You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Saat ini aneka jenis makanan yang berkembang semakin beragam, begitu juga dengan biskuit. Saat ini banyak biskuit yang beredar di pasaran dengan berbagai bentuk dan rasa yang bermacam-macam. Namun tidak semua biskuit yang beredar dipasaran memenuhi standar SNI yang ditetapkan sehingga berbahaya bagi kesehatan konsumen. Hal ini dapat terjadi karena biskuit telah terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia, maupun mikroba (Hartoko, 2007). Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Mikroba mempunyai batasan tertentu dalam bahan pangan yang berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat (Sukarta,2008). Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan. Akhir-akhir ini terjadi peningkatan gangguan saluran pencernaan akibat keracunan bahan pangan yang Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh mikroorganisme patogenik yang termakan bersama bahan pangan yang tercemar (Hartoko, 2007). Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993).

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui higienitas bahan pangan 2. Untuk mengetahui ada / tidak mikroba pada bahan pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Dirjen POM., 1979). Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut (Fardiaz, 1993). Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel, beberapa tabung yang lainnya mengandung lebih dari satu sel atau tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi, diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negatif. Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal (Djide M. Natsir., 2005)

Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel. (Sesilia,R.2011) Tabel seleksi bakteri (Sesilia,R.2011) Bakteri 1. E. coli 2. Salmonella thypi Media Enrichmen BGLBB, LB, BHIB BSA, SCB, SELENITIF Media Selektif EMBA,Mc concey SSA, BSA Hasil positif Koloni hijau metalik dengan bintik hitam di tegah Koloni keruh atau bening, tidak berwarna bagian tengah mungkin berwarna hitam. Koloni kecil dan sedang, jernih, sedikit keruh. Koloni hijau berfluoresen Koloni berukuran kecil dan berwarna hitam, dikelilingi oleh areal berwarna kuning yang enunjukkan terjadinya fermentasi manitol. Koloni kuning permukaan agak datar, bagian tengah keruh dan bagian pinggir bening atau koloni kuning agak kering dilingkari zone kuning.

3. Pseudomonas aeruginosa 4. Staphylococcus aureus

BHIB

MHA, CETA

BHIB

VJA

5. Vibrio cholera APW TCBSA

Mikroba yang terkandung dalam makanan bisa menyebabkan terjadinya kerusakan mikrobiologis pada makanan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh

masyarakat, perlu dilakukan pengujian mikroba yang terkandung dalam makanan tersebut, salah satu cara tersebut adalah dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle 1987). Cara ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara-cara tersebut dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. 1. 2. 3. 2. 1. 2. 3. 3. 1. 2. 3. Perhitungan jumlah sel Hitungan mikroskopis Hitungan cawan MPN (Most Probable Number) Perhitungan massa sel secara langsung Volumetric Gravimetric Kekeruhan (turbidimeter) Perhitungan massa sel secara tak langsung Analisis komponen sel (protein, DNA, ATP)

Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas) Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral). (Waluyo 2007).

DAFTAR PUSTAKA
http://muzhoffarbusyro.wordpress.com/teknologi-industri-pangan/laporan-praktikummikrobiologi-pangan-i/laporan-praktikum-mikrobiologi-pangan-i/laporan-8pemeriksaan-mikroorganisme-dari-produk-olahan-daging-dan-ikan/ http://muzhoffarbusyro.wordpress.com/teknologi-industri-pangan/laporan-praktikummikrobiologi-pangan-i/laporan-praktikum-mikrobiologi-pangan-i/laporan-7pemeriksaan-mikroorganisme-dari-produk-olahan-sayuran-dan-buah-buahan/ http://anggunpiratezz.blogspot.com/2011/06/laporan-uji-mikrobiologi-mamin.html http://felicity-novalia70.blogspot.com/2011/12/laporanpraktikum-haritanggal-sabtu24.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34631/5/Chapter%20I.pdf

KB 1 : Kerusakan Pangan
Kegiatan Belajar 1 KERUSAKAN BAHAN PANGAN A. PENGERTIAN Perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari karakteristik normal. a. Karakteristik fisik meliputi sifat organoleptik seperti warna, bau, tekstur, bentuk. b. Karakteristik kimiawi meliputi komponen penyusunnya seperti kadar air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, pigmen dsb. Kerusakan pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan oleh manusia. Beberapa bahan dianggap bila telah menunjukan penyimpangan konsistensi kental menjadi encer,maka itu menandakan kerusakan.Contohnya adalah pembusukan buah dan sayuran dari tekstur keras menjadi lunak meskipun masih dalam keadaan segar, terpisahnya susu segar, penggembungan makanan kaleng, penggumpalan tepung, ketengikan minyak goreng, roti berjamur, beras berkutu, gigitan tikus pada karung makanan dan lain-lain. B. JENIS DAN PENYEBAB KERUSAKAN BAHAN PANGAN Bila ditinjau dari dari penyebab kerusakan bahan pangan, maka kerusakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa jenis. a. Kerusakan Fisiologis dan Biologis Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaks metabolism dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alamiah sehingga terjadi peroses autolisisyang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Kerusakan biologis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh serangga dan binatang pengerat, burung dan hewan lain seperti tikus, anjing dan lain-lain. Kerusakan fisiologis umumnya terjadi akibat reaksi enzimatik pada sayur, buah, daging, ayam dan pangan. Laju kerusakan biologis dipengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, oksigen, cemaran mikroorganisme awal dan kandungan gizi pangan terutama protein dan lemak. b. Kerusakan Fisik Kerusakan ini disebabkan oleh akibat perlakuan fisik yang digunakan. Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan fisik contohnya adalah pengerasan lapisan luar (kulit) pangan yang dikeringkan; kesan kulit kering pada makanan beku dan kesan gosong pada makanan yang digoreng pada suhu tinggi. Chill ing injuries atau kerusakan pangan yang disimpan pada suhu dingin (0-10C) seperti yang ditemukan pada buah atau sayuran, disebabkan racun/toksin yang terdapat pada tenunan/sel hidup yang dikenal sebagai asam klorogenat. Pada kondisi normal, asam klorogenat dinetralkan / didetoksifikasi oleh asam askorbat. Pada suhu dingin, kecepatan reaksi

detoksifikasi lambat sehingga sel buah dan sayur membusuk akibat akumulasi toksin pada jaringan / tenunan buah dan sayur. Kerusakan akibat penyimpanan pangan pada kelembaban tinggi (RH > 70%) dapat menyebabkan pangan menyerap air sehingga pada tepung kering dapat menggumpal yang memicu kerusakan mikrobiologis. Kerusakan akibat penyimpanan suhu tinggi (suhu >30C) pada buah dan sayuran dapat menyebabkan dehidrasi dan keriput kulit akibat keluarnya air dari jaringan. Sedangkan pengeringan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan c ase hardening atau pengerasan kulit luar pangan akibat kerusakan sel. c. Kerusakan Mekanis Kerusakan mekanis disebabkan karena ada benturan-benturan mekanis selama pasca panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan pangan. Benturan mekanis dapat mengakibatkan memar pada permukaan kulit dan jaringan pangan, memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya mikroorganisme. d. Kerusakan Mikrobiologis Kerusakan mikrobiologi merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian dan berbahaya terhadap kesehatan manusia,karena racun yang diproduksinya terkonsumsi oleh manusia. Kerusakan mikrobiologis dapat terjadi pada bahan lain atau kebahan pertanian lain, bahan baku, produk setengah jadi atau produk jadi. Penyebab utama kerusakan mikrobiologis adalah bakteri, kapang dan khamir. Cara perusakannya adalah dengan cara menghidrolisis atau merusak jaringan atau makromolekul penyusun bahan menjadi molekul-molekul kecil missal karbohidrat menjadi gula sederhana atau asam organik; protein menjadi peptida, asam amino dan gas amonia; lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Terurainya makromolekul ini menyebabkan penurunan pH, penyimpangan bau dan rasa bahkan dapat menghasilkan toksin / racun yang berbahaya bagi manusia seperti racun yang dihasilkan mikroba patogen antara lain Salmonella, Clostridium botulinum, Listeria dan lain-lain.

Ikan terserang Mikroba a. Bakteri Tumbuh kembang bakteri memerlukan aktivitas air (Aw) lebih tinggi dari pada kapang dan khamir (ragi) yaitu 0,86 sampai mendekati 1. Bakteri dapat

tumbuh pada konsentrasi gula 1% dan garam 0,85%. Pada konsentrasi gula 3-4% dan garam 1-2%, pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Bakteri terdapat di air, tanah, udara, dan pada makanan. Bakteri ada yang bersifat aerob maupun anaerob. Salah satu peranan bakteri menguntungkan adalah kemampuannya dalam menghasilkan flavor yang disukai. Misalnya bau laktat pada mentega, cita rasa asinan pada sayuran, dan flavor keju. Walaupun memang tidak dapat dipungkiri bahwa bakteri dapat pula menghasilkan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan

Ikan Segar terserang Bakteri b. Kapang Pertumbuhan kapang memerlukan aktivitas air (Aw) optimum dan kisaran Aw untuk pora-spora bergerminasi adalah berbeda untuk setiap jenis kapang. Aw berkorelasi dengan kadar air, oleh sebab itu dengan pengeringan tertentu dan pengaturan Aw, pangan dapat terhindar dari pertumbuhan kapang c. Khamir / Ragi Pertumbuhan khamir / ragi umumnya membutuhkan Aw sekitar 0,88 sampai 0,94. Selain itu khamir relatif dapat tumbuh pada konsentrasi gula (40 60%) dan garam lebih tinggi (20 26,5%) dari pada bakteri. Beberapa khamir dapat tumbuh pada susu kental manis yaitu pada Aw 0,9; atau roti pada Aw 0,91; bahkan ada yang dapat tumbuh pada sirup yang mempunyai Aw 0,78. Bebarapa jenis ragi penyebab kerusakan antara lain Torulla, Rhodotorulla dan Hansenulla yang dapat mengakibatkan perubahan warna. d. Jamur 1. Jamur dapat memanfaatkan berbagai senyawa untuk hidupnya, dan memerlukan oksigen agar dapat hidup (bersifat aerob). 2. Rentang suhu optimalnya (suhu terbaik dimana pertumbuhan jamur dapat maksimal) adalah 20-35oC. 3. Jamur masih tumbuh dalam refrigerator, yaitu suhu antara 10-15oC. Jamur dan sporanya dapat mati pada suhu 100oC, atau pada suhu 71-82oC dalam waktu yang cukup. 4. Cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan sebagian jamur, tetapi ada juga yang tumbuh dalam cahaya terang. e. Kerusakan Kimia Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan kimia biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Misalnya adanya panas yang tinggi pada

pemanasan minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak yang disebut thermal oxidation.Adanya oksigen dalam minyak menyebabkan terjadinya oksidasi pada asam lemak tidak jenuh, yang mengakibatkan pemecahan senyawa tersebut atau menyebabkan terjadinya ketengikan minyak. Pencetus kerusakan pangan yang menyebabkan perubahan kimia pangan dapat dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung; oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi; reaksi biologis seperti enzimatik; pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi.. Kerusakan fisiologis juga merupakan kerusakan kimiawi, karena reaksi enzimatis biasanya aktif dalam proses kerusakan tersebut. EVALUASI 1. Sebutkan pengertian kerusakan bahan pangan? 2. Jelaskan jenis kerusakan bahan pangan secara mikrobiologis, biologis, dan mekanis? 3. Jelaskan perbedaan kerusakan kimiawi dan kerusakan fisik beri contoh? 4. Jelaskan penyebab kerusakan bahan pangan? DAFTAR PUSTAKA 1. Desrosier, N, W. Teknologi Pengawetan Pangan, Terjemahan oleh M. Mulyoharjo, UI Press, 1988 2. Charley, Helen. Food Science, Ronal Press New York, 1970 3. gaman, P. P-K. B. Sherrington. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajahmada Press. 1994 4. Sizer, Frances an Eleanor Whitney, Nutrition Concepts and Controversies, International Thomson Publishing Company, 1997 5. Meyer. L. H, Food Chemistry, AVI Publ, 1982 6. Marliyati Sri Anna, dkk; Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. PAU PG IPB Bogor, 1992 7. Syarief Rizal dan Haryadi Halid; Teknologi Penyimpanan Pangan. PAU PG IPB Bogor, 1992 8. Syaefullah; Petunjuk Memilih Buah Segar. Penerbit Swadaya. 1996 9. S. Haris Robert dan Endel Karmas; Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. ITB Bandung 1989 10. Muchtadi Dedy dkk; Pentunjuk laboratorium Metoda Kimia, Biokimia dan Biologi dan Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. PAU PG IPB Bogor, 1992 11. M. Syarief Atjang dan John Kumendong; Petunjuk Laboratorium Penyimpanan Dingin. PAU PG IPB Bogor, 1992

Kerusakan Bahan Pangan


Bahan pangan atau makanan jika dibiarkan di udara terbuka pada suhu kamar akan mengalami kerusakan atau bahkan kebusukan. Kerusakan atau kebusukan bahan pangan atau makanan dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung dari jenis bahan pangan atau makanan yang bersangkutan dan kondisi lingkungan dimana bahan pangan atau makanan diletakkan. Berdasarkan laju kerusakannya, bahan pangan dikelompokkan menjadi: 1. Bahan pangan mudah rusak, contoh: susu, daging, telur, ikan 2. Bahan pangan agak mudah rusak, contoh: sayuran, buah-buahan 3. Bahan pangan tidak mudah rusak, contoh: biji-bijian, kacang-kacangan Penyebab Utama Kerusakan Bahan Pangan Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bahan pangan, antara lain yang terpenting adalah: 1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba 2. Aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan pangan 3. Aktivitas serangga, parasit dan binatang pengerat 4. Kandungan air dalam bahan pangan 5. Suhu, baik suhu tinggi maupun rendah 6. Udara khususnya oksigen 7. Sinar 8. Waktu penyimpanan a. Enzim Penyebab kerusakan Bahan Pangan Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis biologis yang dapat mengendalikan berbagai reaksi biokimia yang terdapat di dalam jaringan hidup. Enzim dapat berasal secara alami di dalam bahan pangan atau dapat pula berasal dari mikroba yang mencemari bahan pangan yang bersangkutan. Enzim yang dikeluarkan oleh mikroba dapat menimbulkan perubahan bau, warna, dan tekstur pada bahan pangan. Enzim yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan misalnya enzim polifenol oksidase pada buah salak, apel atau ubi kayu. Enzim polifenol oksidase merupakan salah satu jenis enzim yang merusak bahan pangan karena warna coklat yang ditimbulkannya, contohnya menimbulkan warna coklat jika buah atau ubi dipotong. Enzim dapat pula menyebabkan

penyimpangan citarasa makanan seperti enzim lipoksidase yang menimbulkan bau langu pada kedelai. Enzim juga dapat menyebabkan pelunakan pada buah, misalnya enzim pektinase yang umum terdapat pada buah-buahan. Karena merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pangan, maka enzim perlu diinaktifkan jika bahan pangan yang bersangkutan akan diawetkan. b. Serangga Serangga merusak bahan pangan bukan hanya karena memakan bahan pangan seperti bijibijian, buah-buahan atau sayuran, tetapi karena luka yang ditimbulkannya pada permukaan bahan pangan akan mengundang mikroba untuk mencemari luka tersebut dan tumbuh serta berkembang di sana. Mikroba ini yang seterusnya akan merusak bahan pangan yang bersangkutan. Di samping itu, air kencing dan kotoran serangga yang terkumpul pada tumpukan bahan pangan juga merupakan tempat yang cocok bagi mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Telur-telur serangga dapat tertinggal di dalam bahan pangan untuk kemudian pada suatu saat akan menetas dan berkembang. c. Binatang Mengerat Tikus merupakan salah satu jenis hama yang sering menyerang tanaman padi sebelum dipanen maupun padi atau biji-bijian lainnya yang sudah dipanen yang disimpan di dalam lumbung- lumbung. Bahaya tikus bukan hanya karena binatang ini dapat menghabiskan hasil panen kita, tetapi juga kotorannya termasuk air kencing dan bulu yang terlepas dari kulitnya merupakan media yang sesuai bagi pertumbuhan mikroba d. Kandungan Air Dalam Bahan Pangan Air yang terkandung dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan. Bahan pangan yang mudah rusak adalah bahan pangan yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Air dibutuhkan oleh mikroba untuk pertumbuhannya dan juga dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam bahan pangan, misalnya reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Air yang dibutuhkan untuk terjadinya berbagai reaksi di dalam bahan pangan serta tumbuhnya mikroba adalah air bebas. Air yang terikat kuat secara kimia sulit digunakan mikroba untuk hidupnya. Oleh karena itu, dengan menambahkan gula, garam, dan senyawa sejenis lainnya jumlah yang cukup dapat mengikat air tersebut dan makanan menjadi awet meskipun kandungan airnya masih cukup tinggi. Makanan seperti ini disebut makanan semi basah, misalnya jeli, dan dodol. e. Suhu Tergantung pada jenis bahan pangan, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempercepat kerusakan bahan pangan. Oleh karena itu, jika proses pendinginan atau pemanasan tidak dikendalikan dengan benar maka dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan. Hasil pertanian hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran tropis sifatnya peka terhadap suhu rendah. Beberapa jenis buah-buahan dan sayuran akan mengalami kerusakan

yang disebut chilling injury atau kerusakan karena suhu rendah yang berakibat warna berubah atau tekstur cepat menjadi lunak. Sebagai contoh, pisang yang disimpan di lemari es akan segera mengalami pencoklatan dan pelunakan dan jika dikeluarkan dari lemari es menjadi tidak layak lagi untuk dimakan. Oleh karena itu buah-buahan seperti pisang dan tomat jangan disimpan di lemari es yang terlalu dingin. Pembekuan juga akan mengakibatkan kerusakan pada makanan yang bentuknya cair, misalnya sebotol susu sapi jika dibekukan akan mengakibatkan lemak susu atau krim terpisah cairannya. Demikian juga, pembekuan dapat menyebabkan protein susu menjadi menggumpal. Terjadinya kerusakan bahan pangan pada suhu rendah seperti disebutkan di atas hanya perkecualian karena umumnya penyimpanan pada suhu rendah dapat mengawetkan bahan pangan dan umumnya makin rendah suhunya semakin baik pengawetannya. Seperti halnya suhu yang terlalu rendah, suhu yang terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan. Umumnya pada suhu penanganan bahan pangan, setiap kenaikan 10 derajat celsius, kecepatan reaksi kimia naik 2 kalinya. Beberapa contoh kerusakan karena suhu tinggi misalnya protein menggumpal, emulsi pecah, keringnya bahan pangan karena airnya menguap dan rusaknya vitamin. f. Udara Khususnya Oksigen Udara khususnya oksigen yang terkandung di dalamnya merupakan penyebab utama ketengikan bahan pangan yang berlemak. Oksigen juga dapat merusak vitamin terutama vitamin A dan C dan menimbulkan kerusakan warna sehingga produk pangan jadi pucat. Oksigen adalah komponen penting bagi hidupnya mikroba aerobik khususnya kapang karena itu sering ditemukan di permukaan bahan pangan atau di celah-celahnya. g. Sinar Kerusakan bahan pangan karena sinar terlihat jelas pada makanan yang berwarna. Warna bahan pangan atau makanan dapat menjadi pucat karena pengaruh sinar. Hal ini terlihat jelas pada produk-produk makanan berwarna yang dipajang di etalase warung yang umumnya berwarna pudar karena setiap hari tersinari matahari. Sinar juga dapat merusak beberapa vitamin yang terkandung dalam bahan pangan, misalnya vitamin B2, vitamin A dan vitamin C. Susu yang disimpan di dalam botol transparan juga dapat rusak karena sinar yaitu menimbulkan bau tengik akibat terjadinya oksidasi. Demikian juga minyak kelapa yang disimpan dalam botol transparan akan mudah menjadi tengik jika tersinari matahari secara terus-menerus. h. Waktu Sesudah bahan pangan dipanen, diperah (susu), atau disembelih (daging), ada waktu sesaat yang dipunyai bahan pangan untuk memberikan mutu puncaknya. Akan tetapi sesudah itu mutu akan turun terus-menerus. Penurunan mutu karena faktor waktu ini sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor kerusakan bahan pangan lainnya seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

9. Ikan Serai

Klasifikasi : Kindom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : : :

Pada ikan serai karakter yang diamati adalah sebagai berikut : bentuk tubuh pipih tegak, tipe letak mulut terminal, tipe sirip ekor menggarpu, bentuk garis sisi (lateral line) relatif lurus, warna dan corak tubuh abu-abu putih,. Sedangkan karakter yang diukur adalah : panjang standar 115 mm, panjang total 135 mm, panjang kepala 33 mm, tinggi badan 30 mm, panjang batang ekor 35 mm, tinggi batang ekor 6 mm, panjang moncong 12 mm, tinggi sirip punggung (dorsal) 4 mm, panjang dasar sirip punggung 50 mm, panjang sirip dada (pektoral) 24 mm, panjang sirip perut (ventral) 13 mm, panjang sirip dubur (anal) 8 mm, dan diameter mata 7 mm.

Ikan asin
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Ikan asin di pasar tradisional

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulanbulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Proses pembuatan
Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging. Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging. Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan. Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi untuk meningkatkan keawetannya.

[sunting] Faktor-faktor yang berpengaruh

Menjemur ikan asin di pelataran PHPT Muara Angke

Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

Konsentrasi garam Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.

Jenis garam Garam dapur murni (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.

Ketebalan daging ikan Semakin tebal daging ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.

Kadar lemak dalam daging Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.

Kesegaran daging ikan Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.

Suhu daging ikan Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

[sunting] Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya


Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan, dan mencegah agar ikan tidak menjadi busuk. Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan baik, menurun kualitasnya, dan bahkan menjadi busuk. Untuk mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil jalan pintas menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini digunakan sebagai pengawet tambahan untuk mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang berlebihan akibat menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan. Alternatif bahan pengawet tambahan yang aman adalah khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum diproduksi secara massal di Indonesia.

1 Ciri-ciri Ikan Segar dan yang Mulai Membusuk

Ikan Segar Kulit - Warna kulit terang dan jernih - Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut.

Ikan Mulai Busuk - Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak - Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu

- Kulit mudah sobek dan warna-warna khusus - Warna-warna khusus yang masih ada terlihat sudah hilang jelas

Sisik - Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit lepas - Sisik mudah terlepas dari tubuh

Mata - Mata tampak terang, jernih, menonjol dan

cembung

- Tampak suram, enggelam dan berkerut

Insang - Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah - Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan - Insang berwarna cokelat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan - Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung

Daging - Daging kenyal, menandakan rigormortis masih berlangsung - Daging dan bagian tubuh lain berbau segar

- Daging lunak, menandakan rigormortis telah selesai - Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk

- Bila ditekan dengan jari tampak bekas - Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak lekukan bekas lekukan - Daging mudah lepas dari tulang - Daging melekat pada tulang - Daging lembek dan isi perut sering keluar - Daging perut utuh dan kenyal - Daging berwarna kuning kemerah- Warna daging putih merahan terutama disekitar tulang punggung

Bila ditaruh di dalam air - Ikan segar akan tenggelam - Ikan yang sudah sangat membusuk akan mengapung di permukaan air

Daftar Pustaka Adawiyah. Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Haka Ghrafis. Jakarta. Afrianto (1989) (Widyaningsih, 2006)

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, jugamerupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhanmikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahanyang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, dayacerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuhan mikroorganismedalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik ataukimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahanpangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lainpenyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya sepertitifus, kolera, disentri, atau TBC, mudah tersebar melalui bahan makanan.Gangguan -gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi,kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan -bahan kimia,tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri;mengkomsumsi pangan yang mengandung parasit -parasit hewan danmikroorganisme. Gangguangangguan ini sering dikelompokkan menjadisatu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukardalam penentuan penyebabnya. Secara umum, istilah keracunanmakanan yang sering digunakan untuk menyebut gangguan yangdisebabkan ol eh mikroorganisme., mencakup gangguan -gangguan yangdiakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan organisme -organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksi organisme penghasiltoksin. Toksin -toksin dapat ditemukan secara alami pada beberapatumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yangdihasilkan suatu metabolisme. Dengan demikian,intoksikasi pangan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telahterbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telahterkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atauhasil -hasil metabolismenya

B A B I I PEMBAHASAN A. Definisi Kerusakan Makanan Bahan pangan atau makanan disebut busuk atau rusak jika sifat -sifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima lagi sebagai makanan.Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitupertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, kerusakan karena seranggaatau hewan pengerat, aktivitas enzim pada tanaman atau hewan, reaksi kimianomenzimatik, kerusakan fisik misalnya karena pembekuan, hangus,pengeringan, tekanan, dan lain-lain.Kerusakan atau kebusukan pangan juga merupakan mutu

yangsubyektif, yaitu seseorang mungkin menyatakan suatu pangan sudah busuk atau rusak, sedangkan orang lainnya menyatakan pangan tersebut belumrusak/busuk. Orang yang sudah biasa mengkonsumsi makanan yang agak basi mungkin tidak merasa bahwa makanan tersebut dari segi kesehatan mungkin sudah tidak layak untuk dikonsumsi.Gejala keracunan sering terjadi karena seseorang mengkonsumsimakanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, termasuk mikroorganisme, yang tidak dapat dideteksi langsung dengan inderamanusia. Bahan -bahan kimia berbahaya yang terdapat pada makanan sukardiketahui secara langsung oleh orang yang akan mengkonsumsi makanantersebut, sehingga seringkali mengakibatkan keracunan. Mikroorganismeberbahaya yang terdapat di dalam makanan kadang -kadang dapat dideteksikeberadaannya di dalam makanan jika pertumbuhan mikroorganismetertentu menyebabkan perubahan-perubahan pada makanan, misalnya menimbulkan bau asam, bau busuk, dan lain-lain. Akan tetapi tidak semua

You might also like