita : 75/100.000 balita

DEFINISI :

Diare :
Defekasi encer / cair lebih dari 3x sehari dengan / tanpa darah / lendir dalam tinja

Diare akut :
Diare yang terjadi secara mendadak pada anak yang sebelumnya sehat Berlangsung kurang dari 14 hari Tinja lunak atau cair Frekuensi sering dan tanpa darah Mungkin disertai muntah dan panas

C o n t i n u e d .

Disentri :
Diare yang disertai darah dalam tinja Terdapat lendir / mukus Tenesmus

Diare persisten :
Diare karena infeksi, mula-mula akut namun berlanjut lebih dari 14 hari

Dapat dimulai dari diare cair atau disentri


Sering disertai kehilangan BB

Epidemiologi : Umur
Episode diare terutama pada usia kurang dari 2 tahun
Insiden paling tinggi pada umur 6 11 bulan, pada masa diberikan MPASI (Makanan Pendamping ASI)

Pola ini menggambarkan kombinasi faktor :


Efek penurunan kadar antibodi dalam ASI Kurangnya kekebalan aktif bayi

MPASI yang terpapar bakteri tinja

Cara penularan dan faktor resiko

Penularan umumnya secara fekal oral


Melalui makanan / minuman yang tercemar enteropatogen
Atau kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita Tidak langsung, melalui lalat

4F (finger, flies, fluid, field)

Perilaku khusus yang meningkatkan resiko diare :


Tidak memberikan ASI eksklusif Menggunakan susu botol Menyimpan makanan tidak ditutup

Air minum yang tercemar


Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar sebelum makan dan

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar

Faktor pejamu (host) yang meningkatkan kerentanan terhadap diare : Faktor-faktor ini dapat meningkatkan insiden, beratnya penyakit dan lamanya diare : 1. Tidak mendapat ASI sampai umur 2 tahun 2. Kurang gizi 3. Campak

4. Immunodefisiensi

Variasi musiman Variasi pada musiman dapat terjadi menurut letak geografi Sub tropik :

Diare karena bakteri lebih sering pada musim panas


Diare karena virus, terutama puncaknya pada musim dingin Tropik : Diare karena rotavirus sepanjang tahun, musim kemarau frekuensi meningkat Diare o.k. bakteri puncaknya pada musim hujan rotavirus,

Etiologi:
Dengan kemajuan teknik laboratorium, sekarang 70 90% penyebab diare akut dapat diketahui dengan pasti.

Penyebab dibagi 2 bagian : 1. Penyebab tidak langsung / faktor-faktor yang mempermudah terjadinya diare 2. Penyebab langsung

1. Penyebab tidak langsung / faktor-faktor yang mempermudah terjadinya diare :


Keadaan Gizi Hygiene Sanitasi Sosial Budaya

Penderita diare meninggal Kuman Penyebab Penyakit Diare Manusia pembawa kuman Masyarakat sehat Kepadatan penduduk Sosial ekonomi Lain-lain faktor

MASYARAKAT

2. Penyebab langsung
Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus

Infeksi enteral

Infeksi

Bakteri : Vibrio, E. coli, Shigella, Salmonella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas Protozoa : G. Lamblia, E. hystolitica, Isospora belli

Parasit
Penyebab diare

Cacing : Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides Jamur : Candida albicans

Infeksi parenteral : Otitis Media Akut, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Campak Malabsorbsi : Karbohidrat, Lemak, Protein Makanan : basi, beracun

Alergi
Immunodefisiensi

Psikologis : takut, cemas

Kuman patogen penyebab penting diare akut disemua negara berkembang : Rotavirus (15 25%)

Escherichia coli enterotoksigenik (10- 20%)


Shigella (5 15%) Camphylobacter jejuni (10 15%) Cryptosporidium (5 15%)

Table 1 Jasad patogen yang sering didapatkan pada anak-anak dengan diare akut yang datang ke sarana pengobatan di negara berkembang
Kuman patogen Virus Bakteri Rotavirus Escherichia coli enterotoksigenik Shigella Prosentase Antibiotika yang Kasus dianjurkan a 15-25 10-20 Tidak ada Tidak ada

5-15

Camphylobacter jejuni Vibrio cholera 01 Salmonella (non-thypus) Esherichia coli enteropatogenik Protozoa Cryptosporidium Tidak terdapat dalam patogen

10-15 5-10b 1-5 1-5 5-15 20-30

TrimethoprimSulfamethoxazole Asam nalidixat Tidak ada Tetrasiklinc Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada

a untuk strain yang sensitive b dalam daerah endemik. Mungkin lebih tinggi pada waktu epidemi c yang juga efektif adalah furozolidone, trimethroprim-sulfamethoxazole, eritromisin dan chloramphenicol

Infeksi campuran yang terdiri dari 2 atau lebih kuman patogen terjadi pada 5-20% kasus yang datang disarana kesehatan

Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebaban timbulnya diare: 1. Diare osmotik : akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap usus menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat menarik air dan elektrolit kedalam rongga usus terjadi diare

2. Diare sekresi :
akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus terjadi diare

3. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik penyerapan makanan < diare hypoperistaltik overgrowth bakteri diare

Perbedaan diare osmotik dan sekretorik Osmotik Volume tinja < 500 Sekretorik > 500

Puasa
Osmolaritas tinja Na tinja (mEq/l)

Diare stop
400 30

Diare menetap
280 100

K tinja (mEq/l)

30

40

Patogenesis diare akut


1. masuknya kuman yang masib hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung 2. kuman berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus 3. oleh kuman dikeluarkan toksin (toksin diaregenik) 4. akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya menimbulkan diare.

Patogenesa diare kronik :


Lebih rumit oleh karena terdapat beberapa faktor yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi.
1. Infeksi bakteri :
Misalnya E. coli enterotoksigenik yang sudah resisten terhadap obat-obatan di Indonesia overgrowth dari bakteri pseudomonas, klebsiela, dll 2. Infeksi parasit : non pathogen seperti

Entamoeba histolitika
Giardia lamblia Candida albicans, dll

3. KKP (Kekurangan Kalori Protein)


KKP --> atropi semua organ (mukosa usus, lambung, hepar, pankreas) Defisiensi enzim-enzim (laktase, maltase, sukrase, tripsin, pancreatin, lipase) makanan tak dicema dan tak diabsorbsi dengan sempuma makanan tersebut

overgrowth bakteri menambah beratnya malabsorpsi dan infeksi diare

menyebabkan tekanan osmotik dalam usus

diare

4. Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama untuk daya tahan tubuh Defisiensi SigA dan Cell Mediated Immunity

infeksi dan investasi parasit tak dapat diatasi

bakteri dll masuk ke usus dan berkembang biak (multiplikasi)

Diare kronik Malabsorbsi

PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare, baik akut maupun kronis akan terjadi :

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pada pernasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Metabolik asidosis ini terjadi oleh karena : a. kehilangan Na bikarbonat bersarna tinja b. adanya ketosis kelaparan (metabolisme lemak tidak sempuma benda keton tertimbun dalam tubuh) c. penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan d. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat tak dapat diketuarkan ginjal (oliguri/anuri) e. pemindahan ion Natrium dari ekstraseluler kedalam cairan intraseluler Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan terjadi cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull

3. Hipoglikemi
2 - 3% dari anak-anak dengan diare pada anak dengan gizi baik jarang sering pada anak dengan KKP / KEP Hal ini terjadi karena : a. Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu. b. Adanya gangguan absorsi glukosa (jarang).

Gejala : timbul bila kadar glukosa darah : pada bayi < 40 mg% pada anak < 50 mg% lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma

4. Gangguan Gizi
Selama sakit sering terjadi gangguan gizi dengan akibat penurunan berat badan dalam waktu yang singkat oleh karena: a. Makanan sering dihentikan oleh orangtua karena takut diare / muntah bertarnbah hebat b. Orangtua sering hanya memberikan air teh saja c. Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama d. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan di absorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik

5. Gangguan sirkulasi darah


Akibat diare dengan / tanpa muntah-muntah dapat terjadi

gangguan

sirkulasi

darah

berupa

renjatan

(shock)

hipovolemik akibatnya perfusi jaringan berkurang terjadi hipoksia, asidosis metabolik bertambah berat yang dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong

penderita dapat meninggal.

GEJALA KLINIS
mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat kemudian timbul diare tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan karena bercampur dengan empedu anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja yang asam

C o n t i n u e d .

Muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare oleh karena lambung yang turut meradang atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit

Dehidrasi mulai tampak bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan (4 5%), dehidrasi sedang (6 9%) dan dehidrasi berat ( 10%) Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik (Na plasma < 130 mEq/L), dehidrasi isotonik (Na plasma 130 - 150 mEq/L) dan dehidrasi hipertonik (Na plasma >150 mEq/L)

TANDA - TANDA DEHIDRASI


Tanda tanda / gejala dehidrasi akan tampak bila penderita banyak kehilangan cairan dan elektolit akibat diare.
Tingkat beratnya/derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: Obyektif : dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare Subyektif : dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria P2 diare, kriteria MTBS, dll

Kriteria Haroen Noerasid


Gejala Klinis Gejala klinis
Keadaan umum Kesadaran Rasa haus Sirkulasi Nadi Respirasi Pernafasan Kulit Ubun-Ubun besar Mata Turgor dan tonus Diuresis Selaput lendir Agak cekung Agak cekung Biasa Normal Normal Cekung Cekung Agak kurang Oliguri Agak kering Cekung sekali Cekung sekali Kurang sekali Anuri Kering/Asidosis

Ringan

Sedang

Berat
Apatis Koma +/-

Baik (c.m.) +

Gelisah +++

Normal (< 120) Biasa

Cepat (120 140) Agak cepat

Cepat sekali (140 160) Kuszmaull (cepat dan dalam)

WHO 1980
TANDA dan GEJALA 1. Keadaan umum dan kondisi - Bayi dan anak kecil DEHIDRASI RINGAN Haus, sadar, gelisah DEHIDRASI SEDANG Haus, gelisah atau letargi tetapi irritable Haus, sadar, merasa pusing pada perubahan DEHIDRASI BERAT

Mengantuk, lemas, extremitas dingin, berkeringat, sianotik, mungkin koma Biasanya sadar, gelisah, extremitas dingin, berkeringat dan sianotik, kulit jari-jari tangan dan kaki berkeriput, kejang otot Cepat, halus, kadang-kadang tak teraba Dalam dan cepat

- Anak lebih besar dan dewasa

Haus, sadar gelisah

2. Nadi radialis

Normal Cepat dan (frekuensi dan lemah isi) Normal Dalam, mungkin cepat

3. Pernafasan

C o n t i n u e d ..
WHO 1980

TANDA dan GEJALA 4. Ubun-ubun besar 5. Elastisitas kulit


6. 7. 8. 9. Mata Air mata Selaput lendir Pengeluaran urin

DEHIDRASI RINGAN Normal


Normal Normal Ada Lembab Normal

DEHIDRASI SEDANG Cekung


Lambat

DEHIDRASI BERAT
Sangat cekung

10.Tekanan darah sistolik % kehilangan berat Prakiraan kehilangan cairan

Normal

Sangat lambat (> 2 detik) Cekung Sangat cekung Kering Sangat kering Kering Sangat kering Berkurang dan Tidak ada urin untuk warna tua beberapa jam, kandung kencing kosong Normal < 80 mmHg, rendah mungkin tak terukur 10% atau lebih 100 110 ml/kg

4 5% 6 9% 40 50 ml/kg 60 90 ml/kg

Skor Maurice King


Bagian tubuh yang diperiksa Keadaan umum Kekenyalan kulit Mata Ubun-ubun besar Mulut Denyut nadi/menit Nilai untuk gejala yang ditemukan 0 Sehat Normal Normal Normal Normal 1 Gelisah, apatis, mengantuk Sedikit kurang Sedikit cekung Sedikit cekung Kering 2 Koma / Syok Sangat kurang Sangat cekung Sangat cekung Kering dan sianosis Lemah > 140

Kuat < 120 Sedang(120 140)

Nilai

: 0 2 = d. ringan

3 6 = d. sedang

7 12 : d. berat

MENILAI DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA DIARE


P2 DIARE DEPKES RI
PENILAIAN 1. LIHAT : KEADAAN UMUM A Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa tidak haus Kembali cepat TANPA DEHIDRASI B * Gelisah, rewel C * Lesu, lunglai atau tidak sadar Sangat cekung dan Cekung kering Tidak ada Tidak ada Sangat kering Kering * Haus, ingin minum * Malas minum atau tidak bisa minum banyak * Kembali lambat DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain Rencana Terapi B * Kembali sangat lambat DEHIDRASI BERAT Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain Rencana Terapi C

MATA
AIR MATA MULUT dan LIDAH RASA HAUS 2. PERIKSA : TURGOR KULIT 3. HASIL PEMERIKSAAN :

4. TERAPI :

Rencana Terapi A

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini : Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembalinya sangat lembat

DEHIDRASI BERAT

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini : Gelisah, rewel atau mudah marah Mata cekung Haus, minum dengan lahap Cubitan kulit perut kembalinya lambat

DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau dehidrasi ringan/sedang

TANPA DEHIDRASI

DEHIDRASI BERDASARKAN TONISITAS PLASMA


Gejala Rasa haus Berat Badan Turgor kulit Kulit/selaput lendir Gejala SSP Sirkulasi Nadi Tekanan darah Banyaknya kasus Hipotonik Menurun sekali Menurun sekali Basah Apatis Jelek sekali Sangat lemah Sangat rendah 20 30% Isotonik + Menurun Menurun Kering Koma Hipertonik +

Menurun Tidak jelas Kering sekali Irritable, kejangkejang hiperrefleksi Relatif masih baik Jelek Cepat dan lemah Cepat dan keras Rendah Rendah 10 20% 70%

PENATALAKSANAAN PENDERITA DIARE


Untuk dapat memberikan terapi terbaik bagi penderita diare, perlu dilakukan hal-hal di bawah ini secara sistematik : Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium Pengobatan

ANAMNESA
1. Diare sejak kapan (jam, hari) Frekuensi, volume konsistensinya (lembek, cair, seperti air cucian beras) warna (kuning, hijau) bau (amis, asam, busuk) ada/tidak : darah, lendir adakah anggota keluarga lainnya yang menderita diare 2. Muntah : frekuensi, volume 3. Kencing : biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir

C o n t i n u e d ..
4. Adakah penyakit lain yang menyertai : batuk pilek, otitis media, campak 5. Makanan dan minuman sebelum dan selama diare 6. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare memberi oralit membawa berobat ke poli, RS atau ke dokter obat-obatan yang diberikan

7. Riwayat immunisasi

PEMERIKSAAN FISIK
periksa apakah ada tanda-tanda dehidrasi tentukan apakah diare tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, sedang, atau berat periksa apakah ada penyakit-penyakit lain : OMP, pharyngitis, bronchitis, bronchopneumonia periksa dan tentukan status gizinya

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan tinja makroskopik dan mikroskopik pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan sensitivity test) 2. Pemeriksaan analisa gas darah 3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal 4. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor (pada penderita diare yang disertai kejang) 5. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

PRINSIP : Dasar pengobatan diare adalah : 1. Pemberian cairan 2. ASI dan makanan diteruskan 3. Antibiotika hanya bila ada indikasi 4. Tidak memberikan obat antidiare secara rutin 5. Obati bila ada penyakit penyerta PEMBERIAN CAIRAN Perlu diperhatikan 4 J pd pemberian cairan, yaitu : a. Jenis cairan yang akan dipakai b. Jalan pemberian c. Jumlah cairan yang akan diberikan d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

TERAPI REHIDRASI
Tujuan terapi rehidrasi yang disebabkan diare : 1. Mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) 2. Mengganti cairan yang hilang sampai diare berhenti (terapi rumatan) Kehilangan cairan dan elektrolit ini dapat diganti baik secara oral maupun intravena Rehidrasi intravena biasanya untuk rehidrasi penderita dehidrasi berat

KOMPOSISI ELEKTROLIT TINJA PADA DIARE AKUT


Komposisi Rata-rata Elektrolit, m.mol/l Na K Cl HCO3- Glukosa
Kolera

Dewasa
Balita Diare non kolera

140
101

13
27

104
92

44
32

Balita Larutan oralit


Oralit 2002

56 90
75

25 20
20

55 80
65

14 30*
10

111 75

* Asam sitrat, 10 m ml/l

UPAYA REHIDRASI ORAL (URO) URO berdasarkan prinsip bahwa absorbsi natrium di usus (dan juga elektrolit lain dan air) dilakukan lewat absorbsi aktif molekul makanan tertentu, seperti glukosa (yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa atau tepung yang dimasak) atau L asam amino (yang dihasilkan dari pemecahan protein dan peptida) Bila pada diare diberikan cairan isotonik yang seimbang antara glukosa dan garamnya, absorbsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan diikuti dengan absorbsi air dan elektrolit yang lain (gbr. 3C)

C o n t i n u e d ..

Proses ini akan mengoreksi kehilangan air dan elektrolit yang terjadi pada diare, tidak tergantung pada penyebab diare atau umur penderita Oleh karena pada diare juga terjadi kekurangan kalium dan kekurangan basa yang terjadi karena diare, maka kalium dan garam sitrat (atau bikarbonat) dimasukkan sebagai tambahan terhadap natrium klorida. Campuran garam dan glukosa ini dinamakan oral rehydration salt (ORS) atau di Indonesia dikenal sebagai cairan rehidrasi oral (Oralit)

CAIRAN REHIDRASI ORAL (ORALIT)


Petunjuk yang dianjurkan oleh WHO/UNICEF dalam membuat cairan oralit adalah sebagai berikut : Cairan ini harus mempunyai osmolaritas yang mirip atau kurang dari osmolaritas plasma, yaitu sekitar 300 mmol/liter atau kurang Konsentrasi natrium harus cukup untuk mengganti kehilangan natrium secara efisien Ratio glukosa terhadap natrium (dalam mmol/milter) harus paling tidak 1:1 untuk mencapai penyerapan natrium yang maksimal Konsentrasi basa harus 10 mmol/liter untuk sitrat atau 30 mmol/liter untuk bikarbonat, sehingga tepat untuk mengoreksi asidosis metabolik akibat diare Konsentrasi kalium harus sekitar 20 mmol/liter untuk mengganti kehilangan kalium dengan adekuat

Komposisi cairan oralit yang dianjurkan WHO / UNICEF Th 2002


Kandungan Jumlah g/l Ion Konsentrasi mmol/l

Natrium klorida Tri natrium sitrat, dihidrat Kalium klorida

2,6 2,9

Natirum Sitrat

75 10

1,0

Kalium klorida Glukosa

20 65 75

Glukosa (anhidrous)

13,5

* Natrium bikarbonat 2,5 g bikarbonat 30 mmol/L

KONSENTRASI NATRIUM :
Larutan oralit telah digunakan untuk mengobati berjutajuta penderita diare dengan berbagai penyebab, pada semua umur dan telah terbukti aman dan efektif Namun demikian, karena konsentrasi elektrolit tinja bervariasi pada berbagai jenis diare dan umur penderita, dokter kadang masih timbul pertanyaan tentang penggunaan larutan oralit tunggal pada berbagai keadaan klinik Tinja penderita kolera mengandung relatif banyak natrium, kalium dan bikarbonat, sedangkan tinja penderita diare akut non kolera, natrium bikarbonat dan kloridanya lebih rendah

Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan oleh karena :


Pada diare dengan dehidrasi berat, kehilangan natrium diperkirakan 70 110 mmol/L. konsentrasi natrium 75 mmol/L pada larutan oralit berada dalam rentang ini, jadi tepat untuk pengobatan dehidrasi (rehidrasi) Pada fase rumatan, konsentrasi natrium dalam tinja rata-rata 50 mmol/L. koreksi bisa tetap dilakukan dengan cairan oralit diselingi minum air/ASI. Cara ini mengurangi konsentrasi natrium yang diminum ke rentang nilai yang aman dan efektif

JUMLAH ORALIT YANG HARUS DIBERIKAN PADA PENDERITA DIARE :

1. DIARE TANPA DEHIDRASI Berikan oralit dosis pemeliharaan seperti dibawah ini

(untuk mencegah dehidrasi), sampai diare berhenti

Jumlah oralit yang diberikan tiap b.a.b.

Umur
ml Dibawah 1 thn 1 4 thn 5 12 thn Dewasa 50 100 ml 100 200 ml 200 300 ml 300 400 ml Gelas gelas 1 gelas 1 gelas 2 gelas

2. DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG Beri oralit seperti dibawah ini, untuk mengoreksi dehidrasi : 1. a. Terapi dehidrasi : BB x 75 ml, habiskan 3 jam

b. Terapi rumatan : BB x 10 ml, setiap anak b.a.b.,


berikan terus sampai diare berhenti

2. a. Terapi dehidrasi
Jumlah oralit yang diberikan dlm 3 jam
Umur Dibawah 1 thn 1 4 thn 5 12 thn Dewasa ml 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml Gelas 1 gelas 3 gelas 6 gelas 12 gelas

b.Terapi rumatan . = lihat tabel diatas Pemberian oralit sebaiknya menggunakan sendok

CAIRAN RUMAH TANGGA


Contoh : Air tajin Larutan gula garam Sup Air masak, dll
Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan rumah tangga ini harus segera diberikan kepada anak saat mulai diare dan tetap meneruskan ASI dan makanan (continued feeding )

Tujuan pemberian cairan rumah tangga :

Mencegah terjadinya dehidrasi


Memudahkan penerusan pemberian makanan karena nafsu makan terpelihara. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Bila cairan mengandung garam, kandungan natriumnya harus sekitar 50 mmol/L (3 gr garam dapur dalam 1 liter air)
Cairan yang berasal dari makanan yang mengandung tepung lebih baik dari pada yang mengandung sukrosa, karena mempunyai osmolaritas yang rendah.

C o n t i n u e d ..
Bila yang diberikan hanya cairan yang bebas garam (air putih,teh pahit), pemberian makan (yang mengandung garam) harus diteruskan. Bila minum ASI , ASI harus terus diberikan Teh yang sangat manis, soft drink dan minuman buah komersial yang manis harus dihindarkan (cairan ini sering hiperosmoler, diatas 300 m osm/l) karena kandungan gulanya yang tinggi Cairan dengan efek laksatif seperti kopi juga harus dihindarkan

Jumlah cairan rumah tangga yang harus diberikan pada saat awal diare :

Berikan cairan rumah tangga sebanyak anak mau


Atau menggunakan petunjuk seperti pemberian oralit pada penderita diare tanpa dehidrasi : Dibawah 1 thn = gelas setiap b.a.b. 1 - tahun = 1 gelas setiap b.a.b. 5 12 tahun = 1 gelas setiap b.a.b. > 12 tahun = 2 gelas setiap b.a.b. Teruskan pemberian cairan ini sampai diare berhenti

REHIDRASI INTRA VENA :


PEMBERIAN CAIRAN PADA NEONATUS : Macam cairan : IVFD = NaCl 0.18% in glucosa 10% NSD = NaCl 0.18% in glucosa 5% Bila ada acidosis .NaBic 2%.....8 cc/kgBB/hari

Bila ada hipokalemia ..KCl 15%..1 cc/kgBB/hari


Oral KCl 3% ...2,5 cc/kgBB/hari

PEMBERIAN CAIRAN PADA NEONATUS


DEHIDRASI BERAT : 2 jam pertama : 5 tetes/kgBB/menit (I.V.)

22 jam berikutnya : 3 tetes/kgBB/menit (I.V.) DEHIDRASI SEDANG : 3 tetes/kgBB/menit ........ I.V./NSD merata dalam 24 jam DEHIDRASI RINGAN : 2 tetes/kgBB/menit . I.V./NSD merata dalam 24 jam, atau 150 cc/kgBB/hari . Oral

PEMBERIAN CAIRAN PADA ANAK DENGAN DEHiDRASI BERAT

Zone dehidrasi berat : Umur diatas 3 bulan Cairan I


30 cc/kgBB/1 jam 10 tts/kgBB/menit

Umur 1 3 bulan Cairan III


atau RL + Glukosa 5% aa 30 cc/kgBB/2 jam 5 tts/kgBB/menit

Zone dehydrasi sedang : Sesudah 1 2 jam Cairan II


70 cc/kgBB/7 jam 3 tts/kgBB/menit

I.V. : Cairan III (Bila N.S.:Cairain II) 70 cc/kgBB/6 jam 3 tts/kgBB/menit

Zone dehydrasi ringan : Sesudah 8 jam Cairan II


Boleh tetap I.V. atau NS / Oral
100cc/kgBB/16 jam 2 tts/kgBB/menit

I.V. : Cairan III (Bila N.S. : Cairan II) 150 cc/kgBB/24 jam 2tts/kgBB/menit

Zone reconvalescen : Keesokan hari Mulai realimentasi per-oral Bila tak mungkin, tetap I.V./N.S.

Pemberian cairan pada anak dengan dehidrasi berat, umur 1 3 bulan

Zone Jenis
DB DS DR C III C III C III

Jumlah

Jadwal

Tetesan (IV)
5 tts/KgBB/menit 3 tts/KgBB/menit

30 cc/ KgBB 2 jam 70 cc/KgBB 6 jam

100 cc/KgBB 16 jam 2 tts/KgBB/menit

Pemberian cairan pada anak dengan dehidrasi berat, umur > 3 bulan Zone Jenis Jumlah Jadwal Tetesan (IV)

DB DS DR

CI C II C II

30 cc/ KgBB 1 jam 70 cc/KgBB 7 jam

10 tts/KgBB/menit 3 tts/KgBB/menit

100 cc/KgBB 16 jam 2 tts/KgBB/menit

MACAM CAIRAN :
Cairan I : Ringer lactate (R.L.) Garam faali (P.Z.)

Cairan II : P.Z. + Gluc. 5% (1 : 4) + Bic (30 meq/L) + KCl (20 meq/L)

Cairan III : P.Z. + Gluc. 10% (1 : 5) + Bic (15 meq/L) + KCl (10 meq/L)

PENAMBAHAN DALAM 500 cc Cairan :


NaHCO3 : 60 cc NaBic. 2% 30 cc NaBic. 3.75% 15 cc NaBic. 7.5%

untuk neonatus separuhnya

KCl : 5 cc KCl 15% 10 cc KCl 7.5 % (p.o. : 2.5 cc/kg) KCl 3%

untuk neonatus separuhnya

KOLERA Rectal swab 1 jam pertama 3 jam berikutnya Tetracycline * 30 50 mg/kgbb/hr dalam 3 dosis Ukur jumlah out put 4 jam berikutnya Cholera Oral Solution BB > 10 kg : 2.3 lt/hari BB < 10 kg : 2.0 lt/hari Ukur jumlah out put Besok paginya anak Boleh makan bubur kecap atau bubur tanpa sayur Ringer Lactate 30 cc/kgBB/1 jam Ringer Lactate 70 cc/kgBB/3 jam

Ringer Lactate 8 tetes/menit

Hitung jumlah out put Hitung jumlah in put sampai diretensi 500 cc

KEGAGALAN UPAYA REHIDRASI ORAL :

Pada keadaan tertentu upaya rehidrasi oral tidak berhasil


dan penderita harus mendapat pengobatan I.V. atau dgn

NGT, hal tersebut bisa terjadi karena :


1. Pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak (melebihi 15 ml/kgBB/jam). Jumlah oralit yang diminum tidak cukup untuk mengganti kehilangan cairan akibat diare, sehingga dehidrasi penderita tambah berat 2. Muntah yang sering

3. Tidak dapat minum : karena stomatitis, depresi susunan saraf pusat karena obat (seperti antimuntah atau antimotilitas), atau penderita tidak sadar

4. Kembung dan ileus paralitik


Bila perut mulai kembung, larutan oralit harus diberikan dengan lebih lambat

Bila sangat kembung, atau bila ada ileus paralitik karena obat (seperti codein, loperamide), atau
hipokalemi cairan harus diberikan I.V.

5. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi pada diare akut Bila terjadi, pemberian oralit menyebabkan diare bertambah hebat dan dehidrasi bertambah karena glukosa yang ada dalam oralit tidak diabsorbsi. Anak bisa menjadi hipernatremia

dan sangat haus

PENGOBATAN DIETIK (PEMBERIAN MAKANAN)

Pada diare akut penyerapan zat-zat makanan dapat


berkurang sekitar 30%, hal ini disebabkan karena : Kerusakan sel spitel vili yang mengurangi luas permukaan absorpsi usus Defisiensi disakaride karena kegagalan produk enzim oleh mikrovili yang rusak Berkurangnya konsentrasi asam empedu yang dibutuhkan usus absorpsi lemak

Transit makanan yang sangat cepat, yang mengakibatkan tidak cukup waktu untuk pencernaan dan absorpsi

Walaupun demikian oleh karena penyerapan zat-zat makanan masih bisa mencapai sedikitnya 70%, maka selama diare makanan tidak perlu di stop, makanan harus tetap terus diberikan dan merupakan bagian yang penting dalam tatalaksana diare akut.

Keuntungan continued feeding :


Mencegah terjadinya penurunan BB/gangguan gizi

Mempercepat penyembuhan mukosa


Merangsang pemulihan dini fungsi pancreas dan produksi enzim disakaridase oleh mikrovili usus Mempercepat pulihnya fungsi pencernaan absorpsi zat-zat makanan ke keadaan normal dan

Managemen ditetik diare akut :


Continued feeding :
1. Merupakan bagian penting / komponen essensial pada penatalaksanaan diare akut. 2. Segera berikan setelah rehidrasi selama 4 jam. Makanan sesuai dengan saat anak sehat,

PRINSIP DASAR :
5 KOMPONEN : 1. 2. 3. 4. 5. Air susu ibu (ASI) Makanan berupa susu lain Makanan lunak atau padat Pemberian makan sesudah diare berhenti. Suplementasi mikronutrien

PEMBERIAN MAKANAN SELAMA DIARE 1. AIR SUSU IBU (ASI)

Selama diare, ASI diteruskan, beri lebih sering Meneruskan pemberian ASI penting oleh karena
ASI mengandung zat-zat gizi yang nilainya tinggi dan mudah dicerna

Disamping itu ASI mengandung faktor-faktor


proteksi : imunoglobulin (Secretory-Ig.A), lekosit, makrofag, lyzozime, laktoferin, cell growth promoting factor, probiotik. prebiotik, dll yang dapat mempercepat penyembuhan diare.

Pemberian ASI mengurangi volume tinja dan


penggunaan ORS

2. MAKANAN BERUPA SUSU LAIN:

Susu formula yang biasa diminum segera berikan sesudah rehidrasi 4 jam, termasuk yang mengandung laktosa Bayi yang berumur < 6bulan, susu formula perlu diencerkan 2x , selama 48 jam. Formula rendah atau bebas laktosa hanya bila klinis dan laboratoris terdapat intoleransi laktosa Ringan : formula yang biasa diminum diencerkan selama 2-3 hari, Sedang : Formula rendah laktosa Berat : Formula bebas laktosa.

Pada diare akut intoleransi lemak biasanya ringan ,


bersifat sementara umumnya tidak memerlukan formula khusus.

Formula protein hidrolisat (pHF atau eHF), tidak


boleh dipunakan secara rutin, mahal. Tidak ada nilai tambah untuk diare akut.

Bila ibu terlambat berobat, diare sudah > 5 hari


untuk menghindari diare persistent pertimbangkan faktor intolensi dan faktor malabsorbsi.

3. MAKANAN PADAT ATAU LUNAK:

Bila anak berusia 4 bulan atau lebih dan sudah


dapat makanan padat atau lunak (MPASI), makanan ini harus diteruskan dan disesuaikan dengan umurnya

Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai diberi


makanan lunak, bila belum pernah diberi

Pemberian makanan mulai diberikan setelah


dehidrasi teratasi

Paling tidak 50% dari energi diet harus berasal


dari makanan

Pemberiannya dengan porsi kecil dan sering (6


kali/hari) dan anak dibujuk untuk makan

C o n t i n u e d

Pemilihan makanan sebagai berikut : Gunakan makanan pokok setempat


Tingkatkan Campur

yang dimasak dengan matang dan lunak serta mudah dicerna seperti nasi, kentang, bakmi kandungan energinya dengan menambah 5 10 mg ml minyak nabati setiap 100 ml makanan makanan pokok dengan kacangkacangan dan sayuran serta bila mungkin tambahkan tahu, daging atau ikan manis seperti sari buah manis, minuman ringan

Hindari makanan dan minuman yang manis-

J Pediatr Gastroenterol Nutr, Vol. 33, Suppl. 2, 2001

4. Pemberian makanan sesudah diare


Makanan yang dianjurkan selama diare harus diteruskan setelah diarenya berhenti :

Gunakan makanan yang kaya energi Berikan makanan ekstra 1 kali setiap hari (3x/hr
menjadi 4x/hr) sedikitnya selama 1 2 minggu untuk memulihkan gizinya

Bila anak kurang gizi, cara ini harus diteruskan


untuk waktu yang lebih lama : 2 4 minggu

C o n t i n u e d . Tujuan pemberian makanan setelah diare berhenti selain untuk memulihkan gizinya juga untuk mencapai dan mempertahankan pola pertumbuhan yang normal

Makanan yang dianjurkan adalah makanan biasa


yang dikonsumsi pada keadaan sehat

Dengan pemberian makanan seperti diatas


resiko untuk terjadi diare berikutnya dapat dicegah

Pantau timbangan berat badannya sampai


pertumbuhan anak normal menggunakan kartu KMS kembali dengan

5. SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN

Vitamin A :
Selama diare absorpsi vitamin A berkurang

Di daerah endemis, yang banyak kekurangan vitamin A,


periksa apa ada tanda dan gejala kekurangan vitamin A

Bila terdapat buta senja atau tanda-tanda xerophthalmia


yang lain, beri vitamin A 200000 i.u. per oral, sedangkan untuk bayi vitamin A 100.000 per oral

Anak yang menderita campak sebulan sebelumnya


harus diberi vitamin A dosis tunggal seperti diatas

Selanjutnya ibu dinasehatkan untuk memberi makanan


yang banyak mengandung vitamin A seperti buahbuahan, wortel, ubi rambat, pisang dan sayuran yang berwarna hijau tua

ZINC: (Rekomendasi WHO 2004)

Suplementasi zinc pada penderita diare dapat


mengurangi : lama sakit, parahnya penyakit, kejadian diare persistent dan kemungkinan diare kembali dalam 3 bulan kedepan.
Dosis: Usia 2-5 bulan = 10 mg/hari,
Usia > 6bulan = 20 mg/hari, diberikan selama 10-14 hari

Kemasan : tablet Zinc sulfat 20 mg, mudah larut

PROBIOTIK: Kuman baik : efek positip terhadap kesehatan Bifidobacteri dan Lactobacillus. Bermanfaat dalam tatalaksana diare akut, diare nosokomial, diare karena antibiotika. Probiotik agent :
Lactobacillus GG Lactobacillus acidophilus Bifidobacterim bifidum Enterococcus faecium Bifidobacterium longum Lactobacillus plantarum Sreptococcus thermophilus Saccharomyces boulardi

OBAT-OBATAN : PENGOBATAN KAUSAL : Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah diketahui penyebabnya yang pasti Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotika sistemik Jika tidak terdapat infeksi parenteral, seharusnya antibiotika baru diberikan bila pada pemeriksaan laboratorium (kultur tinja) ditemukan kuman patogen Di Indonesia diperkirakan kasus diare yang disebabkan infeksi (termasuk virus) kira-kira 50 75%. Menemukan kuman pada pemeriksaan mikroskopik/biakan tinja umumnya sulit dan lama.

C o n t i n u e d . Sebagai pedoman bila pada pemeriksaan tinja ditemukan lekosit 10 20/LP (pembesaran 200 kali) maka penyebab diare dapat dianggap infeksi enteral Pada penderita diberikan bila : diare antibiotika hanya boleh

Ditemukan bakteri patogen pada biakan tinja Ditemukan darah pada pemeriksaan tinja makroskopik /mikroskopik Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial

Tabel 2 : Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus Sumber : Gray dkk, 1979
Simtom dan gejala Mual dan muntah Panas Sakit perut Gejala lain Sifat tinja : Volume Frekuensi Konsistensi Mukus Darah Bau Rotavirus Dari permulaan + Tenesmus E. coli enterotoksigenik Kadang-kadang Sering distensi abdomen Banyak Sering Berair + Bau tinja E. coli entero invasif + Tenesmus Kolik Hipotensi Salmonella + + Tenesmus Kolik Pusing Bakteriemia, toksemia sistemik Sedikit Sering Berlendir + Kadangkadang Bau telur busuk Hijau + Shigella Jarang + Tenesmus Kolik Pusing Dapat ada kejang Sedikit Sering sekali Kental Sering Sering Tidak berbau Hijau + Tinja seperti air cucian beras Sangat byk Hampir terus menerus Berair Flacks Anyir V. cholerae Jarang Kolik

Sedang Sampai 10/lebih Berair Jarang -

Sedikit Sering Kental + + Tidak spesifik Hijau +

Warna Leukosit Sifat lain

Hijau kuning

Tidak berwarna -

Tabel 3 : Penggunaan antimikrobial pada kasus diare akut tertentu


Diagnosis klinis Obat pilihan Obat pengganti

Tersangka Kolera

Tetracyclin Anak-anak : 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis x 3 hari Dewasa : 500 mg 4 x sehari x 3 hari

Furozoline Anak-anak : 5 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis x 3 hari Dewasa : 100 mg 4 x sehari x 3 hari
Erythromycin Anak-anak : 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis x 3 hari Dewasa : 250 mg 4xseharix3 hari

Shigella disentri

Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dibagi Nalidixic Acid 4 dosis x 5 hari atau 55 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis x 5 hari (semua umur) Trimethoprim (TMP) Metronidazole Tetracyclin Sulfamethaxazole (SMX) Anak50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis x 5 anak : TMP 10 mg/kgBB/hari hari (semua umur)) dibagi 2 dosis x 5 hr Dewasa : TMP 160 mg dan 800 mg 2 x sehari x 5 hari

Amubiasis akut

Metronidazole Anak-anak : 30 mg/kgBB/hari x 5 10 hari Dewasa : 750 mg 3 x sehari x 5 10 hari

Pada kasus yang sangat berat, Dehydroemetine HCl dengan suntikan intramuscular yang dalam : 1 1 .5 mg/kgBB, maksimum 90 mg sampai 5 hari tergantung reaksi badan (respon) ( semua umur

1. Semua dosis yang diberikan adalah pemberian melalui mulut, kecuali bila ditetapkan lain 2. Penetapan (keputusan) pemilihan pengobatan harus memperhatikan resistensi obat di daerah tersebut 3. Pengobatan dengan antibiotika bukanlah satusatunya cara untuk suksesnya pengobatan, tetapi dapat mempersingkat lamanya penyakit pada kasuskasus yang berat 4. Pilihan lain termasuk : Chloramphenicol dan TMP SMX 5. Antimikrobial terutama dipakai pada anak dengan demam yang tidak mau turun 6. Tinidazole dan omidazole dapat juga dipakai .

PENGOBATAN SIMTOMATIK : 1. OBAT-OBATAN ANTIDIARE Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti antispasmodic/spasmolitik seperti papaverin, extractum belladonna, loperamid, codein, dsb, justru akan memperburuk keadaan penderita Obat-obatan tersebut menghentikan peristaltik saja, diare terlihat berhenti, tetapi perut bertambah kembung, dehidrasi bertambah berat. cairan terkumpul di dalam lumen usus, terjadi overgrowth bakteri, gangguan digesti dan gangguan absorbsi yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita

C o n t i n u e d . 2. ADSORBENS Kaolin, pectin, norit, tabonal, attapulgite dan smectite, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya

3. ANTIMIETIK
Pemberian obat antiemetik pada penderita diare yang disertai muntah pada umumnya tidak diperlukan. Muntah akan berhenti bersamaan dengan hilangnya dehidrasi

PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA Penyakit penyerta yang sering :


Penyakit jantung yang berat/gagal jantung Ensefalitis Penyakit ginjal Pneumonia MEP berat. Pada MEP berat cairan rehidrasi yang digunakan adalah ReSoMal (rehydration solution for malnutritition) Antibiotika diberikan sesuai penyakit penyertanya

PENCEGAHAN DIARE Pencegahan diare yang tepat dapat mengurangi insiden diare dan mencegah kematian Ada 7 cara pencegahan diare yang cukup efektif dan dapat dilaksanakan, yaitu :

1. Pemberian ASI eksklusif untuk 4 6 bulan pertama dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun
2. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat jenis, tepat waktu dan bersih 3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan & untuk minum 4. Cuci tangan 5. Penggunaan jamban 6. Pembuangan tinja bayi yang aman 7. Imunisasi campak

VAKSIN ROTAVIRUS

Rotavirus adalah penyebab utama diare pada


anak di dunia. Infeksi alamiah primer menimbulkan gejala klinis yang berat , selanjutnya lebih ringan.

Incidens negara maju dan negara berkembang


sama. Tidak dapat dicegah dengan perbaikan hygiene dan sanitasi.

Pencegahan yang paling efektif adalah immunisasi.


Vaksin rotavirus : ada, oral, tetapi masih mahal

KESIMPULAN :

Pada diare akut :


1. Utamakan rehidrasi oral sejak awal. 2. Rujuk kasus berat ke RS untuk terapi rehidrasi parenteral (TRP). 3. Continued feeding untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah malnutrisi. 4. Penggunaan antibiotika secara rasional. 5. Suplementasi Zinc 10-20 mg selama 10-14 hari. 6. Probiotik. 7. Vaksinasi rotavirus bila mungkin. 8. Edukasi kepada orang tua tentang tatalaksana diare akut di rumah dan pencegahan diare.

You might also like