Professional Documents
Culture Documents
com
BAB 10
A. Pengertian Ijma’
Artinya:
Pengertian Ijma’ secara terminologi adalah Kesepakatan semua mujtahid dari ummat
Muhammad Pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah terhadap suatu hukum syara’.
Muhammad Abu Zahroh menambahkan di akhir definisi itu kata “yang bersifat amaliyah”.
اﺗﻔﺎق ﺟﻤﻴﻊ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻲ ﻋﺼﺮ ﻣﻦ اﻟﻌﺼﻮر ﺑﻌﺪ وﻓﺎة رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻌﻢ ﻋﻠﻰ ﺣﻜﻢ ﺷﺮﻋﻲ
B. Rukun Ijma’
1) Yang terlibat dlm pembahasan hukumnya, semua mujtahid, Jika ada yang tidak setuju,
maka hasilnya bukan ijma’
2) Semua Mujtahid hidup di masa tersebut dari seluruh dunia
3) Kesepakatan itu terwujud setelah masing-masing Mengemukakan pendapatnya
4) Hukum yang disepakati adalah hukum syara yang tidak ada hukumnya dalam Al-Quran
5) Sandaran hukum ijma’ tersebut adalah Al-Quran dan atau hadits Rasulullah
6) Yang melakukan ijma’ adalah orang yang memenuhi syarat
1
agustianto.niriah.com
7) Kesepakataan itu muncul dari para mujtahid yang adil (berpendirian kuat terhadap
agamanya)
8) Para mujtahid adalah mereka yang berusaha menghindarkan Diri dari ucapan
dannperbuatan yang bid’ah
C. Tingkatan Ijma’
1) Sharih (jelas)
Sharih ialah jika semua ulama secara jelas mengemukakan pendapatnya. Ijma’ Sharih,
kesepakatn para mujtahid, baik melalui pendapat maupun perbuatan terhadap suatu
masalah hukum yang dikemukaan dalam sidang ijma’ setelah masing-masing mujtahid
mengemukakan pendapatnya terhadap masalah yang dibahas. Ijma’ ini bisa dijadikan
hujjah dan statusnya bersifat qath’iy (pasti)
2) Sukuti (Diam)
Sukuti ialah Sebagian Ulama diam Atas Pendapat Mujtahid lain. Pendapat sebagian
mujtahid pada satu masa tentang hukum suatu masalah dan tersebar luas, sedangkan
sebagian mujtahid lainnya diam saja setelah meneliti pendapat
2
agustianto.niriah.com
D. Kehujjahan Ijma’
b. Syi’ah
Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena pembuat hukum adalah
Imam yang mereka anggap ma’shum`(terhindar dari dosa)
c. Ulama Khawarij
3
agustianto.niriah.com
Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat sebelum terjadinya perpecahan politik di
kalangan sahabat
a. Jumhur
1) An-Nisaa: 59
ﷲ
ِ ﺷﻰْ ٍء َﻓ ُﺮدﱡو ُﻩ ِإﻟَﻰ اَ ﻷﻣْ ِﺮ ﻣِﻨ ُﻜﻢْ َﻓﺈِن َﺗﻨَﺎ َزﻋُْﺘﻢْ ﻓِﻲ َ ْل َوُأ ْوﻟِﻰ ا َ ﷲ َوَأﻃِﻴﻌُﻮا اﻟ ﱠﺮﺳُﻮ
َ ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا َأﻃِﻴﻌُﻮا ا
َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ
ﻼ
ً ﻦ َﺗﺄْوِﻳ
ُﺴَ ْﺧﻴْ ُﺮ َوَأﺣ
َ ﻚَ ﺧ ِﺮ َذِﻟ
ِﻷ
َ ْﷲ وَاﻟْ َﻴﻮْ ِم ا
ِ ن ﺑِﺎ
َ ل إِن آُﻨ ُﺘﻢْ ُﺗﺆْ ِﻣﻨُﻮ
ِ وَاﻟ ﱠﺮﺳُﻮ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul dan Ulil Amri
di antara kamu.
2) An-Nisaa 4:115
ﺟ َﻬ ﱠﻨ َﻢ
َ ﻦ ُﻧ َﻮﱢﻟ ِﻪ ﻣَﺎ َﺗ َﻮﻟﱠﻰ َو ُﻧﺼِْﻠ ِﻪ
َ ﻞ ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ
ِ ﺳﺒِﻴ
َ ﻏﻴْ َﺮ
َ ْﻦ َﻟ ُﻪ اﻟْ ُﻬﺪَى َو َﻳ ﱠﺘ ِﺒﻊ
َ ل ﻣِﻦ َﺑﻌْ ِﺪ ﻣَﺎ َﺗ َﺒ ﱠﻴ
َ ﻖ اﻟ ﱠﺮﺳُﻮ
ِ { وَﻣَﻦ ُﻳﺸَﺎ ِﻗ
َوﺳَﺂ َءتْ َﻣﺼِﻴﺮًا
Artinya:
Artinya:
Umatku tidak akan melakukan kesepakatan terhadap yang salah
4
agustianto.niriah.com
Saya mohon kepada Allah agar umatku tidak sepakat melakukan kesesatan,
lalu Allah mengabulkannya ((H.R.Ahamad dan Thabrani)
b. Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali Surah an-Nisa’ ayat 115, menunjukkan bahwa Allah menjadikan
orang-orang yang tidak mengikuti cara-cara yang ditempuh umat Islam sebagai orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, dan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya itu hukumnya
haram.
1) Diamnya para ulama, setelah mengetahui hukum hasil ijtihad para ulama, adalah setelah
mempelajari dan menganalisa hasil ijtihad itu dari berbagai segi. Para ulama ushul
menyatakan: Artinya, diam saja ketika suatu penjelasan diperlukan, dianggap sebagai
penjelasan
2) Adalah tidak dapat diterima (tidak layak) jika para ahli fatwa diam saja ketika ada
mendengar fatwa ulama lain.
Jumhur ulama yang menolak kehujjahan ijma’ sukuti mengatakan bahwa rukun dan
syarat ijma’ adalah kesepakatn seluruh mujtahid yang hidup di zaman terjadinya ijma’ tersebut,
dan masing-masing mereka terlibat membicarakan hukum yang ditetapkan. Sedangkan ijma’
sukuti merupakan pendapat pribadi yang disebarluaskan, sementara mujtahid lainya diam saja.
Diamnya mujtahid tidak bisa dianggap sebagai suatu persetejuan. Maka status ijma’ sukuti
hanyalah zhanniy.
5
agustianto.niriah.com
Mayoritas Ulama,”Tidaklah sulit untuk melakukan ijma’, bahkan secara aktual ijma’ telah
ada. Mereka mencontohkan pembagian waris bagi nenek sebesar 1/6 dari harta warisan dan
larangan menjual makanan yang belum ada di tangan penjual.
Tetapi Ulama Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Siapa yang mengkalimadanya ijma’, dia
sesunguhnya telah berdusta, karena mungkin saja ada mujtahid yang tidak setuju, karena itu
sangat sulit mengetahui adanya ijma’ tersebut.
Ulama kontemporer M.Abu Zahroh, A.Wahhab Khallaf dan Khudery Beik,”Ijma’ yang
mungkin terjadi hanyalah di masa sahabat, adapun ijma’ di masa sesudahnya tidak mungkin
terjadi, karena luasnya wilayah Islam dan tidak mungkin mengumpulkan seluruh ulama pada
satu tempat
10.2 Qiyas
A. Pengertian Qiyas
Secara etimologi, Qiyas berarti menyamakan sesuatu dengan yang lain. Contohnya Miras
dengan Narkoba disamakan dengan khamar.
B. Rukun Qiyas
a. Asal
yaitu dasar/titik tolak dimana suatu masalah itu dapat disamakan (musyabbab bib)
b. Furu’
Yaitu suatu masalah yang diqiaskan disamakan dengan asal tadi disebut musyabbah.
c. Ilat
yaitu suatu sebab yang menjadikan adanya hokum sesuatu dengan persamaan sebab
inilah baru dapat diqiyaskan masalah kedua (furu’) kepada masalah yang prtama (asal)
karena adanya suatu sebab yang dapat dikompromikan antara asal dngan furu’.
d. Hukum ashl
yaitu ketentuan yang ditetapkan pada furu’ bila sudah ada ketetapan hukumnya pada
asal, disebut buahnya.
6
agustianto.niriah.com
C. Operasional Qiyas
a. Menetapkan (mengeluarkan) hukum yang terdpat pada kasus yang meiliki nash.
Misalnya keharaman khamar (miras)
a. Mencari dan meneliti illat pada kasus yang tidak ada nashnya, Contoh. Narkoba, kamput
b. .Jika illat betul-betul sama, maka hukum kedua persoaln itu menjadi satu, yakni sama-
A. kehujjahan Qiyas
1) Jumhur Ulama
7
agustianto.niriah.com
qiyas bisa dijadikan sebagai metode atau satana untuk mengistimbath hukum syara’.
Bahkan syari’i menuntut penggunaan qiyas. Adapun yang menjadi alasan Jumhur
Ulama.
ﻷﺑْﺼَﺎ ِر
َ ْﻓَﺎﻋْ َﺘ ِﺒﺮُوا ﻳَﺂُأوْﻟِﻰ ا
Artinya: “Maka ambillah (kejadian itu) utk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai pandangan.”
Ayat ini menurut Jumhur berbicara tentang hukuman Allah terhadap orang kafir
Bani Nadhir disebabkan sikap buruk mereka terhadap Nabi Muhammad. Di akhir
ayat Allah memerintahkan umat Islam agar menjadikan kisah ini sebagai I’tibar
(pelajaran). Mengambil pelajaran dari suatu kejadian, termasuk qiyas. Sebab itu,
qiyas dibenarkan syari’ah.
Ketika Rasul saw mengutusnya ke Yaman untuk menjadi qadhi. Rasul berdialog
dengan Muaz, “Bagaimana cara kamu memutsukan suatu perkara yang diajukan
kepada engkau?, Muaz menjawab,”Saya akan cari hukumnya di dalam Kitabullah.
Rasul bertanya lagi, Jika tidak kamu temukan dalam Kitabullah? Jawab Mu’az,”Saya
akan ari dalam sunnah Rasulullah. Nabi berkata lagi, “Jika kamu tidak
menemukannya juga?,”Jawab Muaz,”Saya akan berijtihad sesuai dengan pendapat
saya”.Lalu Rasul mengusap (memukul) dada Mu’az dan berkata,Al-hamdulilah,
tindakan utusan Rasulullah telah sesuai dengam kehendak Rasullullah (H.R.Ahmad,
Abu Daud, Tarmizi, Thabrani, Ad-Darimiy dan Al-Bahaqy). Menurut Jumhur, dalam
hadits ini, Rasul Saw mengakui ijtihad berdasarkan pendapat akal, dan qiyas
termasuk ijtihad melalui akal.
c) Ijma’ sahabat.
Menurut Jumhur, penggunaan qiyas sebagai metode istimbath juga didasarkan pada
ijma’ sahabat. Dalam sebuah kisah yang amat populer, Umar menulis surat kepada
Abu Musa Al-Asya’ari. Dalam surat yang panjang itu, Umar menekankan agar dalam
8
agustianto.niriah.com
2) Muktazilah
- Dahulu saya melarang kamu menyimpan daging kurban, karena (saat itu) ada tamu
tamu yang datang ke Madinah.sekarang (tidak ada lagi tam), maka simpanlah saging
itu (H.R. Bukhari-Muslim, dll)
- Dalam hadist ini Rasul dgn tegas menyebut illat dari perintah menyimpan daging itu,
yaitu untuk kepentingan tamu dari Badui.Ketika masyarakat Badui tidak datang,
maka bolehlah menyimpan kembali daging kurban
- Contoh hukum far’u (cabang), harus lebih utama dari hukum ashal, yaitu:
“Mengqiyaskan hukum memukul kedua orang tua kepada hukum mengatakan “ah”
kepada keduanya. Illatnya adalah sama-sama menyakiti. Dalam hal ini pemukulan
lebih berat daripada mengatakan “ah”.
ﻋﻠِﻴ ُﻢ
َ ٌﷲ ﺳَﻤِﻴﻊ
َ نا
ﷲ ِإ ﱠ
َ ﷲ َو َرﺳُﻮِﻟ ِﻪ وَاﺗﱠﻘُﻮا ا
ِ يا
ِ ﻦ َﻳ َﺪ
َ ْﻻ ُﺗ َﻘﺪﱢﻣُﻮا َﺑﻴ
َ ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا
َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya”.
Ayat ini melarang seseorang untuk beramal berdasarkan dalil yang tak ada dalam Al-Quran
dan Sunnah. Mempedomani qiyas adalah beramal di luar ketentuan Al-Quran dan Sunnah.
2) Mengamalkan qiyas berarti mengamalkan alasan yang zhanniy (sangkaan). Dalam surah
Yunus (10) ayat 36
ﺷﻴْﺌًﺎ
َ ﻖ
ﺤﱢ
َ ْﻦ اﻟ
َ ﻻ ُﻳﻐْﻨِﻲ ِﻣ
َ ﻦ
ﻈﱠ
ن اﻟ ﱠ
ِإ ﱠ
9
agustianto.niriah.com
Artinya:
Menurut mereka, qiyas itu bersifat zhan (persangkaan), dan arenanya tak berguna dalam
menetapkan hukum.
4) Mereka juga beralasan dengan sikap sebagian sahabat lainnya yang mencela qiyas.
Meskipun sebagian sahabat lainnya bersikap diam. Ini berarti telah terjdi ijma’ sukuti dalam
menolak qiyas. Umar sendiri pernah berkata, “Hindarilah orang-orang yang mengemukakan
pendapatnya tanpa alasan, karena mereka itu termasuk musuh sunnah dan hindarilah orang-
orang yang menggunakan qiyas (Kisah riwayat Qasim Ibnu Muhammad yang keberadaan
perawinya munqathi’,terputus)
a. Kelompok I mengatakan, qiyas tidak bisa dijadikan dasar ijma’. Argumentasinya ; ijma’ itu
qath’iy sedangkan qiyas itu zhanniy. Menurut Qaidah, Yang Qath’iy tidak sah didasarkan
pada yang zhanniy.
b. Kelompok II mengatakan qiyas bisa dijadikan sandaran ijma’.
Contoh:
1) Penunjukan Abu Bakar sebagai Imam oleh Nabi Saw, diqiyaskan kepada penunjukan beliau
sebagai Khalifah.
2) Penunjukan Abu Bakar sebagai Khalifah tersebut merupakan ijma’ sahabat. Dengan
demikian ijma’ bisa didasarkan kepada Qiyas.
10