You are on page 1of 11

Edisi 351 15 Maret 2013

LPJ WIHDAH-PPMI dan Pemilu Calon Tunggal


Tongkat estafet WIHDAH kembali bergulir, sidang digelar hingga larut malam demi kelancaran organisasi wanita ini...
Simak Laporan Utama hal 4-8

Sekapur Sirih, Rel dan Gerbong, Halaman 2 Sikap, Kekeluargaan Seharusnya Menciptakan Suasana Kekeluargaan, Halaman 3 Laporan Utama, LPJ WIHDAHPPMI dan Pemilu Calon Tunggal, Halaman 4-5 Komentar Peristiwa, Langkah KBRI dan PPMI Untuk Lindungi WNI, Halaman 6-7 Seputar Kita, PPMI Mengadakan Halaqah Ilmiyah Kedua, Halaman 7 Wawancara, Tsaqofina: Li Kulli Harokah Barokah, Halaman 8 Seputar Kita, Kelompok Kajian AFDA Mengadakan Rukyat Hilal, Halaman 9 Seputar Kita, International Islamic Centre Adakan Penyuluhan untuk Mahasiswa Indonesia, Halaman 9 Opini, Karena WIHDAH Adalah Keluarga, Halaman 10 Kolom, Cendekiawati, Halaman 11 Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi

TROBOSAN ADVERSITING

Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan.

Sekapur Sirih
Jika pemimpin di atasnya atau sebelumnya yang harusnya bertanggung jawab mengayomi, namun malah gemar korupsi, entah itu korupsi waktu atau korupsi materi, sehingga anggotanya tidak diayomi, tidak diperhatikan dan justru ditelantarkan. Dan jika tradisi yang mengakar adalah jam karet dan kesalahan yang terus dipupuk, sehingga subur dan nampak sebagai kebenaran. Atau jika kebiasaan mengkotak-kotakkan golongan terus dipelihara dan diwariskan. Layakkah tradisi tersebut dipertahankan? Sampai kapan kita akan terus bertikai di tengah perjalanan? Sementara kereta lain terus melaju di atas relnya dengan kencang. Menertawakan kita yang menggaungkan persatuan dan ummah wasathiyah dalam setiap obrolan, mimbar, perkumpulan, dan jurnal-jurnal namun dalam ikhtilaf perkara furu saja musti mengeluarkan parang untuk menyalahkan yang tidak sependapat. Masih menyoal kepemimpinan, dalam bulan ini terdapat pergantian estafet kepemimpinan dalam tubuh Wihdah-PPMI. Bagi pemimpin terpilih, semoga bisa bersuara bahwa dirinya berada di sisi moderat. Tidak mewakili golongan tertentu. Husnudzon, optimis dan kepercayaan terhadap mereka harus kita jaga. Namun untuk membuktikannya, mari kita lihat dan saksikan. Selamat membaca.

Rel dan Gerbong


Patah tumbuh, hilang berganti. Sepertinya peribahasa itu cukup tepat untuk mendeskripsikan perjalanan sebuah organisasi secara umum. Estafet kepemimpinan harus berlanjut di tangan generasi penerus. Karena di setiap masa kita akan terus dituntut adanya dualisme, dipimpin dan memimpin. Pada saatnya setiap generasi akan merasakan keduanya. Ada masanya generasi yang bekerja harus pensiun, digantikan oleh generasi baru untuk melanjutkan misi dan cita-cita yang menjadi tujuan didirikannya sebuah organisasi, institusi atau lembaga dan yang semisalnya. Tujuan dan cita-cita itu seperti rel yang membatasi sekaligus menuntun gerbong pada tujuan yang satu. Di mana gerbong tersebut berisi penumpang dengan berbagai macam manusia dengan keunikan karakter, pemikiran dan fisik masing-masing. Dari ragam penumpang di dalamnya, tujuan tetap satu. Begitu pula masinis tetaplah satu. Oleh karena itu, dari manapun golongan, corak pemikiran, atau tanah kelahirannya, tidak selayaknya menjadikan ia berpikir bahwa dengan terpilihnya sebagai orang nomor satu dalam gerbong maka yang berkuasa adalah golongannya. Sedang selainnya kalah telak. Kita bersama sedang menempuh perjalanan dengan satu tujuan. Sedang yang berkuasa memimpin sudah selayaknya dengan kekua-

saannya- mengayomi dan memberi teladan bagi seluruh anggotanya. Karena kekuasaan tersebut adalah amanah yang akan dipertanggung jawabkan, bukan untuk dijadikan lahan kompetisi golongan tertentu. Semua tahu akan hal itu. Namun paradigma sempit itu -mau tak mau- masih dapat dirasakan melalui fakta di lapangan. Mungkin mata kita harus benar-benar terbuka lebar untuk mencermati dan memahami ke arah mana tujuan perjalanan kita. Tujuan -beserta aksesorisnya- yang digagas oleh pendahulu, tentu memiliki iktikad yang baik. Namun dengan hal itu bukan berarti kita tutup mata pikiran untuk tidak bersikap kritis. Cara, alat, media dan nama yang dirumuskan generasi pendahulu adalah menyesuaikan kondisi di zamannya. Keberanian bersikap kritis bukan berarti menentang nenek moyang. Karena mereka juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan dosa. Jika kita mendapati tradisi yang salah dan terlanjur mendarah daging, itu bukanlah suatu penghalang untuk meluruskan rel yang bengkok. Karena generasi penerus tidak selayaknya menjadi generasi yang membebek. Memang ada tongkat estafet yang harus diteruskan perjuangannya, tetapi adanya inovasi serta perbaikan sebagai terobosan baru demi kemaslahatan anggota adalah hal yang tidak boleh dilupakan.

Express Copy
Menerima segala jenis fotokopi Mahatthah Mutsallas, Hay `Asyir Building 102 Sweesry. Hp: 01001726484

Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pimpinan Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Sulhansyah Jibran, Luthfiatul Fuadah Al-Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septini. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)

02

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

Laporan Utama

LPJ Wihdah-PPMI dan Pemilu Calon Tunggal


Tongkat estafet WIHDAH-PPMI kembali berpindah tangan, ditandai dengan terpilihnya calon tunggal saudari Tsaqofina Hanifah sebagai ketua yang memimpin WIHDAH-PPMI 2013-2014 M pada 8 Februari lalu. TROBOSAN mengutus timnya untuk menghadiri sidang SPA WIHDAH-PPMI 2013 dan Pemilu WIHDAH-PPMI 2013 di Wisma Nusantara. Bersama beberapa undangan lainnya, kami ikut serta menghadiri acara sidang tersebut. Dari sekitar 90 undangan yang telah disebar ke berbagai organisasi keputrian Masisir, pada hari pertama hanya 27 undangan yang dapat menghadiri acara sidang tersebut dan pada hari kedua hanya 25 undangan yang datang. Ledy Yulanda selaku ketua panitia sidang menjelaskan bahwa minimnya peserta undangan dikarenakan sidang diadakan pada hari kamis yang banyak berbenturan dengan agenda para peserta diluar sidang, sedangkan panitia SPA dan DP WIHDAH telah sepakat untuk melaksanakan sidang pada hari tersebut. Sidang LPJ WIHDAH peserta sangat antusias Jam karet yang telah membudidaya dikalangan masisir sulit sekali rasanya ditinggalkan. Dalam surat undangan tertera jam 10.00 CLT acara akan dilaksanakan. Akan tetapi, saat tim Terobosan sampai di Auditorium Wisma Nusantara hanya terlihat panitia yang sedang sibuk mempersiapkan acara dan di lantai tiga Wisma Nusantara Kantor WIHDAH-PPMI saudari Nurul Chasanah beserta jajarannya mempersiapkan diri untuk mempresentasikan sidang LPJ WIHDAH. Saat adzan zuhur berkumandang dan jarum jam menunjukan pukul 12.06 saudari Samiah Achmad Madani mulai membuka acara. Meskipun hanya enam peserta yang hadir. Beberapa sambutan disampaikan oleh Ketua Panitia SPA Ledy Yulanda, Ketua DPA Zakiah Zainun dan Jamil Abdul Latif selaku Presiden PPMI. Dalam sambutannya Presiden PPMI menyampaikan ucapan selamat kepada saudari Tsaqofina Hanifah sebagai calon tunggal yang akan memimpin WIHDAH, beliau berpesan agar menjadikan SPA sebagai evaluasi membangun diri untuk mutu WIHDAH mendatang. Acara dilanjutkan dengan shalat zuhur berjamaah. Pada pukul 13.04 acara dimulai kembali dengan majunya tiga Presidium sidang yang memimpin jalannya acara. Saudari Zakiah Zainun yang memimpin sidang pertama membacakan pembahasan agenda tata tertib sidang, dilanjutkan dengan pembacaan LPJ DPA 2012. Dan selanjutnya pembacaan LPJ WIHDAH 2012 oleh saudari Nurul Chasanah. Nurul Chasanah membacakan LPJ dengan dilengkapi tayangan slide show yang menampilkan satu persatu program kerja yang telah terlaksana. Dari banyaknya program kerja yang ada, WIHDAH 2012 telah melaksanakan program kerja sebanyak 93%. Suara riuh tepuk tangan peserta sidang memenuhi ruangan Auditorium Wisma Nusantara. Acara dilanjutkan dengan pembacaan laporan tim verifikasi. Kemudian acara diskors untuk melaksanakan salat ashar. Setelah saudari Nurul Chasanah beserta jajarannya selesai mempresentasikan LPJ WIHDAH 2012, pukul 16.32 acara dimulai kembali. Kini tibalah waktunya pandangan umum peserta sidang yang dibentuk dalam empat fraksi untuk menyampaikan pandangan serta tanggapannya mengenai LPJ WIHDAH 2012. Fraksi pertama yang diketuai oleh Rida Ammita dan Fera Fitri Yanti sebagai juru bicara menyampaikan beberapa poin. Mereka mengawali dengan memberikan apresiasi kepada WIHDAH 2012 yang telah melaksanakan program kerja lebih dari 90%. Kemudian mereka menyampaikan tanggapan kepada Bidang Bikodastika yang tidak lengkap dalam mencantumkan nama-nama keputrian dikarenakan data yang digunakan adalah data yang lama dan kurang valid. Kemudian mereka mempertanyakan dampak positif bagi Masisir dari hubungan kerja eksternal dan internal WIHDAH-PPMI yang dilakukan ketika acara Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di New Delhi beberapa bulan lalu, mereka pun menanyakan alasan tidak adanya publikasi yang jelas dari pihak WIHDAH tentang acara tersebut. Mereka pun mempertanyakan masalah acara Sumpah Pemuda yang diadakan di American Future pada 28 Oktober tahun lalu, yaitu tentang penampilan teater yang menurut pandangan sebagian orang terlihat kurang pantas untuk ditampilkan. Mereka mempertanyakan apakah tidak ada standar penampilan dalam acara tersebut, padahal acara tersebut dihadiri bukan hanya orang Indonesia sendiri, namun dihadiri juga oleh mahasiswa asing lain. Hal ini langsung ditanggapi oleh pihak WIHDAH. Mengenai banyaknya data yang kurang valid mereka beralasan bahwa hal itu dikarenakan oleh sulitnya meminta data terbaru dari organisasi-organisasi keputrian itu sendiri. Mereka meminta maaf atas kesalahan dalam mencantumkan data keputrian tahun lalu. Kemudian Durrotul Badiah menambahkan agar bidang bikodastika mendata keputrian masisir dalam kurun waktu per-semester agar kedua pihak saling memudahkan. Adapun mengenai acara PPI, mereka mengatakan telah mensosialisasikan melalui Suara PPMI dan catatan facebook dengan menandai masingmasing kekeluargaan dalam catatan itu. Sedangkan mengenai acara Sumpah Pemuda, mereka mengatakan bukan hanya dari kalangan akhwat yang mengatakan seperti itu, dari kalangan ikhwan pun berpendapat hal yang sama. Mereka meminta maaf, dan untuk kedepannya akan menjadi pelajaran agar tidak terulang hal yang sama. Selanjutnya tanggapan datang dari fraksi kedua yang diwakili oleh Faznir. Point pertama mereka menanggapi Bidang Keorganisasian dalam masalah konsolidasi keputrian Masisir yang tidak merata. Kedua, bidang kerohanian dalam masalah kebersihan mushola, tidak adakan jadwal piket yang dilaksanakan karena mushola terlihat kotor. Mereka juga mempertanyakan kembali masalah acara Sumpah Pemuda. Faznir menjelaskan masalah tentang penampilan teater. Dalam penampilan teater tersebut ada satu peran yang memicu perbincangan oleh berbagai pihak terutama mahasiswi, yaitu seorang laki-laki yang berperan menjadi seorang wanita. Mereka menilai hal itu tidak pantas dilakukan oleh seorang mahasiswa Azhar yang memiliki basik Islam. Mereka pun menilai bahwa hal itu secara tidak langsung telah membolehkan seorang laki-laki untuk menjadi seorang wanita. Sebagai wanita kami merasa dipermalukan ucap Faznir. Mereka pun lalu menanyakan apakah pihak WIHDAH tidak mengetahui bentuk agenda acara yang akan dilaksanakan, sedangkan acara tersebut diadakan bekerjasama dengan pihak PPMI. Kemudian tanggapan tentang kerjasama yang dilakukan dengan Jamiyah Syariyah, mereka mempertanyakan sebab berhentinya beasiswa Jamiyah Syariyah. Terakhir fraksi ini menyampaikan sarannya kepada WIHDAH agar publikasi kegiatan WIHDAH tidak berpatok hanya kepada jejaring sosial facebook. Kini giliran WIHDAH menanggapi hal yang telah disampaikan fraksi kedua, terkait bidang keorgaisasian WIHDAH meminta maaf karena pada saat itu berbarengan dengan acara sparkling WIHDAH yang sangat padat rentetan acaranya, sehingga waktunya pun terbagi dengan dua kegiatan tersebut. Mengenai acara Sumpah Pemuda pihak WIHDAH menanggapi bahwa adannya kerjasama dengan PPMI yaitu kerjasama dalam pembagian tugas. Dan masalah minhah Jamiyah Syariyah mereka menanggapi bahwa Jamiyah Syariyah lebih mendahulukan warga Mesir, karena warga Mesir sedang krisis ekonomi. Tetapi pihaknya menjelaskan bahwa silaturahmi antara WIHDAH dan Jamiyah Syariyah tetap berjalan baik. Dilanjutkan giliran fraksi ketiga

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

04

Laporan Utama
menyampaikan tanggapannya. Fraksi yang diketuai oleh Siti Zulfa Munaqosyah ini memberi saran kepada WIHDAH agar mengantisipasi dalam memilih tim formatur yang akan pulang atau tidak, dan memberi saran untuk mencari Designer sendiri dalam pembuatan pamflet agar bisa mandiri. Pihak WIHDAH menanggapi itu tergantung kepada masing-masing individu atas kesadarannya memegang tanggung jawab dan akan menusahakan untuk mencari designer khusus untuk WIHDAH. Fraksi terakhir yang diketuai oleh Sri Mulyani memberi tanggapan mengenai ketidak lengkapan data nilai kelulusan keputrian Masisir, karena yang terdata hingga saat ini hanya mahasiswi peraih nilai mumtaz dan jayyid jiddan. Mereka mempertanyakan mengapa nilai yang lainnya tidak ada, dan mengapa tidak ada nilai perbandingan dengan tahun lalu. Pihak WIHDAH meminta maaf atas ketidak lengkapan data yang ada dikarenakan Bidang Bikodastika bekerja sendirian, mengenai perbandingan data pihak WIHDAH mengeluarkan grafik yang telah dibuat. Pukul 6.20 acara dilanjutkan dengan penilaian masing-masing fraksi atas kinerja WIHDAH 2012 selama setahun ini. Pada tahun lalu, sistem penilailan dilakukan dengan pemberian nilai mumtaz, jayyid jiddan, jayyid dan lainnya. Akan tetapi pada tahun ini terjadi perubahan sistem menjadi sistem penilaian diterima atau tidak diterima. Dari keempat fraksi yang ada, seluruh fraksi menyatakan bahwa LPJ WIHDAH 2012 diterima. Suasana Auditorium Wisma Nusantara menjadi haru dengan gemuruh ucapan hamdalah dari DP WIHDAH 2012. Tepat pukul 6.29 sore DP WIHDAH 2012 telah resmi didemisioner dari jabatannya. Sidang Lanjutan dan Pemilu WIHDAH Pada hari pemilihan, Jum`at (8/3) lalu, saat tim TROBOSAN sampai di tempat pemungutan suara (TPS) yang terletak di Wisma Nusantara, keadaan masih sepi, padahal jam sudah menunjukan jam 12.00 CLT. Keadaan itu dikarenakan cuaca buruk dan angin debu yang mengakibatkan para mahasiswi kurang berkenan untuk keluar rumah. Pada saat itu juga terlihat panitia SPA sedang sibuk untuk menyiapkan acara sidang lanjutan DPA yang membahas tentang pengesahan AD/ART WIHDAH-PPMI, sidang pembahasan pelaksanaan TEMUS WIHDAHPPMI dan pembahasan tentang pengesahan Pola Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (P3O) WIHDAH-PPMI. Saat jarum jam menunjukkan pada angka 13.50, seorang petugas acara maju ke podium untuk memulai sidang lanjutan. Meski sidang ini awalnya dijadwalkan akan dimulai pada jam 10.30, namun pada jam dua siang para undangan peserta sidang masih sangat sedikit. Tepat setelah selesainya sidang lanjutan DPA, para undangan TEMUS meminta untuk mengajukan sidang pembahasan dan pengesahan pelaksanaaan dan tata tertib TEMUS serta pembacaan LPJ TEMUS. Sidang kali ini berjalan cukup lancar, akan tetapi sempat terjadi ketegangan antara peserta sidang dalam pembahasan sanksi berupa denda dengan membayar sejumlah uang. Contohnya bagi para TEMUS yang hamil sebelum diberangkatkan ke Daker (daerah kerja) dikenakan denda 3%, banyak para peserta sidang yang tidak menyetujuinnya karena jumlah itu dinilai terlalu sedikit, akhirnya para peserta sidang sepakat untuk menaikan denda menjadi 30%. Setelah berjalannya waktu sidang dan pembahasan tentang sanksi telah selesai datanglah satu undangan TEMUS dan menyebutkan bahawa denda 30% terlalu banyak. Akhirnya sidang memutuskan bahwa pelanggar dikenakan denda sebesar 13%. Setelah selesainya sidang pembahasan tentang TEMUS dan waktu menunjukan jam 18.00 CLT pimpinan sidang mempersilahkan pada peserta untuk menunaikan ibadah sholat maghrib. Setelah menunaikan salat maghrib, para peserta kembali berkumpul untuk menyimak pembacaan LPJ TEMUS. Sempat ada keluhan dari peserta TEMUS ketika membacakan laporan yang disampaikan. Mereka mengeluhkan keterlambatan pengurusan berkas-berkas yang diperlukan, dan mereka juga mengeluhkan gaji mereka yang belum pasti. Berbeda dengan TEMUS tahun sebelumnya yang mana gaji mereka telah dijelaskan perinciannya. Sidang selanjutnya membahas tentang AD/ART WIHDAH-PPMI yang dipimpin oleh Umu Hani Tatila. Keadaan sempat tegang ketika membahas sanksi yang pernah ditetapkan oleh DPA tahun lalu yang membuat peraturan baru dalam AD/ART WIHDAH berupa sanksi bagi setiap pelanggaran peraturan, sanksi ini merupakan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Peserta sidang pun semakin berkurang. Setelah sidang berjalan selama satu setengah jam dan waktu menunjukan pukul 19.45, banyak peserta sidang yang mengundurkan diri karena ketentuan asrama Buuts yang membatasi waktu perizinan hingga pukul 20.00 malam. Maka para peserta sidang meninggalkan tempat sidang berikut tiga pimpinan sidang saat itu yaitu Umi Hani Tartila, Nur Inayah Bahri dan Nur Anisa Utami. Akhirnya ketua sidang memutuskan untuk menentapkan Zakia Zinun (ketua DPA lama) sebagai pengganti pimpinan sidang. Setelah selesainya sidang pembahasan AD/ART WIHDAH PPMI, sidang kemudian dilanjutkan dengan pembahsan P3O, Dalam sidang kali ini berjalan dengan sangat cepat dikarenakan sedikitnya peserta dan waktu sudah menunjukan pukul 22.00 CLT. Saat tim terobosan menemui ketua DPA baru Ledy Yulanda, ia menjelaskan tentang masalah pemilihan ketua WIHDAH jika hanya ada calon tunggal. Ia menjelaskan bahwa peraturan tidak adanya tambahan waktu pendaftaran calon ketua WIHDAH ketika terjadi calon tunggal telah disahkan dalam sidang tahun lalu. Saat itu para peserta sidang telah menyepakati jika suatu saat terdapat calon tunggal dalam pemilihan ketua wihdah maka ketua WIHDAH langsung dikukuhkan tanpa adanya kampanye dialogis. Begitu juga dalam pemilihan calon ketua tunggal, tidak disyaratkan batasan jumlah suara yang harus didapat oleh calon tunggal tersebut. Tepat pukul 23.00 CLT para tim Komisi Kehormatan Pemilu (KKP) menuju ke podium untuk membacakan laporan pertanggungjawaban. Sebagaimana dipaparkan oleh tim KKP bahwa dari awal pemilihan ketua WIHDAH terdapat dua calon ketua WIHDAH yang hendak mendaftarkan diri. Namun salah satu dari calon tersebut tidak memenuhi persyaratan karena terlambat untuk mendaftarkan diri. Calon kandidat itu datang pada pukul 18.17, terlambat 17 menit dari waktu yang telah ditetapkan meski tim sukses dari calon ini telah datang pada pukul 17.53. Maka setelah dilakukan perbincangan antara dewan KKP, mereka memutuskan untuk tidak menerima calon ini dan menetapkan bahwa calon yang bisa mengikuti tahap screening kali ini hanya satu orang, yaitu saudari Tsaqofina Hanifah. Setelah tim KKP selesai membacakan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan pemilihan ketua WIHDAH, maka tepat pukul 23.20 CLT dimulailah penghitungan suara yang dibacakan oleh ketua DPA baru Ledy Yulandadan didampingi oleh tim KKP yaitu Lumtul Choiroh. Penghitungan suara berjalan dengan lancar dan hasil pemilihan suara sebagai berikut: jumlah suara keseluruhan 196 suara, dengan suara terbesar 191 pemilih Tsaqofina Hanifah, suara pemilih golongan putih dengan jumlah 3 suara dan suara tidak sah berjumlah 2 suara. Dan inilah hasil akhir pemilu ketua WIHDAH dan telah diputuskan bahwa saudari Tsaqofina Hanifah menjabat sebagai ketua WIHDAH tahun 20132014. Dan setelah semua prosedur pelaksanaan pemilihan ketua WIHDAH selesai maka tibalah acara selanjutnya berupa pelantikan dan serah terima jabatan ketua WIHDAH 2013 -2014, yang diberikan oleh ketua WIHDAH lama Nurul Chasanah kepada saudarai Tsaqofina Hanifah. Acara ini selesai tepat pukul 24.00 tengah malam. [] Luthfi, Heni.

05

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

Komentar Peristiwa

Langkah KBRI dan PPMI Untuk Lindungi WNI


Tidak bisa dipungkiri, setiap manusia pasti menginginkan keamanan dalam kehidupannya. Bahkan, keamanan merupakan syarat mutlak bagi adanya komunitas. Tanpa keamanan, komunitas bisa bubar dan habis cepat ataupun lambat. Masalah keamanan yang merundung Masisir sepertinya adalah isu lama yang tak kunjung menuai buntut habisnya. 14 Maret 2013 untuk kesekian kalinya Masisir kembali duduk bersama dalam sebuah forum untuk mencoba mendudukan isu tersebut. Berikut laporan Tim TROBOSAN mengenai upaya untuk menjinakkan masalah di atas yang dilakukan oleh KBRI dan PPMI dengan lembaga sayapnya, DKKM. Citizen Service Siang itu dua orang mahasiswa memasuki halaman kantor KBRI menuju loket bendahara KBRI yang berada di sebuah gedung tepat di ujung pandangan mereka. Ketika mendekati tangga masuk, mereka melihat ada sebuah pintu hitam dan tulisan Citizen Service di samping ruang tangga. Mereka pun sempat bertanya-tanya tentang fungsi dari ruangan itu. Pada akhirnya mereka menanyakannya kepada penjaga pintu KBRI di depan ketika mereka pulang. Citizen Service adalah tempat yang disediakan bagi WNI yang ingin menyampaikan keluhannya selama tinggal di negeri ini, terkhusus jika WNI itu memiliki masalah dengan hukum yang ada di Mesir. Citizen Service juga merupakan sarana yang difasilitasi oleh negara demi melindungi warga negara yang berada di luar negeri. Salah satu tugas pokok kita sebagai perwakilan negara di luar negeri adalah untuk melindungi warga negara yang ada di negara itu, sesuai dengan yang tertera pada UndangUndang Dasar 1945 Alinea ke empat, hasil konverensi di Wina, dan undang-undang lain tentang perlindungan warga negara. Ujar Pak Nugroho selaku MC Protokoler KBRI Kairo di sela wawancara yang dilakukan oleh TROBOSAN. Citizen Service sendiri merupakan sarana yang disediakan oleh Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) untuk melindungi WNI di beberapa negara yang telah ditetapkan oleh peraturan Kemenlu. Menurut kebijakan Kemenlu no. 4 tahun 2008, terdapat 24 perwakilan KBRI yang ditetapkan memiliki Citizen Service, namun KBRI Kairo tidak termasuk dari 24 perwakilan tadi. Adanya Citizen Service di KBRI Mesir ini adalah insiatif dari pihak KBRI mengingat banyaknya kasus yang terjadi di sini. Lebih lanjut Pak Nugroho menjelaskan bahwa menurut data KBRI per-Desember 2012, setidaknya terdapat 6890 orang WNI di Mesir. Sekitar 4500-nya adalah mahasiswa, dan 1200-nya adalah TKI informal yang tidak memiliki payung hukum sama sekali. Banyaknya WNI dan khususnya TKI yang tidak memiliki status hukum inilah yang menjadi latar belakang KBRI Kairo berinisiatif untuk mengadakan Citizen Service, meski belum mendapatkan ketetapan dari Kementrian Luar Negeri. Citizen Service pada prakteknya lebih banyak mengurusi TKI yang bermasalah. Hal itu dikarenakan Mesir bukanlah negara tujuan pengiriman tenaga kerja dan Mesir sendiri tidak menerima kiriman tenaga kerja karena merupakan negara pengirim tenaga kerja ke luar negeri. Maka, TKI di negeri ini sebagian besar tidak memiliki payung hukum, mereka tidak memiliki kontrak kerja yang jelas, tidak ada tunjangan maupun asuransi. Oleh karena itu, sejak tahun 2012 KBRI menyewa pengacara untuk mengurusi berbagai macam permasalahan yang menyangkut hukum yang berlaku di negeri ini. Pengacara itu diperlukan ketika salah seorang WNI harus berurusan dengan pengadilan dalam masalah hukum perdata ataupun pidana. Selain itu, KBRI melalui Citizen Service telah memiliki tempat penampungan sementara bagi para WNI yang membutuhkan perlindungan. Di dalamnya banyak terdapat TKW yang tidak memiliki tempat tinggal, atau memang bermasalah atau juga menunggu untuk dipulangkan ke Indonesia. Di antara mereka pun pernah ada salah seorang WNI yang datang untuk berwisata, backpacker, yang kehilangan pasport dan seluruh barangnya. Akhirnya ia tinggal sementara di tempat penampungan itu untuk menunggu pengurusan visa dan tiket kepulangannya. Namun, pelayanan yang selama ini diberikan kepada mahasiswa sebagian besar masih berkisar di pengurusan berbagai macam dokumen, baik izin tinggal maupun legalisir berkas. Masih menurut Pak Nugroho, diantara hal yang paling mencolok dari pelayanan KBRI kepada Masisir selama ini adalah berupa pemberkasan. Pemberkasan ini sudah mencapai puluhan ribu setiap harinya. Bahkan pelayanan yang seharusnya dikenakan biaya ini pada prakteknya tidak diberlakukan sama sekali. Ada 31.000 dokumen yang harus saya tanda tangani setiap harinya, ujar beliau. Citizen Service jarang mendapatkan laporan maupun pengaduan yang dilakukan oleh mahasiswa meski nyatanya banyak terjadi tindak kejahatan yang menimpa para mahasiswa khususnya di daerah Hay Asyir. Para mahasiswa dinilai telah memiliki komunitas yang biasa mengurusi masalahnya sendiri selama masalah itu memang bisa diselesaikan sendiri. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan bagi para mahasiswa untuk melaporkan atau mengadukan berbagai masalahnya ke Citizen Service di KBRI, khususnya jika masalah yang dihadapi menyangkut hukum pidana yang berujung ke pengadilan. Masalah yang dihadapai sekarang adalah bahwa Citizen Service ini belum resmi berdiri di KBRI. Namun demikian, menurut Pak Nugroho tahun 2012 lalu sudah ada peninjauan dari Jakarta. Pada peninjauan ini menurutnya Citizen Service di sini sudah dinyatakan layak, maka langkah selanjutnya tinggal menunggu hasil penggodogannya di pusat. Demikian penuturan pihak KBRI yang disampaikan oleh MC Protokoler Konsuler, Pak Nugroho. DKKM: Citizen Service-nya PPMI Pembicaraan tentang Citizen Service yang bergerak di bidang perlindungan keamanan WNI di Mesir ini tidak bisa terlepas dengan sebuah nama lembaga, yaitu DKKM (Dewan Keamanan dan Ketertiban Masisir). Adanya DKKM bisa dikatakan mirip Citizen Service. Bedanya DKKM hanyalah sebuah lembaga yang dibentuk mahasiswa, yang mana terbatas dana dan kinerjanya. Dalam sebuah halaman website PPMI dijelaskan, tujuan didirikannya DKKM adalah untuk mengamankan dan menertibkan mahasiswa melihat daripada kejadian-kejadian yang telah ada pada tahuntahun sebelumnya yang berupa kriminal yang ada di Masisir. Keamanan dan Ketertiban ini akan menjadi kenyataan apabila dari seluruh lapisan masyarakat Masisir bersatu dan bersama untuk selalu antisipasi dan selau hati-hati dalam melakukan perlindungan pada diri kita sendiri dan kenyamanan kita sendiri dan orang lain , inilah harapan dari kita semua, mudah-mudahan pada tahun ini keamanan dan ketertiban kita selaku masyarakat masisir lebih bisa ditingkatkan dan lebih mendapatkan kenyamanan. Begitulah tujuan pendirian DKKM seperti yang tertera dalam website PPMI. Dalam sejarahnya selama ini, DKKM menjadi tumpuan harapan Masisir untuk mendapatkan pembelaan dan perhatian dari KBRI. Selama ini DKKM memang menjadi satusatunya jalur pengaduan bagi Masisir selain Polisi Mesir tentunya. Bagi sebagian kalan-

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

06

Komentar Peristiwa
gan, DKKM adalah polisi Masisir. Namun anggapan semacam di atas ditolak oleh Abdurrahman Muhammad, selaku ketua DKKM saat dihubungi oleh TROBOSAN. Dia menjelaskan bahwa DKKM bukanlah polisi Masisir. DKKM hanyalah lembaga yang siap membantu memediasi untuk penanganan kriminal atau semacamnya. Kita ingin menghilangkan image Masisir terhadap DKKM yang mana melihat DKKM sebagai Polisi Masisir. DKKM dalam menghadapi laporanlaporan kejadian yang menimpa temanteman Masisir, insya Allah selalu siap untuk membantu jika harus berurusan dengan pihak kepolisian. Harus dititik bawahi, dari awal kami dari DKKM tidak mempunyai kekuatan hukum untuk menemukan tersangka ataupun mengembalikan barang milik korban jika seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Usaha Mentok di Meja Pribumi Kerja DKKM tahun memang berat. Apalagi sejak awal periode DKKM masa sekarang hingga kini belum ada dana bantuan yang cair dari KBRI. Tentu ini menjadi masalah tambahan bagi DKKM sendiri. Dalam sejarahnya, hampir setiap tahun DKKM mengejar KBRI untuk mendapat perhatian dari KBRI terkait penanganan kriminal yang kerap menimpa Masisir ini. Maka kehadiran Citizen Service di Mesir bakal menjadi angin segar bagi Masisir mengingat banyaknya kasus kriminal yang menimpa. Meskipun saat ini belum ada peresmian dari pusat, namun usaha pihak KBRI untuk hal ini patut kita syukuri. Pada Maret 2012 tahun lalu, DKKM mencatat sebelas aksi perampokan telah menimpa Masisir. Sedangkan sepuluh kasus lainnya adalah pencurian dan pembobolan rumah. Jumlah data yang begitu banyak ini selalu terkendala mentoknya proses hukum. Bahkan menurut pengakuan pihak KBRI yang disampaikan Pak Nugroho, tahun lalu terdapat 21 kasus dari aduan mahasiswa akhirnya berhenti tanpa tindak lanjut di kepolisian Mesir. Menurut pengakuan Pak Nugroho, KBRI sudah berusaha menindaklanjuti pengaduan masalah kriminal dari mahasiswa yang telah sampai di meja kerja. Padahal KBRI sendiri sudah melaksanakan tindakan prosedural dengan melaporkan ke kepolisian Mesir berbagai musibah yang dialami mahasiswa ini. Namun sayang, keadaan Mesir yang labil sampai sekarang menjadi hambatan terakhir KBRI dalam mengusahakan payung hukum WNI di sini. Tahun lalu ada 21 kasus tanpa tindak lanjut, pungkas Pak Nugroho. Dalam bincang bertema Sharing Ide Keamanan Masisir di gedung Konsuler 11 November 2012 lalu KBRI mengaku sudah sekuat tenaga berusaha menyelesaikan semua itu, namun pihak Mesir menjadi penutup hasil usaha tersebut. Pernyataan ini juga disampaikan PPMI melalui website resmi mereka. Justru yang jadi tersendat adalah pada Pihak Amn Dawlahnya sendiri. yang menganggap itu cuma masalah "sepele". Dengan itu marilah kita bersama-sama meningkatkan kewaspadan dan pencegahan yang di kembalikan pada diri sendiri. Begitu bunyi kutipan beritanya. Kinerja DKKM sangat terbatas mengingat keadaan yang tak jelas ini. Maka yang paling realistis untuk mereka lakukan adalah baru sebatas mendata sebagian rumah Masisir yang bertempat di kawasan-kawasan rawan kejahatan. Selain itu, DKKM juga sudah melakukan pertemuan dengan kepala polisi yang bertugas menangani kawasan H-10. Kondisi tidak memihak kita melihat kondisi yang semrawut ini. Pihak DKKM sendiri mengaku kesusahan mengatasi keterbatasan ini. Namun pad akhirnya mereka hanya bisa menghimbau agar kita semua lebih wasapada terhadapa keadaan sekitar, mengingat keadaan kita sebagai warga asing yang menjadi incaran utama. [] Tsabit, Fahmi.

Seputar Kita

PPMI mengadakan Halaqoh Ilmiyah kedua


Beliau menjelaskan berbaagai keperibadiannya Saw dengan menambahkan berbagai hadits nabi yang sekiranya makin memperkuat argumentasi beliau. Di akhir-akhir pembahasan disebutkan bahwa pentingnya seorang penuntut ilmu untuk lebih menekankan Tazkiyatun Nafs untuk menyeimbangkan kepribadian seorang Muslim. Dalam pencerahannya disebutkan bahwa sekarang ilmu pengetahuan makin banyak namun tidak dibarengi dengan pensucian diri (tazkiyatun Nafs) yang sepadan. Oleh sebab itu, ungkapnya banyak di antara kaum muslimin yang kehilangan jati diri mereka. Acara ini diselenggarakan tidak lain untuk meningkatan semangat segenap masisir untuk kembali mengambil manfaat dari ulama ternama di Mesir. Di samping menambah khazanah keislaman, juga agar semakin akrab dengan bahasa Arab Fusha. Hal ini sejalan dengan ungkapan penanggung jawab acara, Muh. Basyir Hasyim. Ia mengungkapkan Di dalam wadah ini selain kita bisa mengambil ilmu dari seorang alim ulama juga kita bisa mendengar bahasa fusha yang tidak sering kira temukan di perkuliahan tegasnya Tambahnya, acara ini akan dilakukan secara berkala, dan Halaqoh ilmiah lainnya rencananya akan diadakan lagi bulan depan. Muh. Basyir Hasyim melanjutkan, kita telah menentukan tema dan lokasi acara ini akan diadakan, tentunya dengan bantuan segenap kekeluargaan ungkapnya. Namun pihaknya tidak menuturkan secara pasti apa tema dan lokasi untuk kegiatan serupa selanjutnya. Ia berharap agar acara kedepan dapat memberi kejutan bagi masisir yang senang berinteraksi dengan ulama ternama bumi kinanah ini. Peserta menurut daftar kehadiran berjumlah Sembilan puluh orang. Di antaranya enam puluh satu dari pihak mahasiswa dan dua Sembilan laginya mahasisiwi. Sejalan dengan ini ungkap Presiden PPMI di dalam sambutannya kita harap di dalam kesempatan berharga ini kita dapat mendengar serta mengambil manfaat dari Ustdaz kita, Ulama kita, dan betul-betul memperhatikan apa yang beliau ungkapkan ungkapnya pada saat sambutan dengan mengenakan bahasa Arab. [] Dirga.

Pada hari rabu (13/03) lalu, Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir bekerjasama dengan tujuh kekeluargaan menggelar halaqoh Ilmiah edisi kedua yang bertempat di aula LIMAS pada pukul 18:00 (maghrib) hingga masuk waktu Isya. Acara yang dimotori oleh Dep. Keilmuan DP-PPMI ini mendatangkan Syaikh Yusri Rusydi Jabar al-Husny sebagai narasumber. Halaqoh tersebut bertemakan Ketetapan Islam sebagai Rahmatan lil Alalmin. Acara ini diawali dengan bacaan ayat suci Al Quran oleh Ustadz Ahmad Nabawi, kemudian sambutan singkat dari Presiden PPMI Jamil Abdul Latif menandai dibukanya acara ini dengan beriringan membaca basmalah. Setelah melaksanakan shalat maghrib secarah berjamaah, pembawa Acara selaku Ahmad Ridlhoni menyerahkan sepenuhnya kepada Moderator, Dr. Mahkamah Mahdi, MA. untuk memandu jalannya sesi pencerahaan dari Dr Yusri Rusydi, kemudian diikutkan sesi tanya jawab untuk para hadirin. Sesuai tema halaqoh, di dalamnya beliau memaparkan berbagai uraian substantial dari arti keislaman dan akhlak pembawa risalah Islam, Rasulullah Muhammad Saw.

07

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

Wawancara

Tsaqofina: Li Kulli Harokah Barokah


Jumat 8/3 lalu, diiringi badai angin dan hujan debu WIHDAH telah menentukan ketua baru untuk periode 2013-2014. Mahkota amanat kali ini diserahkan kepada putri yang berkekeluargaan KSW, Tsaqofina Hanifah. Berikut wawancara kru Terobosan dengan ketua WIHDAH, Tsaqofina Hanifah.

Menurut anda pribadi, apa sih WIHDAH itu? Menurut saya WIHDAH adalah suatu wadah untuk mengembangkan diri khususnya mahasiswi. Di dalam WIHDAH mahasiswi bebas berekspresi dan berkreasi karena lingkupnya yang khusus akhwat, jadi tidak ada rasa malu untuk mengeluarkan ide dan kreasinya. Karena jika lingkupnya luar, rasa malu terkadang ada meskipun tidak menafikan bahwa kita juga perlu untuk berinteraksi dengan ikhwan, berbagi inspirasi, bertukar ide dan ilmu. Namun di sini kita jadikan WIHDAH itu organisasi induk mahasiswi yang menjadi tempat belajar diskusi dan berorganisasi. Karena pembelajaran itu bukan hanya kuliah di Azhar saja, tetapi organisasi pun butuh pembelajaran, karena tak lain tujuan berorganisasi adalah sebagai ajang pembelajaran untuk bermasyarakat. Adakah nantinya program anda yang akan menyita jam kuliah, bagaimana sikap anda jika hal itu terjadi oleh organisasi yang masih di bawah naungan WIHDAH? WIHDAH berusaha untuk menyesuaikan atau mengimbangi jam kuliah, pun sebenarnya acara tahun lalu juga sudah dimulai bada zuhur. Namun berbeda dengan panitia, karena memang panitia butuh kinerja lebih. Di awal kami akan konsolidasi dengan seluruh organisasi baik keputrian atau badan afiliatif lainnya. Kalaupun ada organisasi yang mengadakan acara di pagi hari, itu karena kuliah libur. Salah satu program anda adalah Talkshow inspirasi WIHDAH, apa maksud inspirasi WIHDAH tersebut ? Kita mengambil program ini dari sekolah inspiratif yang ada di Indonesia tetapi sistemnya berkala, tidak setiap minggu ada karena banyaknya kegiatan yang kita adakan, jadi kita buat acara ini seperti Talkshow. Untuk konsepnya, misalkan temanya tentang kedokteran maka kita ambil tokoh pematerinya kak Lathifah. Di dalam talkshow ini mahasiswi dapat memahami perjalanan sang narasumber, mendapatkan inspirasi dan motivasinya agar masisir khususnya mahasiswi baru memiliki gambaran untuk masa depannya. Dalam program anda ada kajian literature. Apa bedanya dengan kajian WIHDAH selama ini?

Iya ada bedanya, Kalau WIHDAH selama ini regular dan tema yang diangkat beruntun, anggotanya juga tetap. Namun dalam kajian literature ini nantinya akan membahas berbagai macam masalah dan juga mendatangkan pakarnya. Contohnya masalah ekonomi, nanti kita datangkan tokoh dari PAKEIS. Seberapa yakin program-program anda akan terjalani? Optimis dan keyakinan itu harus ada, namun kita tidak memungkiri hal positif atau negatif itu akan terjadi. Kami tetap berusaha, tetapi hasil tetap di tangan Allah. Allah lah yang berkehendak. Namun kami tetap optimis acara akan berjalan dengan baik dan bermanfaaat. Dalam wawancara dengan Informatika anda berkata, jika anda ingin mengambil DP WIHDAH dari setiap kekeluargaan. Tetapi bukankah itu tidak menutup kemungkinan anda mengambil satu kelompok, misalnya dari Almamater tertentu? Kita tetap berusaha mengambil dari setiap kekeluargaan. Tidak mematok satu pihak, karena WIHDAH itu berarti satu, jadi saya ingin mengambil DP WIHDAH itu juga menyeluruh. Merupakan hal yang lumrah jika setiap orang mempunyai ideologi dan keyakinan masing-masing. Namun jika dikaitkaitkan dengan hal ini (ideology dan organisasi-red) menurut saya itu kurang pas. Seperti yang disinggung dalam Informatika, dari segi bahasa nama WIHDAH seharusnya Wahdah. Sebagai ketua WIHDAH adakah keinginan anda untuk menggantinya? Memang secara lughowi yang benar adalah Wahdah. Berarti persatuan. Namun untuk perubahannya kita perlu musyawaroh kembali. Karena ini sudah menjadi hal turuntemurun. Seperti halnya kata Marodh yang secara konteks bahasa seharusnya Maridh. Ibu Ellywarti sendiri yang mendirikan pertama kali WIHDAH pun belum menelusuri hal itu. Menurut anda, ke mana arah orientasi mahasiswi saat ini? Apakah ke organisasi atau ke mana? Menurut saya mahasiswi saat ini ada 3 golongan, yang pertama bisnis, kedua organisasi dan kajian, ketiga dunia sendiri. Banyak diantara mahasiswi yang aktif dalam berorganisasi baik di keputrian, badan afiliatif, ormas, maupun WIHDAH sendiri, juga diantaranya banyak yang ikut kajian, talaqi, aktif kuliah dan lain sebagainya. Lalu yang ketiga itu dunia sendiri. itu dinamika masisir yang saya perhatikan. Bagaimana komentar anda dengan dinamika Masisir yang anda jelaskan tadi? Yang namanya dinamika itu selalu

berubah seiring dengan perkembangannya. Namun kita berusaha untuk memprioritaskan apa tujuan kita untuk datang ke mesir ini. Tentunya tujuan orang datang ke mesir ini tak lain untuk belajar, belajar di kuliah atau belajar berorganisasi. Bolehlah berbisnis tetapi kita juga tidak lupa akan niat awal kita untuk datang negeri kinanah ini. Oleh karena itu kita harus bisa menyeimbangkan antar ketiganya. Tak bisa dipungkiri, masisir terpecah dalam beberapa golongan, adakah program WIHDAH untuk menyatukan mereka? Iya memang mindset masisir yang terpecah dalam beberapa golongan itu sudah ada dari dulu. Untuk merubahnya, kita mulai dari diri kita untuk tidak menstigma suatu golongan tertentu. karena suatu pikiran itu mempengaruhi pikiran yang lain. Dan di WIHDAH ini, seperti tema SPA WIHDAH (menuju WIHDAH yang satu) kita tampung ide dan inspirasi seluruh mahasiswi bukan untuk satu pihak atau golongan tertentu. Juga kita rangkul semuanya melalui acara WIHDAH. Contohnya Talk Show WIHDAH, semua orang bisa datang, kajian literature, semua orang bisa ikut dalam kajian tersebut tidak dikhususkan pada golongan tertentu, juga nanti dalam DP WIHDAH kita ambil dari setiap keputrian. Dari situ terbukti bahwa WIHDAH itu ingin menyeluruh. Namun jika masih ada yang hanya berpihak pada golongan tertentu, menurut saya pikiran-pikiran seperti itu adalah pikiran yang sempit. Dan mindset itu mempengaruhi yang lain. Oleh karenanya dari diri sendiri kita rubah mindset kita, kita perbaharui pikiran kita. Akhir-akhir ini PPMI didominasi satu kelompok saja, efeknya PPMI tidak bisa merangkul mahasiswa, komentar anda? Untuk menjawab hal ini kita perlu mengumpulkan fakta-fakta, karena menurut saya setiap orang itu memiliki pandangan masingmasing. Kalau memang dirasa ada kekurangan dalam tubuh PPMI ataupun WIHDAH misalnya, sampaikan saja langsung kepada PPMI atau WIHDAH agar itu menjadi masukan bagi kami. Dari pemilihan kemarin suara yang anda terima 196 suara, lalu dengan hasil itu apakah menunjukkan kurangnya perhatian Masisir khususnya Mahasiswi terhadap WIHDAH? Tidak semua pernyataan itu benar. Menurut saya hal itu terjadi karena banyak faktor, di antaranya hari yang dipilih untuk pemilu itu hari jumat. hari jumat adalah hari libur aktifitas, semua orang sibuk dengan kegiatan pribadinya masing-masing. Berbeda dengan hari-hari biasa yang mana orang-orang akan

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

08

Seputar Kita

Kelompok Kajian AFDA mengadakan Rukyat Hilal


LE. yang didapat dari iuran pribadi masingmasing anggota kajian. Hilal kali ini telah diperkirakan akan berada di ketinggian 9 derajat di atas ufuk sebelah barat ketika matahari terbenam. Sayangnya cuaca dan keadaan langit pada hari itu kurang mendukung observasi. Angin kencang beserta debu memenuhi langit Alexandria sejak awal kedatangan mereka di kota itu pada pukul satu siang. Dan hingga sore hari, debu masih menutupi pandangan hingga matahari pun sudah tidak lagi terlihat meski waktu masih menunjukkan waktu jam lima sore. Namun meski hilal tidak bisa terlihat karena buruknya cuaca sore itu, para mahasiswa ini tetap antusias untuk melanjutkan observasi langit pada malam itu. Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan tentang teleskop oleh saudara Furqon Hakiki, salah seorang mahasiswa yang sempat bergabung dengan komunitas astronomi HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta). Ia menjelaskan berbagai jenis teleskop dan kegunaannya, sekaligus menjelaskan tips-tips dalam membeli teleskop yang bagus untuk observasi. Kegiatan lalu dilanjutkan dengan praktek menggunakan teleskop dengan memindai beberapa benda langit yang terlihat pada malam itu, seperti planet Jupiter dan beberapa bintang. Pada keesokan harinya, kegiatan dilanjutkan di Planetarium yang terletak di Perpustakaan Umum Alexandria. Di tempat ini mereka menonton pemutaran dua buah film pendek tentang air di tata surya dan astronomi dalam literatur peradaban Mesir. Pada sore harinya, saat mereka hendak kembali pulang ke Kairo, langit tampak cerah dan bulan sabit pun terlihat jelas di langit sebelah barat. Akhirnya mereka pun kembali memasang teleskop di sebuah taman di depan stasiun Alexandria untuk memindai dan memotret bulan sabit dan beberapa benda langit yang terlihat saat itu. Nuril Dwi, Koordinator Kajian mengatakan harapannya, Semoga dengan acara ini para anggota bukan hanya belajar teori saja, namun juga bisa melakukan praktek di lapangan. Agar ada sinkronisasi antara teori dan praktek [] Fahmi.

Doc: TROBOSAN

Pada senin (12/3) lalu, tiga belas orang mahasiswa yang tergabung dalam kelompok kajian AFDA (Astronomy and Falak Deep Analysis) PCI Muhammadiyah Mesir melakukan rukyat hilal untuk bulan Jumadal Ula 1434 H. di pantai Muntazah, Alexandria. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menambah pengalaman para anggota dalam merukyat hilal, jelas Nuril Dwi, Koordinator Kajian AFDA. Rukyat hilal kali ini dibantu dengan dua buah teleskop untuk membantu penglihatan dalam melihat hilal. Teleskop itu dibeli di sebuah toko khusus yang terletak di daerah Thantha dengan harga satuan sekitar 3.000

International Islamic Centre Adakan Penyuluhan untuk Mahasiswa Indonesia


Selasa (5/3) lalu, International Islamic Centre for Population Studies and Research, sebuah lembaga di bawah Al-Azhar yang khusus meneliti tentang kesehatan dan populasi masyarakat menggelar seminar untuk sekitar 50 mahasiswa Indonesia. Acara ini dilaksanakan di gedung Islamic Centre yang terletak di bagian belakang kampus Al-Azhar Darrasah. Seminar yang bertajuk Kesehatan Reproduksi dan Cara Menjaganya ini menghadirkan Prof. Dr. Jamal Abu Surur, direktur International Islamic Centre, Prof. Dr. Thaha Abu Karishah, mantan wakil rektor universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Abdullah AlHusaini, mantan menteri perwakafan Mesir, Prof. Dr. Hamid Abu Thalib, mantan dekan fakultas Syariah wal Qonun, dan Prof. Dr. Ahmad Rajai Abdul Hamid, pengajar ilmu kesehatan reproduksi di Islamic Centre-Kairo. Acara dibuka tepat pukul 10.00 CLT oleh Prof. Dr. Ahmad Rajai dengan memberikan sambutan selamat datang dan ringkasan paparan tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Di lain kesempatan ia pun menjelaskan tentang dampak dan penyebaran penyakit AIDS, sekaligus memberikan laporan tentang persentase perkembangan dan penyebaran AIDS di seluruh dunia. Kemudian Prof. Dr. Jamal Abu Surur diberi kesempatan pertama untuk memberikan penyuluhan kepada para mahasiswa Indonesia tersebut. Beliau mengulas tentang pentingnya kesehatan calon ibu dan bayi yang sedang dikandungan. Sekaligus juga beliau memberikan laporan tentang tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan di seluruh dunia, beliau juga menyayangkan bahwa tingkat tertinggi kematian bayi terdapat di negaranegara Islam yang disebabkan oleh kualitas perawatan kesehatan yang masih buruk. Prof. Dr. Thaha Abu Karishah sebagai pembincang kedua menjelaskan dengan runtut tentang beragam problematika kesehatan remaja. Mulai dari rokok, minuman keras, narkotika, hingga seks bebas. Acara dilanjutkan dengan paparan mantan menteri Perwakafan Mesir, Prof. Dr. Abdullah Al-Husaini yang lebih fokus menjelaskan tentang amanah yang diemban sebagai duta besar Al-Azhar.

Doc: TROBOSAN

Sebagai pembicara terakhir, Prof. Dr. Hamid Abu Thalib menyampaikan secara terperinci tentang bahaya-bahaya kesehatan remaja seperti seks bebas, hubungan sesama jenis, dan pernikahan dini. Acara ditutup dengan tanya jawab masalah kesehatan secara umum. Acara penyuluhan ini tak hanya diadakan satu kali saja. Pada hari Sabtu (9/3) juga digelar acara serupa yang diperuntukkan khusus untuk sekitar 40 mahasiswi Indonesia. [] Yaqien.

datang selesai kuliah. faktor lain karena kebetulan pada hari itu cuaca tidak mendukung, hujan debu yang melanda seluruh kota kairo. Jadi jika ada yang memberi pernyataan seperti itu, saya rasa kurang pas dan klaim itu tidak benar. Apa harapan anda untuk Mahasiswi-mahasiswi Indonesia yang menggali ilmunya di negeri kinanah ini? Seperti motto saya, saya berharap kita semua bisa meningkatkan

pribadi kita, menjadi muslimah yang sittikully dan komprehensif, serba bisa dan tidak pasif. Karena itu semua akan berharga bagi diri kita dan keluarga kita nantinya. Aktif dimana saja baik di kuliah maupun organisasi, Aktiflah aktif yang positif karena li kulli harrokah barokah, insya Allah. [] Ainun, Erika.

09

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

Opini

Karena WIHDAH Adalah Keluarga


Oleh : Zakiah Zainun*
WIHDAH, lima huruf menjadi satu kata yang tidak asing lagi di telinga Masisir. Masisir mana yang belum mengenal WIHDAH? Apalagi di usianya yang ke 24 tahun ini, tepatnya pada tanggal 23 Januari 2013. Kini WIHDAH semakin dewasa, ibaratnya anak Adam pada usia itu sudah mengetahui banyak hal, segudang kisah hidup dan ilmu yang dia dapatkan, banyak perubahan juga pengalaman yang terjadi, apakah itu perubahan lebih baik atau sebaliknya. Pada usia ini, Alhamdulillah WIHDAH telah melahirkan banyak kader-kader perempuan yang pastinya sudah memiliki banyak pembelajaran dan pengalaman yang luar biasa. Namun, apakah itu akan menjadi jaminan akan usia WIHDAH ke depannya yang selalu silih berganti? Perlu kita ketahui, usia bukan penghalang untuk belajar, mengembangkan diri, terus berkarya dan beramal untuk diri sendiri khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Dalam Anggaran Dasar dinyatakan bahwa WIHDAH-PPMI adalah organisasi khusus putri yang menghimpun seluruh pelajar putri dan mahasiswi Indonesia di Mesir. Yang merupakan lembaga otonom PPMI, bersifat independen, akademis, demokratis, moralis dan kekeluargaan. WIHDAH berfungsi sebagai wadah berhimpunnya pelajar putri dan seluruh mahasiswi yang mempunyai persamaan identitas kebangsaan dan persamaan kehendak untuk mencapai cita-cita pembinaan kepribadian, pengabdian, peningkatan keilmuan dan pengembangan wawasan, juga wadah penyalur aspirasi dan perjuangan kepentingan anggota. Kita menelisik kembali apa tujuan WIHDAH, sudahkah WIHDAH berperan baik dan aktif untuk Masisir? Atau WIHDAH hanya sebuah organisasi induk untuk satu golongan saja? Mungkin WIHDAH masih dianggap sangat tertutup dan belum bisa menyeluruh ke semua elemen mahasiswi? Atau.. atau..??? penulis ingin mengingatkan kembali apatujuan WIHDAH yang sebanarnya dan tercantum di dalam anggaran dasar. WIHDAH bertujuan : 1. Meningkatkan kualitas muslimah dalam bertakwa kepada Allah SWT, berilmu, beramal saleh dan amar ma'ruf nahi munkar. 2. Membina kader-kader putri agar mampu berperan aktif dalam pengabdian untuk bangsa, negara dan agama. 3. Meningkatkan intelektualitas, kreatifitas dan keahlian anggota. 4. Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota. Berbagai macam anggapan, pemikiran bahkan kritikan-kritikan (baik,membangun dan buruk sekalipun) yang merasuki WIHDAH dari beberapa elemen itu adalah hal yang wajar. Karena WIHDAH bukan organisasi kecil, tetapi sebuah organisasi induk yang menampung semua pelajar putri dan mahasiswi. Kurang lebih seribu orang anggota WIHDAH yang terdaftar, dari daerah dan adat istiadat yang berbeda, dengan berbagai karakter, perangai, pendapat dan psikologis. Di sinilah WIHDAH berperan aktif, menunjukkan aksi, saling berbagi ilmu, berbagi pengalaman, berpetualang, bekerjasama dan sama-sama bekerja, bahu membahu, saling membantu dan megajak kepada kebaikan. Layaknya keluarga bukan? Iya! WIHDAH keluarga! Realita yang terjadi di lapangan, selain fokus di kuliah, mahasiswi juga memiliki seribu agenda, target dan aktivitas, baik yang bersifat akademis maupun non-akademis. Belum lagi yang hanya fokus dengan dunia kuliah saja. Ini menjadi tugas dewan pengurus WIHDAH dalam mengajak semua kalangan mahasiswi untuk menyukseskan perjalanan WIHDAH agar ke depan lebih progresif dalam segala aspek. WIHDAH mempunyai fungsi dan tujuan yang serba luar biasa. Jangan sampai dewan pengurus lupa akan hal itu. Jaringan internal maupun eksternal sudah dibangun dari tahun ke tahun. Sekarang saatnya WIHDAH yang baru melestarikan semangat akademis dan perluasan jaringan tersebut. Oleh karena itu, timbul sebuah pertanyaan, sosok pemimpin bagaimanakah yang sejatinya menjadi idaman anggota WIHDAH? Kursi panas kepemimpinan silih berganti dari tahun ke tahun, hingga saat ini sudah memasuki periode ke-24 masa jabatan WIHDAH. Kabar-kabar yang mengatakan bahwa organisasi induk ini masih tertutup dan untuk golongan tertentu saja, penulis sangat menyayangkan akan hal itu. Padahal sudah jelas, WIHDAH telah membuka banyak link, seperti hubungan ittihad putri se -ASEAN. Pada kepengurusan WIHDAH 2012/2013 yang diketuai saudari Nurul Chasanah, WIHDAH mendapat rekomendasi dari Atase Pendidikan untuk ikut berpartisipasi dalam acara konferensi PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Dunia di India. Lantas, kenapa kabar miring itu masih tercium? Ini yang menjadi PR kita bersama. Perlu diingat! WIHDAH bukan milik pribadi, bukan juga milik satu kelompok tertentu. WIHDAH milik kita bersama, milik saya, anda juga milik mereka. Sesuai dengan tema Sidang Permusyawaratan Anggota (SPA) WIHDAH tahun ini, yaitu Bersatu, Berdedikasi untuk WIHDAH yang Satu. Berbicara tentang pemimpin WIHDAH yang menjadi idaman pelajar putri dan mahasiswi, bisa penulis simpulkan yaitu sosok pemimpin yang bersikap demokratis (bisa merangkul semua golongan), berpartisipasi dalam acara-acara yang bisa membangun WIHDAH lebih maju, ikut andil dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan mahasiswi dan mencari solusinya. Ia pun mampu menjalankan visi misi yang telah dijanjikan semata-mata lillahi taala, bersifat terbuka untuk dikritik, komitmen dalam perjuangan dan mengemban amanah besar yang telah diberikan. Tak lupa ia harus berusaha melaksanakan iklim kerja yang mumpuni, dan meniatkan untuk berbakti dan mengabdi kepada Allah Swt. Kemudian, yang sangat penting juga, sosok pemimpin tersebut harus faham dan berpengalaman di WIHDAH. Coba Anda bayangkan dan pikirkan sejenak, bagaimana seseorang itu bisa memimpin sebuah organisasi induk dan besar tetapi belum pernah berkecimpung dan merasakan pahit manisnya perjuangan di dalam organisasi tersebut? seharusnya dia mengetahui dan mencicipi permasalahan internal WIHDAH. Contoh sederhana yang terjadi di sekitar kita, ketua keputrian di sebuah kekeluargaan, afiliatif dan almamater, pastinya dia sudah pernah menjadi anggota keputrian atau aktif di kepanitiaan terlebih dahulu. Setelah menjalani proses yang panjang, kemudian dipilih dan diangkat menjadi ketua keputrian. Singkatnya, semua pemimpin itu otomatis harus siap dipimpin dan siap memimpin. Karena untuk menjadi seorang pemimpin yang baik ternyata harus menjalani proses yang cukup panjang. Oleh karena itu, mari samasama kita perjuangkan WIHDAH kembali, bersinergi dalam menyukseskan kegiatankegiatan yang ada di dalamnya, ikut berpartisipasi, berkontribusi dan berperan aktif dalam agenda-agenda WIHDAH yang diadakan. Baik itu acara yang bersifat akademis seperti diskusi dan kajian, maupun non-akademis seperti perlombaan-perlombaan, kerjasama dengan elemen internal dan eksternal, bakti sosial bersama WIHDAH, keterampilan yang disajikan WIHDAH dan lain sebagainya. Timbulkan rasa kepemilikan dan kepekaan terhadap WIHDAH. Karena WIHDAH itu keluarga, tidak mengenal kata perpisahan dan ukhuwah yang telah dijalin akan selalu terjaga, walau jarak yang memisahkan antara satu dan lainnya. Tetapi rasa memiliki WIHDAH tak pernah pudar, jauh di mata dekat di hati. Hidupkan rasa saling melengkapi, saling menyemangati antar sesama dan saling berbagi suka dan duka. Sehingga WIHDAH dapat mencetak kader-kader yang agamis, akademis, dinamis dan multi-prestasi, biidznillah. Wallahu alam. *Penulis adalah mahasiswi Al-Azhar tingkat 3 fakultas Dirasah Islamiyah jurusan Syariah Islamiyah, Ketua Dewan Permusyawaratan Anggota (DPA) WIHDAH 2012/2013 .

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

10

Kolom
Oleh: Kurniawan Saputra* Manusia hidup di alam materi. Karena itu, mereka butuh simbol. Simbol mewakili sesuatu yang lebih luas, lebar, dalam, dan rumit. Lambang penyederhanaan. Ia sekaligus solusi atas keterbatasan nalar manusia. Tapi simbol tidak mandiri. Ia hanya wujud kristal dari yang abstrak. Untuk itu, bentuk-bentuk penyederhanaan seperti ikon, lambang, slogan, dan lain-lain, harus punya ihwal yang diwakili. M emba ca ja rg o n kam pa ny e simbolvisikandidat ketua WIHDAH tahun ini, saya mencoba menalar apa yang dimaksud. Lets be excellent muslimah scholar. Pada hakikatnya, slogan itu menarik. Bukan cuma karena ditulis dalam bahasa Inggris, tapi juga karena sesuai dengan ekspektasi saya pribadi. Selama ini, saya mengharapkan orientasi organisasi yang lebih kondusif bagi kemahasiswaan, bukan yang justru menyesatkan fokus dengan memfasilitasi perkara sekunder. Munculnya slogan ini, setidaknya memuaskan dari satu sisi. Bahwa kesadaran tentang pentingnya harmoni kegiatan akademis-ekstrakulikuler ternyata cukup populer. Setidaknya para penggagas semboyan ini melihat demikian. Semoga ide ini terhablur dari sebuah penalaran, juga dari semangat menuju perbaikan, bukan sekadar buah pikiran yang mendadak muncul karena persyaratan protokoler. Kata scholar, dalam kamus bahasa Inggris Oxford Dictionary, salah satunya bermakna a specialist in a particular branch of study, especially the humanities. Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti seperti ini, seorang pakar dalam satu bidang studi, terutama bidang humaniora. Sampai di sini, maksudnya jelas. Tapi masalah datang ketika harus menerjemahkan kata scholar dalam bahasa Indonesia. Khususnya, demi memberikan rangkaian semantis yang ideal dari jargon di atas. Saya bimbang antara kata cendekiawan atau sarjana. Jika terjemahannya adalah cendekiawan cendekiawati berdasarkan konteks-, maka saya harus memberikan acungan jempol. Artinya, calon ketua WIHDAH tahun ini visioner. Dia atau tim suksesnya- mampu menalar gejolak sosial rakyatnya, lalu menjawab tantangan masyarakat itu dalam sebuah visi yang segar. Tapi membentuk cendekiawati bukan pekerjaan mudah. Kecedekiawanan adalah ihwal elite. Kata cendekiawan dalam KBBI salah satunya bermakna orang cerdik atau orang intelek. Sedangkan intelek berarti daya atau proses pemikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan. Sementara pengetahuan adalah perkara kompleks. Dalam tulisannya tentang kecendekiawanan, Al-Fakhri Zakirman (Ketua Orsat ICMI Kairo) mengutip pendapat Syarif Shaary: seorang cendekia adalah pemikir yang senantiasa berpikir dan mengembangkan (serta) menyumbangkan gagasannya untuk kesejahteraan masyarakat. Karena itu, kecendekiawanan butuh penguasaan wawasan luas dan kecakapan integral. Untuk mencapai derajat itu, mahasiswi berada satu arena dengan mahasiswa. Mereka saling bersaing. Tak ada hak istimewa wanita dalam kompetisi ini. Untuk mencapai taraf yang sepadan, tak ada pengecualian. Terutama sekali perihal kewajiban. Namun, usaha itu terbentur dengan tabiat wanita sendiri. Pria dan wanita punya karakter yang jauh berbeda. John Grey, penulis yang juga konsultan hubungan antar gender, bahkan menulis buku berjudul Men Are from Mars, Women Are from Venus. Dalam buku yang terjual lebihdari 50 juta kopi ini, Grey mengungkapkan perbedaan-perbedaan fundamental antara pria dan wanita. Isu tentang perempuan juga telah menyita perhatian para filosof sejak lama. Dalam novel filsafatnya, Dunia Sophie, Jostein Gaarder mengutip kata-kata Hegel, Perbedaan antara pria dan wanita adalah seperti perbedaan antara binatang dan tanaman. Pria menyerupai binatang, sementara wanita menyerupai tanaman, sebabperkembangannya lebih tenang dan prinsip yang mendasarinya lebih merupakan kesatuan perasaan yang agak kabur. Kaum wanita dididik dengan menghirup gagasan-gagasan, bukan dengan mencari pengetahuan. Status pria sebaliknya, dicapai semata-mata melalui pemikiran keras dan pengerahan usaha yang besar. Berbeda dengan Hegel, Plato lebih detail menjelaskan tatanan menuju penyetaraan pria-wanita. Tapi pendapatnya utopis. Sepaket dengan idenya tentang negara ideal. Plato mengatakan, wanita bisa mencapai prestasi yang dicapai oleh pria dengan syarat mereka dibebaskan dari tugas mengurus rumah tangga. Ide Plato di atas sama sekali tak masuk akal. Terlepas dari ide-ide filosofis yang rumit, kita dapat menangkap bahwa pendidikan wanita adalah pekerjaan besar. Visi mulia tersebut, selain membutuhkan buktinyata, juga memerlukan kerja keras mewujudkannya. Visi itu harus terkristal dalam program-program kerja yang sinergis. Nantinya, laporan pertanggungjawaban tentang visi ini haruslah dapat diraba berdasarkan fakta obyektif dan rasional. Mengenai laporan, di Masisir sering terjadi salah kaprah. Acap kali laporan pertanggungjawaban organisasi mendapat nilai mumtz, sementara fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Biasanya, strategi pengurus untuk melaporkan visinya telah tercapai adalah terlaksananya kegiatan yang melibatkan massa besar. Padahal, tidak ada penelusuran lebih lanjut tentang hubungan sebab akibat antara kegiatan dan efek terhadap pesertanya. Agaknya, untuk tidak utopis, jargon di atas dimaknai pencetusnya dengan lebih diplomatis. Kata cendekiawan diartikan sebagai semangat. Sesuai dengan makna lain kata cendekiawan di KBBI: orang yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu. Jika demikian, visi itu dilahirkan dari orang-orang cerdas. Pelopornya adalah orang-orang yang dengan jenius menemukan titik damai antara utopia dan realita. Yang saya takutkan hanya satu, yaitu apabila kata scholar diartikan dengan makna lain: sarjana. Kalau sudah begitu, hilang sudah semua nilai plus pada jargon di atas. Visi itu tinggal onggokan kata hambar, karena maknanya sangat pragmatis: mari menjadi sarjana muslimah yang unggul. Aih, apalagi bila kata excellent sekadar diartikan mumtz. Lebih lagi, bila tolak ukurnya hanya nilai akademis. Barangkali menjadi mumtz, bagi para mahasiswi, adalah orientasi mulia. Tapi, menurut saya, Indonesia lebih membutuhkan cendekiawan dari padasarjana. Sarjana sudah banyak. Mungkin sama banyak dengan masalah yang muncul dari kesarjanaan mereka, atau dengan angka pengangguran. Maka, kembali mengutip kata Shaary, belajar di universitas bukan jaminan seseorang dapat menjadi cendekiawan. Juga, nilai mumtaz tak menjamin kadar seseorang. Mahasiswi mumtaz sudah banyak. Tapi saya rasa para mahasiswi pun sepakat, Indonesia dan dunia lebih membutuhkan srikandi -srikandi yang punya integritas. *Penulis adalah Mahasiswa Al-Azhar fakultas Ushuluddin tingkat tiga.

Cendekiawati

11

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

Email/YM: transferindo.mesir@yahoo.com FB: Tranferindo Mesir

TROBOSAN, Edisi 351, 15 Maret 2013

12

You might also like