You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

Energi adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari kebutuhan akan energi semakin meningkat, peningkatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, gaya hidup, kepuasan manusia yang tak ada hentinya, semakin majunya peradaban manusia dan lain-lain. Energi berdasarkan sumbernya dibedakan atas 2 yaitu energi yang terbarukan dan yang tidak terbarukan. Energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah energi yang tidak terbarukan. Dengan demikian energi tersebut semakin lama akan semakin berkurang. Contoh dari energi yang tak terbarukan adalah minyak bumi yang berasal dari fosil-fosil yang telah berjuta-juta tahun berada di dalam perut bumi. Untuk memenuhi kebutuhan akan energi maka diperlukan pembangkit-pembangkit energy listrik diantaranya adalah PLTU,PLTA,PLTD,PLTGU,PLTP,dll .pemerintah dalam hal ini adalah PLN yang telah menyediakan energy bagi seluruh masyarakat Indonesia,tidak lepas dari bantuan pembangkit-pembangkit swasta yang ikut serta dalam menopang kebutuhan energy nasional.tetapi disamping itu kebutuhan akan energy sejalan dengan limbah yang dihasillkan oleh mesin-mesin pembangkit tersebut,ada yang menghasilkan limbah padat,cair,maupun gas. Untuk menanggulangi masalah limbah yang merupakan hal yang tidak bisa diabaikan maka pemerintah berusaha meminimalisir limbah tersebut.salah satu cara untuk meminimalisir limbah tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan dalam memanajemen/menanggulangi limbah tersebut kepada calon karyawan yang akan bekerja di pembangkit,dalam hal ini dinas pendidikan dan direktorat pendidikan tinggi(dikti) sebagai penyelenggara utama pendidikan dalam negeri.maka dari itu politeknik sebagai salah satu perguruan tinggi negeri dan sebagai lembaga pendidikan penyedia tenaga kerja khususnya industry berperan penting dalam usaha

penanggulangan

limbah,maka

dari

itu

politeknik

memasukkan

matakuliah

manajemen limbah sebagai salah satu mata kuliah yang diharuskan sebagai syarat kelulusan yang dibawakan oleh ayahanda Ir.Tasrif.As sebagai dosen pembimbing manajemen limbah.

1.2 Ruang Lingkup

Bagaimana proses pabrikasi pada PLTU ? Bagaimana dampak limbah terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat? Bagaimana proses memanajemen limbah hasil PLTU sehingga tidak mengganggu masyarakat dan tidak merusak alam sekitar?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui proses pabrikasi pada PLTU sehingga kita dapat mengetahui pada bagian mana yang menghasilkan polusi dan meminimalisir buangan limbah Untuk mengetahui dampak limbah hasil produksi PLTU pada masyarakat dan lingukngan sehingga kita dapat meminimalisir efek yang di timbulkan dari gas buangan PLTU. Untuk mengetahui cara-cara memanajemen limbah gas sehingga sehingga tidak mengganggu masyarakat dan tidak merusak alam sekitar.

BAB II TEORI PENDUKUNG


PROSES PABRIKASI PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup.siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap. Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperature tertentu diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran. Ketiga, Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energy listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan. Uap bekas keluaran turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air. Air kondensat hasil kondensasi uap kemdian di gunakan lagi sebagai air pengisi boile. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang. Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel lansung dengan turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energy listrik dari terminal output generator. Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel langsung dengan turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energy listrik dari terminal output generator.

GAS LIMBAH YANG DIHASILKAN Limbah yang terjadi di PLTU ada pada bagan yang disebut boiler dimana batubara dibakar. Hasil pembakaran batubara di boiler menghasilkan dua produk utama yaitu flue gas dan ash. Ash disini pun dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu bottom ash dan fly ash. Bottom ash adalah abu hasil pembakaran batubara yang memiliki masa lebih berat dibandingkan dengan fly ash sehingga bottom ash langsung turun menuju bagian bawah boiler setelah terjadi pembakaran batubara. Sedangkan fly ash merupakan abu yang ringan sehingga ikut terbawa ke dalam aliran gas (flue gas) yang akan dialirkan menuju stack. Penanganan bottom ash relatif lebih mudah ketimbang fly ash. Karena sifatnya yang berat, bottom ash cukup diberi wadah ala kadarnya di bagian bawah penampung ash (primary ash silo) hasil pembakaran batubara di boiler Yang membutuhkan penanganan relatif lebih sulit adalah fly ash. Oleh karena sifatnya yang ringan, maka fly ash tercampur ke dalam flue gas dan memiliki kemungkinan untuk keluar dari stack sebagai partikel padat terlarut. Hal ini tentunya tidak boleh dan membahayakan bagi lingkungan.

DAMPAK LIMBAH YANG DIHASILKAN OLEH PLTU Menurut (buku yang ditulis oleh SRIKANDI FARDIAZ yang berjudul POLUSI AIR DAN UDARA yang diterbitkan oleh kanisus tahun 1992 menyebutkan beberapa pengaruh negative dampak pencemaran SO yaitu, terhadap tanaman SO2 akan menyebabkan kerusakan kronis, yang disebabkan terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil pada tanaman sehingga tanaman akan mati, dan pengaruh dampak SOx terhadap manusia adalah iritasi system pernafasan.dan adapun dampak terhadap lingkungan adalah kecepatan korosi pada logam dan perusakan material pada bangunan.

BAB III MANAJEMEN LIMBAH

Cara untuk menanggulangi limbah pada PLTU adalah dengan cara memasang ESP (Electro Static Precipitator). Terjemahan bebas dari ESP adalah alat pengendap elektro statis atau bila ditilik dari penggunaan pada kondisi realnya, ESP adalah alat yang digunakan untuk menangkap debu dengan menggunakan prinsip elektrostatis. ESP ini dapat menangkap hingga 99% fly ash. ESP bekerja dengan memanfaatkan prinsip elektrostatis. Seperti pada percobaan gosok menggosok penggaris mika di rambut, kemudian didekatkan ke potongan kertas kecil dankertas-kertas tersebut tertarik ke penggaris mika. Kenapa bisa seperti itu? Hal itu terjadi karena terjadi beda potensial/beda muatan listrik antara dua benda yang berdekatan.

Itulah prinsip dasar pengoperasian ESP. Flue gas yang mengandung fly ash, dilewatkan ke dalam alat yang mensuplai aliran DC tegangan tinggi. Partikel fly ash yang lewat melalui alat tersebut akan bermuatan listrik sehingga kemudian dengan keajaiban elektrostatis, maka partikel fly ash akan menempel di sisi elektroda yang memiliki muatan listrik lebih rendah. Begitu saja prinsip dasarnya. Lalu apabila elektroda sudah kotor dengan debu, maka ada alat yang lazim disebut dengan hammering device atau terjemahan bebas dan sembarangannya adalah alat untuk pukul-pukul elektroda yang sudah kotor agar fly ash yang menempel bisa lepas. ESP ini sebenarnya sudah cukup untuk mengamankan limbah keluaran PLTU dari sisi pengendalian debu. Namun ESP hanya berfungsi untuk mengeliminir limbah padat saja. Limbah kimia macam SOx dan NOx tidak dapat dieliminir oleh ESP.

Untuk mengamankan limbah keluaran PLTU dari sisi kimia itulah yang kemudian diberikan lagi satu alat tambahan yang bernama FGD (Flue Gas Desulfurization). Sesuai dengan namanya, FGD (Flue Gas Desulfurization) adalah alat yang berguna untuk menghilangkan/mereduksi Sulfur Dioksida (SO2) dari flue gas (gas buang) hasil pembakaran batubara PLTU. Kenapa SO2 harus dihilangkan? Karena menurut penyelidikan para ahli kulit ternama di LOreal Institute Paris, SO2 adalah tersangka utama terjadinya hujan asam dan tidak ada seseorang pun di dunia ini yang suka dengan yang namanya hujan asam. Begitu ceritanya saudara-saudara. FGD ditempatkan setelah ESP untuk memastikan tidak terlalu banyak partikel padat yang harus dihandle oleh si FGD sehingga peran FGD benar-benar fokus untuk menangani pengurangan limbah kimia proses pembakaran batubara di PLTU.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Dari makalah yang kami buat maka kami dapat menyimpulkan bahwa walaupun kebutuhan manusia akan energy dan limbah yang dihasilkan dari pembangkitan tidak akan pernah putus, tetapi kita dapat meminimalisir limbah gas dan padat yang dihasilkan oleh PLTU dengan menggunakan alat yang disebut FGD (Flue Gas Desulfurization) adalah alat yang berguna untuk menghilangkan/mereduksi Sulfur Dioksida (SO2) dari flue gas (gas buang) hasil pembakaran batubara PLTU.dan ESP (Electro Static Precipitator) adalah alat yang digunakan untuk menangkap debu dengan menggunakan prinsip elektrostatis

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

POLUSI AIR DAN UDARA Srikandi fardiaz,Kansius 1992. http://google.com.makalahPLTU http://google.com.mengenalPLTU

You might also like