Professional Documents
Culture Documents
Nama "Vincentius a Paulo" dipakai oleh rumah sakit Katolik di Surabaya, SD dan SMP Katolik di Garum Blitar dan Surabaya, satu paroki di Surabaya (Jalan Widodaren) dan satu paroki di Kediri, juga SMA Seminari di Garum, Blitar, Jawa Timur, dan panti asuhan di Jakarta (Jl. Otto Iskandardinata No. 76 A Kel. Bidara Cina Kec. Jatinegara, Jakarta Timur). Vincentius juga disebut Bapak orang miskin karena cinta dan pelayanannya kepada orang miskin. Oleh Paus Leo XIII, Paus pencetus Ajaran Sosial Gereja, Vincentius dideklarasikan sebagai santo pelindung (patron saint) karya amal cinta kasih Gereja Katolik (bersama Santa Luisa de Marillac pada waktu Paus Yohanes XXIII dalam suratnya Omnibus Mater).[1]
sepuluh ribu imam yang tidak berbuat apa-apa.[4] Saat ini Kongregasi Misi memiliki anggota sekitar 4000 orang yang terdiri dari imam dan bruder dan tersebar di wilayahwilayah Eropa, Afrika, Amerika Latin, Asia, dan Australia serta kepulauan pacifik.[5]. Seperti pendirinya, seorang CM mengenakan semangat Kristus, yang mewartakan Injil kepada orang-orang miskin. Semangat itu diterjemahkan dalam karya-karya pendidikan para calon imam (seminari), pendidikan awam, berkarya di paroki dan universitas, serta aneka karya pastoral di keuskupan-keuskupan.[6] Disamping CM, Vincentius juga mendirikan serikat Suster Puteri Kasih (PK) tahun 1633 bersama Santa Luisa de Marillac. Suster Puteri Kasih dalam sejarah Gereja adalah sustersuster pertama yang memiliki ciri khas dapat berkarya merasul, berkeliling dari pelosok desa ke desa atau di kampung-kampung kota, mengunjungi, merawat dan melayani orang-orang miskin. Sebab pada zaman itu, yang disebut suster haruslah tinggal dalam biara. Dalam sejarahnya, suster-suster Puteri Kasih adalah para biarawati yang aktif melayani dan merawat yang sakit dan terluka pada waktu perang, baik semasa perang saudara sesudah revolusi Perancis maupun Perang Dunia Pertama maupun Kedua. Tahun 1945, jumlah mereka pernah mencapai 45.000 suster. Tahun 2010 jumlah mereka menyusut, tetapi masih terbesar di antara tarekat-tarekat religius yang lain: 23.000 suster.
[7]
Selain CM dan PK, Vincentius juga mendirikan Asosiasi Persaudaraan Cinta Kasih yang pada zaman itu (abad ke-17) anggota-anggotanya terdiri dari ibu-ibu bangsawan di Perancis. Di Indonesia, asosiasi ini disebut AIC (Asosiasi Ibu-ibu Cinta Kasih).[8]
orang miskin dikontemplasikannya sebagai sebuah pengalaman rohani bertemu dengan Tuhan sendiri.[12] Pada tahun 1633, seorang profesor sastra di Universitas Sorbonne Paris, Frederic Ozanam bersama kawan-kawannya mendirikan kelompok sosial yang terdiri dari anak-anak muda. Ozanam mengambil spiritualitas Vincentius sebagai pondasi semangat kelompoknya. Kelompok sosial itu disebut Serikat Sosial Vincentius (SSV) yang saat ini berkembang pesat di seluruh dunia dengan anggota kurang lebih satu juta awam Katolik maupun dari agama lain. Pengaruh Vincentius juga nyata dalam semangat pelayanan Beata Ibu Teresa dari Calcuta India. Dalam satu dua tulisan rohaninya, Ibu Teresa pernah berkata bahwa Santo Vincentius adalah inspirasi pelayanan cintanya kepada orang-orang terlantar.