You are on page 1of 9

3.

Tahun 1902- 1920- an Kaum Liberal Belanda pada masa antara tahun 1902 mendesak politik etis diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu pemukiman orang Belanda di Indonesia tumbuh dengan cepat. Indishe Architectuur menjadi terdesak dan sebagai gantinya muncul standar arsitektur modern yang berorientasi ke Belanda.

4. Tahun 1920-an sampai tahun 1940-an Gerakan pembaharuan dalam arsitektur baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini mempengaruhi arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Pada awal abad 20, arsitek-arsitek yang baru datang dari negeri Belanda memunculkan pendekatan untuk rancangan arsitektur di Hindia Belanda. Aliran baru ini, semula masih memegang unsur-unsur mendasar bentuk klasik, memasukkan unsurunsur yang terutama dirancang untuk mengantisipasi matahari hujan lebat tropik. Selain unsur-unsur arsitektur tropis, juga memasukkan unsur-unsur arsitektur tradisional (asli) Indonesia sehingga menjadi konsep yang eklektis. Konsep ini nampak pada karya Maclaine Pont seperti kampus Technische Hogeschool (ITB), Gereja Poh sarang di Kediri. Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial di Indonesia pada tahun 1900-1920-an4: Menggunakan Gevel ( gable) pada tampak depan bangunan Bentuk gable sangat bervariasi seperti curvilinear gable, stepped gable, gambrel gable, pediment ( dengan entablure). Penggunaan Tower pada bangunan Tower pada mulanya digunakan pada bangunan gereja kemudian diambil alih oelh bangunan umum dan menjadi mode pada arsitektur kolonial Belanda pada abad ke 20. Bentuknya bermacam-macam, ada yang bulat, segiempat ramping, dan ada yang dikombinasikan dengan gevel depan. Penggunaaan Dormer pada bangunan Penyesuaian bangunan terhadap iklim tropis basah o Ventilasi yang lebar dan tinggi. o Membuat Galeri atau serambi sepanjang bangunan sebagai antisipasi dari hujan dan sinar matahari. V . Arsitektur modern (pasca kemerdekaan) LATAR BELAKANG Dalam dunia arsitektur seringkali terjadi perubahan yang selaras dengan perkembangan teknologi, politik, sosial, ekonomi. modernisasi timbul ketika revolusi industri pada tahun 1960-1863. Pada keadaan inilah yang membawa perubahan dalam mayarakat yang akan mempengaruhi pula perubahan dalam arsitektur. Gagasan modernisme dalam arsitektur dan tumbuh semenjak akhir abad ke19 di Eropa barat yang diakibatkan oleh berbagai kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian, yaitu arsitek dalam hal fungsi; ruang dan bentuk disatu pihak dan akhli struktur dan konstruksi dalam hal perhitungan dan pelaksanaan. Perubahan dalam kebudayaan ditandai dengan style neo clasic yang semakin pudar, menuju ke arah Form follow function

Ornamen diyakini sebagai suatu kejahatan karena dianggap tempelan dari ukiran dan merupakan kebenaran palsu, yang hal ini diungkapkan oleh Adolf Loos. Kondisi arsitektur modern dipenuhi dengan ambisi, ketegangan, hilangnya referensi lama, dan juga ketergeseran akan nilai kemanusiaan karena adanya industrialistis yang mendominasi kehidupan pada saat itu. 1. PERKEMBANGAN SEJARAH Gerakan Avant Garde memberi kehidupan baru dalam teori perencanaan dan pelaksanaan arsitektur. arsitektur modern mengkristal menjadi suatu aliran yang disebut dengan International Style, Dalam pandangan arsitektur modern selanjutnya (1910-1940-an) terjadi perubahan dalam pola dan keindahan arsitektur, dimana keindahan muncul semata mata oleh adanya fungsi dari elemen elemen bangunan. Oleh karenanya disebut sebagai aliran arsitektur Fungsionalisme, Teori bentuk dan konsep lama baik tentang keindahan dan seni arsitektur masa lalu telah ditinggalkan dengan munculnya aliran Cubism arsitektur Kubisme dan Fungsionalisme berkembang sangat cepat di Eropa Amerika bahkan Asia, hal ini sejalan dengan perkembangan budaya , pola pikir dan pola hidup modern masyarakat dalam hal seni, keindahan dan teknologi yang berdasarkan ratio, Progressive Individualistis yang didukung oleh Industrialis Materialistis. GERAKAN PADA ARSITEKTUR MODERN Art and Craft movement (Inggris) adalah suatu gerakan pada akhir masa revolusi industri yang mementingkan komitmen kerja dan keindahan. Penganutnya menolak estetika yang dihasilkan oleh produksi secara massal, yang dianggap sebab utama hilangnya keindahan individual. Arts and Crafts Movement berkembang di Inggris saat paruh akhir abad ke-19. 2. Perkembangan Arsitektur Modern Indonesia arsitektur Indonesia (modern) pasca kemerdekaan dibagi atas lima periode Yaitu : a) Periode ini ditandai dengan muncul kota satelit Kebayoran Baro di Jakarta oleh R.Soesilo. Periode ini berlangsung setelah kemerdekaan hingga tahun 1960. Arsitek generasi pertama mendominasi periode ini dengan pengaruh kuat dari aliran Delft. Beberapa arsitek yang muncul dan berkarya pada periode ini adalah : R.Soesilo dengan karyanya Perencanaan Kota Satelit Kebayoran Baru ( 1948 ) Lim Bwan Tjie (1932-1964)di Semarang Soehamir, akan tetapi sayang tidak didapatkan informasi tentang karyanya Soedarsono, dengan karyanya Tugu Monumen Nasional (MONAS) Jakarta F. Silaban dengan karyanya SPMA, Bogor (1951), Bank Indonesia, Jakarta (1958), Markas Besar AURI, Jakarta (1958) dan Masjid Istiqlal (1965) Fokus arsitektur pada periode ini lebih kepada bagaimana mengembangkan arsitektur tropis modern Indonesia dengan tradisi berarsitektur modernis rasional sejati.

b) Periode kedua Periode ini dipelopori oleh generasi Arsitek kedua Indonesia yaitu Suhartono (anak Susilo), Hasan Purbo, dan Achmad Noeman. Periode ini berlangsung tahun 1960-1970, secara makro merupakan periode pembentukan pendidikan arsitektur di Indonesia, seperti (Prof. Ir.) Hasan Purbo di Institut Teknologi Bandung, (Prof. Ir.) Suhartono Susilo di Universitas Prahyangan Bandung, (Prof. Ir.) Sidharta di Universitas Diponegoro Semarang, (Prof. Ir.) Parmono Atmadi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, (Prof. Ir.) Johan Silas di Istitut Teknologi Surabaya. Terdapat sesuatu yang penting terjadi pada periode kedua ini yaitu kembalinya pada arsitek muda dari pendidikan dan ITB menghasilkan lulusan pertama yang kemudian menggerakkan arsitektur pada periode ini. Arsitek muda ini kemudian bergabaung sebagai generasi kedua Arsitek Indonesia. Beberapa dari mereka yang tersebut dalam periode ini yaitu : Soejoedi ( karyanya Conefo/MPR/DPR Jakarta ) dan Han Awal dari TU Berlin,1960 Soewondo Bismo Sutedjo dari TH Hannover, 1961 Djauhari Sumintardja ( dari sekolah arsitektur Stockholm, Swedia 1960 ) Hasan Purbo, Suhartono Susilo, Sidharta, Parmono Atmadi, Zaenuddin Kartadiwiria, Wastu Pragantha, Johan Silas, Danisworo, Slamet Wirosanjaya dari ITB Meletusnya gerakan G30 S PKI mengakibatkan tidak banyaknya karya yang dihasilkan dalam periode ini. Fokus arsitektur pada periode ini kecenderungan meninggalkan pemikiran arsitektur tropis modern Indonesia yang telah dirintis oleh generasi sebelumnya dan ketertarikan pada arsitektur tradisional mulai muncul serta menguatnya tradisi berarsitektur modernis rasional sejati. Periode Ketiga o Periode ini berlangsung antara tahun 1970-1980 ditandai dengan munculnya orde baru dalam politik Indonesia. Pencanangan pembangunan nasional berjangka (PELITA) yang dibuat penguasa politik pada saat itu membuat iklim rancang bangun bergairah kembali. Periode ini merupakan puncak karya dari generas kedua seperti : Han Awal : Konsep Tower in Park pada kompleks Inversitas Atmadjaya, Jakarta Soejoedi : Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Kedutaan Prancis dan Sekretariat ASEAN. Slamet Wirosanjaya, dikenal sebagai landscape handal. Djauhari Sumintardja, menerbitkan buku Kompendium Sejarah Indonesia. Kemudian para lulusan pertama pendidikan arsitektur dalam negeri yang lulus pada tahun 1970-an seperti Robi Sularto, Adhi Moersid, Yuswadi Saliya, Dharmawan, Eko Budiardjo, dan Gunawan Tjahyono muncul sebagai generasi arsitek ketiga di Indonesia setelah dua generasi sebelumnya mencapai puncak karyanya pada periode ketiga ini. Yang menjadi fokus arsitektur pada masa ini adalah pencarian identitas Arsitektur Indonesia dan kebangkitan arsitektur tradisional. Tradisi modernis rasional yang dibawa dua periode sebelumnya mendapat kritikan keras sejalan dengan derasnya arus pemikiran arsitektur dunia. c) Periode Keempat Periode ini berlangsung antara tahun 1980-1990, arsitek generasi ketiga mencapai puncak karyanya. Proyek-proyek yang ditangani adalah proyek-proyek yang berskala besar (pemerintah). Periode ini diramaikan juga oleh para arsitek yang juga merupakan produk kedua pendidikan arsitektur dalam

negeri, yaitu Josep Prijotomo, Budi Sukada, Bagoes P.Wiryomartono, Baskoro Tedjo, Zhou Fuyuan, Andi Siswanto serta beberapa arsitek lulusan luar negeri yaitu Antonio Ismael, Budiman H. Hendropurnomo, dan Budi Lim. Kemudian beberapa biro-biro arsitek muncul seperti biro arsitek: Atelier 6, Gubah Laras, Encona, Tripanoto Sri, Team 4, Arkonin, dan Parama Loka. Puncak dari karya arsitek pada periode ketiga yang beberapa diselubungi oleh nama besar biro arsiteknya, seperti : Atelier 6 dengan karyanya Executive Club Hilton Jakarta, serial Hotel Santika, gedung STEKPI, Hotel Nusa Dua dan Masjid Said Naum (karya terbaik Adhi Moersid). Tripanoto Sri, dengan serial arsitektur Keluarga Cendana, kompleks TMII, RS. Kanker Indonesia. Y.B. Mangunwijaya dari TH Aachen Jerman, dengan karyanya perumahan di Kali Code Yogyakarta, tempat ziarah Sendang Sono, rumah tinggal Arief Budiman di Salatiga Gunawan Tjahyono, dengan karyanya Gedung Rektorat UI. Yang menjadi fokus arsitektur pada periode ini yaitu keinginan untuk mensenyawakan arsitektur modern dan tradisional dengan penekanan lebih kepada simbol makna dan budaya dibandingkan dengan permasalahan kondisi tropis.

Periode Kelima Periode ini berlangsung antara tahun 1990-2000, merupakan kondisi kontemporer arsitektur Indonesia dan percepatan peristiwa merupakan karakter yang menonjol pada periode ini. Periode ini ditandai dengan munculnya arsitek muda Indonesia (AMI) : Sonny Sutanto, Marco Kusumawijaya dkk., dan bergabungnya arsitek periode keempat (Josep Prijotomo dkk) dalam periode ini. Beberapa karya yang menonjol periode ini dan mendapat penghargaan yaitu: DCM (Budiman, Sonny, Dicky) : Tugu Park Hotel di Malang, Gedung Ford Foundation untuk ASEAN (bekerja sama dengan Gunawan Tjahyono). Budi Lim : Urban Infill di Bank Universal Hayam Wuruk dan Konservasi Bank Universal Melawai. Thamrin dan Kelompok Kumuh : Gerbang Utara ITB. Arcadia (Gatot, Armand dan Tony) : The Condor, Dunia Fantasi Ancol. Krish Suharnoko, Caf Batavia rianto : Kantor Bank Exim Kamayoran. Sardjono Sani : Rumah Tinggal Tusuk Sate di Pondok Indah Jakarta. Fuyuan : Rumah Pabrik. Yori dan Marco K. : Rumah Murah Swadaya Plan International Kupang Fokus arsitektur pada periode ini lebih kepada pengungkapan tradisi berarsitektur AMI yaitu peningkatan profesionalisme, penjelajahan desain dan kejujuran berekspresi

KLASIFIKASI & CIRI-CIRI : ARSITEKTUR MODERN, PASCA MODERN & PURNA MODERN (CHARLES JENCKS) No. Modern (1920-1960) Late Modern (1960- ) Post Modern (1960- ) I

L 1 One International Style, or no style : Bnetuk Model sama dimanapun berada Tanpa langgam / gaya Unconscions Style : Secara tidak sadar telah memakai langgam / gaya. Double-coding of Style : Menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur lain (vernacular, local, komersial, konstektual), juga berarti memperhatikan nilai-nilai yang dianut arsitek dan penghuni atau masyarakat awam 2 Utopian and Idealist : Arsitek seakan-akan melaksanakan impiannya memperbaiki realita dan cenderung bersifat memaksakan. Pragmatic : Setiap bangunan didirikan untuk tujuan tertentu. Tiap bangunan mempunyaiciri khasnya masing-masing.

Bangunan setujuan mempunyai kemiripan satu sama lain Popular and Popularist: Tidak terikat oleh aturan atau kaidah tertentu, tetapi mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. 3 Deterministic form, fungtional /D.F.F : Syarat utama dari bangunan adalah bangunan mencapai kegunaaan yang semaksimal mungkin. Ruang ruang yang direncanakan sesuai dengan fungsinya. Bangunan tidak harus berdiri dari kepala, badan dan kaki. Loose Fit : Bentuk yang ditampilkan tidak sesuai dengan fungsi atau kehilangan kecocokannya dengan fungsi. Semiotic Form : Bentuk yang ada mempunyai tanda makna dan tujuan sehingga penampilannya sangat mudah dipahami. 4 Zeitgeist : Berlatar balakang logika dan keilmuan. Late Capitalist : Berlatar belakang efisiensi dan keuntungan. Tradition and Choice : Bentukan yang ada mengandung unsure-unsur atau nilai-nilai tradisi yang penerapannya secara terpilih, atau disesuaikan dengan maksud dan tujuan perancang. 5 Artist as Prophet/healer : Arsitek mendudukkan diri sebagai yang maha tahu. Suppressed Artist : Arsitek merasa dibatasi / tertekan dan terpaksa untuk memunculkan kreatifitasnya. Artist / Client : Arsitektur mengandung dua hal pokok yang menjadi tuntutan perancang. Bersifat seni (intern) dan bersifat umum (ekstern) sehingga mudah dipahami. 6 Elitst / for every man : Arsitekturnya lebih menonjolkan sikap eksklusif perancangnya yang tumbuh dari keinginan bersama. Elitist Profesional : Arsitekturnya lebih menonjolkan sikap eksklusif perancangnya saja. Elitist and Participative Arsitekturnya lenih menonjolkan kebersamaan serta mengurangi sikap keangkuhan. 7 Wholistic, comprehensive redevelopment : Adanya pemahaman yang menyeluruh dan saling mendukung antar elemen-elemen pembentuk arsitektur. Wholistic : Adanya kesatuan antar unsure-unsur pembentuknya. Piecemeal : Adanya penerapan unsur-unsur dasar seperti history, vernacular, lokasi, dll 8 Architect as savior/doctor : arsitek menempatkan dirinya sebagai penyelamat/penyembuh dari segala permasalahan arsitektur dan yang mempunyai banyak gudang ide. Architect provides service : Arsitek menempatkan dirinya sebagai pelayan aau penerjemah ide Architect as representative and activist : Arsitek berfungsi sebagai wakil penerjemah ide kepada perencana dan secara aktif berperan serta dalam perancangan Sumber : Charles Jencks Vision of the Modern UIA VI. ARSITEKTUR POST- MODERN Pada tahun antara 1960-1970 gerakan arsitektur modern (dikenal dengan nama Modern Movement) mulai memperlihatkan tanda tanda berakir. Gerakan yang bertahan selama tiga generasi ini telah melewati tiga tahap perkembangan yaiytu early moderernism,high modernism, dan late modernism ( Trachtenberg,1987). Early modernism diwarnai dengan karya karya frank LIoyd Wright ( 1959-1989) kebanyakan rumah

tinggal . High modernism yang lahir setelah perang dunia kedua 1 di isi oleh arsitek arsitek besar yang pindah dari Negara asalnya ke amerika serikat. Yaitu Ludwig mies van der rohe , le Corbusier, dan walter Gropius, mereka dikenal denagan arsitek avant garde. Late modernism lahir setelah perang dunia kedua , ditandai dengan bangunan pencakar langit ( sky craper ) dengan melibatkan teknologi canngih (hi tech) . arsitek yang terkenal pada periode ini adalah hugh stubbins , I.M pei dll. Berakirnya arsitek modern ini diawali dengan di hancurkanya -lgoe housing di kota ST LOUIS , bagian Missouri , amerika serikat, pada tanggal 15 juli 1972 jam 15.32 9 (jenks, 1984). Kegagalan bangunan tersebut membuktikan bahwa dasar filosofi dan teori arsitektur modern sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan zamazn .doktrin-doktrin seperti rasionalisme, behaviorisme dan pragmatisme dinilai sudah tidak rasional lagi. VI. I lahirnya Arsitektur post- modern Istilah post modern sebenarnyanya sudah dikenal sejak pertengahan tahun 1970-an , tidak hanya di dunia arsitektur tapi juga pada dunia seni lukis , tari , patung , film, dan bahkan ideology. Pad a dasarnya post-modern merupakan reaksi (anti-thesis) dari modernisme (thesis) yang sudah berjalan sangat lama . Irwing howe menggambarkanya the radikal breakdown of the modernist, jadi keduanya memang tidak biasa di pisahkan satu dengan yang lain Charles jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post-modern menyebutkan adanya 3 alasan yang mendasari lahirnya post modernism yaitu : 1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke desa dunia ( world village)yang tanpa batas . 2. Canggihnya teknologi telah memungkinkan produk-produk yang bersifaf pribadi ( personalissed production). Lebih dari produksi missal dan tiruan missal ( mass production and mass repetition ) yang merupakan cirri khas modernism. 3. Adanya kecenderunagan manusia kembali kepada nilai-nilai tradisional (tradisionalvalues) atau daerah , sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang . Dengan demikian , Aritektur post modern adalah pencampuran antara tradisional dengan non tradisional , gabungan modern dengan setengah non modern perpaduan antara lama dan baru . Arsitektektur post-modern mempunyai style yang hybrid (perpaduan dua unsure ) sering di sebut sebagai double coding.

VI.II Ciri- cirri Aliran yang berbekembang Dua ciri pokok Arsitektur post-modern adalah anti rasionalisme dan neo sculptural, barbed dengan Arsitektur modern yang rasional dan fungsional . cirri-ciri bangunan yang sculptural sangat menonjol karena di hiasi dengan ornament ornamen baroque dan renaissance . Budi sukada (1988) menyebutkan ada 10 ciri arsitektur post- modern , yaitu; 1. Mengandung unsure unsur komunikatif yang bersifat lokal atau popular 2. Membangkitkan kembali kenangan historic 3. Berkonteks urban 4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi 5. Bersifat representasional 6. Berwujud metafori ( dapat berarti bentuk lain 7. Dihasilkan dari partisipasi

8. Mencerminkan aspirasi umum 9. Bersifat plural 10. Bersifat ekletik untuk dapat dikategorikan sebagai Arsitektur post-modern tidak harus memenuhi kesepuluh cirri diatas. Sebuah karya arsitektur yang mempunyai enam atau tujuh cirri di atas juga dapat di kategorikan ke dalam arsitektur post- modern . Aliran aliran post-modern di bedakan berdasrkan konsep perancangan dan reaksi terhadap lingkungan .di dalam evolutionary tree-nya , Charles jenks mengelompokkan arsitektur menjadi 6 (enam) aliran. Aliran-aliran ini menurutnya sudah dimulai sejak tahu 1960-an . ke enam aliran tersebut adalah: 1. Historicism Pemakaian elemen elemen klasik ( misalnya ionic, Doric , dan Corinthian ) pada bangunan , yang di gabungkan dengan pola-pola modern . Contoh: aero Saarinen Philip Johnson, Robert venturi 2. Straight revivalism Pembangkitan kembali leggam neo klasik ke dalam bangunan yang bersifat monumental dengan irama komposisi yang berulang dan simetris . Contoh:aldo rossi , monta mozuna Ricardo bofil, Mario botta 3. Neo-vernacularism Menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan mebuat bentuk dan pola bangunan lokal. 4. Contextualism ( Urbanist + Ad hoc) Memperhatikan lingkunagan dalam penempatan ligkunan sehingga komposisi lingkunan yang serasi . Aliran ini sering juga di sebut dengan urbanism. Contoh: Lucien kroll, leon krier, james srirling. 5. Metapor & metapshisical Mengekspresikan secara eksplisit dan implicit ungkapan metafora dan metafisika (spiritual) ke dalam bentuk bangunan Contoh: Antonnio gaudi , Stanley tigerman , mimoru takeyama . 6. Post modern space Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan kmponen banguna itu sendiri. Contoh: Peter eisenmeson , Robert stern, Charles more, khon, Pederson _Fox. Kesimpulan Arsitektur post modern mempunyai dua muka berbeda masing-masing mempunyai arti ( dual coding atau mixture of meaning. Ia mewakil dua kutub yang berbeda : Kaum populis dan eletis , romantic dan modernist, yang mempunyai dua bahasa yang berbeda dan masing-masing mempunyai barti yang berbeda pula . melalui unsure komunikasi dalam arsitektur post modernarsitek menjadi lebih dekat dengan konteks geografis dan budaya setempat sehingga masyarakat tidak asing dengan lingkungan binaanya sendiri. Daftar pustaka Gideon, S, space, time, and Arsitecture, Harvard university press, Cambridge, 1982.jenks, Charles, The language oe post-modern Architecture, rozolli, new york http://architerianforum.blogspot.com/2011/11/arsitektur-indonesia.html

You might also like