You are on page 1of 3

ANALISIS PEMANFAATAN DANA PERBANKAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DALAM KERANGKA KPS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASIH

RENDAHNYA PERANG PERBANKAN NASIONAL DALAM PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR. 1. ASPEK KARAKTERISTIK PROYEK INFRASTRUKTUR Dalam memberikan pembiayaan, Bank harus memahami karakteristik pembiayaan proyek infrastruktur antara lain : a. Cost of Project yang relatif sangat besar sehingga memerlukan skema sindikasi/ joint financing; b. Tenor kredit secara umum berjangka panjang sehingga memiliki tingkat risiko yang tinggi; c. Kebutuhan self-financing yang besar, sehingga hanya investor tertentu yang mampu memenuhi persyaratan tersebut; d. Ketentuan tarif jasa infrastruktur termasuk penyesuaiannya harus jelas diatur dalam perjanjian kerjasama/kontrak; e. Potensi terjadinya risiko overrun cost, sehingga pada umumnya perbankan mensyaratkan adanya jaminan dari pemilik proyek untuk menanggung risiko tersebut; f. Potensi terjadinya risiko inkonsistensi kebijakan di bidang infrastruktur (antara lain kebijakan tarif, kebijakan penjaminan dari Pemerintah). ASPEK REGULASI a. PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan manajemen resiko Bank Umum b. PBI No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian kualitas aktiva Bank Umum c. PBI No. 9/14/PBI/2007 tentang Sistem informasi debitur d. PBI No. 5/10/PBI/2003 tentang Prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan modal e. SK DBI No. 31/177/Kep./Dir tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum ASPEK EASIBILITY PROYEK Beberapa metode finansial yang lazim digunakan dalam mengevaluasi feasibility proyek adalah: a) Payback Period Payback Period menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan suatu investasi. Payback Period diperoleh dengan cara membandingkan initial invesment dengan cash inflow. Berdasarkan Metode Payback period, proyek yang dinilai feasible adalah : Apabila payback period lebih pendek dari suatu periode yang telah ditentukan, maka proyek tersebut diterima; Apabila payback period lebih panjang dari suatu periode yang telah ditentukan, maka proyek tersebut ditolak. b) Internal Rate of Return Internal rate of return (IRR) merupakan rate of return yang digunakan untuk mengevaluasi kelayakan suatu investasi atau membandingkan profitabilitas suatu investasi dengan investasi lain. Evaluasi kelayakan investasi dilakukan dengan cara membandingkan IRR dengan tingkat bunga/pengembalian yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih besar dari tingkat bunga/pengembalian yang disyaratkan, maka proyek tersebut diterima; Apabila IRR lebih kecil dari tingkat bunga/pengembalian yang disyaratkan, maka proyek tersebut ditolak.

2.

3.

c) Metode Net Present Value Net present value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus kas di masa datang (present value of future cash flow) suatu investasi dengan jumlah investasi awal (initial investment). Berdasarkan Metode Net Present Value, proyek yang dinilai feasible adalah: Jika NPV adalah positif, maka proyek diterima; Jika NPV adalah negatif, maka proyek ditolak . d) Cashflow Projection Cashflow projection memberikan gambaran atas seluruh rencana penerimaan (cash inflow) dan pengeluaran (cash outflow) uang kas suatu proyek sejak masa pembangunan proyek hingga proyek beroperasi. Dengan menyusun proyeksi cashflow, Bank akan dapat mengevaluasi profitabilitas proyek dan kemampuan proyek dalam memenuhi kewajiban yang berkenaan dengan pembiayaan proyek, seperti pembayaran kembali pokok pinjaman maupun bunga, dari pendapatan setelah proyek mulai beroperasi ataupun dari sumber lainnya. 4. ASPEK MAKRO EKONOMI a) Pertumbuhan ekonomi b) Nilai tukar rupiah c) Tingkat inflasi d) Kebijakan pemerintah e) Suku bunga ASPEK INTERNAL PERBANKAN a) DPK b) CAR c) ROA d) LDR

5.

ketatnya peraturan BI dalam memberikan kredit


Adanya kesenjangan informasi (asymmetric information), yakni kurangnya pengetahuan bank akan kondisi sebenarnya dari berbagai individu perusahaan akibat lemahnya kemampuan analis kredit bank. Akibatnya, banyak perusahaan yang akses terhadap sumber pembiayaan

Penelitian yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) dan Mahrinasari MS (2006) menyimpulkan bahwa variabel DPK, CAR, LDR dan ROA secara parsial menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi sedangkan rasio kas berpengaruh negatif, disebabkan sumber dana bank yang ada lebih besar dialokasikan kepada kegiatan aktiva produktif yang mendatangkan keuntungan bagi bank. Penelitian Harmanta dan Ekananda (2005) menyimpulkan bahwa kredit yang ditawarkan merupakan fungsi dari kapasitas kredit bank umum, suku bunga kredit bank umum, suku bunga SBI, NPL dan variabel dummy sebelum dan setelah krisis tahun 1997, di dalam fungsi tersebut seluruh variabel (kecuali variabel dummy krisis) secara statistik juga signifikan mempengaruhi kredit yang ditawarkan dan seluruhnya mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan yaitu positif untuk variabel kapasitas kredit dan suku bunga kredit bank umum, serta negatif pada variabel suku bunga SBI, NPL, dan dummy.

You might also like