You are on page 1of 12

SISTEMATIKA ARTIKEL ILMIAH

Ada dua macam artikel ilmiah, yaitu artikel ilmiah hasil penelitian dan non penelitian. Secara umum struktur artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel ilmiah non penelitian relatif sama. Pada artikel non penelitian tidak ada bagian metode. Struktur artikel ilmiah hasil penelitian terdiri atas 10 bagian utama yaitu: (1) judul (2) baris kepemilikan; (3) abstrak; (4) kata kunci; (5) pendahuluan; (6) metodologi; (7) hasil; (8) pembahasan; (9) simpulan dan saran; dan (10) daftar rujukan. Adapun struktur artikel ilmiah non penelitian terbagi menjadi 8 bagian utama yaitu: (1) judul; (2) baris kepemilikan; (3) abstrak; (4) kata kunci; (5) pendahuluan; (6) pembahasan; (7) simpulan dan saran; dan (8) daftar pustaka. Masing-masing bagian diberikan penjelasan sebagai berikut.

A. ARTIKEL HASIL PENELITIAN 1. Judul a. Judul hendaknya ringkas dan informatif, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, yaitu antara 5-15 kata. Agar judul dapat dibuat singkat dan ringkas dalam 15 kata, hindari kata penghubung dan penyebutan obyek, tempat atau bahan penelitian yang sangat terperinci. Judul ditulis dengan huruf kapital. b. Judul mengandung kata-kata kunci dari variabel yang diteliti. c. Jenis huruf Times New Roman 14, dengan jarak baris satu spasi. d. Judul bisa dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggeris, sesuai dengan bahasa e. yang dipergunakan dalam artikel. f. Hindari penggunaan singkatan, rumus, dan rujukan dalam judul

2.

Baris kepemilikan (authorship lines) a. Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lainnya. b. Jika penulis lebih dari satu orang dan berasal dari kelembagaan berbeda, maka semua nama dicantumkan dengan memberikan tanda superskrip angka mulai dari 1 pada belakang nama penulis secara berurutan. c. Nama-nama penulis hendaknya hanya orang yang benar-benar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan laporan. d. Nama lembaga tempat bekerja penulis atau tempat mahasiswa belajar ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama, dilengkapi dengan alamat korespondensi.

3. Abstrak

a. Abstrak ditulis secara ringkas dan faktual, meliputi masalah dan tujuan penelitian, metode penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskriptif tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian (bila dianggap perlu, juga kesimpulan dan implikasi). b. Abstrak hendaknya ditulis dalam bahasa Inggris. c. Panjang abstrak antara 50-75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. d. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan format yang lebih sempit dari teks utama (marjin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm) e. Hindari perujukan dan penggunaan singkatan yang tidak umum.

4. Kata Kunci a. Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam karangan asli, yang berupa kata tunggal atau gabungan kata. b. Jumlah kata kunci antara 3 sampai 5 kata dan/atau kelompok kata. c. Antara kata kunci dipisahkan oleh titik koma (;) d. Hindari banyak kata penghubung (dan, dengan, yang, dan lain-lain).

5. Pendahuluan a. Hindari sub-sub bagian atau sub-sub judul di dalam pendahuluan. b. Pendahuluan hendaknya mengandung latar belakang masalah atau rasional penelitian, permasalahan, dan tujuan penelitian. c. Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang bisa dijamin otoritas penulisnya. d. Pembahasan kepustakaan harus disajikan secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. e. Penyajian latar belakang masalah atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah, dan akhirnya ke rumusan tujuan f. Untuk penelitian kualitatif di bagian ini dijelaskan juga fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian.

6. Metode Penelitian a. Informasikan secara ringkas mengenai bagaimana penelitian itu dilakukan. Uraian disajikan dalam beberapa paragraph tanpa sub bagian. Hanya hal-hal yang pokok saja yang disajikan. Uraian rinci tentang rancangan penlitian tidak perlu diberikan.

b. Materi pokok bagian ini adalah apa jenis penelitiannya, siapa pupolasinya dan bagaimana penarikan/pemilihan sampelnya, bagaimana data dikumpulkan, siapa sumber data, dan bagaimana data dianalisis. c. Penelitian yang menggunakan alat dan bahan perlu ditulis spesifikasi alat dan bahannya. d. Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan perincian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitan dan informan beserta cara-cara mengambil data penelitian, lokasi penelitian dan lama penelitian. Selain itu juga diberikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.

7. Hasil a. Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. b. Bagian ini menyajikan hasil-hasil analisis data; yang dilaporkan adalah hasil bersih. Proses analisis data seperti perhitungan statistik, pengujian hipotesis tidak perlu disajikan. Jadi yang dilaporkan adalah hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis. c. Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik. Tabel atau grafik harus diberi komentar atau dibahas. Pembahasan tidak perlu dilakukan pertabel atau grafik. Tabel atau grafik digunakan untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal. d. Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa dilakukan dengan memilah-milah menjadi subbagian-subbagian sesuai dengan masalah penelitian. e. Untuk penelitian kualitatif, bagian hasil memuat bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopik-subtopik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian. f. Keterangan gambar/grafik diletakkan di bawah gambar/grafik; sedangkan judul tabel diletakkan di atas tabel. Judul diawali dengan huruf kapital. Contoh dapat dilihat di bawah ini.

8. Pembahasan a. Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan pembahasan adalah: (1) menjawab masalah penelitian atau menunjukan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai; (2) menafsirkan temuan-temuan; (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpuluan pengetahuan yang telah mapan; dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada. b. Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian harus disimpulkan hasil-hasil penelitian secara eksplisit. Misalnya dinyatakan bahwa penelitian ditujukan untuk mengetahui pertumbuhan kognitif anak sampai umur lima tahun,

maka dalam bagian pembahasan haruslah diuraikan pertumbuhan kognitif anak itu sesuai dengan penelitian c. Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada. Misalnya ditemukan adanya korelasi antara kematangan berpikir dengan lingkungan anak. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa lingkungan dapat memberikan masukan untuk mematangkan proses kognitif anak. d. Temuan diintegrasikan kedalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian sebelumnya, atau dengan teori yang ada, atau dengan kenyataan dilapangan. Pembandingan harus disertai rujukan e. Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi atau ditolak, sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari teori haruslah disertai dengan modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh teori haruslah disertai dengan rumusan teori baru. f. Jangan mengulang menulis angka-angka yang telah tercantum dalam tabel di dalam teks pembahasan. Jika akan menekankan hasil yang diperoleh sebaiknya sajikan dalam bentuk lain, misalnya skor rata-rata, persentase, atau selisih. Untuk menunjukkan angka yang dimaksud, rujuk saja tabel yang memuat angka tersebut. g. Pada umumnya jurnal internasional tidak menginginkan bahasa statistik (seperti: significantly different, treatment, dll) ditulis dalam pembahasan. Hindari copy dan paste tabel hasil analisis statistik langsung dari software pengolah data statistik. h. Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti, keterkaitan antara katagori-katagori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.

9.

Simpulan dan Saran a. Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan pembahasan b. Berdasarkan uraian pada kedua bagian itu, dikembangkan pokok-pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut c. Simpulan disajikan dalam bentuk esai bukan dalam bentuk numerical d. Saran disusun berdasarkan Simpulan yang telah ditarik e. Saran-saran bisa mengacu pada tindakan praktis, atau pengembangan teoritis, dan penelitian lanjutan f. Bagian saran bisa berdiri sendiri. Bagaian simpulan dan saran dapat pula disebut bagian penutup

10. Daftar Rujukan

a. Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan atau yang dikutip di dalam batang tubuh artikel ilmiah. b. Bahan pustaka yang dimaksukkan di dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. c. Daftar rujukan disusun secara alfabetis berdasarkan urutan abjad nama penulis, dan diketik dalam spasi tunggal. Jika rujukan tersebut lebih dari satu baris maka mulai baris ke dua masuk 1,2 cm (hanging). d. Ketentuan nama penulis: nama yang ditampilkan adalah nama akhir (nama keluarga) penulis diikuti dengan singkatan nama awal dan tengah (jika ada). Jika penulisnya lebih dari satu orang, maka cara penulisannya sama. e. Penulisan judul rujukan diawali dengan huruf kapital hanya pada awal kalimat. f. Setiap penulisan nama, tahun, judul artikel dan seterusnya diakhiri dengan titik (.) sebelum dilanjutkan kata berikutnya. Khusus penulisan volume (nomor) jurnal diberi tanda titik dua (:) tanpa jarak spasi. Contoh-contoh penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada penjelasan setiap jenis pustaka yang layak dirujuk, yang ditulis pada bagian tersendiri.

B. ARTIKEL NON PENELITIAN Istilah artikel nonpenelitian mengacu kepada semua jenis artikel ilmiah yang bukan merupakan laporan hasil penelitian. Artikel yang termasuk kategori artikel nonpentlitian antara lain berupa artikel yang menelaah suatu teori, konsep, atau prinsi; mengembangkan suatu model, mendeskripsikan fakta atau fenomena tertentu, menilai suatu produk, dan masih banyak jenis yang lain. Mengingat begitu beragamnya jenis artikel ini, maka cara penyajiannya di dalam jurnal sangat bervariasi. Ketentuan utuk penulisan artikel nonpenelitian pada dasarnya sama dengan artikel hasil penelitian, tetapi tidah ada metodologi dan hasil penelitiannya. Secara garis besar artikel non penelitian terdiri dari: (1) judul artikel; (2) nama penulis; (3) abstrak; (4) kata kunci; (5) pendahuluan; (6) bagian inti/pembahasan; (7) penutup (simpulan dan saran); dan (8) daftar rujukan. 1. Judul a. Judul artikel berfungsi sebagai label yang mencerminkan secara tepat inti isi yang terkandung dalam artikel. b. Untuk itu, pemilihan kata yang dipakai dalam judul artikel hendaknya dilakukan secara cermat. Disamping aspek ketepatannya, pemilhan kata-kata untuk judul perlu juga mepertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul bagi pembaca. Judul artikel sebaiknya terdiri atas 5-15 kata.

2.

Nama Penulis a. Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lainnya. b. Jika penulis lebih dari satu orang dan berasal dari kelembagaan berbeda, maka semua nama dicantumkan dengan memberikan tanda superskrip angka mulai dari 1 pada belakang nama penulis secara berurutan. c. Nama-nama penulis hendaknya hanya orang yang benar-benar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan laporan. d. Nama lembaga tempat bekerja penulis atau tempat mahasiswa belajar ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama.

3.

Abstrak a. Untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari pnyunting atau redaksi. b. Abstrak hendaknya ditulis dalam bahasa Inggris. c. Panjang abstrak 50-75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. d. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan menggunakan format yang lebih sempit dari teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2cm).

4.

Kata Kunci a. Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam karangan asli, berupa kata tunggal atau gabungan kata. b. Jumlah kata kunci sekitar 3-5 kata dan atau kelompok kata. c. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-udul tulisan beserta abstraknya dengan mudah.

5.

Pendahuluan a. Berbeda dengan isi pendahuluan di dalam artikel hasil penelitian, bagian pendahuluan dalam artikel nonpenelitian berisi uraian yang mengantarkan pembaca kepada topik utama yang akan dibahas. b. Oleh karena itu, isi bagian pendahuluan menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga mereka "tergiring" untuk mendalami bagian selanjutnya. c. Selain itu, bagian pendahuluan hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan dibahas. d. Pada pendahuluan tidak diberi sub judul.

6.

Bagian Inti atau Pembahasan a. Judul, sub judul, dan isi bagian inti sebuah artikel nonpenelitian sangat bervariasi, tergantung pada topik yang dibahas. b. Hal yang perlu mendapat perhatian pada bagian inti adalah pengorganisasian isinya. c. Uraian yang lebih rinci mengenai cara pengorganisasian isi dibahas pada paparan berikutnya.

7. Penutup (Kesimpulan dan Saran) a. Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel nonpenelitian jika isinya hanya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. b. Jika uraian pada bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya (bagian inti), perlu dimasukan pada bagian kesimpulan. c. Kebanyakan artikel nonpenelitian membutuhkan kesimpulan. d. Ada beberapa artikel nonpenelitian yang dilengkapi dengan saran. e. Sebaiknya saran ditempatkan dalam bagian tersendiri.

8.

Daftar Rujukan a. Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan atau yang dikutip di dalam batang tubuh artikel ilmiah. b. Bahan rujukan yang dimaksukkan di dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. c. Daftar rujukan disusun secara alfabetis berdasarkan urutan abjad nama penulis, dan diketik dalam spasi tunggal. Jika rujukan lebih dari satu baris maka mulai baris ke dua masuk 1,2 cm (hanging). d. Ketentuan nama penulis: nama yang ditampilkan adalah nama akhir (nama keluarga) penulis diikuti dengan singkatan nama awal dan tengah (jika ada). Jika penulisnya lebih dari satu orang, maka cara penulisannya sama. e. Penulisan judul rujukan diawali dengan huruf kapital hanya pada awal kalimat. f. Setiap penulisan nama, tahun, judul artikel dan seterusnya diakhiri dengan titik (.) sebelum dilanjutkan kata berikutnya. Khusus penulisan volume (nomor) jurnal diberi tanda titik dua (:) tanpa jarak spasi. g. Contoh-contoh penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada penjelasan setiap jenis pustaka yang layak dirujuk, yang ditulis pada bagian tersendiri.

TATA BAHASA DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Tata bahasa dalam penulisan artikel memiliki ciri-ciri serta kaidah-kaidah sebagai berikut : 1. Bahasa dalam artikel ilmiah bersifat formal serta obyektif. Jadi bahasa yang digunakan dalam artikel ilmiah adalah bahasa yang formal (Johannes, 1979). 2. Bahasa yang digunakan dalam penulisan artikel ilmiah adalah bahasa yang baku 3. Bahasa dalam artikel ilmiah bukan suatu dialek. Jadi perlu dihindari ungkapan-ungkapan yang berbau dialek (Ramelan, 1982) 4. Bahasa dalam artikel ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran dari pada dengan perasaan (Johannes. 1979) 5. Dalam artikel ilmiah hindari bahasa usang, kolot, dan basi (Johannes, 1979) 6. Dalam artikel ilmiah hindari kalimat-kalimat yang mendua arti (bermakna ganda) (Ramelan, 1982) 7. Kalimat dalam artikel ilmiah panjangnya sedang.

Upaya Menghindari plagiarisme Sebagai upaya mencegah dan menghindari terjadinya praktek plagiarisme di perguruan tinggi, pemerintah melalui Pasal 7 Ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 telah menetapkan bahwa setiap karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan pernyataan (dan ditandatangani) yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti adanya unsur plagiasi dalam karya tersebut maka penyusunnya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Di samping itu, sebagaimana dinyatakan pada Ayat (2) pasal yang sama, pimpinan perguruan tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya ke titik akses elektronik karya ilmiah dosen dan mahasiswa, seperti portal Garuda (Garba Rujukan Digital) atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Selain kepatuhan pada koridor hukum yang disebutkan di atas, upaya lain yang dapat dilakukan untuk menghindari plagiarisme, khususnya plagiarisme secara tidak disengaja, adalah: 1) senantiasa taat asas pada gaya selingkung, 2) melakukan pengutipan (menyitir) secara langsung, dan 3) melakukan parafrasa terhadap kutipan yang dirujuk. 1. Gaya Selingkung Setiap institusi akademik dan lembaga penerbitan berkala ilmiah yang terakreditasi dan bereputasi internasional pasti memiliki Gaya Selingkung penulisan artikel. Secara ringkas biasanya gaya selingkung tersebut dicantumkan pada setiap akhir nomor suatu penerbitan, berupa Petunjuk Bagi Penulis atau Instruction for Authors. Oleh karena setiap berkala ilmiah menerapkan gaya selingkung sendiri, maka hendaknya penulis naskah benar-benar memperhatikan gaya selingkung tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membantu Tim Editor dan Mitra Bestari dalam menseleksi dan mengevaluasi artikel tersebut. Suatu artikel yang dengan sempurna mengikuti gaya selingkung yang berlaku, maka akan semakin cepat proses penelaahannya dan semakin besar peluang untuk diterbitkan dalam waktu singkat, sepanjang secara substantif artikel tersebut telah memenuhi persyaratan untuk publikasi. Sebaliknya, suatu artikel yang tidak mengikuti gaya selingkung akan dikembalikan untuk diperbaiki sesuai ketentuan, atau bahkan ditolak bila substansinya tidak memenuhi syarat. 2. Menyitir Langsung Yang dimaksud dengan menyitir langsung adalah menyalin seluruh isi paragraf, seluruh kalimat atau satu (atau beberapa) frase secara langsung dan menuliskannya kembali (copy and paste, copas) di antara dua tanda petik. Akan tetapi kutipan langsung dalam suatu

tulisan harus menduduki porsi yang logis, sehingga tulisan tersebut bukan sekedar kliping dari beberapa sumber tulisan. Ide (gagasan) dari penulis tetap menempati porsi utama yang lebih besar daripada ide pendukung yang diperoleh dari sumber kepustakaan. Paragaf, kalimat ataupun frase boleh dikutip secara langsung apabila berada dalam situasi berikut: 1. Parafrasa terhadap sumber asli dapat menimbulkan salah penafsiran, misalnya katakata atau kalimat dalam produk hukum positif atau perundang-undangan atau asumsiasumsi yang melandasi prosedur statistik yang spesifik. 2. Area catatan kaki (footnote) tidak mencukupi bagi penulis untuk untuk menuliskan seluruh kalimat yang disitir. 3. Rumus matematika, statistika, astronomi, dan rumus-rumus ilmiah lain, serta dalil, teori atau hukum ilmiah. 4. Ayat-ayat yang berasal dari kitab suci (Al Quran, Injil, dan lain-lain) atau bunyi hadist-hadist. 5. Gagasan atau ide dari penulis lain (yang dikutip) yang ingin dikomentari atau dibantah atau dikritisi. 6. Kalimat atau kata-kata asli pengarang yang telah diungkapkan secara ringkas dan sangat meyakinkan, sehingga tidak mungkin lagi untuk melakukan parafrasa terhadap kalimat atau kata-kata tersebut. 3. Parafrasa Parafrasa adalah suatu upaya mengungkapkan kembali suatu pernyataan, baik berupa dari satu paragraf maupun satu kalimat, menjadi bentuk paragraf atau kalimat lain tanpa merubah makna (ide/gagasan) yang terkandung di dalamnya. Prafrasa dapat dilakukan dalam satu bahasa atau dari bahasa satu ke bahasa lain (diterjemahkan dan langsung diparafrasakan). Parafrasa dapat dikatakan sebagai suatu bentuk penyitiran tidak langsung (perlu diingat: tatakalimat dan/atau kosa kata yang digunakan berbeda dari aslinya). Berbeda dengan penyitiran langsung, penulisan parafrase tidak memerlukan tanda petik. Bagi seorang dosen/peneliti, melatih keterampilan membuat parafrasa adalah suatu upaya yang sangat penting untuk menghasilkan karya ilmiah bermutu yang bebas dari unsurunsur plagiarisme. Dalam banyak hal, khususnya di bidang ilmu eksakta, parafrase lebih baik dan lebih banyak dilakukan daripada penyitiran langsung. Kelebihan penggunaan parafrasa adalah dapat membantu penulis meningkatkan kreativitas redaksionalnya dan mengendalikan kecenderungan untuk tidak terlalu banyak mengutip yang dikhawatirkan akan berujung pada plagiarisme. Dalam membuat suatu tulisan ilmiah menggunakan parafrasa, seorang penulis harus

mampu mengungkapkan kembali bagian yang dikutip dengan gaya bahasanya sendiri tanpa mengubah makna yang terkandung di dalam kutipan tersebut. Untuk itu, penulis perlu membaca dan memahami isi sumber kutipan secara menyeluruh dan rinci, sehingga dapat difahami maknanya dan akan mudah menuliskannya kembali dengan gaya bahasa dan kalimat sendiri. Berikut ini adalah beberapa tahapan yang dapat diikuti dalam melakukan parafrasa: 1. Sumber kepustakaan yang akan disitir hendaknya dibaca secara berulang-ulang dan seksama sehingga substansi ide/gagasannya benar-benar teridentifikasi dan dapat dipahami. 2. Substansi ide/gagasan yang berhasil diidentifikasi selanjutnya ditulis kembali dengan gaya bahasa sendiri tanpa melihat sumber aslinya untuk menghindari kontaminasi kosa kata. 3. Periksa kembali tatabahasa dari tulisan hasil parafrasa dan perbaiki (bila diperlukan) sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, lalu sandingkan dengan sumber aslinya untuk melihat apakah masih ada kemiripan tatabahasa (redaksional). 4. Bila diperlukan, minta bantuan seorang kolega untuk membaca naskah tulisan yang telah dibuat agar mendapatkan second opinion yang adil. Parafrase akan sangat membantu penulis (dosen dan mahasiswa) memahami apa yang telah dibaca dan dikutip, sehingga akan mempermudah dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan yang terkait dengan materi tulisannya. Oleh karena itu, parafrasa bukan hanya sekedar meringkas gagasan/ide dari tulisan orang lain, namun dapat pula berarti mengembangkan ide/gagasan penulis lain. Melakukan parafrasa tidak sama dengan mengedit; dengan kata lain, mengedit bukan melakukan parafrasa. Namun demikian, baik mengedit maupun melakukan parafrasa keduanya melibatkan permainan kata-kata dan menuntut perbendaharaan kosa kata serta pemahaman tatabahasa yang baik dari seorang penulis. Beberapa teknik yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan parafrasa adalah: 1. Menggunakan sinonim untuk mengubah kalimat, misalnya: a. Penggunaan air tanah secara berlebihan akan menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan. b. Penggunaan air tanah secara tidak terkendali akan menimbulkan bencana kekeringan untuk jangka waktu yang lama. 2. Merubah bentuk kata, misalnya: a. Penggunaan air tanah secara berlebihan akan menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan. b. Bencana kekeringan yang berkepanjangan dapat terjadi akibat penggunaan air tanah secara berlebihan.

3. Merubah bentuk kalimat dari aktif ke pasif atau sebaliknya, misalnya: a. Penggunaan air tanah secara berlebihan akan menyebabkan kekeringan yang b. Kekeringan yang berkepanjangan dapat disebabkan oleh penggunaan air tanah yang berlebihan. 4. Menggunakan dan/atau merubah kata hubung, misalnya: a. tetapi (akan tetapi) b. di lain pihak c. sementara itu d. oleh karena itu (oleh sebab itu)

You might also like