You are on page 1of 2

Batasan Evolusi: Fitria Dwi Apriyanti (103204016)-Pend.

Biologi 2010 A POLEMIK PENCIPTAAN DAN KEBERADAAN MAKHLUK HIDUP Makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat beragam. Mereka terdiri dari sebagian besar dunia tumbuhan dan hewan, bahkan dengan seiring berkembangnya zaman beserta khasanah IPTEK, ditemukan berbagai kelompok dunia makhluk hidup yang baru, antara lain bakteri, protista, jamur, dan lain-lain. Biodiversitas yang muncul di muka bumi ini tak pelak memunculkan adanya polemik bagaimana asal usul makhluk hidup di bumi. Polemik ini muncul semenjak Darwin mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bukunya On The Origin of Species. Dalam buku tersebut Darwin menyimpulkan bahwa seluruh mahluk hidup berasal dari leluhur (moyang) yang sama (Unity of Descent) melalui mekanisme Seleksi Alam (Natural Selection). Dalam teori evolusi Darwi menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup muncul menjadi ada sebagai hasil peristiwa alamiah biasa yang tidak disengaja, atau secara kebetulan. Melalui hipotesis kebetulan tersebut dengan kurun waktu yang sangat lama, yakni ratusan juta bahkan milyaran tahun, maka akan terbentuk makhluk hidup baru dan terus mengamali evolusi sampai sekarang ini. Sel primitif sebagai moyang seluruh makhluk hidup bekembang menjadi makhluk hidup yang berbeda-beda seiring berjalannya waktu. Itulah teori Darwin yang menyatakan bagaimana asal usul makhluk hidup bumi berasal. Namun seiring berjalannya waktu teori evolusi Darwin ini terbantahkan dengan berbagai fakta penemuan. Salah satu yang hadir untuk membantah keras teori evolusi Darwin ini adalah Teori Penciptaan Harun Yahya (nama samaran bagi Adnan Oktar, dkk) yang menyatakan bahwa jagad raya, bumi dan seluruh isi makhluk hidup tidak terbentuk secara kebetulan seperti yang dikemukakan Darwin, melainkan muncul secara tiba-tiba dan sengaja diciptakan oleh Tuhan secara sempurna tanpa ada masa perubahan atau evolusi dan semua makhluk hidup diciptakan secara terpisah. Menurut pribadi sebagai seorang biologi yang agamis tentu tidak lah setuju dengan mekanisme teori yang dikemukakan oleh Darwin dan lebih condong kepada teori penciptaan yang diusung oleh Harun Yahya, yakni semua berasal dari Tuhan. Berbagai fakta telah terpampang nyata bahwa biodiversitas makhluk hidup yang ada sungguh tidak mungkin tercipta dengan alasan kebetulan. Kompleksitas struktur, anatomi, fisiologinya sungguh sangat sempurna dan memperlihatkan fakta kehebatan yang berbeda-beda antara makhluk hidup satu dengan yang lain. Terlihat mustahil bilamana makhluk hidup tersebut saling bertransformasi menjadi makhluk hidup yang berlainan jenis baik struktur dan fungsi tubuhnya. Memang jika kita belajar taksonomi avertebrata maupun vertebrata sering diawal materi akan disampaikan terlebih dahulu pohon evolusi yang memberikan gambaran silsilah moyang yang jika ditarik akan berujung pada pangkal pohon yang sama, namun itu hanyalah hipotesis yang ditarik berdasarkan kesamaan beberapa struktur bagian tubuh saja. Misalnya pada aves yang dikatakan sebagai hasil evolusi dari reptil karena persamaan ciri morfologi berupa cakar dan sisik yang hanya ditemukan pada beberapa spesies saja. Namun di luar itu, kelompok aves memiliki struktur sayap yang tidak bisa dijelaskan jika itu sebagai hasil modifikasi atau perubahan tungkai depan pada reptil. Padahal kita tahu bahwa itu merupakan karakter diagnostik pada keduanya. Dan sudah jelas bahwa burung purba juga sudah ada yang memilki sternum, walaupun mereka memiliki gigi. Pada bukti yang lain, akan tidak mungkin lagi jika mamalia yang memiliki rambut, hewan darat dikatakan merupakan hasil transisi dari makhluk akuatik yang berangsur-angsur hidup di darat, padahal darat dan air adalah dua lingkungan yang berbeda. DNA, kerumitan struktur dan perilaku hidupnya adalah kesempurnaan dan keajaiban masing-masing individu yang cukup jelas memberikan gambaran betapa sangat kecil kemungkinan jika mereka diciptakan tidak secara terpisah.

Batasan Evolusi: Fitria Dwi Apriyanti (103204016)-Pend. Biologi 2010 A Darwin sendiri mengungkapkan ketidakpastian teorinya pada bukunya pada bab "Difficulties of the Theory". Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organorgan rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru. Namun sampai sekarang ini masih buntu walaupun sudah dibuktikan dengan eksperimen lanjutan melalui Neo-Darwinisme. Setiap eksperimen yang bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein, yang merupakan molekul penyusun kehidupan, dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel, yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium, seperti halnya yang dilakukan oleh Stanley Mayyer yang mengakui penemuannya mengenai protein primitif yang dianggap tercipta pada atsmosfer purba belum mampu menjawab teori evolusi. Beitu pula mekanisme seleksi alam dan mutasi tidak akan mampu menciptakan makhluk hidup baru. Bukti otentik lain yang menumbangkan teori evolusi adalah catatan fosil. Jika memang teori evolusi benar,bahwa makhluk hidup akan berevolusi sedikit demi sedikit untuk yang menjadi sekarang ini, seharusnya ada makhluk hidup transisi (peralihan) antara yang satu dengan yang lain. Ternyata tidak pernah ditemukan di belahan dunia manapun "bentukbentuk transisi" yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Sebagai contoh hipotesis moyang manusia adalah kera purba terbantahkan ketika hasil rekaman berupa fosil ternyata memang kera purba yang telah punah, dan perbedaan tengkorak yang ada bukanlah bukti transisi, melainkan perbedaan ras yang masih kita temukan pada manusia modern. Namun, tidak dapat dipungkiri, bahwa Harun Yahya juga menyatakan kemungkinan jika evolusi memang benar terjadi, maka itu adalah kehendak sang Pencipta yakni, Jika dikatakan bahwa sebuah molekul protein telah terbentuk pada kondisi atmosfir primitif, harus diingat bahwa hukum-hukum probabilitas, biologi dan kimia telah menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Namun jika kita terpaksa menerima bahwa hal tersebut memang terjadi, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengakui bahwa keberadaannya karena kehendak Sang Pencipta. Dan menanggapi bagian terkahir artikel yang menyatakan bahwa seolah-olah Tuhan membingungkan Hambanya, tentunya pernyataan tersebut kurang tepat. Allah memang sengaja menciptakan segala sesuatu secara berulang. Berulang disini berarti makhluk hidup satu dengan yang lain memang ada persamaan dan mengulanginya, bukan Tuhan tidak sempurna, bukan Tuhan tidak bisa langsung menciptakan makhluk hidup seperti yang ada sekarang, apa lagi menipu. Seperti yang tertera dalam Firman-Nya, Dan Dialah yang memulai penciptaan itu, kemudian Dia mengembalikannya/mengulangi kembali ciptaan itu, dan mengulangi itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat Yang Mahatinggi di langit dan bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana". (Q.S. Ar-Ruum [30] : 27), dan pada beberapa ayat yang lain yakni, (Q.S. Yunus [10] : 34), (Q.S. Al-Anbiya' [21] : 104). Allah menciptakan makhluk ada masa dan kiamatnya sendiri, memiliki kelahiran dan kiamat masing-masing. Sebagaimana sabda Rosulullah, bahwa ilmu kita (manusia) hanya setetes air, sedangkan ilmu Allah seluas tujuh samudra. Artinya kita (manusia) berpikir sampai mentok pun itu hanya setetes air. Kita menghayal seaneh apa pun, itu hanya setetes air. Ini semua malah menunjukkan kebesaran Allah tentang konsep tauhid, yakni Allah Maha Esa. Jadi, yang "satu" itu hanya Allah SWT, sedang lainnya ada banyak, termasuk alam semesta seyogyanya juga banyak. Selama mempelajari ilmu pengetahuan itu baik dan membawa manfaat, tidak dilarang asal tidak merusak keimanan kita. Bukankah ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang ? (Albert Einstein).

You might also like