You are on page 1of 4

http://budidayanews.blogspot.com/2011/03/cara-budidaya-apel-organik.

html Tahapan Menuju Penerapan Pertanian Organik Melalui pemahaman prinsip-prinsip PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dan analisa agroekosistem, petani mengetahui bahwa keadaan tanah merupakan faktor penting untuk kesehatan tanaman dan memungkinkan adanya keseimbangan dalam agroekosistem. Terdapat 4 prinsip yang harus dapat dipahami oleh para petani Alumni SLPHT agar mampu menerapkan PHT dilahannya, yaitu Budidaya tanaman sehat, pengamatan mingguan (rutin), pelestarian musuh alami dan petani sebagai ahli PHT. Budidaya tanaman sehat merupakan langkah awal untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit. Dengan asumsi bahwa jika tanaman telah tumbuh dengan sehat, maka tanaman memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan hama maupun penyakit. Budidaya tanaman sehat mencakup berbagai aspek mulai dari pra tanam hingga panen. Tanaman sehat dapat diperoleh jika bibit yang digunakan sehat, di tanam pada tanah yang sehat, penerapan cara budidaya yang baik dan didukung oleh lingkungan yang sehat. Pengamatan merupakan bagian penting dalam budidaya apel. Dengan pengamatan, dapat diketahui pertumbuhan tanaman, keberadaan serangga hama dan musuh alaminya, intensitas serangan hama dan penyakit dan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan tanaman, hama dan penyakit. Hasil pengamatan dianalisa dan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yaitu tindakan yang perlu dilakukan untuk melindungi tanaman agar dapat tumbuh sehat. Pelestarian musuh alami merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menjaga keberadaan dan kemampuan musuh alami dalam menjalankan fungsinya yaitu

sebagai pengendali alami hama dan penyakit tanaman. Keberadaan musuh alami dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan lingkungan hidupnya. Musuh alami pada umumnya peka terhadap penggunaan pestisida. Oleh sebab itu, penggunaan pestisida harus menjadi alternatif terakhir jika seperangkat cara pengendalian yang lain tidak mampu mengendalikan populasi maupun intensitas serangan hama dan penyakit sesuai yang diharapkan. Dengan pemahaman terhadap agroekosistem dan prinsip-prinsip PHT memudahkan bagi petani untuk merencanakan tahapan-tahapan menuju penerapan sistem pertanian organik. Beberapa tahapan yang telah dan akan dilaksanakan secara terus menerus adalah sebagai berikut : a. Peningkatan Daya Dukung Lahan. Pemberian pupuk organis adalah untuk meningkatkan kesuburan fisik, biologis dan kimiawi tanah. Fisik tanah yang remah dan dengan rongga tanah yang cukup sangat dibutuhkan oleh akar tanaman dan baik untuk tempat hidup mikroorghanisme tanah. Kesuburan biologis yang cukup, akan menjamin ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan pengendalian penyakit perakaran oleh agens antagonis. Adanya kehidupan serangga pengurai dalam tanah sangat membantu dalam pelestarian musuh alami (sebagai pakan selain hama). Kesuburan kimiawi adalah tersedianya unsur hara tanaman dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk organik yang tepat akan menyediakan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman baik dalam jumlah maupun jenisnya. Dosis pupuk organik yang dibutuhkan tanaman berdasarkan hasil uji tanah adalah 30 50 kg per pohon. Namun, sebagian besar petani masih memberikan pupuk organik dibawah 10 kg per tanaman.

b.

Perbaikan kualitas tanaman. Kegiatan ini ditujukan untuk mengganti cabang-cabang yang sudah tua dan ada kerusakan jaringan akibat penggunaan pestisida sistemik yang berlebihan maupun oleh faktor lain. Dengan adanya cabang baru yang sehat, diharapkan akan menghasilkan buah dan daun yang lebih baik. Pada keadaan tertentu, juga dilakukan pangkas pohon pokok (pangkas habis) pada tanaman apel yang batang pokoknya rusak akibat serangan penyakit. Kegiatan ini ternyata mampu menumbuhkan batang baru yang sehat dan lebih baik. Pada batang pohon yang mengalami kerusakan parah hingga ke akar tanaman, maka dilakukan pembongkaran untuk mencegah penularan penyakit dan untuk penjarangan pohon agar jarak tanamnya lebih baik.

c.

Perbaikan kualitas kebun. Apel membutuhkan ketersediaan air secara terus menerus, tetapi tidak tahan terhadap genangan air (air jenuh). Dalam kondisi daya serap tanah terhadap air rendah, sangat diperlukan adanya sistem irigasi yang baik untuk menjamin ketersediaan air. Penyiangan kebun dilakukan untuk memanen hijauan sumber bahan organik sehingga tidak perlu dengan pencangkulan yang dalam maupun dengan herbisida. Sisakan sebagian gulma untuk penutup tanah, tempat hidup beberapa serangga dan mencegah erosi permukaan tanah. Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan membabat gulma sebelum menghasilkan biji. Untuk meningkatkan keragaman serangga dan sekaligus untuk melestarikan musuh alami dalam rangka menjaga keseimbangan agroekosistem perlu dilakukan penanaman beberapa tanaman non apel, baik sebagai penutup tanah, sumber bahan organik serta sebagai barier atau tanaman pagar.

d.

Pemanfaatan dan pelestarian musuh alami Salah satu faktor yang menyebabkan usahatani menjadi mahal dan tidak efisien adalah tidak adanya atau sangat rendahnya populasi musuh alami. Sehingga sangat

banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menggantikan peran musuh alami dalam menekan populasi hama. Untuk memancing kehadiran seerangga dewasa musuh alami, perlu penanaman tanaman yang berbunga, namun perlu diperhitungkan kehadiran hama Thrips yang juga menyukai bunga. Musuh alami secara umum lebih peka terhadap pestisida, oleh sebab itu dalam aplikasi pestisida (insektisida) lebih baik menggunakan yang berspektrum sempit dan jika diperlukan lakukan aplikasi spot-spot. Akan lebih baik jika menggunakan pestisida nabati dengan memanfaatkan tanaman yang ada. Pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan cendawan entomopatogen yaitu Beauveria bassiana atau Metarhizium sp (keduanya telah dieksplorasi dari kebun apel). Untuk pengendalian penyakit digunakan bubur california (BC). Strategi penggunaan BC adalah dengan aplikasi dini berdasarkan suhu dan kelembaban serta arah angin, fase pertumbuhan tanaman dan serangan di kebun sekitar (sumber inokulum di hamparan). Hal ini perlu dilakukan karena keterlambatan aplikasi dapat mengakibatkan tidak efektifnya penggunaan BC dan belum adanya pengendali alami akibat penggunaan fungisida yang tinggi pada waktu yang lalu. Pada tanah dengan kandungan bahan organik rendah, tanaman akan mudah terserang penyakit perakaran atau tular tanah. Oleh sebab itu, pemberian bahan organik sebaiknya ditambahkan mikroorganisme yang mampu mengendalikan serangan penyakit dan berfungsi sebagai perombak atau pengurai yang membantu ketersediaan unsur hara bagi tanaman. (telah Mikroorganisme dari yang kebun telah digunakan adalah Trichoderma sp dieksplorasi apel), Gliocladium sp

danPseudomonas flourescens.

You might also like