You are on page 1of 11

agustianto.niriah.

com

BAB 2
SEJARAH SINGKAT USHUL FIQIH

Para ahli sejarah fiqh Islam mengakui bahwa ushul fiqh lahir bersamaan dengan lahirnya
ilmu fiqh, Pendapat tersebut cukup logis mengingat secara metodologis, fiqh tidak akan lahir
tanpa ada metode istimbath. Metode Istimbath inilah yang menjadi inti Ushul Fiqh
Dalam sejarah Islam, fiqh sebagai hasil ijtihad para ulama, lebih dahulu populer dan
dibukukan dibanding dengan ushul fiqh. Perumusan fiqh dilakukan pasca wafatnya Nabi SAW,
yaitu periode sahabat.. Sementara Ushul Fiqh sebagai sebuah metode Istimbath, baru tersusun
sebagai sebuah bidang keilmuan pada abad 2 H yaitu oleh Imam Syafi’i (150-204 H)

1
agustianto.niriah.com

Zaman
Zaman
Zaman Zaman Zaman Imam
Pasca
Nabi Saw Sahabat Tabiin Mujtahid/
Syafii

Sumber Sumber 1.Ahli ra’y & *Metode Ada 3 Tahap


qiyas,
Hukum ada
Hukumdadua Hukum : Ahli Hadits
2 : yaitu istihsan,
(Quran dan
2 : yaitu Quran,Sun 2. Metode 1.Thp Awal
Sunnah) Maslahah,
(Quran dan 2.Perkem
2. Ijtihad nah, Qiyas, Istimbath;
Amal ahli
dgn Qiyas Ijma, bangan
Sunnah) Qiyas,fatwa
Maslahah Madinah,dll 3.Penyempurna

, Ijtihad sahabat an
*Pembukuan
Umar, Ali
Ushul Fiqh

Ushul Fiqh Sebelum Dibukukan


A. Zaman Nabi SAW

Pada zaman Rasulullah, Sumber Hukum ada 2, yaitu:


1) Al-Quran dan Sunnah
2) Ijtihad dgn Qiyas

Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak terlepas dari pertumbuhan fiqh sejak zaman Rasulullah
SAW. Jadi, praktek ushul fiqh sebenarnya telah ada sejak masa Rasulullah Saw, Namun
penyunannya secara sistimatis dan komprehensif dalam bentuk buku,baru pada abad 2 H.
Sumber hukum Islam di masa Nabi hanya 2, yaitu Alquran dan Sunnah. Jika muncul suatu kasus,
Rasul menunggu wahyu diturunkan,Jika wahyu tidak turun, maka beliau berijtihad. Hasil Ijtihad ini
disebut dengan hadits (Sunnah Hasil Ijtihad Nabi juga disebut Wahyu (An_Najm : 4)
Nabi menggunakan Qiyas dalam menjawab pertanyaan sahabat (Umar) tentang batal
tidaknya puasa seseorang yang mencium istrinya.
Rasul Saw bersabda,”Apabila kamu berkumur-kumur dalam keadaan puasa, apakah
puasamu batal”? Umar menjawab, Tidak Batal.

2
agustianto.niriah.com

Cara-cara Rasul seperti inilah yang menjadi bibit munculnya ilmu ushul fiqh. Di masa
Nabi, seringkali para sahabat “dilatih” berijtihad dalam berbagai kasus, seperti:
a. Kasus Shalat Ashar di Bani Quraizah,
Nabi menyuruh para sahabat agar shalat ashar di desa Bani Quraizah (BQ), namun
ternyata sebelum mereka sampai di desa tersebut, waktu ashar hampir habis.Maka sebagian
sahabat melakukan shalat ashar di perjalalan meskipun belum sampai di Desa Bani Quraizhah,
karena.Jika shalat ashar di tempat tujuan, waktunya diprediksi sudah magrib.Sebagian sahabat
tidak mau shalat di perjalanan, karena Nabi memerintahkan tadinya shalat ashar di Desa Bani
Quraizhah.Mereka ashar di Desa tujuan.
Kepada kelompok yang shalat, Nabi mengatakan “Anda telah kreatif memahami Pesanku
dengan melaksanakan shalat Di perjalanan”
kelompok yang shalat di perjalanan ini memahani nash Secara rasional dan kontekstual
merupakan Bibit Ahli Ra’y
Kepada kelompok yang tidak shalat di jalan Tapi di desa BQ Nabi mengatakan “Anda
telah mengamalkan sabdaku”
kelompok yang shalat di Desa Tujuan, Kelompok ini mehami nash Secara literal
(tekstual) merupakan Bibit Ahli Hadits

b. Kasus tawanan perang,


Pada suatu saat Islam menang dalam sebuah peperangan dan memiliki tawanan perang
yang pandai membaca. Pada saad itu ada beberapa pendapat para sahabat, yaitu ada kelompok
yang menyatakan sebaiknya dibunuh saja karena mereka tawanan perang dan golongan kafir.
Akan tetapi ada juga kelompok yang menyatakan bahwa sebaiknya jangan dibunuh, karena para
tawanan perang tersebut pandai membaca (berpendidikan) sebaiknya mereka dihukum untuk
mengajari umat Islam membaca. Pada saat itu banyak sekali umat Islam yang tidak pandai
membaca.
Akan tetapi ada keraguan yang besar dari kelompok yang menyatakan sebaiknya
dibunuh saja bahwa kelak para tawanan tersebut akan menjadi duri dalam daging bagi umat
Islam.
Kemudian Rasulullah mendapatkan ayat yang menyatakan bahwa para tawanan yang
pandai membaca tersebut jangan dibunuh, tapi dihukum untuk mengajar umat Islam membaca,
sampai seluruh umat Islam di daerah itu pandai membaca, setelahnya tawanan dapat
dibebaskan. Karena jumlah umat Islam yang tidak pandai membaca sangat banyak, maka butuh
waktu yang sangat lama bagi para tawanan untuk bebas. Malah akhirnya para tawanan itu
menjadi umat muslim.

3
agustianto.niriah.com

c. Kasus Tayamum Ibnu Mas’ud dan Umar bin Khaththab.


Pada suatu hari Umar dan Ibnu Mas’ud mau melaksanakan shalat,tapi tidak ada air.
Maka mereka bertayammum, kemudian mereka melaksanakan shalat.Beberapa saat selesai
shalat, tiba-tiba mereka menemukan air. Seorang kembali berwudhu’ dan melaksakan shalat,
Sementara seorang lagi tidak mengulangi lagi wudhu’ dan shalatnya. iapa yang dibenarkan
Rasulullah SAW? Rasulullah tidak menyalahkan salah satu di antara mereka.
Kepada Ibnu Mas’ud ia berkata,”Laka Ajrani” (Bagimu dua pahala), sedangkan kepada
Umar, Rasulullah SAW berkata, “Ajzaatka Shalatuka”, (shalatmu yang sekali itu telah memadai
(cukup), tak perlu diulang lagi).

Berdasarkan contoh-contoh kasus tersebut, dapat diketahui bahwa Ijtihad tersebut ada yang
ditaqrir (diakui) Rasulullah (Kasus 1), ada yang turun ayat tentangnya (Kasus 2) dan ada yang
dibenarkan Rasulullah (Kasus 3)

B. Zaman Sahabat
Pada masa sahabat, Sumber Hukum terdiri dari:
1) Al-Quran
2) Sunnah
3) Qiyas
4) Ijma
5) Maslahah
6) Ijtihad Umar & Ali

a. Ijtihad Umar
Umar dikenal sebagai tokoh inovatif dalam berijtihad. Ijtihad Umar antara lain:
1) Kasus tanah Sawad di Iraq
Umar tidak memberikan harta ghanimah (hasil perang) kepada prajurit Islam, walaupun
menurut Al-quran (Al-Anfal 41), bahwa 80 % hasil tersebut harus diserahkan kepada
prajurit Islam yang telah berhasil membebaskan daerah tsb. Hal ini dilakukan karena
Umar punya alasan yang rasional, yaitu:
a) Jika penduduk asli dibiarkan mengusainya,maka mereka akan bayar kharaj yang
menjadi income untuk biaya menjaga perbatasan daulah Islam
b) Jika ghanimah diberikan, Umar khawatir para sahabat akan menjadi tuan-tuan
Tanah

2) Kasus tidak memberi zakat pada Muallaf


Umar tidak memberikan zakat kepada muallaf, padahal menurut Al-quran (5:60), mereka
berhak mendapat. Hal ini dilakukan Umar dengan alasannya yang rasional, yaitu:
Dulu di masa Rasulullah dan Abu Bakar, Islam belum kuat dan belum banyak jumlahnya,
maka diperlukan upaya pelunakan hati orang yang baru masuk Islam agar tertarik
kepada Islam dan makin banyak yang masuk Islam,Tetapi di masa Umar, Islam telah
kuat, tidak begitu dibutuhkan lagi pelunakan hati melalui Materi (dana zakat)

4
agustianto.niriah.com

3) Kasus tidak memotong tangan pencuri Umar menggunakan Maslahah (Istishlah)


Umar tidak memotong tangan pencuri, padahal menurut Al-quran (5:38) mereka harus
dihukum.
Alasan rasional Umar atas kasus ini adalah karena pada masa itu suasana ekonomi
sangat gawat ( paceklik), yang disebut dengan amul maja’ah, yaitu tahun kelaparan

b. Ijtihad Ali bin Abi Thalib


Ali menggunakan qiyas, yaitu mengqiyaskan orang yang meminum khamar dengan
hukuman orang yang melakukan qazaf (menuduh berzina)Hukuman pelaku qazaf ialah dera 80
kali, Ali juga menghukum peminum khamar dengan dera (pukul) 80 kali.
Apabila diperhatikan secara cermat, para sahabat mengistimbath hukum, mula-mula
dengan memperhatikan teks-teks Al-Quran kemudian Sunnah.Bila hukumnya tidak ditemukan di
dalam keduanya, mereka melakukan ijtihad dan mengumpulkan para sahabat untuk
bermusyawarah dan hasil kesepakatan mereka dikenal dengan ijma’ sahabat.
Sahabat telah menggunakan metode qiyas dan istislah dalam berijtihad. Mereka juga
telah menggunakan ijma’sebagai sumber hukum

Hirarki Penggunaan Dalil Oleh Sahabat


• Alquran
• Sunnah
• Ijtihad (Qiyas Istislah)
• Ijma’

C. Zaman Tabi’in
Pada masa tabi’in, sumber hukum Islam terbagi atas:
1) Ahli ra’y & Ahli Hadits
2) Metode Istimbath;Qiyas,fatwa sahabat

Di masa tabi’in, permasalahan hukum semakin kompleks. Para tabi’in melakukan ijtihad
di berbagai wilayah Islam. Di Madinah, ada Said bin Musayyab Di Irak An-Nakhai dan Al-Laits
metode ulama dalam mengistimbath hukum bisa berbeda, ada yang menggunakan maslahat
dan ada yang menggunakan qiyas Kelompok ulama inilah yang melahirkan Aliran fiqih ahli ra’yi
dan ahli hadist.

5
agustianto.niriah.com

Ahli ra’yi lebih banyak menggunakan ra’y (rasio) dibanding ahli hadits dalam
mengistimbath hukum. Ahli hadits dalam menyelesaikan berbagai kasus berusaha mencari illat
hukum, sehingga dengan Illat ini mereka dapat menyamakan hukuman kasus yang dihadapi
dengan kasus yang ada nashnya. Mereka juga sering mencari rahasia dan maqashid suatu
dalil syara’, seperti benda zakat yang bisa diganti dengan uang.

Masa Pembukuan Ushul Fiqh


D. Zaman Imam Mujtahid/ Mazhab
1) Metode Qiyas, Istihsan, Maslahah, Amal ahli Madinah,dll
2) Pembukuan Ushul Fiqh

Pembukuan Ushul fiqih dilakukan pada masa Imam Mujtahid/Imam Mazhab (Para Imam
Mujtahid), yang terdiri dari:
1) Imam Abu Hanifah (80—150H)
2) Malik bin Anas (93-179 H)
3) Imam Syafi’I (150-204 H)
4) Ahmad bin Hanbal (164-241 H)

Salah satu pendorong diperlukannya pembukuan ushul fiqh adalah perkembangan


wilayah Islam yang makin luas, yang berimplikasi bagi munculnya berbagai persoalan baru yang
membutuhkan jawaban hukum syara.Untuk itu para ulama sangat membutuhkan kaidah-kaidah
yang standar dan sudah terbukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan
hukum
Para pengikut mazhab masing-masing mengklaim gurunya (pendiri mazhabnya) sebagai
penyusun pertama ushul fiqh, yaitu:
a. Golongan Hanafiyah mengklaim Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asy-
Syaibani sebagai orang pertama menyusun ilmu ushul fiqh Alasannya, Abu Hanifah adalah
orang pertama yang menjelaskan metode istimbath dalam buku Ar-Ra’y, sedangkan Abu
Yusuf menyusun tulisan Ushul Fiqh. Demikian pula Muhammad bin Hasan Menyusun Kitab
Ushul Fiqh sebelum Syafi’i
b. Golongan Malikiyah juga mengklaim Imam Malik sebagai orang pertama berbicara ilmu ushul
fiqh. Tapi mereka tidak mengklaim Imam Malik sebagai orang Pertama menyusun kitab
Ushul Fiqh

6
agustianto.niriah.com

c. Syi’ah Imamiyah juga mengklaim Muhammad Baqir Ibnu Ali Ibn Zainal Abidin kemudianm
diteruskan putranya Ja’far Shodiq,
d. Golongan Syafi’iyah juga mengklaim Imam Syafi’i sebagai orang pertama menyusun Kitab
Ushul Fiqh dengan nama Ar-Risalah

Klaim Hanafiyah dibantah Ali Abdul Raziq, bahwa Abu Yusuf dan Asy-Syabani menyusun
ushul fiqh sangat cenderung untuk mendukung metode istihsan gurunya yang sangat ditentang
ahli hadits.
Orang yang menyusun ilmu ushul fiqh secara lengkap dan komprehsnif dan tidak
sektarian adalah Imam Syafi’ dengan karya Ar-Risalah
Klaim Malikiyah wajar, namun harus dicatat, bahwa pembahasan ushul fiqh dengan
metodologi ushul juga sudah terjadi di masa sahabat dan tabi’in, Jadi bukan Imam Malik yang
pertama membicarakan Ushul Fiqh
Imam Syafii dianggap sebagai ulama pertama menyusun Ilmu ushul fiqh, karena beliau
secara komprehensif telah merumuskan kaidah-kaidah fiqhiyyah bagi setiap bab dalam bab-ban
fiqh, menganalisisnya serta mengaplikasikan kaedah-kaedah itu atas masalah furu’.
Imam Syafii dalam Ar-Risalah berhasil merumuskan kaidah-kaidah yang dapat menolong
ulama untuk mengistimbath hukum dari sumber-sumber syar’i, tanpa terikat pendapat seorang
faqih (ulama) tertentu, sehingga ushul fiqhnya betul-betul independen dan sempurna
Jalaluddin Al-Suyuthi berkata, “Disepakati bahwa Asy-Syafii adalah peletak batu pertama
Ilmu ushul fiqh yang lengkap dan independen. Dia orang pertama yang menulis ilmunya secara
tersendiri.
Adapun Malik dalam Al-Muwaththa hanya menunjukkan sebagian kaedah-kaedah,
demikian pula Abu Yusuf dan Muhammad Hasan Syaibani.

2.1.3 Ushul Fiqh Pasca Syafi’i


E. Zaman Pasca Syafi’i
Pada masa pasca Syafi’i, ada 3 tahap perkembangan ushul fiqih, yaitu:
1) Tahap Awal (abad 3 H)
a. Ar-Risalah sebagai rujukan
Ar-Risalah yang merupakan karangan Asy-Syafi’I adalah kitab ushul fiqih yang
pertama tersusun secara utuh dan terpisah dari kitab-kitab lainnya. digunakan
sebagai rujukan utama para ulama dan diilai tinggi yang juga digunakan untuk
mengetahui tingkatan dalil-dalil syar’i.

b. Aktivitas pensyarahan ushul fiqh dimulai

7
agustianto.niriah.com

Pasca Ar-Risalah banyak lahir kitab ushul, tetapi tetap tergantung pada Ar-Risalah
Asy-Syafi’i, bukan pemikiran orisinil, seperti:
- Itsbat al-Qiyas, Khabar Wahid : Isa Ibnu Iban (w.221H/835 M)
- An-Nakt oleh Ibrahim An-Nazzam (w.221H/835 M)
- Kitab Ushul oleh Daud Zahiry (w.270 H/833 M)
Zahiry juga menulis Al-Ijma’, Ibthal At-Taqlid, Ibthal A- Qiyas, Al-Khushus wa Al-
Umum, Al-Khabar Al-Mujib li Al-‘Illm, Al-Hujjat, al-Mufassar wa Al-Mujmal, dan Al-
ushul

c. Muncul 2 aliran
Muncul aliran-aliran ushul fiqh, yaitu: Syafi’iyah Mutakal limin dan Aliran Hanafiyah.
Syafi’iyah tidak menerima cara penggunaan istishsan yang masyur di kalangan
Hanafiah, dan sebaliknya Hanafiah tidak menggunakan cara-cara pengambilan
hukum berdasarkan hadis-hadis yang dipegang oleh Safi’iyah

Maraknya aktivitas pensyarahan kitab ushul menunjukkan kajian ilmiah tetap hidup,
dinamis dan berkembang, sehingga teori ushul fiqh makin rinci, jelas dan komprehensif. Jadi
meskipun pintu ijtihad muthlak telah mulai ditutup,, tetapi hal itu tidak melemahkan kajian
pengembangan ushul fiqh

2) Tahap Perkembangan (abad 4 H)


a. Pintu ijtihad Ditutup
Pada masa ini pemikiran liberal Islam berdasarkan ijtihad muthlaq berhenti, yaitu
pada abad 4. Mereka menganggap para ulama erdahulu suci dari kesalahan
sehingga seorang faqih tidak mau lagi mengeluarkan pemikiran yang khas, terkecuali
hal-hal yang kecil saja.

Akibatnya, aliran-aliran fiqih yang ada semakin mantap eksistensinya, apalagi


disertai fanatisme penganutnya. Hal ini ditandai dengan adanya kewajiban menganut
suatu mazhab tertentu dan larangan berpindah mazhab sewaktu-waktu.

b. Mensyarah, Memperjelas Illat hukum,


Kegitan ilmiah di bidang Ushul hanya untuk menyempurnakan pemikiran
pendahulunya dalam bentuk pensyarahan, pentarjihan yang cenderung untuk
membela dan memperkuat pendapat mazhabnya

c. Mentarjih

8
agustianto.niriah.com

Memperbanyak pengandaian-pengandaian dalam masalah hukum berupa prediksi


hukum di masa depan untuk memberi jawaban hukum yang mungkin terjadi in the
futdimasa yang akan datang. Contoh, jika kambing melahirkan manusia, bolehkah
anak itu disembelih jadi kurban? Bolehkan ia menjadi Imam Shalat?

d. Pengandaian-pengandaian
Dimana untuk setiap kasus yang dihadapi mereka berusaha mencari ‘illatnya,
sehingga dengan ‘illat ini mereka dapat menyamakan hukum kasus yang dihadapi
dengan hokum yang ada nash-nya. Sikap ini bukan berarti para ulama Iraq
meninggalkan Rasulullah, tetapi karena sedikitnya Sunnah Rasulullah yang sampai
ke Iraq.

e. Corak filsafat
Ushul Fiqh diwarnai filsafat pada abad ke 4 H ini muncul kitab-kitab Ushul sebagai
berikut:
- Kitab Ushul Al-Kharkhiy ditulis Abu Hasan UbaidillahAl-Karkhiy
- Kitab Fushul fil Ushul oleh Al-Jashshaah
- Bayan Kasyful Ahfaz oleh M.Badaruddin Mahmud Al-Lamisi al-Hanafi
Catatan: Kajian kitab ini lebih sempurna,bersifat utuh dan spesifik ushul

3) Tahap Penyempurnaan (abad 5-6 H)


a. Penulisan ushul Fiqh terpesat
Penulisan ushul Fiqh terpesat yang ditandai oleh lahirnya buku-buku Standar yang
sempurna:
- Al-Mughniy fi Al-Abwab Al-‘Adl wa At-Tawhid ditulis Al-Qadhi Abd Jabbar (w.415
H/1024 M)
- Al-Mu’amad fi Ushul Fiqh ditulis Abu Al Husain Al-Bashri (w.436 H/1044 M)
- Al-Iddaf fi ushul Al-Fiqh ditulis Al-Farra’ (w. 458 H/1065 M)
- Al-Burhan fi Ushul Al-Fiqh ditulis Al-Juwaini Imam Harmain (w.478H/1094 M)
Menurut Ibnu Khaldun ini kitab standar Ushul Fiqh
- Al-Mustashfa min Ilm Al-Ushul ditulis Abu Hamid Al-Ghazali (w.505 H/1111 M)
Kitab ini juga merupakan kitab standar

9
agustianto.niriah.com

b.Lahir buku-buku Standar yang Lebih sempurna


Interelasi/Interkoneksi berbagai aliran ushul

c. Kristalisasi aliran ushul


Para ulama mutaakhkhirin (generasi belakangan) memperdalam ilmu ushul dengan
lintas mazhab. Ulama Syafii, Maliki dan Hanbali, misalnya banyak menyusun ushul fiqh
menurut /memasukkan metode, Hanafiyah, seperti Al-Qarafi yang berasal dari mazhab
Maliki. Ia menggunakan metode mazhab Hanafi dan Maliki. Demikian pula Imam
Asnawi yang berasal dari Asy-Syafii, Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim, dari mazhab
Hanbali.Bahkan Syiah Imamiyah dan Zaidiyah juga menggunakan metode mazhab
Hanafi

Aliran-aliran Ushul Fiqh


A. Aliran Syafi’iyah atau Mutakallimin
Disebut aliran Syafi’iyah karena Imam Syafii adalah tokoh pertama yang menyusun ushul fiqh
dengan menggunakan sistem ini Disebut mutakallimin karena dalam metode
pembahasannya menggunakan falsafah dan mantiq dan tidak terikat pada mazhab tertentu
Dan mereka yang banyak memakai metode ini berasal dari ulama mutakallimin.

Ciri Aliran Syafi’iyah/Mutakallimin


Dalam menyusun ushul fiqh aliran ini menetapkan Kaedah dengan didukung oleh alasan-
alasan yang kuat, baik Al-quran, Sunnah maupun akal pikiran.
Penyusunan kaedah tidak terikat kepada penyesuaian dengan furu’ (masalah hukum),
sehingga persoalan furu’ bisa dikuatkan dengan kaedah dan Adakalanya melemahkan furu’
mazhab.

B. Aliran Hanafiyah
Dalam menyusun ushul fiqh, aliran ini banyak mempertimbangkan masalah furu’ yang
terdapat dalam mazhab mereka. Mereka menyusun ushul fiqh hanya untuk memperkuat
pendapat mazhab yang mereka anut. Oleh karena itu, sebelum mereka menyusun kaedah,
terlebih dahulu mereka menganalisis secara mendalam terhadap hukum furu’ yang ada
dalam mazhab mereka
Ciri Aliran Hanafiyah
Ciri lain aliran Hanafiyah ini ialah bahwa kaedah yang disusun dalam ushul fiqh semuanya
bisa diterapkan,Hal ini logis karena mereka telah terlebih dahulu menyesuaikannya dengan
hukum furu’ yang ada dalam mazhab mereka

C. Aliran Mutaakhkhirin

10
agustianto.niriah.com

Aliran yang menggabungkan kedua metode yang dipakai Syafi’iyah dan Hanafiyah. Mereka
melakukan tahqiq terhadap kaedah yang dibuat kedua aliran di atas,Lalu meletakkan dalil-
dalil dan argumentasi untuk Mendukung aliran mereka dan berusaha Menerapkannya pada
furu’ fiqhiyyah
Kitab Ushul Fiqh yang menggunakan metode Aliran ini ialah :
1. Jam’ul Jawmi’ oleh Imam As-Subky (w.771H)
2. At-Tahrir oleh kamal bin Kamal Al-hanafi (w.861 H)
3. Irsyadul Fuhul oleh Asy-Syawkany (w.1255)
4. Ushul Fiqh oleh Khudry Beik (1345 H)
5. Ilmu Ushul Fiqh oleh A.Wahhab Khallaf
6. Ushul Fiqh oleh Muhammad Abu zahroh

Pengaruh Mantiq Aristo


Ar-Risalah Imam Syafii banyak menggunakan metode deduksi filsafat, yaitu menyusun
kaedah-kaedah kulliyah (umum) yang dapat diaplikasikan dalam masalah-masalah juz’iy
(khusus), Karena itu ada yang menilai Syafii terpengaruh filsafat Aristo,
Metode qiyas yang paling banyak dikembangkan Syafii, mirip dgn Sillogisme Filsafat Yunani,
Namun anggapan itu kurang kuat, karena Imam Syafii sendiri membenci filsafat Aristo (As-
sami an-Nasiy 1978 : 70)
Meskipun Ushul Fiqh Imam Syafii belum dipengaruhi teori filsafat Aristo, tetapi pada
perkembangan selanjutnya, para pengikutnya mulai mewarnai ushul fiqh dengan corak pemikiran
kalam yang bernuansa filsafat. Ulama yang paling getol menerima mantiq adalah Al-
Ghazali.dalam muqaddimah kitab Al-Mustashfa ia secara jelas mengemukakan teori-teori
manthiq.Ia mengatakan bahwa manthiq Aristo sebagai syarat ijtihad dan fardhu kifayah
mempelajarinya.Ia mengatakan: “Siapa yang tidak mengetahui manthiq, maka tak dipercayai
Ilmunya”. Masuknya pengaruh manthiq Aristo ke dalam ushul fiqh dimulai semenjak Al-Juwaini
(Imam Al-Harmain). Pengaruh ini terjadi sejak abad ke 5 H dan karena itu banyak ulama yang
tidak setuju dengan Al-Ghazali. Ulama yang paling keras menentangnya adalah Ibnu Taymiyah
dan Ibnu Shalah (643H), juga Imam Nawawi
Pada abad 8 H, muncul Abu Ishak Asy-Syatibi (w.790H) dengan bukunya Al-Muwafaqat.
Pemikirannya yang sangat brlian adalah Maqashid asy-Syari’ah, yaitu memperhatikan tujuan-
tujuan syari’ah dalam menetapkan hukum, selain memperhatikan aspek-aspek kebahasaan.
Setiap permasalahan dan kaedah-kaedah kebahasaan yang ia kemukakan senantiasa dikaitkan
dengan Maqashid Syari’ah dalam menetapkan hukum Dengan demikian, ia memberikan warna
baru ang jauh lebih komprehensif di bidang ushul fiqh yang selama ini kurang menjadi perhatian
para ulama. Para ahli ushul fiqh komtemporer menganggap kitab Al-Muwafaqat tulisan Asy-
Syatibi ini sebagai kitab Ushul Fiqh yang komprehensif dan akomodatif untuk zaman sekarang.
Hampir seluruh pakar ekonomi Islam dewasa ini menggunakan teori maqashi Syari’ah Asy-
Syatibi,seperti Umar Chapra, Masusudul Alam Chuodhury, M.N.Shiddiqy, dll

11

You might also like