Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Bahan Ajar
BANGUNAN HIDROLIKA 1
Secara fisik terdiri dari: (a) Tubuh bendung, (b) Bangunan Pengelak dan Peredam
Energi , (c) Bangunan pembilas, (d) Pintu pengambilan, (e) Kantong Lumpur, (f)
Tanggul banjir, (g) Rumah jaga, (h) Bangunan pelengkap lainnya.
Secara umum bendung dibatasi: (a) Beda tinggi muka air hulu hilir 6 -7 m, (b)
Daerah aliran sungai 500 km2, (c) Pengambilan air irigasi 25 m3/dt. Diluar batasan itu,
harus dikaji spesialis ahli.
1
Sumber: Soekrasno, S., Januari 2007. Diklat Pemeriksaan Keteknikan Bidang Sumberdaya Air. Sub-
bidang Irigasi dan Rawa. Inspektorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum
Untuk meninggikan air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan ke saluran irigasi mengairi lahan irigasi. Bendung gerak adalah bangunan yang
dilengkapi dengan pintu air yang dapat dibuka/ditutup.
Operasi pintu: Air kecil pintu ditutup, air naik dan membelok ke saluran. Air banjir,
pintu barrage dibuka, pintu pengambilan ditutup, mencegah sedimen masuk ke saluran.
Keuntungan: tanggul banjir rendah, mengurangi daerah genangan.
Bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan
irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai.
Waduk digunakan untuk menapung air pada waktu terjadi surplus air di sungai agar
dapat digunakan pada waktu difisit air. Waduk berukuran besar sering digunakan juga
sebagai pembangkit tenaga listrik.
1.4.Stasiun Pompa
Gambar
1.
Bangunan
utama
Gambar 4.
(1) Topografi: (a) Peta dasar 1: 25.000 atau 1: 50.000 dengan kontur 25 m, untuk
gambaran DAS, (b) Peta situasi sungai 1: 2.000, kontur 0.5 m -1.0 m, 1 km ke hulu dan
ke hilir sungai, 250 m ke kanan dan ke kiri tebing sungai. Untuk pemilihan lokasi
bendung dan kompleks bangunan, (c) Potongan memanjang dan melintang tiap 50 m,
skala 1:200, (d) Pengukuran detail situasi bendung 1: 200 atau 1:500, kontur 0.25 m
seluas 50 Ha (1000 x 500 m).
(2) Data Hidrologi: (a) Debit banjir, diperlukan untuk Perhitungan banjir rencana,
Perhitungan debit rendah andalan, Perhitungan neraca air. Debit banjir dihitung dgn
periode ulang ( th ) : 1000, 100, 50, 25, 5. Bangunan pengelak Q 100, Tanggul banjir Q
1000, Elevasi tanggul hilir Q 5-25, Saluran pengelak atau bangunan kofer dam Q 5-25,
Usahakan data aliran sungai (AWLR), tapi sering kali tidak ada. Data hujan dikonversi
ke debit.
Debit andalan: Dihitung dengan keandalan 80%, artinya 80% terpenuhi dan 20% gagal.
Sehingga perhitungan Q5 yakni debit banjir dengan periode ulang 5 tahunan. Idealnya
data dari aliran sungai (AWLR), kalau tidak ada memakai curah hujan untuk mepredksi
debit.
Neraca Air: Dihitung untuk rencana alokasi air untuk berbagai keperluan, dihitung
dengan keandalan 80%. Hak atas air, penyadapan hulu dan hilir, keperluan air hilir
untuk lingkungan harus dipertimbangkan.
Pemilihan lokasi: (a) Pilih bagian sungai lurus, tidak ada gerusan; (b) Pilih lembah
yang sempit (biaya murah); (c) Fondasi bendung kokoh; (d) Keperluan elevasi muka
air; (e) Pelaksanaan mudah; (f) Ketersediaan bahan bangunan.
Keperluan elevasi muka air tergantung luas sawah yang diairi. Semakin naik ke hulu
sawah terairi lebih luas, turun ke hilir luas areal sawah terairi berkurang.
(5) Sungai.
Faktor yang dipertimbangkan: (a) Kemiringan dasar sungai, (b) Sedimen/bahan yang
terangkut, (c) Jumlah air dan distribusi sepanjang tahun, (d) Morfologi sungai dan
geologinya.
Faktor Kemiringan. Upper reach, pegunungan, terjal, batuan sedang dan besar dalam
jumlah besar, kolam olak sering pecah, degradasi, batuan terjun bebas dibenturkan dasar
sungai (Gambar 6). Pengambilan bebas atau bendung tetap. Lower reach, dekat pantai,
hampir datar, endapan pasir halus, agradasi, kolam olak aman, genangan banjir luas,
tanggul mahal, dilengkapi pintu (barrage). Middle reach, lokasi diantaranya, keadaan
transisi, bisa bendung tetap atau barrage, lihat situasi lapangan. Barrage biaya OP nya
mahal. Semua yang bergerak OP nya mahal.
A : membawa batu, dasar sungai kuat, batu diterjunkan langsung; B : endapan pasir krikil, dasar
sungai tidak kuat; C : endapan batu besar, di rolling, loncat ke hilir; D : beda tinggi > 7 m,
dibuat double jump
Morfologi sungai
Sungai stabil: tebing dari batuan kokoh, dasar sungai ada outcrop (batuan), atau batu-
batuan besar. Sungai labil: penuh kerikil dan pasir, tebing tidak kokoh, tidak ada
outcrop, alur berpindah (semi braiding). Sungai bermeander: berkelok, berpindah-
pindah, melewati aluvial, konsentrasi endapan tinggi, sungai melebar, degradasi tinggi.
Pengcekan untuk bangunan utama: (a) Terjadi degradasi atau agradasi, (b) Terjadi
meandering atau tidak, (c) Apakah terjadi perubahan sungai ke arah horisontal atau
vertikal, (d) Kestabilan tebing bagaimana.
Muka air
Ada 4 batasan penentuan elevasi muka air: (a) Keperluan irigasi untuk lokasi/elevasi
sawah paling tinggi, (b) Beda tinggi energi untuk membilas pada kantong lumpur, (c)
Beda tinggi energi untuk membilas sedimen dekat pintu pengambilan, (d) Beda tinggi
energi untuk meredam energi pada kolam olak. Untuk keperluan irigasi perlu
diperhatikan: elevasi sawah tertinggi yang akan diairi, kedalaman air di sawah,
kehilangan tinggi di bangunan dan saluran, variasi muka air dalam eksploitasi,
kehilangan tinggi di bendung.
Topografi
Pertimbangan yang diperlukan: (a) Pilih lembah berbentuk V atau sempit karena dapat
menghemat biaya material, (b) Perhatikan keperluan lokasi untuk bangunan pelengkap
(kantong lumpur, tanggul banjir, tanggul penutup, rumah jaga), (c) Perhatikan arah
saluran primer apakah lewat tebing, galian tinggi, atau terowongan.
Geologi teknik
Hal yang perlu dipertimbangkan: (a) Daya dukung fondasi harus kuat, (b) Jangan
terletak pada daerah sesar atau patahan, (c) Kekuatan fondasi terhadap erosi air, (d)
Fondasi apakah rapat air atau tidak, (e) Kestabilan tebing kanan dan kiri, (f)
Ketersediaan bahan bangunan.
Gambar 7.
Tipe Bangunan
Digolongkan dua bagian besar: (a) Bangunan yang mempengaruhi air di hulu, misalnya
bendung, embung, bendungan, cek dam; (b) Bangunan yang tidak mempengaruhi air di
hulu, misalnya: bendung gerak, pengambilan bebas, pompa, bendung gerak.
Dari jenis bahan bangunan dibedakan: (a) Beton bersifat: mantap, mahal, dari sisi cara
pengerjaan mutu terjamin, lebih homogen, awet, tahan erosi air; (b) Pasangan batu
bersifat: mantap, relatif murah, mutu tergantung masing-masing tukang, kurang
homogen, awet, mudah retak akibat setlemen. Dari segi fungsi pengatur muka air,
dibedakan menjadi: (a) Pengatur muka air, misalnya: bendung, bendung gerak, bendung
karet; (b) Bangunan muka air bebas, misalnya: pengambilan bebas, pompa, bangunan
saringan bawah.
Bendung gerak dapat dipertimbangkan jika: (a) Kemiringan sungai kecil/relatif datar,
(b) Daerah genangan luas dan harus dihindari, (c) Debit banjir besar, kurang aman
dilewatkan pada bendung tetap, (d) Fondasi untuk pilar harus betul-betul kuat, kalau
tidak pintu terancam macet.
Pengambilan bebas dengan syarat: (a) Debit pengambilan kecil dibandingkan debit
sungai, (b) Pada aliran normal, tersedia ketinggian air di sungai untuk mengairi sawah,
(c) Tebing sungai pada pengambilan bebas stabil, (d) Pintu pengambilan terletak pada
tikungan luar, (e) Butir sedimen kecil dan konsentrasi sedimen melayang relatif sedikit.
Pompa
Karakteristik penggunaan pompa pada irigasi umumnya: (a) Biaya Operasi dan
Pemeliharaan mahal (biaya bahan bakar), (b) hanya dipakai kalau betul-betul secara
grafitasi tidak bisa, (c) Debit air irigasi relatif kecil dibanding debit sungai, (d) Fleksibel
membelokkan air, (e) Biaya investasi murah, (f) Perlu studi kelayakan yang cermat.
Perencanaan Hidrolik
Bendung
Lebar bendung: sama dengan lebar rata-rata sungai pada bankfull discharge. Biasanya B
= 120% Bs ( lebar sungai pada banjir tahunan ).
Be = B-2 (n Kp + Ka ) H1
Be: lebar efektif, B: lebar mercu, n : jumlah pilar, Kp: koefisien konstraksi pilar, Ka:
koefisisen konstrasi pangkal bendung, H1: tinggi energi.
Mercu bendung
Di Indonesia umumnya mercu bendung berbentuk bulat dan Ogee. Kedua bentuk ini
cocok untuk beton atau pasangan batu kali. Kemiringan bagian hilir 1:1. Bentuk bulat
memberikan harga koefisien jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan ambang
lebar. Mercu berbentuk Ogee adalah berbentuk lengkung memakai persamaan
matematis, sedikit rumit dilaksanakan, tetapi memberikan sifat hidraulis yang baik,
bentuk gemuk dan kekar, menambah stabilitas.
v1 = 2g(1/2H1 + z)
y2 2
= 1 / 2 ( 1+ 8 Fr − 1) =
yu
Lj = 5(n + y2)
v1
Fr =
gyu
Fr = v1
gyu
Bendung Gerak
Tata letak dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Bendung Gerak, paling tidak harus ada
dua buah pintu, untuk mengantisipasi kalau ada kemacetan pintu. Ada dua kriteria yang
bertentangan yakni (a) Bangunan tinggi mahal, sehingga diusahakan bangunan melebar,
(b) Untuk menguras sedimen perlu kecepatan besar, sehingga bangunan sempit.
Komprominya bagaimana?
Pintu :
(a) Pintu sorong, tinggi maksimum 3 m, lebar maksimum 3 m. Kalau lebih besar
terlalu berat, dianjurkan pakai pintu rol atau Stoney.
(b) Pintu sorong/rol rangkap. Tidak saling berhubungan, dapat digerakkan sendiri,
alat angkat ringan. Air lewat atas, bahan terapung hanyut. Air lewat bawah
sedimen terkuras.
(c) Pintu radial/segmen. Tidak ada gesekan, alat angkat ringan. Air bisa lewat
bawah atau atas dengan membuat katup pada puncak.
Pengambilan Bebas. Posisi harus tepat agar sedimen tidak masuk.Tinggi ambang
secukupnya untuk menahan sedimen. Tebing sungai harus kokoh.
Pompa
Q× h
HP =
76
Efisiensi : Pompa 75%, mesin 90%, Total 65%
Bendung Tyroll. Tidak cocok untuk sungai yang sedimennya tinggi, dasar sungai
rawan gerusan, fondasi harus dalam. Saringan dibuat sederhana, tahan benturan, mudah
dibersihkan. Kantong lumpur: kapasitas memadai untuk sedimen yang masuk, mampu
membilas, perlu kemiringan tinggi. Pada saluran primer dibuat pelimpah.
Tata Letak
(a) Pengambilan: untuk mengelakkan air agar masuk ke saluran irigasi. Diletakkan
dekat bendung dan pada tikungan luar
(b) Pembilas: mengurangi benda terapung dan sedimen kasar masuk ke saluran
(c) Pengambilan air pada dua sisi, sebaiknya salah satu sisi lewat sipon pada tubuh
bendung.
Bangunan Pengambilan
Kapasitas dibuat 120% kebutuhan air sekarang, untuk fleksibilitas dan antisipasi
penambahan kebutuhan. Tinggi ambang tergantung sedimen yang ada. Tinggi ambang
untuk sedimen lanau, pasir kerikil, dan batu bongkah masing-masing 0,5 m, 1,0 m, dan
1,5 m. Pintu bukaan lebih satu pilar mundur, aliran mulus. Lengkapi sponning untuk
perbaikan. Puncak bukaan di bawah muka air hulu, agar benda terapung tidak masuk.
Kalau sebaliknya harus dilengkapi saringan berupa kisi.
Pembilas Bawah
Dimaksudkan untuk mencegah sedimen layang masuk ke pengambilan. Plat horisontal
di hulu pintu pembilas membagi 2 aliran. Aliran atas untuk air masuk ke saluran, yang
bawah untuk mengendapkan sedimen dan secara berkala dibilas (60 menit/hari). Benda
terapung mengganggu, diperlukan dua pintu. Buka bawah untuk bilas sedimen, dan
buka atas untuk menghanyutkan benda terapung. Tinggi pembilas bawah harus
memenuhi 3 kriteria: (a) Lebih besar 1,5 x diameter batu di sungai, (b) Lebih besar dari
1 m (untuk keperluan OP), (c) Sekitar 1/3 – ¼ x kedalaman air normal depan
pengambilan.
Pintu Air
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah beban yang bekerja, alat pengangkat
(mesin atau manusia), sekat kedap air, dan bahan bangunan. Beban adalah tekanan air
horizontal bekerja pada plat pintu dan diteruskan ke sponning. Alat pengangkat berupa
pintu kecil dan ringan pakai setang dengan cara manual. Pemakaian mesin tergantung
tersedianya tenaga listrik, biaya OP, mudah/tidaknya OP. Supaya kedap air pintu sorong
dipakai pelat perunggu. Pintu sorong dan radial biasanya memakai karet (Gambar 21).
Bahan bangunan adalah gabungan kayu dan kerangka baja, atau pelat dan kerangka
baja. Pintu pengambilan biasanya dari kayu, kalau kayu mahal bisa diganti baja. Kalau
pintu terlalu tinggi, maka OP nya sulit. Sebaiknya digunakan pintu radial (Gambar 22)
Gambar 22. Pintu pengambilan terbuat dari pintu sorong kayu atau baja
Perencanaan Bangunan
Jenis bahan untuk lindungan permukaan tergantung pada jenis dan ukuran sedimen.
Bahan bangunan harus tahan terhadap gerusan. Berbagai bahan pelindung permukaan
dan karakteristknya adalah (a) batu candi yakni batu alami keras yang dibentuk persegi
secara manual, sangat tahan terhadab abrasi; jenis batu: andesit, basal, gabro, granit,
cocok untuk sungai yang berdaya gerus besar. (b) beton: Kalau batu candi tidak ada
dipakai beton yang tahan gerusan. Beton kekuatan tinggi, agregat kecil, gradasi baik. (c)
Baja: lapisan pelat baja dipakai untuk menahan gerusan. Terutama dipakai pada kolam
olak, blok halang, end sill. Kadang-kadang tubuh bendung diberi lapisan rel.
Pasangan batu kosong (rip-rap) dipakai untuk melindungi dasar sungai atau tebing di
hilir bendung. Batu harus keras, padat, awet, BJ ≈ 2,4 t/m3. Panjang lindungan 4 x R (R:
dalam gerusan). Tebal lapisan 2 ~ 3 x d40 . Nilai d40 tergantung kecepatan air. Lihat
grafik Gambar 24.
Bronjong: berbentuk bak dari jala kawat yang diisi batu. Ukuran biasanya 2x1x0,5 m.
Tidak boleh dipakai untuk bagian bangunan permanen. Keuntungannya batu sedang
diikat dalam kawat memberi masa kuat dan konstruksi flexible.
Analisa Stabilitas
Metode empiris: Bligh, Lane, Koshla. Metode Lane: disebut metode angka rembesan
Lane. Metode ini membandingkan panjang jalur rembesan di sepanjang kontak
bangunan dengan beda tinggi muka air. Kemiringan lebih 45o dianggap tegak, dan yang
kurang 450 dianggap horisontal. Vertikal dihitung penuh dan horisontal dihitung 1/3.
Rumus yang digunakan:
CL = ∑L V+ 1/3 ∑L H
→
H
Tabel 1.
Detail Bangunan
Dinding penahan (Gambar 29). Biasanya h < 3 m, dinding depan vertikal: b = 0,26 h. B
= 0,425h. Dinding depan miring: b = 0,23h; B = 0,46h
Pemilihan pelindung berikut bisa sendiri atau kombinasi: (a) Lantai hulu: beton 10 cm,
atau pasangan batu kali 20 – 25 cm. Tapi Lane 1/3; (b) Dinding halang: mahal, Lane
penuh 100%; (c) Filter pembuang; (d) Konstruksi pelengkap.
Erosi bawah tanah adalah 3 dimensi, konstruksi lindung harus ke semua arah. Lantai
hulu harus kedap, sambungan dengan bendung harus rapat, kombinasi lempung dan seal
karet. Salah satu penyebab runtuhnya bendung adalah penurunan yang tidak merata.
Gambar 31
Gambar 32
Lubang pembuang/filter. Dibuat untuk mengurangi gaya angkat, dengan melepas air di
ujung kolam olak. Untuk mencegah terangkutnya bahan padat fondasi bendung
dilengkapi dengan filter terbuat dari pasir krikil atau bahan sintetis.
Konstruksi pelengkap. Tubuh bendung kemungkinan turun tidak merata, bisa retak-
retak, lolosnya air. Untuk itu perlu dibuat sambungan yang bagus. Tanah bawah jenuh
karena air hujan maka perlu ditangani jangan terjadi jalur gelincir atau erosi bawah.
Gambar 33
Topografi. Topografi tepi sungai dan kemiringan sungai sangat mempengaruhi ke-
layakan ekonomis. Kantong lumpur perlu ruangan yang luas, penempatannya harus
dikaji cermat. Kemiringan sungai kurang, energi ditambah dengan menaikkan mercu
bendung.
Volume tampungan
Volume kantong lumpur tergantung pada kandungan sedimen, volume air yang lewat,
dan jarak waktu pembilasan. Banyak nya sedimen yang lewat dapat dihitung dengan
cara: (a) Pengukuran langsung di lapangan, (b) Perhitungan rumus yang cocok
(Einstein-Brown, Meyer-Peter, Muller), (c) Atau memakai data kantong lumpur yang
ada di lokasi lain. Kedalaman ds = 1 m untuk jaringan kecil (10 m 3/dt ), 2,5 m untuk
jaringan besar (100 m3/dt)
Gambar 36
Gambar 39
pelindung tanggul atau krip 1 : 2,5 – 3,5 di bawah air, dan 1 : 1,5-2,5 yang di atas air.
Kemiringan ujung krip 1 : 5-10
x 2
z = h(1 − )
L
h 2h
≥ 1⇒ L =
a I
h a+ h
≤ 1⇒ L =
a I
Gambar 41
Poros tanggul. Tanggul banjir sebaiknya jauh dari air terendah. Tinggi jagaan: Elevasi
puncak tanggul 0,25 m diatas elevasi pangkal bendung untuk keamanan extra.
Potongan melintang. Lebar puncak tanggul 3 m. Kalau dipakai jalan ditambah
seperlunya. Kemiringan hulu dan hilir diambil antara 1 : 2 s/d 1 :3,5 tergantung jenis
tanah. Tinggi tanggul > 5m sebaiknya stabilitasny dicek dengan perhitungan khusus.
Bila fondasi tanggul lolos air (porous) disarankan dibuat cut off (parit halang) 1/3 x H
Gambar 42
Penyelidikan model hidraulik untuk bendung. Bagian yg perlu diselidiki: (a) Lokasi dan
tata letak, (b) Pekerjaan pengaturan sungai di hulu dan hilir bangunan, (c) Bentuk mercu
bendung, (d) Pintu dan bentuk ambang, (e) Kolam olak dan efisiensinya sebagai
peredam energi, (d) Eksploitasi pintu sehubungan dengan gerusan dan atau endapan, (e)
Kompleks pengambilan dan pembilas sehubungan pencegahan sedimen, (f) Saluran
pengarah dan kantong lumpur.
Lokasi dan tata letak. Dibuat tata letak secara umum dengan kriteria yang ada.
Untuk bendung yang besar dan rumit perlu dibuat model untuk mengecek lokasi
terkait dengan perilaku hidraulik. Untuk bendung kecil dan sederhana tidak perlu
dibuat model.
Pekerjaan pengaturan sungai. Perlu dilakukan guna memperbaiki pola aliran di hulu
dan hilir. Keprluan bangunan pelindung dimana dan jenisnya apa.Pola aliran menuju
pintu pengambilan harus diselidiki untuk mencegah sedimen. Hasil model akan
memberi masukan tata letak dan perlindungan sungai, dan diharapkan dapat
menghemat beaya.
Pintu dan bentuk ambang. Secara garis besar jenis dan bentuk pintu telah ada
standarnya, dan perilaku hidraulik telah diselidiki di laboratorium. Penyelidikan
dilakukan untuk mengetahui koefisien debit dan perilaku getaran. Dalam keadaan
standar tidak perlu model test lagi. Kecuali untuk jenis dan bentuk pintu khusus
yang komplek dan rumit perlu dilakukan model untuk mencek unjuk kerja hidrolis
dan perilaku hidro mekanik. Bentuk ambang telah dibuat standar dengan
penyelidikan yang mendalam, jadi tidak perlu model test.
Kolam olak. Kolam olak berfungsi baik kalau bisa meredam energi air yang jatuh,
sehingga sisa energi air di hilir kolam olak menjadi minimal sehingga gerusan dasar
sungai tidak membahayakan. Perencanaan kolam olak mengikuti standar yang ada
sebenarnya sudah memadai. Yang jadi masalah adalah kedalaman gerusan hilir ben-
dung seberapa jauh membahayakan. Bendung besar dan komplek perlu model, tapi
untuk bendung kecil dan sederhana tidak perlu dimodel. Apalagi untuk dasar sungai
yang mempunyai outcrop (batuan dasar sungai masif) tidak ragu lagi bahwa geru-
san tidak ada, maka model tidak perlu.
Pengambilan dan pembilas. Untuk saluran dengan besaran normal tidak perlu mod-
el. Untuk sungai membawa batu-batu besar perlu saringan batu (screen boulder),
untuk ini perlu model.
Saluran pengarah dan kantong Lumpur. Antara saluran pembawa yang sempit dan
kantong lumpur yang lebar terjadi perlambatan kecepatan aliran. Perlu dimodel
apakah distribusi aliran merata atau tidak. Kantong lumpur perlu dimodel, untuk
mengetahui bentuk hidraulis dan posisi dinding pengarah, tata letak kantong lumpur
sehingga tercipta kantong lumpur yang efisien. Untuk mengetahui kemampuan
membilas secara hidraulik
Metode Pelaksanaan
Umum
Bendung dibangun di sungai yang penuh risiko menghadapi ketidak pastian alam
yaitu banjir. Metode pelaksanaan harus diantisipasi: peralatan yang harus dipakai,
tenaga ahli, waktu dan besarnya perkiraan datang banjir, risiko yang diperhitungkan,
beban risiko kontraktor dan pemerintah, bahan bangunan, teknik pelaksanaan yg
cepat. Ada dua metoda yakni (a) Pelaksanaan di palung sungai, dan (b) Pelaksanaan
di luar sungai (kopur/sudetan).
Gambar 45
Contoh suatu sungai dihitung seri debit dengan periode ulang berbeda Q 2, 5, 10 , 15 ,
20, 25. Pembangunan bendung selesai 4 tahun, berarti umur coffer dam 4 tahun. Berapa
Risiko yang diambil misal 20%, perpotongannya pada garis horisontal 20. Maka tinggi
cofferdam harus bisa menampung Q 20 tahun. Kalau risiko diperkecil 10% ketemu Q
40 tahun. Makin tinggi, makin mahal.
Gambar 46
Kalau terjadi banjir dan melimpah diatas coffer dam dan mengakibatkan kerusakan
risiko siapa? Diatur sebagai berikut (a) Dalam perencanaan elevasi coffer dam besaran
banjir dengan probalilitas tertentu ditetapkan. Misalnya : Q10 = 150 m 3/dt. Kalau terjadi
banjir yang lebih besar 150 m3/dt dan terjadi kerusakan, risiko ditanggung owner. Kalau
banjir kurang 150 m3/dt, risiko ditanggung kontraktor. Dituangkan dalam kontrak
dokumen.
Operasi adalah pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air. Pengaturan air pada
kondisi normal, kondisi banjir, dan kondisi kering. Kondisi normal adalah aliran sungai
normal, sedimen yang dibawa sedang. Penjediaan air dilakukan sesuai rencana
kebutuhan air irigasi dan keperluan lainnya. Air sungai masih bisa mengalir ke hilir
untuk keperluan lain dan keperluan lingkungan. Pada saat ini pintu pengambilan dibuka
penuh, pintu bilas atas dan bawah ditutup, agar air depan pengambilan tenang sedimen
mengendap. Pintu bilas bawah dibuka 1 jam setiap hari untuk menguras endapan
lumpur. Kalau terdapat benda terapung depan pintu bilas, pintu bilas atas diturunkan
untuk menghanyutkan benda terapung. Dalam keadaan ini biasanya kolam lumpur
sudah penuh pada 5 - 10 hari (tergantung perencanaan). Untuk ini dilakukan pengurasan
lumpur secara hidraulis, dengan prosedur sebagai berikut :
Pintu bilas atas dan bawah ditutup, pintu pengambilan dibuka, pintu ke saluran irigasi
ditutup, pintu penguras dibuka. Lama pengurasan tergantung jumlah sedimen, besaran
fraksi sedimen, besar debit dan kemiringan kantong lumpur yang sudah dihitung dalam
rencana dan model test (biasanya 3-5 jam). Setelah selesai, air irigasi dialirkan kembali.
Operasi adalah pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air. Pengaturan air pada
kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering. Kondisi banjir: aliran sungai besar,
sedimen yang dibawa banyak. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan lainnya
dihentikan sementara, karena di sawah sudah kelebihan air, dan cenderung membuang.
Pada saat ini pintu pengambilan ditutup penuh, pintu bilas atas dan bawah ditutup , agar
sedimen tidak masuk ke saluran irigasi dan sedimen dilewatkan atas bendung. Pada saat
air surut dimana kedalaman air diatas mercu antara 0.5 s/d 1 m pintu pembilas dibuka
untuk menguras lumpur. Setelah lumpur bersih dan air di atas bendung antara 0 – 0.5 m,
pintu pengambilan dibuka dan pintu bilas ditutup. Air irigasi normal kembali. Pada
beberapa bendung dimana debit banjir besar, saluran pembilas dipakai untuk
melewatkan air. Untuk itu pintu bilas dibuka saat banjir. Kalau sungai membawa
batang-batang pohon, kemungkinan bisa menyangkut pada saluran pembilas yang
sempit.
Pengaturan air : kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering. Kondisi kering: aliran
sungai kecil, sedimen yang dibawa sedikit. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan
lainnya dipenuhi tetapi cenderung kurang. Air sungai jangan disadap 100%, karena di
hilir bendung biasanya ada penyadapan untuk keperluan lain dan atau untuk menjaga
lingkungan. Pada saat ini pintu pengambilan dibuka penuh, pintu bilas atas atau bawah
dibuka sebagian, agar air tetap mengalir sebagian ke hilir bendung. Karena air sungai
cenderung bersih maka kandungan sedimen sedikit, maka frekuensi pengurasan lumpur
dapat lebih lama dibanding saat air normal. Cara pengurasan seperti saat air normal,
Cuma karena air sungai dan selisih tinggi minim, air sungai ditampung dulu beberapa
jam didepan bendung dengan menutup pintu pengambilan dan pembilas. Pada saat
elevasi air naik sampai mercu bendung, pembilasan dimulai. Pada saat ini pengecekan
terhadap saluran pembilas bawah dilakukan untuk mengetahui apakah ada sumbatan
batu. Kalau ada inilah saatnya untuk mengatasinya, karena air sungai kecil.
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga agar bangunan berfungsi seperti sedia
kala. Jenis pemeliharaan: Rutin, berkala, darurat, permanen. Pemeliharaan Rutin adalah
kegiatan secara rutin dilakukan, misalnya babat rumput sekitar bendung, menutup
retakan tembok, perbaikan kecil batu kosong, pengambilan benda terapung depan pintu
bilas, pengurasan sedimen pada saluran bawah 1 jam/hari
Jaringan Irigasi/Drainase:
2.1.Saluran Irigasi:
2.1.1.Jaringan irigasi utama terdiri dari: saluran Primer (Induk), saluran Sekunder
2.1.2.Jaringan saluran irigasi tersier terdiri dari: saluran tersier, saluran Kwarter
2.2.Saluran Pembuang
2.2.1.Jaringan saluran pembuang tersier
2.2.2.Jaringan saluran pembuang utama
2.6.Bangunan Pembawa
2.6.1.Aliran Superkritis:
2.6.1.1.Bangunan Terjun
2.6.1.2.Got miring
2.6.2.Aliran sub-kritis
2.6.2.1.Gorong-gorong
2.6.2.2.Talang
2.6.2.3.Sipon
2.6.2.4.Jembatan sipon
2.6.2.5.Flume
2.6.2.6.Saluran tertutup
2.6.2.7.Terowongan
2.7.Bangunan lindung
2.7.1.Bangunan pembuang silang
2.7.2.Pelimpah (Spillway)
2.7.3.Bangunan Penguras (wasteway)
2.7.4.Saluran Pembuang samping
2.9.Bangunan Pelengkap
Lokasi pengambilan dibuat di lokasi yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan
baik dengan menghindari masuknya sedimen. Masuknya sedimen dipengaruhi oleh
sudut antara pengambilan dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan
sedimen (skimming wall), kecepatan aliran masuk dan sebagainya. Contoh
penyelidikan model hidrolik oleh Habermaas yang memperlihatkan persentase
banyaknya sedimen yang masuk ditunjukkan seperti pada Gambar 4.27 (KP-02/70).
Agar mampu mengatasi tinggi muka air yang berubah-ubah di sungai, pengambilan
harus direncanakan sebagai pintu aliran bawah. Rumus debit yang dapat dipakai adalah:
Q = K . µ . a. B 2 gh1 / 4.11 /
Bendung saringan bawah atau bendung Tyroller (Gambar 4.33) dapat dirancang dengan
baik di sungai yang kemiringan memanjangnya curam, mengangkut bahan-bahan
berukuran besar dan memerlukan bangunan dengan elevasi rendah. Beberapa hal
pertimbangan:
a. Tidak cocok untuk sungai yang fluktuasi bahan angkutannya besar. Misalnya di
daerah gunung berapi muda
b. Dasar sungai yang rawan gerusan memerlukan fondasi yang cukup dalam
c. Bendung harus dirancang seksama agar aman terhadap rembesan
d. Konstruksi saringan hendaknya sederhana, tahan benturan batu, mudah dibersihkan
jika tersumbat
e. Bangunan harus dilengkapi dengan kantong lumpur/pengelak sedimen yang cocok
dengan kapasitas tampung memadai dan kecepatan aliran cukup untuk membilas
partikel. Satu di depan pintu pengambilan dan satu di awal saluran primer
f. Harus dibuat pelimpah yang cocok di saluran primer untuk menjaga jika terjadi
kelebihan air.
Panjang saringan ke arah aliran sungai yang diperlukan untuk mengelakan? air
dalam jumlah tertentu per meter lebar bendung, dihitung dengan rumus:
q
L = 2,561 0 / 4.14 /
λ h1
Gambar 4.3. dan Tabel 4.5 (hal 80)
Bendungan yang dibangun dari hasil penggalian bahan tanpa tambahan bahan lain yang
bersifat campuran secara kimia
• Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (impermeable face
rockfill dam)
Lapisan kedap air (umumnya aspal dan beton bertulang) diletakkan di sebelah
hulu bendungan.
Bendungan urugan serba sama merupakan bendungan yang lebih dari setengah
volumenya terdiri atas bahan bangunan (tanah, pasir atau kerikil) yang seragam.
Bendungan urugan tanah (earthfill dam)
Bendungan urugan pasir dan kerikil
Walaupun disebut serbasama, tetapi terdapat pula bahan lainnya sebagai bahan saluran
drainase dan lapisan untuk menjaga stabilitas lereng.
Tebal lapisan tergantung pada : kekuatan batu, tinggi bendungan, frekuensi muka air
dan tinggi perkiraan gelombang. Umumnya apabila menggunakan tenaga manusia +
30 cm, menggunakan alat berat + 50 cm – 100 cm.
Untuk penimbunan tubuh bendungan dan lapisan kedap air untuk bendungan urugan
batu. Yang sering digunakan untuk lapisan kedap air adalah tanah liat, dengan
beberapa syarat :
bahan organik < 5 %, untuk mencegah penurunan yg terlalu besar akibat
banyaknya pori-pori.
Untuk alasan biaya biasanya diambil langsung dari sumbernya seperti dari sungai
atau darat. Tetapi apabila kadar airnya tinggi harus dikeringkan dahulu.
Dibuat dari pasir dan kerikil yang memenuhi gradasi tertentu dan bersih.
Karena tanah liat, tanah atau pasir umumnya mudah longsor, maka harus diberi
perkuatan agar stabil terhadap tiupan angin dan erosi dari air hujan. Bahan untuk
perkuatan diantaranya : batu belah, batu bulat, dan gebalan rumput.
Penutup
Pertanyaan:
(2) Buat gambar pandangan atas dan irisan dari suatu bendung dengan bangunan
pelengkapnya
(3) Buat gambar pandangan atas dan irisan dari bangunan pelengkap bendung yakni:
bangunan sadap, pelimpah (spill way), kolam lumpur (sediment trap), pintu
penguras, kolm olakan (stilling basin)
(5) Gambar suatu contoh pada sistem jaringan utama. Bangunan apa saja yang ada
dalam suatu sistem jaringan utama
(6) Gambar suatu contoh pada sistem jaringan utama. Bangunan apa saja yang ada
dalam suatu sistem jaringan tersier
(7) Turunkan persamaan loncatan hidrolik (hydraulic jump) dalam rancangan kolam
olak (stilling basin) pada bangunan terjun?
Daftar Pustaka
Senarai