You are on page 1of 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi. Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut. Osteoporosis sering terjadi pada orang yang sudah berusia diatas 50 tahun, hal itu disebabkan karena menurunnya kemampuan absorpsi vitamin D pada orang tua. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun[4]. Angka ini menunjukkan besarnya populasi yang terancam osteoporosis. Menurut hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Itulah sebabnya kecenderungan osteoporosis di Indonesia 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negeri Belanda. Pada tahun 2006, berdasarkan analisis data dan risiko osteoporosis yang dilakukan Departemen Kesehatan RI bersama PT. Fonterra Brands Indonesia, prevalensi osteoporosis di Indonesia saat ini telah mencapai 41,75%. Artinya, setiap 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis. Hal ini lebih tinggi dari prevalensi dunia yang hanya 1 dari 3 berisiko osteoporosis (Era Baru News, 03 November 2008). Menurut Departemen RI, wanita memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi yaitu 21,7%, dibandingkan laki-laki yang hanya berisiko terkena osteoporosis sebanyak 14,8%. Hal ini

dikarenakan wanita mengalami proses kehamilan dan menyusui serta terjadinya penurunan hormon estrogen pada saat pre menopause, dan pasca menopause (Depkes, 2002). Terjadinya reduksi hormone estrogen pada wanita dapat mengakibatkan menurunnya kepadatan tulang sehingga terjadi osteoporosis. Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi juga berhubungan dengan faktor lain seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Merokok dan mengkonsumsi alkohol yang tinggi dapat meningkatkan risiko osteoporosis 2 kali lipat. Selain merokok dan mengkonsumsi alkohol, faktor lain yang dapat menyebabkan osteoporosis yaitu postur tubuh kecil, kurang aktifitas tubuh, kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan massa tulang, asupan kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit diabetes mellitus tipe I dan II. Hal ini terbukti dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata di Indonesia yang hanya 254 mg per hari dari 1000-1200 mg per hari menurut standar internasional. Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat pada kaum lanjut usia. Bila tidak ditangani, osteoporosis dapat mengakibatkan patah tulang, cacat tubuh, bahkan timbul kompliksi hingga terjadi kematian. Risiko patah tulang bertambah dengan meningkatnya usia. Pada usia 80 tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria berisiko mengalami patah tulang panggul atau tulang belakang. Sementara, mulai usia 50 tahun kemungkinan mengalami patah tulang bagi wanita adalah 40%, sedangkan pada pria 13% (Tandra, 2009). Osteoporosis seharusnya dapat dicegah dan diobati. Cara yang paling tepat mencegah osteoporosis adalah dengan membudayakan Perilaku Hidup Sehat yang intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat rendah lemak dan kaya kalsium (1.000-1.200 mg kalsium per hari), berolah raga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol (DepKes RI, 27 September 2004).

Pesan untuk Najla : Najla, informasi yg ada di ltr blkng punya Najla itu sdh bagus, namun penyusunannya menurut ku msh kurang tpat. Kmudian, penyusunan latar blkngnya sdh ku perbaiki. Lalu, Najla, tolong tuliskan

secara lengkap citasi yang Najla muat di ltr blkng ini (citasi: yg brwrna merah tebal) untuk keperluan penulisan daftar pustaka. Sebagai contoh, ada sebuah pernyataan dalam suatu makalah: Kedokteran kerja pada hakikatnya ialah bagian dari kedokteran pencegahan, dengan beberapa kemampuan terapi (Anton, 1995). Citasinya di atas yaitu dari Buku milik Anton Widjaja tahun 1995 yang berjudul Buku Saku Kesehatan Kerja penerbitnya Buku Kedokteran EGC,Jakarta. Citasi itu menunjukkan dari mana kita mendapatkan pernyataan diatas

(sumber tulisannya). Nah, Najla, tulis ya sumber tulisannya (citasinya). Ntar ku tuliskan daftar pustakanya. Klo ada yg tdk dimengerti tanyakan aj. Semangat Najla !

You might also like