You are on page 1of 5

Ketua Scriber 1 Scriber 2

: Nazla : Nurhasira Mustakim : Tasrif HOT BUT COLD

STEP 1 1. Somnolent : perasaan mengantuk, pasien masih bisa diberi stimulus jika tidak pasien tertidur 2. Shock : keadaan klinis akibat perfusi jaringan yang tidak adekuat. Terjadi jika sistem cardiovaskuler tidak dapat memenuhi kebutuhan jaringan 3. Restlessness : gangguan kesadaran atau gelisah 4. Hematemesis : perdarahan saluran cerna. Muntah darah. 5. Epistaxis : mimisan, akibat pecahnya arteri dari plexus kiesselbach STEP 2 1. Jenis-jenis shock 2. Mekanisme shock berdasarkan jenisnya 3. Faktor resiko shock berdasarkan jenisnya 4. Diagnosis dan diagnosis banding di skenario 5. Penanganan, monitoring dan prognosis shock 6. Prinsip diagnosis shock 7. Etiologi shock berdasarkan jenisnya 8. Patomekanisme gejala dan hasil lab di skenario 9. Komplikasi shock berdasarkan jenisnya 10. Tingkat kesadaran 11. Range suhu normal STEP 3 DAN 4 1. Jenis-jenis shock Shock hypovolemik Shock cardiogenik Shock septik

Shok anafilaktik Shock neurogenik/spinal Shock obstruktif

2. Mekanisme shock berdasarkan jenisnya Shock hypovolemik : kehilangan darah, plasma dan cairan tubuh Shock cardiogenik : gagalnya fungsi jantung sebagai pompa Shock septik : disababkan vasodilatasi atau peningkatan permeabilitas kapiler. Berhubungan dengan infeksi sistemik Shok anafilaktik : disebabkan vasodilatasi dan kebocoran kapiler Shock neurogenik/spinal : vasodilatasi sekunder akibat penghentian mendadak kontrol saraf(autonom) Shock obstruktif : akibat obstruksi aliran balik vena ke jantung

5. Penanganan, monitoring dan prognosis shock Shock hypovolemik Pemberian larutan elektrolit isotonik untuk resusitasi awal karena dapat mengisi ruang intravaskuler dalam waktu singkat. Ringer laktat sebagai pilihan utama. Pemeberian kristaloid untuk mengganti darah yang hilang

Shock cardiogenik Resusitasi jangan diberikan terlalu cepat karena dapat membenani jantung. Resusitasi untuk menjaga kerusakan organ Pemberian obat untuk mengatasi hypotensi : Jika tekanan darah 70-100 mmHg dengan gejala shock diberikan Dopamin 5-15 mcg/kgBB/menit melalui Intravena. Jika tekanan darah 70-100 mmHg tanpa gejala shock diberikan Dobutamin intravena 2-20 mcg/kgBB/menit. Jika tekanan darah >100 diberikan Nitrogliserin 10-20 mcg/kgBB/menit melalui intravena.

Shock septik Resusitasi ABC Terapi cairan kristaloid Transfusi bila diperlukan Pemberian sefotaksin dan seftriakson Pemberian vasopressor seperti Dopamin > 8 mcg/kgBB/menit atau norepinephrin 0.1 0,5 mcg/kgBB/menit Shock hypovolemik Hemorargik - Nacl 0,9% 1-2 L dalam 30-60 menit - Dilanjutkan cairan tambahan untuk memonitor tanda-tanda vital - Tentukan penyebab dan lakukan pencegahan - Kontrol perdarahan Non-Hemorargik - Pemberian kristaloid - Pemberian koloid Dextran Intravena 30-60 menit - Pemberian PRC sampai Hematokrit >30% - Pmeberian FFP Shock anafilaktik Dibaringkan dengan kaki labih tinggi dari kepala untuk melancarkan aliran balik vena Pemberian Adrenalin 0.3 0.5 mg untuk dewasa, 0.01 mg/kgBB untuk anak-anak. Diulang setiap 15 menit sampai membaik. Pemberian aminofilin 5-6 mg/kgBB melalui intravena. Pemberian kortikosteroid Hidrokortison 100mg atau dexamethasone 5-10 mg melalui Intravena Prognosis Metabolisme anaerob terjadi penumpukan laktat >2 mmol/L terjadi hipoksia jaringan, jika 4 mmol/L terjadi kerusakan organ

Jika resusitasi selama 24 jam prognosis baik. Jika 24-48 jam prognosis mortalitas 25%. Jika >48 prognosis mortalitas 86%

7. Etiologi shock berdasarkan jenisnya Ada 2 penyebab utama shock Pompa jantung tidak adekuat Penurunan aliran balik vena

Shock hipovolemik : Hemorargik : GI bleeding seperti hematemesis dan melena Non-Hemorargik : Muntah Diare Dehidrasi

Shock cardiogenik : Atrium septal defek Ventrikel septal defek Iskemia Kelainan katup jantung Myocarditis

Shock septik : Bakteria golongan E. Coli Virus Peritonitis

Shock neurogenik : Anastesi lokal Trauma pada spinal Pemberian blocking agen

9. Komplikasi shock berdasarkan jenisnya Shock cardiogenik : cardiopulmonary arrest, disritmia, gagal multisistem organ, stroke tromboemboli, penimbunan cairan(edema) Shock anafilaktik : kerusakan organ tubuh Shock hypovolemik : gagal ginjal akut, edema. Shock septik : gagal organ multiple, asidosis, hiperpireksi, penurunan kesadaran

10. Tingkat kesadaran

a. Kompos mentis: sadar sepenuhnya, baik dirinya maupun terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik. b. Apatis: keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. c. Delirium: penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan merontaronta. d. Somnolen (letargi, obtundasi, hipersomnia): keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali e. Sopor (stupor): keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibandingkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik f. Semi koma (koma ringan): penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi reflex (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak adekuat. g. Koma: penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri. STEP 5(LO) 1. Faktor resiko shock berdasarkan jenisnya 2. Diagnosis dan diagnosis banding di skenario 3. Prinsip diagnosis shock 4. Patomekanisme gejala dan hasil lab di skenario 5. Range suhu normal

You might also like