Professional Documents
Culture Documents
com
BAB 2
SEJARAH SINGKAT USHUL FIQIH
Para ahli sejarah fiqh Islam mengakui bahwa ushul fiqh lahir bersamaan dengan lahirnya
ilmu fiqh, Pendapat tersebut cukup logis mengingat secara metodologis, fiqh tidak akan lahir
tanpa ada metode istimbath. Metode Istimbath inilah yang menjadi inti Ushul Fiqh
Dalam sejarah Islam, fiqh sebagai hasil ijtihad para ulama, lebih dahulu populer dan
dibukukan dibanding dengan ushul fiqh. Perumusan fiqh dilakukan pasca wafatnya Nabi SAW,
yaitu periode sahabat.. Sementara Ushul Fiqh sebagai sebuah metode Istimbath, baru tersusun
sebagai sebuah bidang keilmuan pada abad 2 H yaitu oleh Imam Syafi’i (150-204 H)
1
agustianto.niriah.com
Zaman
Zaman
Zaman Zaman Zaman Imam
Pasca
Nabi Saw Sahabat Tabiin Mujtahid/
Syafii
, Ijtihad sahabat an
*Pembukuan
Umar, Ali
Ushul Fiqh
Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak terlepas dari pertumbuhan fiqh sejak zaman Rasulullah
SAW. Jadi, praktek ushul fiqh sebenarnya telah ada sejak masa Rasulullah Saw, Namun
penyunannya secara sistimatis dan komprehensif dalam bentuk buku,baru pada abad 2 H.
Sumber hukum Islam di masa Nabi hanya 2, yaitu Alquran dan Sunnah. Jika muncul suatu kasus,
Rasul menunggu wahyu diturunkan,Jika wahyu tidak turun, maka beliau berijtihad. Hasil Ijtihad ini
disebut dengan hadits (Sunnah Hasil Ijtihad Nabi juga disebut Wahyu (An_Najm : 4)
Nabi menggunakan Qiyas dalam menjawab pertanyaan sahabat (Umar) tentang batal
tidaknya puasa seseorang yang mencium istrinya.
Rasul Saw bersabda,”Apabila kamu berkumur-kumur dalam keadaan puasa, apakah
puasamu batal”? Umar menjawab, Tidak Batal.
2
agustianto.niriah.com
Cara-cara Rasul seperti inilah yang menjadi bibit munculnya ilmu ushul fiqh. Di masa
Nabi, seringkali para sahabat “dilatih” berijtihad dalam berbagai kasus, seperti:
a. Kasus Shalat Ashar di Bani Quraizah,
Nabi menyuruh para sahabat agar shalat ashar di desa Bani Quraizah (BQ), namun
ternyata sebelum mereka sampai di desa tersebut, waktu ashar hampir habis.Maka sebagian
sahabat melakukan shalat ashar di perjalalan meskipun belum sampai di Desa Bani Quraizhah,
karena.Jika shalat ashar di tempat tujuan, waktunya diprediksi sudah magrib.Sebagian sahabat
tidak mau shalat di perjalanan, karena Nabi memerintahkan tadinya shalat ashar di Desa Bani
Quraizhah.Mereka ashar di Desa tujuan.
Kepada kelompok yang shalat, Nabi mengatakan “Anda telah kreatif memahami Pesanku
dengan melaksanakan shalat Di perjalanan”
kelompok yang shalat di perjalanan ini memahani nash Secara rasional dan kontekstual
merupakan Bibit Ahli Ra’y
Kepada kelompok yang tidak shalat di jalan Tapi di desa BQ Nabi mengatakan “Anda
telah mengamalkan sabdaku”
kelompok yang shalat di Desa Tujuan, Kelompok ini mehami nash Secara literal
(tekstual) merupakan Bibit Ahli Hadits
3
agustianto.niriah.com
Berdasarkan contoh-contoh kasus tersebut, dapat diketahui bahwa Ijtihad tersebut ada yang
ditaqrir (diakui) Rasulullah (Kasus 1), ada yang turun ayat tentangnya (Kasus 2) dan ada yang
dibenarkan Rasulullah (Kasus 3)
B. Zaman Sahabat
Pada masa sahabat, Sumber Hukum terdiri dari:
1) Al-Quran
2) Sunnah
3) Qiyas
4) Ijma
5) Maslahah
6) Ijtihad Umar & Ali
a. Ijtihad Umar
Umar dikenal sebagai tokoh inovatif dalam berijtihad. Ijtihad Umar antara lain:
1) Kasus tanah Sawad di Iraq
Umar tidak memberikan harta ghanimah (hasil perang) kepada prajurit Islam, walaupun
menurut Al-quran (Al-Anfal 41), bahwa 80 % hasil tersebut harus diserahkan kepada
prajurit Islam yang telah berhasil membebaskan daerah tsb. Hal ini dilakukan karena
Umar punya alasan yang rasional, yaitu:
a) Jika penduduk asli dibiarkan mengusainya,maka mereka akan bayar kharaj yang
menjadi income untuk biaya menjaga perbatasan daulah Islam
b) Jika ghanimah diberikan, Umar khawatir para sahabat akan menjadi tuan-tuan
Tanah
4
agustianto.niriah.com
C. Zaman Tabi’in
Pada masa tabi’in, sumber hukum Islam terbagi atas:
1) Ahli ra’y & Ahli Hadits
2) Metode Istimbath;Qiyas,fatwa sahabat
Di masa tabi’in, permasalahan hukum semakin kompleks. Para tabi’in melakukan ijtihad
di berbagai wilayah Islam. Di Madinah, ada Said bin Musayyab Di Irak An-Nakhai dan Al-Laits
metode ulama dalam mengistimbath hukum bisa berbeda, ada yang menggunakan maslahat
dan ada yang menggunakan qiyas Kelompok ulama inilah yang melahirkan Aliran fiqih ahli ra’yi
dan ahli hadist.
5
agustianto.niriah.com
Ahli ra’yi lebih banyak menggunakan ra’y (rasio) dibanding ahli hadits dalam
mengistimbath hukum. Ahli hadits dalam menyelesaikan berbagai kasus berusaha mencari illat
hukum, sehingga dengan Illat ini mereka dapat menyamakan hukuman kasus yang dihadapi
dengan kasus yang ada nashnya. Mereka juga sering mencari rahasia dan maqashid suatu
dalil syara’, seperti benda zakat yang bisa diganti dengan uang.
Pembukuan Ushul fiqih dilakukan pada masa Imam Mujtahid/Imam Mazhab (Para Imam
Mujtahid), yang terdiri dari:
1) Imam Abu Hanifah (80—150H)
2) Malik bin Anas (93-179 H)
3) Imam Syafi’I (150-204 H)
4) Ahmad bin Hanbal (164-241 H)
6
agustianto.niriah.com
c. Syi’ah Imamiyah juga mengklaim Muhammad Baqir Ibnu Ali Ibn Zainal Abidin kemudianm
diteruskan putranya Ja’far Shodiq,
d. Golongan Syafi’iyah juga mengklaim Imam Syafi’i sebagai orang pertama menyusun Kitab
Ushul Fiqh dengan nama Ar-Risalah
Klaim Hanafiyah dibantah Ali Abdul Raziq, bahwa Abu Yusuf dan Asy-Syabani menyusun
ushul fiqh sangat cenderung untuk mendukung metode istihsan gurunya yang sangat ditentang
ahli hadits.
Orang yang menyusun ilmu ushul fiqh secara lengkap dan komprehsnif dan tidak
sektarian adalah Imam Syafi’ dengan karya Ar-Risalah
Klaim Malikiyah wajar, namun harus dicatat, bahwa pembahasan ushul fiqh dengan
metodologi ushul juga sudah terjadi di masa sahabat dan tabi’in, Jadi bukan Imam Malik yang
pertama membicarakan Ushul Fiqh
Imam Syafii dianggap sebagai ulama pertama menyusun Ilmu ushul fiqh, karena beliau
secara komprehensif telah merumuskan kaidah-kaidah fiqhiyyah bagi setiap bab dalam bab-ban
fiqh, menganalisisnya serta mengaplikasikan kaedah-kaedah itu atas masalah furu’.
Imam Syafii dalam Ar-Risalah berhasil merumuskan kaidah-kaidah yang dapat menolong
ulama untuk mengistimbath hukum dari sumber-sumber syar’i, tanpa terikat pendapat seorang
faqih (ulama) tertentu, sehingga ushul fiqhnya betul-betul independen dan sempurna
Jalaluddin Al-Suyuthi berkata, “Disepakati bahwa Asy-Syafii adalah peletak batu pertama
Ilmu ushul fiqh yang lengkap dan independen. Dia orang pertama yang menulis ilmunya secara
tersendiri.
Adapun Malik dalam Al-Muwaththa hanya menunjukkan sebagian kaedah-kaedah,
demikian pula Abu Yusuf dan Muhammad Hasan Syaibani.
7
agustianto.niriah.com
Pasca Ar-Risalah banyak lahir kitab ushul, tetapi tetap tergantung pada Ar-Risalah
Asy-Syafi’i, bukan pemikiran orisinil, seperti:
- Itsbat al-Qiyas, Khabar Wahid : Isa Ibnu Iban (w.221H/835 M)
- An-Nakt oleh Ibrahim An-Nazzam (w.221H/835 M)
- Kitab Ushul oleh Daud Zahiry (w.270 H/833 M)
Zahiry juga menulis Al-Ijma’, Ibthal At-Taqlid, Ibthal A- Qiyas, Al-Khushus wa Al-
Umum, Al-Khabar Al-Mujib li Al-‘Illm, Al-Hujjat, al-Mufassar wa Al-Mujmal, dan Al-
ushul
c. Muncul 2 aliran
Muncul aliran-aliran ushul fiqh, yaitu: Syafi’iyah Mutakal limin dan Aliran Hanafiyah.
Syafi’iyah tidak menerima cara penggunaan istishsan yang masyur di kalangan
Hanafiah, dan sebaliknya Hanafiah tidak menggunakan cara-cara pengambilan
hukum berdasarkan hadis-hadis yang dipegang oleh Safi’iyah
Maraknya aktivitas pensyarahan kitab ushul menunjukkan kajian ilmiah tetap hidup,
dinamis dan berkembang, sehingga teori ushul fiqh makin rinci, jelas dan komprehensif. Jadi
meskipun pintu ijtihad muthlak telah mulai ditutup,, tetapi hal itu tidak melemahkan kajian
pengembangan ushul fiqh
c. Mentarjih
8
agustianto.niriah.com
d. Pengandaian-pengandaian
Dimana untuk setiap kasus yang dihadapi mereka berusaha mencari ‘illatnya,
sehingga dengan ‘illat ini mereka dapat menyamakan hukum kasus yang dihadapi
dengan hokum yang ada nash-nya. Sikap ini bukan berarti para ulama Iraq
meninggalkan Rasulullah, tetapi karena sedikitnya Sunnah Rasulullah yang sampai
ke Iraq.
e. Corak filsafat
Ushul Fiqh diwarnai filsafat pada abad ke 4 H ini muncul kitab-kitab Ushul sebagai
berikut:
- Kitab Ushul Al-Kharkhiy ditulis Abu Hasan UbaidillahAl-Karkhiy
- Kitab Fushul fil Ushul oleh Al-Jashshaah
- Bayan Kasyful Ahfaz oleh M.Badaruddin Mahmud Al-Lamisi al-Hanafi
Catatan: Kajian kitab ini lebih sempurna,bersifat utuh dan spesifik ushul
9
agustianto.niriah.com
B. Aliran Hanafiyah
Dalam menyusun ushul fiqh, aliran ini banyak mempertimbangkan masalah furu’ yang
terdapat dalam mazhab mereka. Mereka menyusun ushul fiqh hanya untuk memperkuat
pendapat mazhab yang mereka anut. Oleh karena itu, sebelum mereka menyusun kaedah,
terlebih dahulu mereka menganalisis secara mendalam terhadap hukum furu’ yang ada
dalam mazhab mereka
Ciri Aliran Hanafiyah
Ciri lain aliran Hanafiyah ini ialah bahwa kaedah yang disusun dalam ushul fiqh semuanya
bisa diterapkan,Hal ini logis karena mereka telah terlebih dahulu menyesuaikannya dengan
hukum furu’ yang ada dalam mazhab mereka
C. Aliran Mutaakhkhirin
10
agustianto.niriah.com
Aliran yang menggabungkan kedua metode yang dipakai Syafi’iyah dan Hanafiyah. Mereka
melakukan tahqiq terhadap kaedah yang dibuat kedua aliran di atas,Lalu meletakkan dalil-
dalil dan argumentasi untuk Mendukung aliran mereka dan berusaha Menerapkannya pada
furu’ fiqhiyyah
Kitab Ushul Fiqh yang menggunakan metode Aliran ini ialah :
1. Jam’ul Jawmi’ oleh Imam As-Subky (w.771H)
2. At-Tahrir oleh kamal bin Kamal Al-hanafi (w.861 H)
3. Irsyadul Fuhul oleh Asy-Syawkany (w.1255)
4. Ushul Fiqh oleh Khudry Beik (1345 H)
5. Ilmu Ushul Fiqh oleh A.Wahhab Khallaf
6. Ushul Fiqh oleh Muhammad Abu zahroh
11