You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Tetanus yang sudah dikenal oleh orang-orang yang dimasa lalu, yang dikenal karena hubungan antara luka-luka dan kekejangan-kekejangan otot fatal. Pada tahun 1884, Arthur Nicolaier mengisolasi toksin tetanus yang seperti strychnine dari tetanus yang hidup bebas, bakteri tahan anaerob. Etiologi dari penyakit itu lebih lanjut diterangkan pada tahun 1884 oleh Antonio Carle dan Giorgio Rattone, yang mempertunjukkan sifat mengantar tetanus untuk pertama kali. Mereka mengembangbiakan tetanus di dalam tubuh kelinci-kelinci dengan menyuntik syaraf mereka di pangkal paha dengan nanah dari suatu kasus tetanus manusia yang fatal di tahun yang sama tersebut. Pada tahun 1889, C.tetani terisolasi dari suatu korban manusia, oleh Kitasato Shibasaburo, yang kemudiannya menunjukkan bahwa organisme bisa menghasilkan penyakit ketika disuntik ke dalam tubuh binatang-binatang, dan bahwa toksin bisa dinetralkan oleh zat darah penyerang kuman yang spesifik. Pada tahun 1897, Edmond Nocard menunjukkan bahwa penolak toksin tetanus membangkitkan kekebalan pasif di dalam tubuh manusia, dan bisa digunakan untuk perlindungan dari penyakit dan perawatan. Vaksin lirtoksin tetanus dikembangkan oleh P.Descombey pada tahun

MAKALAH TETANUS

Page 1

1924, dan secara luas digunakan untuk mencegah tetanus yang disebabkan oleh luka-luka pertempuran selama Perang Dunia II. Tetanus atau Lockjaw (rahang terkunci) adalah penyakit paralitik spastik akut yang disebabkan oleh zat tetanospamin, neurotoksin yang dihasilkan oleh kuman Clostridium tetani. Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Kuman C.tetani menginfeksi tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan, dan pemotongan tali pusar. Dalam tubuh hewan, kuman ini akan berkembangbiak dan menghasilkan eksotoksin, antara lain tetanospamin yang dapat menyebabkan kekakuan (spasme) dari otot bergaris. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan oto rangka. Insiden dan angka kematian dari penyakit tetanus di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masih cukup tinggi. Oleh karena itu, tetanus masih termasuk dalam masalah kesehatan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menjelaskan etiologi, patogenesa, penularan, diagnosa, patologi anatomi, dan pencegahan serta pengobatanya yang perlu diketahui tentang wabah penyakit tetanus kepada masyarakat Indonesia khususnya para dokter hewan dan peternak yang dianggap minim pengetahuan tentang penanganan tetanus. Dengan adanya makalah ini diharapkan masyarakat Indonesia menjadi lebih tanggap dan peka terhadap wabah penyakit tetanus

MAKALAH TETANUS

Page 2

sehingga pengendalian penyakit ini dapat berjalan lancar dan agar Indonesia terbebas dari penyakit tetanus.

1.2 Rumusan masalah Ada beberapa rumusan masalah yang hendak dibahas dari makalah ini, yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut : 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 Bagaimana etiologi dari Clostridium tetani (tetanus) ? Bagaimana patogenesa dari Clostridium tetani (tetanus) ? Bagaimana penularan dari Clostridium tetani (tetanus) ? Bagaimana diagnosa dari Clostridium tetani (tetanus) ? Bagaimana patologi anatomi dari Clostridium tetani (tetanus) ? Bagaimana pengendalian (pencegahan dan pengobatan) dari Clostridium tetani (tetanus) ?

1.3 Tujuan Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari makalah ini, yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut :
2.1

Memberitaukan kepada masyarakat Indonesia akan bahaya penyakit tetanus pada hewan ternak.

2.2

Meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya para peternak tentang wabah penyakit tetanus.

MAKALAH TETANUS

Page 3

2.3

Meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya para peternak tentang cara-cara pengendalian penyakit tetanus.

2.4

Mendorong masyarakat Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai negara bebas tetanus.

1.4 Manfaat Ada beberapa manfaat yang hendak didapat dari makalah ini, yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut : 3.1 Memudahkan masyarakat Indonesia dalam memahami bahaya akan penyakit tetanus pada ternak. 3.2 Menjadikan masyarakat Indonesia yang tanggap dan peka terhadap wabah penyakit tetanus pada ternak. 3.3 Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pengendalian penyakit tetanus kepada masyarakat Indonesia.

MAKALAH TETANUS

Page 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etiologi Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan penyakit yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,

melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan. Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin. Kuman ini terdapat di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang. Clostridium tetani termasuk bakteri gram positif anaerobic berspora, mengeluarkan eksotoksin. Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin.

Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Perkiraan dosis

MAKALAH TETANUS

Page 5

mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif. Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8F (121C) selama 1015 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya.

Klasifikasi Ilmiah Kingdom Division Class Order Family Genus Species :Bacteria :Firmicutes :Clostridia :Clostridiales :Clostridiaceae :Clostridium :Clostridium tetani

2.2 Patogenesa Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah

MAKALAH TETANUS

Page 6

inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh hewan yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme). Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan. Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetatif. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh hewan melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk otak. Gejala kronis yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol. Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah pada hewan. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi.

MAKALAH TETANUS

Page 7

2.3 Penularan Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksi yang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masih tinggi . Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan kematian. Bakteri ini ditemukan di tanah dan feses manusia dan binatang. Infeksi ini muncul (masa inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang biak memproduksi tetanospasmin suatu neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan mencapai system syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior spinal cord. Adapun proses penularan yang terjadi sehingga tetanospasmin dapat mengakibatkan manifestasi pada hewan di antaranya :
Masuknya spora Clostridium tetani melewati kulit yang luka terbuka pada

bagian supeficial, terbakar, atau tertusuk oleh jarum yang berkarat, luka pada rongga mulut, luka tersembunyi di dalam usus atau alat kelamin Kejadian penularan pada kuda umumnya melalui luka pada kuku sewaktu memasang tapal kuda Pada domba dan babi terjadi melalui luka kastrasi dan pencukuran bulu Pada sapi melalui luka bekas pemotongan tanduk Penyakit tetanus ini tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain karena yang bertindak sebagai agen infeksi disini adalah spora yang menghasilkan tetanospasmin.

MAKALAH TETANUS

Page 8

Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah: a) Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas b) Luka bakar tingkat 2 dan 3 c) Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya d) Luka-luka di bawah kuku e) Ulkus kulit yang iskemik f) Luka bekas suntikan narkoba g) Bekas irisan umbilicus pada bayi h) Endometritis sesudah abortus septic i) Abses gigi j) Mastoiditis kronis k) Ruptur apendiks l) Abses dan luka yang mengandung bakteri dari tinja

2.4 Diagnosa Diagnosa tetanus berdasarkan gejala klinis. Gejala klinisnya berupa kekakuan, gelisah dan kekejangan yang berlebihan bila ada rangsangan dari luar (suara, sentuahan, cahaya). Adanya kekakuan yang khas terutama pada kuda, anatara lain: Spasmus membrana nictitan, cuping hidung melebar, ekor naik dan kaki membentuk kuda-kuda.

MAKALAH TETANUS

Page 9

Bila yang terserang otot facial maka hewan susah membuka mulut sehingga disebut Lock jaw.

Bila toksin sampai ke otak maka terjadi konvulsi yang terus-menerus dan menyeluruh. Kematian karena terjadi asphyxia. Selain itu pemeriksaan juga dilakukan secara laboratorium, namun pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya terdapat leukositosis dan kadang - kadang didapatkan peninggian tekanan cairan otak. Elektroenseflogram maupun elektromiogram tidak menunjukkan pola yang khas. Clostridium tetani tidak hanya dilihat pada warna gram bahan luka dan organisme ini diisolasikan pada hanya sekitar sepertiga kasus.

2.5 Patologi Anatomi Pada dasarnya bahwa patologi anatomi pada tetanus tidak memiliki gejala yang khas. Namun jika dilihat dari perjalanan penyakit ini akan membentuk beberapa perubahan. Perubahan akibat toksin tetanus: a) Susunan saraf pusat Efek terhadap inhibisi presinap menimbulkan keadaan terjadinya letupan listrik yang terus-menerus yang disebut sebagai Generator of pathological enhance excitation. Keadaan ini menimbulkan aliran impuls dengan frekuensi

MAKALAH TETANUS

Page 10

tinggi dari SSP ke perifer, sehingga terjadi kekakuan otot dan kejang. Semakin banyak saraf inhibisi yang terkena makin berat kejang yang terjadi. Stimulus seperti suara, emosi, raba dan cahaya dapat menjadi pencetus kejang karena motorneuron di daerah medula spinalis berhubungan dengan jaringan saraf lain seperti retikulospinalis. Kadang kala ditemukan saat bebas kejang (interval), hal ini mungkin karena tidak semua saraf inhibisi dipengaruhi toksin, ada beberapa yang resisten terhadap toksin. Rasa sakit timbul dari adanya kekakuan otot dan kejang. Kadang kala ditemukan neurotic pain yang berat pada tetanus lokal sekalipun pada saat tidak ada kejang. Rasa sakit ini diduga karena pengaruh toksin terhadap sel saraf ganglion posterior, sel-sel pada kornu posterior dan interneuron. Kesadaran penderita pada umumnya baik. Pada mereka yang tidak sadar biasanya brhubungan dengan seberapa besar efek toksin terhadap otak, seberapa jauh efek hipoksia, gangguan metabolisme dan sedatif atau antikonvulsan yang diberikan. b) Aktifitas neuromuskular perifer Toksin tetanus menyebabkan penurunan pelepasan asetilkolin sehingga mempunyai efek neuroparalitik, namun efek ini tertutup oleh efek inhibisi di susunan saraf pusat. Neuroparalitik bisa terjadi bila efek toksin terhadap SSP tidak terjadi, namun hal ini sulit karena toksin secara cepat menyebar ke SSP. Kadang-kadang efek neuroparalitik terlihat pada tetanus sefal yaitu paralisis nervus fasialis, hal ini mungkin n. fasialis lebih sensitif terhadap efek paralitik dari toksin atau karena axonopathi.

MAKALAH TETANUS

Page 11

Efek lain toksin tetanus terhadap aktivitas neuromuskular perifer berupa: Neuropati perifer Kontraktur miostatik yang dapat berupa kekakuan otot, pergerakan otot yang terbatas dan nyeri, yang dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah sembuh. Denervasi parsial dari otot tertentu. c) Perubahan pada sistem saraf autonom Pada tetanus terjadi fluktuasi dari aktifitas sistem simpatis dan parasimpatis, hal ini mungkin terjadi karena adanya ketidakseimbangan dari kedua sistem tersebut. Mekanisme terjadinya disfungsi sistem autonom karena efek toksin yang berasal dari otot (retrograd) maupun hasil penyebaran intraspinalis (dari kornu anterior ke kornu lateralis medula spinalis torakal). Gangguan sistem autonom bisa terjadi secara umum mengenai berbagai organ seperti kardiovaskular, saluran cerna, kandung kemih, fungsi kendali suhu dan kendali otot bronkus, namun dapat pula hanya mengenai salah satu organ tertentu. d) Gangguan Sistem pernafasan Gangguan sistem pernafasan dapat terjadi akibat : Kekakuan dan hipertonus dari otot-otot interkostal, badan dan abdomen; otot diafragma terkena paling akhir. Kekakuan dinding thorax apalagi bila kejang yang terjadi sangat sering mengakibatkan keterbatasan pergerakan rongga dada sehingga menganggu ventilasi. Tetanus berat sering mengakibatkan gagal nafas yang ditandai dengan hipoksia dan

MAKALAH TETANUS

Page 12

hiperkapnia. Namun dapat terjadi takipnea akibat aktifitas berlebihan dari saraf di pusat persarafan yang tidak terkena efek toksin. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret trakea dan bronkus karena adanya spasme dan kekakuan otot faring dan ketidakmampuan untuk dapat batuk dan menelan dengan baik. Sehingga terdapat resiko tinggi untuk terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan pneumonia,

bronkopneumonia dan atelektasis. Kelainan paru akibat iatrogenik. Gangguan mikrosirkulasi pulmonal Kelainan pada paru bahkan dapat ditentukan pada masa inkubasi. Kelainan yang terjadi bisa berupa kongesti pembuluh darah pulmonal, oedema hemorrhagic pulmonal dan ARDS. ARDS dapat terjadi pula karena proses iatrogenik atau infeksi sistemik seperti sepsis yang mengikuti penyakit tetanus. Gangguan pusat pernafasan Observaasi klinis dan percobaan binatang menunjukkan bahwa pusat pernafasan dapat terkena oleh toksin tetanus. Paralisis pernafasan tanpa kekakuan otot dan henti jantung dapat terjadi pada pemberian toksin dosis tinggi pada hewan percobaan. Selain itu ditemukan bahwa penderita mengalami penurunan resistensi terhadap asfiksia. Observasi klinis yang menunjukkan kecurigaan keterlibatan pusat pernafasan pada penderita tetanus adalah :

MAKALAH TETANUS

Page 13

Adanya episode distres pernafasan akibat kesulitan bernafas yang berat tanpa ditemukan adanya komplikasi pulmonal, bronkospasme dan peningkatan sekret pada jalan nafas. Episode ini bervariasi dalam beberapa menit sampai -1 jam. Adanya apnoeic spells, tanda ini biasanya berlanjut menjadi prolonged respiratory arrest (henti nafas berkepanjangan) dan akhirnya meninggal. Henti nafas akut dan mati mendadak. Sekalipun demikian gangguan pusat pernafasan disebabkan oleh penyebab sekunder seperti hipoksia rekuren/berkepanjangan, asfiksia kaena kejang lama atau spasme laring, hipokapnia setelah serangan distres pernafasan, dan akibat gangguan keseimbangan asam basa. e) Gangguan hemodinamika Ketidakstabilan sistem kardiovaskular ditemukan penderita tetanus dengan gangguan sistem saraf autonom yang berat. Penelitian mengenai

hemodinamika pada tetanus berat masih sangat jarang dilakukan karena : Kendala etik Perjalanan penyakit tetanus sering diperberat oleh komplikasi seperti sepsis, infeksi paru, atelektasis, edema paru dan gangguan keseimbangan asam-basa, yang kesemua ini mempengaruhi sistem kardio-respirasi
Pemakaian obat sedatif dosis tinggi dan pemakaian obat inotropik

mempersulit penilaian dari hasil penelitian. f) Gangguan metabolik

MAKALAH TETANUS

Page 14

Metabolik rate pada tetanus secara bermakna meningkat dikarenakan adanya kejang, peningkatan tonus otot, aktifitas berlebihan dari sistem saraf simpatik dan perubahan hormonal. Konsumsi oksigen meningkat, hal ini pada kasus tertentu dapat dikurangi dengan pemberian muscle relaxans. Berbagai percobaan memperlihatkan adanya peningkatan ekskresi urea nitogen, katekolamin plasma dan urin, serta penurunan serum protein terutama fraksi albumin. Peninggian katekolamin meningkatkan metabolik rate, bila asupan oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya karena disertai masalah dalam sistem pernafasan maka akan terjadi hipoksia dengan segala akibatnya. Katabolisme protein yang berat, ketidakcukupan protein dan hipoksia akan menimbulkan metabolisme anaerob dan mengurangi pembentukan ATP, keadaan ini akan mengurangi kemampuan sistem imunitas dalam mengenali toksin sebagai antigen sehingga mengakibatkan tidak cukupnya antibodi yang dibentuk. Fenomena ini mungkin dapat menerangkan mengapa pada penderita tetanus yang sudah sembuh tidak/kurang ditemukan kekebalan terhadap toksin. g) Gangguan Hormonal Gangguan terhadap hipotalamus atau jaras batang otak-hipotalamus dicurigai terjadi pada penderita tetanus berat atas dasar ditemukannya episode hipertermia akut dan adanya demam tanpa ditemukan adanya infeksi sekunder. Peningkatan alertness dan awareness menimbulkan dugaan adanya aktifitas retikular dari batang otak yang berlebihan. Aksis hipotalamus-hipofise mengandung serabut saraf khusus yang merangsang sekresi hormon. Aktifitas sekresi oleh serabut saraf

MAKALAH TETANUS

Page 15

tersebut dimodulasi monoamin neuron lokal. Adanya penurunan kadar prolaktin, TSH, LH dan FSH yang diduga karena adanya hambatan terhadap mekanisme umpan balik hipofise-kelenjar endokrin. h) Gangguan pada sistem lain Berbagai percobaan pada hewan percobaan ditemukan bahwa toksin secara langsung dapat mengganggu hati, traktus gastro-intestinalis dan ginjal. Pengaruh tersebut dapat berupa nefrotoksik terhadap nefron, inhibisi mitosis hepatosit dan kongesti-pendarahan-ulserasi mukosa gaster. Namun secara klinis hal tersebut sulit ditentukan apakah kelainan klinis seperti gangguan fungsi ginjal, fungsi hati dan abnormalitas traktus gastrointestinal disebakan semata-mata karena efek toksin atau oleh karena efek sekunder dari hipovolemia, shock, gangguan elektrolit dan metabolik yang terganggu. Secara teoritis ileus, distonia kolon, gangguan evakuasi usus besar dan retensi urin dapat terjadi karena gangguan keseimbangan simpatis-parasimpatis karena efek toksin baik di tingkat batang otak, hipotalamus maupun ditingkat saraf perifer simpatis, parasimpatis. Disfungsi organ dapat pula terjadi sebagai akibat gangguan mikrosirkulasi dan perubahan permeabilitas kapiler pada organ tertentu.

2.6 Pengendalian 2.6.1 Pencegahan Pencegahan merupakan tindakan paling penting, yang dapat dilakukan dengan cara perawatan luka menurut cara yang tepat, setiap luka (terutama luka

MAKALAH TETANUS

Page 16

tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani. Selain itu juga penting untuk menyingkirkan benda - benda tajam di tempat penggembalaan. Juga saat terjadi luka segera dibersihkan, dikuret atau didrainage dan diobati. Vaksinasi juga penting yaitu vaksinasi aktif dengan formol vaksin dan vaksin pasif dengan antitoksin. Penggunaan peralatan yang steril pada saat operasi juga dapat menjadi pencegahan teinfeksi penyakit tetanus. 2.6.2 Pengobatan Penderita tetanus diafkir total bila proses penyakitnya lebih lanjut. Penderita tidak diperkenankan masuk ke Rumah Potong Hewan. Pengobatan dan perawatan hewan sakit:
1.

Luka dibuat segar dengan membuang jaringan yang rusak, luka dicuci dengan KMnO4 atau H2O2 kemudian diobati dengan antibiotik.

2. 3.

Pemberian antitoksin dosis kuratif Perlakuan pada hewan yang sakit: a. Kandang bersih, kering, gelap. b. Diberikan kain penyangga perut
c. Makanan disediakan setinggi hidung

d. Obati luka luka 4. Obati dengan obat simpatomatik

MAKALAH TETANUS

Page 17

Obat obat yang digunakan dalam pengobatan tetanus : 1. Antibiotika : Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan.

2. Antitoksin Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan

MAKALAH TETANUS

Page 18

dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada sebelah luar.

3.Tetanus Toksoid Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai

4. Antikonvulsan Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. Dengan penggunaan obat obatan sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi. Contohnya : - Diazepam 0,5 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam (IM) - Meprobamat 300 400 mg/ 4 jam (IM) - Klorpromasin 25 75 mg/ 4 jam (IM) - Fenobarbital 50 100 mg/ 4 jam (IM)

MAKALAH TETANUS

Page 19

BAB III PENUTUP

3. 1 Kesimpulan Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan penyakit yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksi yang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masih tinggi.
Diagnosa tetanus berdasarkan gejala klinis. Gejala klinisnya berupa kekakuan,

gelisah dan kekejangan yang berlebihan bila ada rangsangan dari luar (suara, sentuahan, cahaya). Selain itu pemeriksaan juga dilakukan secara laboratorium, namun pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya terdapat leukositosis dan kadang - kadang didapatkan peninggian tekanan cairan otak. Elektroenseflogram maupun elektromiogram tidak menunjukkan pola yang khas. Clostridium tetani tidak hanya dilihat pada warna gram bahan luka dan organisme ini diisolasikan pada hanya sekitar sepertiga kasus. Pada perubahan patologi anatomi tidak ada tanda yang khas.

MAKALAH TETANUS

Page 20

Pencegahan merupakan tindakan paling penting, yang dapat dilakukan dengan cara perawatan luka menurut cara yang tepat, setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani. Selain itu juga penting untuk menyingkirkan benda - benda tajam di tempat penggembalaan. Vaksinasi juga penting yaitu vaksinasi aktif dengan formol vaksin dan vaksin pasif dengan antitoksin. Penggunaan peralatan yang steril pada saat operasi juga dapat menjadi pencegahan teinfeksi penyakit tetanus. Masuknya spora Clostridium tetani melewati kulit yang luka terbuka pada bagian supeficial, terbakar, atau tertusuk oleh jarum yang berkarat, luka pada rongga mulut, luka tersembunyi di dalam usus atau alat kelamin. Hewan penderita tetanus diafkir total bila proses penyakitnya lebih lanjut. Penderita tidak diperkenankan masuk ke Rumah Potong Hewan. Pengobatan dan perawatan hewan sakit adalahl uka dibuat segar dengan membuang jaringan yang rusak, luka dicuci dengan KMnO4 atau H2O2 kemudian diobati dengan antibiotik, pemberian antitoksin dosis kuratif, perlakuan dan obati dengan obat simpatomatik

3. 2 Saran Berdasarkan penjelasan tentang tetanus dalam makalah ini maka, tetanus merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi. Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%. Jika gejalanya memburuk dengan

MAKALAH TETANUS

Page 21

segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk. Obatnya yaitu berupa Antibiotika, Antitoksin, Tetanus Toksoid, dan Antikonvulsan. Pencegahan merupakan tindakan paling penting, yang dapat dilakukan dengan cara : imunisasi aktif dengan toksoid, Perawatan luka menurut cara yang tepat, dan Penggunaan antitoksi profilaksis. Namun sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus.

MAKALAH TETANUS

Page 22

DAFTAR PUSTAKA

http://akademibidan.blogspot.com/2009/03/mikrobiologi.html. http://en.wikipedia.org/wiki/Tetanus/clostridium_tetani.
http://en.wikipedia.org/wiki/Tetanus http://fkuii.org/tiki-index.php?page=Tetanus4 http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_TetanusLokalPadaAnak.pdf/15_

TetanusLokalPadaAnak.html
http://www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-joiq163.doc.

MAKALAH TETANUS

Page 23

LAMPIRAN

MAKALAH TETANUS

Page 24

You might also like