You are on page 1of 15

KOLESTASIS

Melan Mulyana G1A211030 Anesia Mariska Dewi G1A211033 Oki Kristanti G1A211034
Pembimbing dr. Mamun, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PROF MARGONO SOEKARJO JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNSOED PURWOKERTO

PENDAHULUAN
Kolestasis suatu gejala dari banyak penyakit.

Kolestasis penutunan aliran cairan empedu


karena penurunan seksresi oleh hepatosit atau obstruksi saluran empedu baik intrahepatal ataupun ekstrahepatal.

EPIDEMIOLOGI
Kolestasis bukan merupakan penyebab utama kematian. kolestasis penyebab morbiditas pada pasien Prevalensi pria dan wanita sama

Beberapa

kasus

dominan

pada

perempuan,

termasuk atresia bilier, kolestasis yang diinduksi obat, dan kolestasis pada kehamilan Lebih sering diderita oleh bayi baru lahir dan berkembang karena immturitas hati.

ETIOLOGI
Kolestasis obstruktif
Atresia bilier Kista koledokus Kolelithiasis Cholangitis sclerosing primer Cholangitis Sindrom alagille

Kolestasis hepatoseluller
Hepatitis Defisiensi alfa 1-antitripsin Kolestasis yang diinduksi obat

PATOFISIOLOGI
Mekanisme hepatoselluler (adanya gangguan

pembentukan garam empedu) dan obstruktif (retensi


garam empedu) Kolestasis obstruktif karena obstruksi fisik sistem bilier pada tingkat ekstrahepatal batu &tumor. Efek kolestasis sangat berdampak luas hati dan

setiap organ tubuh

Retensi bilirubin terkonjugasi dan regurgitasi ke dalam serum


Selama kolestasis, konjugasi bilirubin tetap berlangsung tetapi eksresinya terhambat. Mekanisme regurgitasi bilirubin terkonjugasi ke dalam serum belum sepenuhnya dimengerti

Tanda utama peningkatan bilirubin terkonjugasi


Menyebabkan jaundice (kuning) Konsentrasi bilirubin terkonjugasi dipengaruhi oleh produksi rata-rata bilirubin, derajat kolestasis, dan jalur eliminasi alternatif, yaitu melalui eksresi ginjal.

Peningkatan bilirubin tak terkonjugasi pada serum


Peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi serum tampak pada kebanyakan pasien dengan kolestasis.

Produksi bilirubin meningkat akibat hemolisis yang terjadi


mengikuti kolestasis.

PRURITUS
Salah satu gejala pruritus Penyebab gejala berhubungan dengan peran asam empedu, opoid dan serotinin endogen, serta asam

lysofosfatidik
Mekanisme belum sepenuhnya dimengerti dan masih menjadi perdebatan dalam hubungannya dengan retensi garam empedu. Serum atau konsentrasi garam empedu tidak berhubungan

dengan derajat pruritus

PRURITUS
Pasien mampunyai sensitivitas berbeda terhadap peningkatan kadar garam empedu dalam menyebabkan sensasi gatal.

Melibatkan jalur yang dimediase opiate dan antagonist


opiate bisa memblok pruritus yang diakibatkan oleh

kolestasis Tidak berhubungan dengan pelepasan histamin Terapi antihistamin secara umum tidak efektif

PRURITUS
Fototerapi ultraviolet B digunakan untuk mengobati pruritus. Fototerapi UV B ditoleransi baik sebagai pengobatan

untuk pruritus yang diakibatkan kolestasis


Menggaruk efek yang bisa ditimbulkan oleh pruritus dan bisa digunakan untuk mengetahui kuantitas pruritus serta respon terapi yang dilakukan. Garukan menyebabkan abrasi timbul infeksi sekunder

pada kulit.

HIPERLIPIDEMIA
Kolesterol serum meningkat pada kolestasis karena

degradasi metabolik eksresinya terganggu.


Kolesterol tertahan Kontribusi diet kolesterol terhadap peningkatan serum kolesterol pada pasien dengan kolestasis mungkin minimal Pendekatan terapi untuk hiperkolesterolemia pada penyakit

hati kolestatik adalah mengobatan penyakit hatinya tersebut.

HIPERKOLEMIA
Peningkatan konsentrasi empedu serum konsekuensi

umum kolestasis.
Kegagalan transpor garam empedu

MANIFESTASI KLINIS
Mata berwarna kuning tanda awal sebelum muncul tandatanda lainnya.

Urin menjadi gelap


Warna kulit ikterik Pruritus Steattorhea (feses seperti dempul) PF sklera yang ikterik, kulit ikterik, atau keduanya, luka pada kulit atau ekskoriasi akibat garukan yang disebabkan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratoris Peningkatan kadar bilirubin serum, kolesterol total, serum

alkali fosfatase, serum gamma glutanyl transferase (GGT)


dan serum lipoprotein-X (Nazer, 2012). Pemeriksaan Radiologis USG hati dan saluran bilier serta CT Scan Kolangiografi endoskopik retrograd

PENATALAKSANAAN
Sering tidak berespon terhadap terapi medis

Penggunaan

asam

ursodeoxycholic

akan

meningkatan

pembentukan empedu dan mempunyai efek antagonis terhadap efek hidrofobik empedu pada membran biologis. Beberapa obat yang biasa diberikan pada pasien kolestasis antibiotik, antagonist opioid dan vitamin-vitamin yang larut

lemak.
Pengobatan malabsorpsi lemak meliputi subsitusi diet.

You might also like