You are on page 1of 12

MEMBACA UNTUK MENULIS

Konsep tentang Membaca


Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa (mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf huruf menurut alfabet Latin. Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca (reading comprehension). Membaca permulaan terdapat proses pengubahan yang harus dibina dan dikuasai terutama dilakukan pada masa kanakkanak. Pada masa permulaan sekolah, anak-anak diberikan pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Pengenalan huruf tersebut dinamakan proses pengubahan, setelah tahap pengubahan tersebut dikuasai siswa secara mantap, barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan. Apa itu membaca ? Menurut : Anderson (1972: 214) membaca ialah suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tarigan (1987: 7), membaca ialah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Finochiaro dan Bonomo (1973:119), mengatakan bahwa membaca ialah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahan tertulis. Lado (1976: 132), membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.
1

Dapat disimpulkan bahwa membaca ialah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang disampaikan oleh penulis kepada pembacanya. Tujuan (intention) dan maksud seseorang dalam membaca sebuah teks (ilmiah maupun fiksi). Anderson (1972: 214) a.l. : a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuanpenemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya (reading for main ideas). c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization). d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

g.

Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Membaca sebagai Keterampilan Keterampilan membaca dibedakan menjadi beberapa klasifikasi: 1) membaca pemahaman; 2) membaca ekstensif; 3) membaca cepat.
Secara praktis, membaca juga dapat dibedakan menjadi: 1) membaca lisan; dan 2) membaca dalam hati. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif, referensial, berpikiran luas multidimensional, dan ke arah depan demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Keterampilan membaca memengaruhi kebiasaan dan budaya membaca. Hobi membaca merupakan suatu kebutuhan batiniah yang senantiasa harus dipenuhi saban hari sebelum yang bersangkutan istirahat setelah lelah menjalankan fungsi, peran, tanggung jawab, dan kewajibannya berkaitan dengan status, baik struktural maupun fungsional sosial. Kebutuhan batiniah sebagai korelasi hobi membaca tentulah harus selalu dipenuhi. Pengalaman memenuhi hal tersebut amat membentuk wawasan dan kerangka berpikir. Bersamaan dengan itu, keluasan wawasan amat memengaruhi kedewasaan seseorang dalam menentukan langkah demi hari depan, baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun manusia pada umumnya.

Keluasan wawasan seseorang akan memengaruhi dan membentuk kerangka berpikir, baik berkaitan dengan gagasan atau konsep baru maupun titik-titik kebijakan pada waktu berikutnya. Di sini akan terangkai kekayaan wawasan dengan gagasan atau konsep baru yang dinyatakan dalam pemikiran idealis yang pada akhirnya sampai pada titik kebijakan kondisional tepat guna.

Proses Pemahaman Bacaan


Olson (1982: 11) Tiga pandangan terhadap proses membaca, yaitu : (1) membaca sebagai proses pengenalan simbol bunyi yang tercetak; (2) membaca sebagai proses pengenalan simbol tulis yang tercetak, yang diikuti pemahaman makna tersuratnya; dan (3) membaca tidak hanya merupakan pemahaman dan pengenalan simbol tercetak saja tetapi lebih jauh menganggap membaca sebagai proses pengolahan secara kritis dan kreatif bahan tulis untuk mendapatkan pemahaman dan manfaat yang menyeluruh. Zinte, (1975: 8) Membaca adalah suatu proses berpikir, menilai, memutuskan, mengimajinasikan, memberi alasan, dan memecahkan masalah. Oka (1983: 17), membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Pengertian ini sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa sehingga mampu pemahaman bacaan tetapi dalam kenyataannya kegiatan membaca yang dilakukan sebagian siswa tidak melibatkan proses berpikir. Proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap informasi dari bacaan ke dalam ingatan.

Siahaan (1985: 5) mendefinisikan pemahaman bacaan secara luas ialah proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, dan dampak bacaan itu. Achadiah (1995: 58-59), menyatakan bahwa kemampuan memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang, berdasarkan proses yang dilakukan dalam membaca. Jenjang pertama yaitu membaca secara harfiah, adalah membaca hanya memahami sesuatu sebagaimana adanya. Jenjang kedua, yaitu membaca antarbaris. Pada jenjang ini pembaca mampu menarik kesimpulan berdasarkan apa yang dibacanya. Kemampuan ini menuntut adanya kesanggupan berpikir secara kritis, suatu analisis tentang maksud penulis yang sebenarnya. Jenjang ketiga ialah membaca lintas baris yang melibatkan kemampuan aplikasi dan evaluasi.

Hardjasujana (1988: 113), juga menyatakan bahwa ketiga proses membaca tersebut dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu membaca pada baris, di antara baris, dan di luar baris. Zinte (1975: 8-9), mengidentifikasikan empat proses dalam aktivitas membaca yaitu persepsi, komprehensif, reaksi, dan integrasi. Persepsi adalah kemampuan untuk melafalkan kata-kata sebagai unit yang bermakna. Kemampuan di sini maksudnya ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan (Tampubolon, 1987: 7). Komprehensif adalah kemampuan untuk membangun kata-kata menjadi ide-ide yang bermanfaat dari konteks yang dibacanya. Reaksi menghendaki aksi tentang apa yang diungkapkan pengarang mampu mengasimilasikan ide atau konsep menjadi latar belakang pengalaman individu.

Pemahaman bacaan merupakan salah satu strategi membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap karya tulis dengan jalan melibatkan diri dengan sebaik-baiknya pada bacaan dan membuat analisis yang dapat dihandalkan (Hardjasujana, 1988: 11-13). Pembaca harus memiliki empat persyaratan pokok untuk pemahaman bacaan, Hardjasujana (1988: 112), antara lain: (1) pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan yang sedang dibaca; (2) sikap bertanya dan menilai yang tidak tergesa-gesa; (3) penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah; dan (4) tindakan yang diambil berdasarkan analisis. Achadiah (1995: 59), juga mengemukakan beberapa ciri pemahaman bacaan yaitu: (1) pemahaman bacaan merupakan membaca pada tingkat bebas, artinya kegiatan berpikir yang terlihat bersifat individual dan personal; (2) berpusat pada masalah; (3) bersifat analitis; (4) didasarkan atas usaha yang terus-menerus untuk menemukan kebenaran; (5) bersifat kreatif imajinatif; (6) terbuka terhadap gagasan terbaik; (7) beberapa pengalaman yang melibatkan diri pembaca; (8) peka terhadap kata dan memiliki perbendaharaan kata yang luas; dan (9) membaca untuk mengingat, bukan untuk melupakan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat para ahli di atas ialah pemahaman bacaan merupakan strategi membaca yang bertujuan memberikan penilaian terhadap karya tulis yang melibatkan diri pada bacaan dan membuat analisis yang tepat. Untuk membuat analisis yang tepat diperlukan kemampuan aplikasi dan evaluasi.

Jenis Pertanyaan Pemahaman Bacaan Salah satu cara untuk mendorong siswa membaca ialah dengan memberikan pertanyaan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, dan aplikasi. Bloom, dkk. (1971: 4950), mengemukakan enam tingkatan pertanyaan antara lain ranah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun kata kerja yang digunakan untuk merumuskan pertanyaan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi dapat dilihat pada penjabaran tabel berikut ini.
Jenis Pertanyaan dalam Proses Pemahaman Bacaan
No.
1.

Jenis Pertanyaan
Pengetahuan/Ingatan

Kata Kerja dalam Pertanyaan


definisikan, tunjukkan, sebutkan, cocokkan, pilihlah, reduplikasikan, ucapkan jadikan, bedakan, jelaskan, jelaskan lebih lanjut, beri contoh, artikan, ungkapkan dengan kata-kata sendiri demonstrasikan, temukan, rumuskan, modifikasikan, ramalkan, siapkan, hubungkan, pecahkan masalah, gunakan temukan unsurnya, buat diagram, tunjukkan bagian, ilustrasikan, pisahkan kategorikan, gabungkan, ciptakan, susun, rencanakan, susun kembali, perbaiki, ringkaskan simpulkan, kritik, interpretasikan, beri dukungan

2.

Pemahaman

3.

Aplikasi

4.

Analisis

5.

Sintesis

6.

Evaluasi

Nurhadi (1987: 143145) mengemukakan bahwa sikap memahami itu meliputi kemampuan pembaca untuk menginterpretasi, menganalisis, menilai, dan menerapkan konsep secara kritis serta diikuti dengan latihan keterampilan pemahaman bacaan yang meliputi: (1) keterampilan memahami informasi faktual; (2) keterampilan memahami ide pokok yang tersirat; (3) keterampilan memahami unsur urutan, perbandingan, dan sebab akibat yang tersirat; (4) keterampilan memahami suasana; (5) keterampilan membuat kesimpulan; (6) keterampilan memprediksi (menduga) dampak; (7) keterampilan menemukan tujuan pengarang; (8) keterampilan membuat kesimpulan; (9) keterampilan membedakan opini dan fakta; (10) keterampilan membedakan realitas dan fantasi; (11) keterampilan mengikuti petunjuk; (12) keterampilan menemukan unsur propaganda; (13) keterampilan menilai ketentuan gagasan; (14) keterampilan menilai kelengkapan gagasan; (15) keterampilan kesesuaian antargagasan dan isi; (16) keterampilan menilai keurutan gagasan; (17) keterampilan kesesuaian antara judul dan isi bacaan; (18) membuat kerangka bacaan; dan (19) keterampilan menemukan tema karya sastra.

McWhorter (1992: 12-18), menyatakan ada enam kategori berpikir yaitu: (1) pengambilan keputusan; (2) pemecahan masalah; (3) analisis logis; (4) penilaian kritis; (5) penilaian kreatif; dan (6) pemrosesan informasi. Keenam langkah ini dapat diterapkan dalam menilai bacaan secara kritis. 1. Pengambilan keputusan ialah memiliki suatu kegiatan, ide, atau objek dari beberapa alternatif. Untuk mengambil keputusan setiap orang harus mempertimbangkan dan mengevaluasi setiap alternatif yang ada dalam bacaan. 2. Pemecahan masalah ialah situasi yang tidak terpecahkan dan memerlukan perubahan dan penyesuaian. 3. Analisis logis ialah situasi tentang prinsip penalaran terutama berhubungan dengan struktur argumentasi dan ide. Berpikir logis mencakup penggunaan kaidah logika formal terhadap bacaan yang dihadapinya. 4. evaluasi kritis ialah evaluasi yang tenang dan berhati-hati terhadap ide dan informasi yang bertujuan menilai dan faedahnya mencakup, mempertanyakan, menentang, dan mengevaluasi ide. Kegiatan yang tergolong ke dalam evaluasi kritis ialah membedakan fakta dan opini dalam melakukan penilaian, mengevaluasi titik pandang yang berbeda terhadap suatu topik, membuat generalisasi tentang suatu proses, mempertahankan bukti, mengevaluasi argumentasi dalam suatu kelas diskusi. 5. Berpikir kreatif mencakup membuahkan gagasan baru dan unik. Gagasan ini mungkin diekspresikan dalam bermacam cara antara lain: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis atau melalui karya seni. 6. pemrosesan informasi meliputi menangkap informasi dari berbagai sumber, memahaminya, mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang telah ada, mempelajarinya, mengevaluasinya, serta menerapkannya pada situasi baru.

Berpikir kritis mencakup: kegiatan mengorganisasikan latar belakang pengetahuan, mengembangkan hipotesis, menguji hipotesis, dan menilainya. Seperti yang dikemukakan oleh Oka (1983: 15-16), bahwa proses berpikir kritis, evaluatif, dan kreatif dalam membaca bukan saja merupakan bagian integral dari proses membaca yang sama dengan proses pengenalan makna dan pemahaman makna mewujudkan kesatuan proses membaca, melainkan juga merupakan kelanjutan serta kesudahan dari proses pengenalan bentuk dan makna serta proses pemahaman makna. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis pertanyaan untuk mengukur kemampuan membaca meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis, dan evaluasi, sedangkan jenis pertanyaan untuk pengajaran keterampilan pemahaman bacaan harus meliputi: aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengembangan Tujuan Membaca Tujuan membaca setiap individu dalam kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan bahasa, minat, serta kebutuhan siswa. Di samping itu, tujuan tersebut dipengaruhi oleh guru dan materi bacaan serta penyajiannya (topik, gambar, permasalahan, aspek kebahasaan), sebaliknya tujuan kelompok dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan berbahasa, minat, kebutuhan serta tujuan setiap anggota
kelompok, konsensus dalam kelompok, guru dan bahan bacaan. a. Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai dan taraf kesulitan bahan. Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis membaca yaitu membaca survei, membaca selintas, dan pemahaman bacaan.

b.

c. d.

Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memerhatikan kesanggupan untuk kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan bacaan, mengenali kebutuhan akan pemahaman melalui penjelasan tujuan, konsep, serta keperluan untuk membaca ulang. Kegiatan lain yang tekstual, fonemik, struktural, serta daftar kata untuk memahami kata-kata. Pengembangan pemahaman. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan menulis.

Pemahaman bacaan
Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh McWhorter yang mengatakan bahwa pemahaman bacaan bukanlah suatu aktivitas rutin di mana si pembaca hanya membuka buku, membaca, dan menutupnya - pendekatan membaca seperti ini disebut dengan a single-step process. Membaca yang baik ialah membaca yang melibatkan berbagai macam keahlian yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah membaca itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan sebelum membaca ialah mengenal isi bacaan, bagaimana materi itu di susun atau diorganisasikan, dan menentukan tujuan dalam membaca. Kegiatan yang dilakukan selama membaca di antaranya mengidentifikasi hal-hal yang penting, mengidentifikasi alur pikir, mengantisipasi apa yang akan disajikan berikutnya, dan menghubungkan pembelajaran baru dengan apa yang telah diketahui. Adapun kegiatan yang dilakukan setelah membaca ialah mengidentifikasi tujuan pengarang dalam menulis, menganalisis teknik dan bahasa penulis, mengevaluasi otoritas penulis, dan mengevaluasi bukti-bukti pendukung dari fakta yang dikemukakan. (McWhorter, 1992)

Pada hakikatnya, pemahaman bacaan menurut Noor, dkk. (1981) merupakan kegiatan membaca yang bertujuan agar si pembaca dapat mengetahui dan memahami isi keseluruhan bahan bacaan yang telah dibacanya. Dalam pemahaman bacaan, siswa dituntut untuk: (1) mengerti ide pokok; (2) mengerti detail penting; (3) mengerti keseluruhan pengertian yang tercantum dalam bacaan; dan (4) mampu membuat kesimpulan. Ide pokok merupakan pokok pikiran yang terdapat dalam satu paragraf atau wacana. Secara umum, sebuah paragraf terdiri dari satu ide pokok dan beberapa kalimat penjelas. Fungsi ide penjelas atau kalimat penjelas adalah menjelaskan ide pokok. Detail penting merupakan bagian-bagian pokok yang terdapat dalam suatu bacaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang melibatkan beberapa keahlian. Keahlian yang paling mendukung untuk menjadi pembaca yang baik di antaranya ialah memiliki ketajaman pikiran, pengetahuan kebahasaan dalam hal ini penguasaan semantik, dan kemampuan menginterpretasikan bahan bacaan yang sesuai dengan pikiran penulis. Adapun pemahaman bacaan pada hakikatnya ialah pemahaman yang harus dimiliki oleh pembaca dari hasil bacaannya yang meliputi ide pokok, detail penting, dan mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibaca.

Sumber : Bahasa Indonesia untuk PT. Terimakasih Pak Alek h.poer

You might also like