Professional Documents
Culture Documents
TRASI
Terkuaknya Rahasia Alam,
dari Survai ISDL
Oleh :
BENY HARJADI
Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh
Balai Penelitian Kehutanan di Solo
DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Kantor : BPK SOLO, Telepon : (0271) 716709 dan Fax. (0271) 716959
Rumah : Jl.Gemak II, T.10, Telp:591268, HP:08122686657, E-m : adbsolo@yahoo.com
TRASI
KATA PENGANTAR
Buku TRASI (Terkuaknya Rahasia Alam dari Survai ISDL)
menjelaskan tentang kondisi lahan yang dapat dikuak dari hasil survai dan
identifikasi ISDL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan). Sehingga
diharapkan buku pedoman ini dapat dipakai sebagai pemandu bagi para
surveyor untuk mengumpulkan data fisik sebanyak-banyaknya pada setiap
SPT (Satuan Pemetaan Tanah) atau Unit lahan (Satuan Lahan).
Satuan Lahan dibuat berdasarkan dari batas kesamaan lereng yang
diturunkan dari setiap bentuk lahan (Landform) yang sama pada suatu
bentang lahan (Landscape). Satuan Peta Tanah sebagai wadah atau
mangkuk untuk mengumpulkan semua data fisik sebanyak-banyaknya dari
Landform (Bentuk Lahan), Rock (Tipe Batuan), Soil (Jenis Tanah), Slope
(Lereng), Erosion (Erosi), Terrace (Konservasi Tanah), Land Use
(Penggunaan/Penutupan Lahan) dan LUC (Land Use Capability/
Kemampuan Penggunaan Lahan).
Ketepatan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat GPS
(Global Positioning Systeme) atau dengan pemandu petugas lapangan
seperti Mandor atau Mantri Kehutanan jika survai di Kawasan Hutan.
Apabila lokasi yang kita lakukan pengumpulan data fisik ISDL tidak tepat
maka data tersebut tidak berguna atau sia-sia karena maksud kita mau
mendata lahan hutan ternyata yang dilihat lahan tegalan agroforestri.
Buku Pedoman survai ini jauh dari kesempurnaannya, untuk itu
saran dan kritik dari para pemakai atau pengguna sangat diharapkan untuk
perbaikan dalam proses penyempurnaannya.
PENULIS
BENY HARJADI
Beny Harjadi ii
BPK Solo
TRASI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISI.............................................................ii
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Variasi Macam Bentuk dan Kemulusan Batuan ........................... 36
Tabel 2. Contoh Batuan Beku (Gambar 9) ................................................. 40
Tabel 3. Contoh Batuan Sedimen (Gambar 10).......................................... 44
Tabel 4. Contoh Batuan Metamorfose (Gambar 11)................................... 47
Tabel 5. Identifikasi Batuan Metamorfik ................................................... 48
Tabel 6. Kelas Lereng (RRL, 1983)............................................................ 63
Tabel 7. Kelas Lereng (Kucera , 1988) ...................................................... 63
Tabel 8. Panjang Lereng............................................................................. 63
Tabel 9. Bentuk Lereng.............................................................................. 64
Tabel 10. Relief Relatif .............................................................................. 64
Tabel 11. Posisi Lereng.............................................................................. 64
Tabel 12. Prosentase Batuan Singkapan .................................................... 65
Tabel 13. Jenis Batuan di Permukaan ........................................................ 65
Tabel 14. Tingkat Erosi Permukaan dan Alur............................................ 67
Tabel 15. Tingkat Erosi Jurang .................................................................. 67
Tabel 16. Biaya Pembangunan Erosi Jurang ............................................. 67
Tabel 17. Tingkat Erosi Pantai................................................................... 69
Tabel 18. Tingkat Pengendapan Material .................................................. 69
Tabel 19. Prosentase Luas Satuan Peta Tererosi........................................ 70
Tabel 20. Prosentase Teras Per Satuan Peta .............................................. 71
Tabel 21. Matriks Penentuan Kelas KPL (LUC) ....................................... 76
Tabel 22. Penentuan Nama Tanah dengan Sifat Penciri Tanah................. 93
Beny Harjadi iv
BPK Solo
TRASI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya
Lahan) ..................................................................................... 3
Gambar 2. Sistem Bentuk Lahan : Alluvial sampai Karst ........................... 5
Gambar 3. Sistem Bentuk Lahan Bukit atau Perbukitan ........................... 10
Gambar 4. Sistem Bentuk Lahan Gunung atau Pegunungan..................... 14
Gambar 5. Sistem Bentuk Lahan Vulkanik dan Karst (Batu Kapur)......... 18
Gambar 6. Sistem Bentuk Lahan Marine (Laut)........................................ 20
Gambar 7. Macam Batuan Tergantung dari proses pembentukannya ....... 35
Gambar 8. Macam Batuan dari Masam sampai Basa ................................ 38
Gambar 9. Macam Batuan Vulkanik tergantung Bahan Penyusunnya...... 39
Gambar 10. Macam Batuan Sedimen/Endapan tergantung Kandungan
Bahannya............................................................................... 44
Gambar 11. Pembentukan Batu Malihan oleh Pengaruh Temperatur,
Tekanan dan Waktu .............................................................. 47
Gambar 12. Kronologis Perkembangan Batuan Metamorfose .................. 49
Gambar 13. Bentuk Struktur Tanah diikuti Perkembangan dan Ukuran
Struktur ................................................................................. 53
Gambar 14. Penetapan Nama Ordo Tanah ditentukan dari
Epipedon/Hiorozon ............................................................... 54
Gambar 15. Endopedon juga Sebagai Penentu Nama Tanah .................... 54
Gambar 16. Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah dari Toleransi Erosi.... 55
Gambar 17. Penetapan Nama Tanah dengan Sidik Cepat di Lapangan .... 56
Gambar 18. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih
Detil sampai Tingkat Great Group atau Serie. ..................... 57
Gambar 19. Diagram Penetapan Tekstur dengan Rasa dan Dipilin........... 58
Gambar 20. Perkembangan Dekomposisi Bahan Organik dari Kondisi
Imobilisasi menjadi Mineralisasi .......................................... 59
Gambar 21. Regim Temperatur dari Pergilik sampai Hipertermik ........... 60
Gambar 22. Regim Kelembaban dari Aquic sampai Perudic .................... 60
Gambar 23. Larutan Tanah Sebagai Lalu Lintas Transportasi Unsur Hara
dari Udara, Air ke Tanah ...................................................... 61
Gambar 24. Sifat Kimia Tanah menentukan Tingkat Kesuburan Tanah.. 62
Beny Harjadi v
BPK Solo
TRASI
I. PENDAHULUAN
Sistem pemetaan sumberdaya hutan untuk para perisalah merupakan
perpaduan dari dua sistem yaitu berupa pengumpulan data risalah
kehutanan dan data fisik inventarisasi sumberdaya lahan. Sistem tersebut
menggunakan teknik pemetaan multifaktor didalam satuan-satuan peta
yang relatif homogen yaitu dapat diketahui atas dasar pengelolaan lahan
secara berkelanjutan. Penetapan satuan peta homogen tersebut didasarkan
atas kesamaan bentuk lahan, lereng, dan penggunaan lahan pada masing-
masing petak dan anak petak. Informasi tentang sumberdaya lahan dan
penilaian hasil interpretasi dapat dipadukan dengan sumber informasi lain
seperti data kesesuaian lahan, daerah-daerah perlindungan, serta sosial
ekonomi setempat.
Data fisik lahan yang diperlukan guna melengkapi survai risalah
pada kawasan hutan adalah penambahan parameter fisik baik yang tetap
maupun berubah. Parameter fisik tetap antara lain bentuk lahan, batuan,
tanah, dan lereng; sedangkan parameter fisik yang berubah meliputi erosi,
teras dan informasi penggunaan lahan. Beberapa parameter fisik yang
dikumpulkan mencakup :
Beny Harjadi 1
BPK Solo
TRASI
3. Kedalaman Regolit
4. Warna Tanah
5. Tekstur
6. Struktur
7. Kemasaman Tanah
8. Permeabilitas/Drainase
C. Batuan 1. Tipe Batuan
2. Tegangan/Pemecahan
D. Erosi 1. Jenis Erosi
2. Tingkat Erosi
3. Prosentase Erosi
E. Konservasi Tanah 1. Jenis Teras
2. Prosentase Berteras
F. Penggunaan Lahan
Masing-masing parameter tersebut akan diuraikan secara rinci pada
setiap bab berikut. Urutan prosedur perisalahan sumber daya hutan dapat
diuraikan seperti pada Gambar 1.
Buku petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk membantu
mempermudah pengamatan dan pengumpulan data fisik lahan dan risalah
kehutanan dalam rangka mengetahui potensi hutan secara cepat, mudah dan
akurat. Sedangkan tujuan pemetaan tersebut adalah :
1. Penetapan batas petak dan anak petak secara tepat sesuai dengan
tingkat kesesuaian dan kelas kemampuan lahan.
2. Inventarisasi fisik lahan dan kondisi potensi lahan saat ini dengan
mengumpulkan beberapa parameter tetap dan berubah, serta
informasi tambahan lainnya.
Beny Harjadi 2
BPK Solo
TRASI
4.
Beny Harjadi 5
BPK Solo
TRASI
Bentuk Lahan adalah wajah permukaan bentang alam yang merupakan hasil
kegiatan dari perpaduan bermacam-macam gaya baik endogen maupun eksogen
yang terdiri dari berbagai macam bentuk permukaan bumi yang tercakup dalam
relief topografik atau raut muka bumi (Desaunettes, 1977 dan Kucera 1988).
Ada delapan sistem bentuk lahan yang ada di Indonesia, yaitu :
A. Alluvial
B. Marine
P. Plain
H. Hilly
M. Plateau and Mountain
X. Miscellaneous
V. Volcanic
K. Karst
A. Alluvial
Sistem Alluvial adalah daerah pengendapan bahan-bahan erosi yang diangkut oleh
sungai dan diendapkan di lembah dengan membentuk lapisan-lapisan endapan
akibat gaya grafitasi bumi (Colluvial) atau oleh agen penyebab air atau angin
(Alluvial).
A1.
Alluvio-marine sub system
A11. Swamp (tree vegetation)
A12. Marsh (low vegetation = hydrophytes and wet grass)
A13 Low lying lands (cultivated marshes)
A14. Undulating low lying lands
A15. Delta deposits (very recent soils = Fluvisols)
A16. Ancient sea shore and sand bars
A.17 Tidal swamp (inland)
A2.
Alluvial sub system
A21. Narrow river valley (<50 m), slope < 2%
A22. Broad river valley (> 50 m), slope < 2%
A23. Meander belt including menader scars
A24. Undulating to rolling river valley (slope 2 – 15%)
A25. Recent terrace (non floded river valley floor)
A26. Levee
A27. Alluvial fan
A28. Alluvial land
A3.
Alluvio-colluvial sub system
A31. Narrow, isolated interhill miniplain
A32. Broad, isolated
A33. Ramified
A34. Undulating to rolling interhill miniplain
A35. Alluvio-colluvial fan
A36. Colluvial fan
Beny Harjadi 6
BPK Solo
TRASI
P. Plain
Sistem Dataran adalah suatu wilayah dengan lereng yang umumnya seragam, secara
komparatif datar dengan batas-batas tertentu dan tidak dipotong oleh elevasi-
elevasi dan depresi-depresi yang nyata, dapat berupa dasar lembah yang meluas
atau suatu puncak plato.
P0. Plain (synclinal plain included)
P01. Flat plain
P02. Undulating plain
P03. Rolling plain
P04. Flat with hummock, and hummocky
P05. Flat with hillock
P06. Undulating with hillocks
P07. Rolling with hillocks
P08. Hillocky
P09. Hilly with flat interhill miniplain
P1. Coastal plain (ss = same sub-categories)
P2. Marine terrace (ss)
P3. River and lake terrace (ss) ALLUVIAL TERRACES
P4. Erosion galcies =peneplain, pediment (ss)
P5. Accumulation glacis, basin, ancient lacustrine plain (ss)
P6. Piedmont plain (ss)
P7. Erosion remnants (Buttes temoins) : Residual hills and hillocks
P71. Hummock
P72. Hillock OUTLIER (Mesa, Table land, Meseta, Mound, Huerfano..)
P73. Hill
P74. Hummock
P75. Hillock INLIER (Cuesta, Hogback, Dome, Mendip,……..)
P76. Hill
P77. Inselberg
P78. Monadnock
P79. Rocks heaps
P8.
River cut vallons and valley, erosion surfaces
P80. River cut valley (flat)
P81. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope < 8%)
P82. River cut and valley surfaces, undulating rolling (general slope < 15%)
P83. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope < 15%)
P84. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope > 15%)
Beny Harjadi 7
BPK Solo
TRASI
P85. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope > 15%)
P86. River cut and valley surfaces, rolling relief (general slope > 15%)
P87. River cut and valley surfaces, hillocky relief (general slope < 15%)
P88. River cut and valley surfaces, hillocky relief (general slope > 15%)
P89 River cut and valley surfaces, hilly
P9.
Special features
P91. Dissected foot of terraces
P92. Dissected ancient alluvio-colluvial fan
P93. Scalped anticline, rolling
P94. Scalped anticline, hummocky ANTICLINE DEPRESSION
P95. Scalped anticline, hillocky
P96. Terrace remnant : epaulement
Beny Harjadi 9
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 10
BPK Solo
TRASI
Sistem Mountain adalah bidang lahan yang ber-elevasi tinggi, dengan amplitudo relief
lebih dari 300 m.
M1.
Plateau or high plain
M11 Flat plateau
M12 Undulating plateau
M13 Rolling plateau
M14 Plateau with hummocky relief
M15 Serrated plateau with parallel sharp ridges
M16 Plateau with hillocky relief
M17 Strongly dissected plateau area, sharp ridges (not parallel, hill size)
M18 Extremely dissected plateau area, hilly relief
M2. Non to slightly dissected mountain slope (relief amplitudo over 300 m)
M21 Gradient less than 30%
M22 Gradient 30 – 50%
M23 Gradient 50 – 75%
M24 Gradient over 75%
M25 Gradient up to 50%
M26 Gradient 30 – 75%
M27 Gradient above 50%
M28 Gradient above 20%
M29 Terraced
M3. Moderately dissected mountain slope, (ss = same sub categories)
M4. Dissected mountain slope (ss)
M5. Strongly dissected mountain slope (ss)
M6.
Slope of special characteristics
M61 Talus slope
M62 Rough broken and rocky slope
M7.
Special features
M71 Peak, Pinacho
M72 Serrated scarps, crags
M73 Horn
M74 Tower
M75 Arête
M76 Teton
Beny Harjadi 11
BPK Solo
TRASI
M8.
Cirque and natural terrace
M80 Dissected vallon or valley head with dendritic d.p. (big unit)
M81 Cirque sloper
M82 Cirque with undulating floor
M83 Cirque with rolling floor
M84 Cat step
M85 Corrugated break on a slope (similar to epaulements)
M86 Natural terrace, flat to rolling relief
M87 Natural terrace, rolling to hilly relief
X. Micellaneous
Sistem Micellaneous adalah bentuk lahan yang lain terdiri dari batuan terbuka, lahan
bergaram, tempat tinggal, sungai jelek, danau, lembah sempit, dataran bukit,
lahan yang tidak produktif.
X1.
Outcrops
X11. Bluff (slope over 100%, rockiness over 50%)
X12. Rock outcrops
X2.
Salt pan or salt works
X3.
Settlement
X31. Kampong
X32. Town
X4.
River bed
X41. Straight
X42. Meandering
X43. Deeply incised
X5.
Lakes
X51. Saline and brackish water
X52. Fresh water
X53. Hot water ponds
X54. Reservoir
Beny Harjadi 12
BPK Solo
TRASI
X6.
Miscellaneous land types
X61. Bad lands
X62. Rough, broken and rocky land (over 50% rockiness)
X63. Mountain scree (over 50% boulders on a steep slope)
X64. Scree fan, debris cone
X65. Land slide scar
X66. Landslide, earthslide, landslip
X67. Solifluxion stream, mudflow, slump
X7.
Narrow valley
X71. V – shaped valley
X72. Gully, ravine, flume
X73. Gorge
X74. Canyon
X75. Terraced valley sides and bottom
X76. Terraced valley head (vallon), gentle slopes
X77. Embayment, cove
X78. Dissected vallon with deep ravines (small unit)
X79. River cut valley (flat to undulating, small)
X8.
Summits
X81. Sharp summit and creat line
X82. Convex rounded summit
X83. Flat summit (very limited area)
X84. Mountain slope
X85. Saddle
Beny Harjadi 13
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 14
BPK Solo
TRASI
V. Volcanic
Sistem Vulkanik atau gunung berapi adalah lubang di kulit bumi yang terjadi akibat
magma yang menerobos keluar ke permukaan bumi dengan erupsi lava secara
eksplosif atau effusif, dengan hasil klasmatis berupa bom (batu besar), lapelli
(batu kecil), slak (batu tak teratur), zand (pasir), dan as (abu) serta batu apung.
V1.
Craters
V11. Crater
V12. Caldera
V13. Volcanic vent.
V2.
Volcano upper slope
V21. Slightly dissected
V22. Moderately dissected
V23. Dissected
V24. Strongly dissected
V3.
Volcano middle slope
V31. Slightly dissected
V32. Moderately dissected
V33. Dissected
V34. Strongly dissected
V35. Flat and level part of mid slope
V36. Elongated spur, hill size (volcanic ridge)
V37. Benched
V38. -
V39. Terraced
V4.
Volcano lower slope
V41. Slightly dissected
V42. Moderately dissected
V43. Dissected
V44. Strongly dissected
V45. Flattish
V46. Volcanic ridge
V47. Terraced
V5.
Lava flows
V51. Recent lava flow
V52. Ancient lava flow
V53. Very ancient and dissected, broken down
V54. Scories, cinders cone
V55. Lava flow and lahar combined
V56. Toe of lava flow or volcanic ridge
V57. Lava plain
V58 Lava plateau
Beny Harjadi 15
BPK Solo
TRASI
V6.
Lahar
V61. Terraced footslope on lahar, with boulders and blocky
V62. Undulating to rolling valley, with boulders and blocky
V63. Terraced footslope with hummocks
V64. Slope with catsteps and hillocks
V65. Talus slope on lahar with blocks
V7.
Planeze
V71. Flat, level and non dissected planeze
V72. Undulating and dissected level planeze
V73. Rolling, strongly dissected with ravines and gorges level planeze
V74. Slope planeze
V75. Intervolcano plain, slightly dissected, undulating
V76. Intervolcano plain, dissected, rolling
V77 Intervolcano plain, strongly dissected rolling with hummocks
V8.
Volcanic plain
V81. Flat
V82. Undulating
V83. Rolling
V84. Flat + hummocks
V85. Undulating + hummocks
V86. Rolling + hummocks
V87. Undulating + hillocks
V88. Rolling + hillocks
V9.
Volcanic outcrops
V91. Batholith
V92. Dyke
V93. Boss
V94. Stock
V95. Neck/plug
V96 Spine
V97 Piton (small volcano, hill size, rocky)
Beny Harjadi 16
BPK Solo
TRASI
K. Karst
Sistem Karst adalah daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang porous (berpori),
dimana air permukaan tanah selalu merembes dan menghilang kedalam tanah,
dan permukaan selalu gundul/kurang vegetasi (Gambar 5).
K1. Karstic plateau (terrace)
K11. Undulating to rolling, with hummocks (hums or karstic mounds)
K12. Same, hillock size
K13. Same, hill size
K14. Plateau with lapies relief, blocks and boulders are gouged and …………..
K15. Same, with knobs, big outcrops with grotesque relief, grottos
K16. Same, with cliffs and caves
K2.
Gentle karstic slope
K21. Hummocky relief (conical mounds = hums, uvalas, and doline)
K22. Same, hillocky relief
K23. Same, hilly relief
K24. Lapies relief
K25. Knobs and gottos
K26. Cliffs and caves
K3. Steep slope (ss = same sub categories)
K4. Versant (ss)
K5.
Outcrops
K51. Hum
K52. Cliff
K53. Pinnacle
K6.
Depression
K61. Doline
K62. Uvala
K63. Sinkhole
K64. Katavothre
K7.
Plains
K71. Polje with flat relief
K72. Polje with flat relief + hillocks
K8.
Erosion surface in bedded chalk
K80. Vallon with dendritic drainage pattern
K81. Undulating relief
K82. Rolling relief
K83. Hummocky relief
K84. Hillocky relief
K85. Sharp parallel ridges, hillock sized with deep carved dendritic gullies on
the flanks, strongly dissected
K86. Hillock in rolling pattern with dense dendritic d.p., extremely dissected
Beny Harjadi 17
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 18
BPK Solo
TRASI
B. Marine
Sistem Marine adalah daerah yang selalu berhubungan dengan laut dan
sekitarnya baik ditengah maupun ditepian (Gambar 6).
B1. Beaches
B11. Sand beach
B12. Mud beach
B13. Shingle beach
B14. Cove
B15. Mud flat
B2. Dunes and lido
B21. Shifting sand
B22. Flat sandy deposits
B23. Lido
B24. Beach ridges
B25. Tombolo
B3. Rocky seaside and barriers
B31. Barrier, barrier flat
B32. Cliff
B33. Reef
B34. Wave cut terrace
B35. Rocky cape
B36. Reef flat
B4. Laguna and Lagoon
B41. Laguna
B42. Coral reef
B43. Coral flat
B44. Lagoon
B5. Atoll and coral
B51. Atoll
B52. Coral reef
B53. Coral flat
B6. Tidal flats
B61. Bared (or cultivated) tidal flat
B62. Marshy tidal flat
B63. Swampy tidal flat (mangrove)
B7. Delta outcrops
B71. Sandy
B72. Silty
B73. Clayey
B8. Sub-recent sea shore
B81. Swale deposits
B82 Sand ridges
Beny Harjadi 19
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 20
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 21
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 22
BPK Solo
TRASI
13. Butte : sejenis bukit yang puncaknya berbentuk datar dengan lereng
curam yang berdiri diatas suatu dataran sendirian, disebabkan
oleh daya tahan yang tinggi terhadap erosi (TABLE LAND).
14. Caldera (Sp) : Kaldera, Kepundan
: Kawah atau kepudan gunung berapi yang amat luas, akibat
depresi vulkanis yang besar, agak berbentuk bundar, dikelilingi
cliff terjal. Kadang ditutupi oleh danau (danau Toba), kadang
beberapa gunung api belum mati di tengah kaldera (kaldera di
crater lake, Oregon USA).
: Tekanan vulkanis berbentuk kolam besar, berbentuk lingkaran
atau bundar, diameternya lebih besar dari lubang vulkanis
(letusan, reruntuhan, longsoran).
15. Canoon : Canyon
: Lembah atau ngarai yang dalam dan sempit dan lerengnya
vertical curam serta tinggi, hasil kikisan sungai. Contoh :
grand Canyon di Colorado, USA.
16. Cliff (Ing) : Pantai curam atau terjal. Contoh : pantai selatan Jawa
: bagian depan karang yang curam dan tinggi.
17. Coast (Ing) : kust (Bld), Pantai laut/Pantai Ria
: tanah yang berbatasan dengan laut atau darata yang tidak
terkena air laut.
: Pantai laut atau jalur daratan yang sebagian terdiri dari laut dan
daratan dengan lebar jalur dan garis batas tertentu.
18. Colluvial : Koluvial
: Bahan yang telah bergerak melandai ke bawah dan telah
terlindung di lereng-lereng bagian bawah atau didasar bukit
yang digerakkan oleh gaya grafitasi sampai tingkat tertentu
terjadi aksi pembekuan dan hanyutan air lokal.
: Mengandung alluvium dan pecahan karang, kontras dengan
alluvium dan diluvium, talus dan cliff debris material salju.
Beny Harjadi 23
BPK Solo
TRASI
19. Colluvium : deposit yang tidak ada ujung pangkalnya, biasanya pada kaki
yang miring dan dibawa dengan gaya berat grafitasi bumi,
termasuk terbentuknya talus dan cliff debris.
20. Delta : Deposit (endapan) alluvial yang terbentuk disuatu tempat
aliran atau sungai mengendapkan beban sedimennya setelah
memasuki suatu bahan air yang lebih tenang
: Terbentuk dibawah permukaan air dan disuatu daerah yang
sering mempunyai bentuk segitiga huruf DELTA Yunani
dengan titik masuk aliran pada satu sudut.
: Deposit Lumpur, pasir atau kerikil (endapan alluvium) yang
mengendap di muara sungai, berbentuk huruf keempat Yunani
(∆ = delta). Contoh : Alexandria, Calcutta, Shanghai,
Rotterdam, New Orleans.
21. Delta Plain : dataran tinggi dari timbunan Lumpur pada mulut aliran atau
meluap sepanjang aliran yang lebih rendah.
22. Dendritik : pola saluran pengeringan dendritik yang dikenali mutunya dari
drainage cabang yang tidak teratur pada seluruh arah dengan sambungan
pattern cabang aliran disetiap sudut.
23. Dike : Tanggul, Levee
: Peninggian tanah berbentuk tanggul yang membatasi atau
mengendalikan air, terutama peninggian tanah yang dibangun
sepanjang tepi (tebing) sungai untuk mencegah luapan bagi
lahan (tanah) rendah (tanggul banjir – rekayasa).
: Badan datar dari batuan beku yang memotong melintang
struktur batuan yang berdekatan atau memotong batuan massif
(pejal).
: Tanggul atau dinding yang disusun disekitar areal rendah
untuk mencegah banjir.
24. Doline : dolina, dolinen
: goa besar berbentuk cerobong yang berhubungan dengan
system saluran pengeringan bawah tanah di daerah batu kapur.
Beny Harjadi 24
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 25
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 26
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 27
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 28
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 29
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 30
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 31
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 32
BPK Solo
TRASI
66. Relief : perbedaan dalam elevasi antara titik-titik yang tinggi dan yang
rendah dari suatu permukaan lahan.
67. Sand Bars : palang atau tepian pasir yang ditimbun keatas atau didekat
permukaan air dengan aliran sungai atau gerakan gelombang
pada pantai.
68. Sand Dune : tanggul, tepian, atau bukit dengan pasir longsor yang
menimbun keatas karena pengaruh angin.
69. Slope : Lereng, Tanjakan
: Istilah dalam geomorfologi yang mengatakan tentang suatu
medan atau daerah permukaan yang letaknya miring. Contoh :
Mountain slope, Hill slope, Valley side slope, Steep slope.
70. Subsidence : gerakan permukaan tanah kearah bawah yang disebabkan oleh
larutan atau keruntuhan deposit penyangga yang dapat larut.
: Penyusunan kembali partikel-partikel setelah penyingkiran
batu bara, atau pengurangan tekanan cairan (fluida) dalam
suatu akuifer atau reservoir minyak bumi.
71. Swamp : Rawa
: Daerh yang terjenuhkan dengan air hampir sepanjang tahun
tertentu dengan permukaan tanah yang biasanya tidak terendam
secara dalam, dengan sisa vegetasi pohon dan perdu.
72. Talus : Scree
: Pecahan batu-batuan yang bentuknya tajamtajam, terdapat di
kaki lereng curam, berasal dari bautan induk yang lapuk.
: Fragmen-fragmen dari batuan dan bahan tanah lainnya yang
terkumpulkan oleh gaya berat pada kaki karang atau lereng
curam.
73. Teluk : Bay >< Tanjung (daratan yang menjorok ke laut)
: Laut menjorok ke darat, lebih kecil dari gulf. : teluk Jakarta.
74. Terrace : Teras
: Suatu dataran sempit membatasi sebuah sungai, danau atau
laut.
Beny Harjadi 33
BPK Solo
TRASI
75. Thalweg : suatu garis yang mengikuti bagian paling bawah dari suatu
lembah dibawah air atau tidak.
76. Uvala : lubang kolam batu besar yang dibentuk dari persenyawaan
beberapa batu doline.
77. Volcano : Vulkaan (Bld), Gunung Api
: Lubang di kulit bumi yang terjadi akibat magma yang
menerobos keluar permukaan bumi secara eksplosif dan
effusive. Contoh : Bom, Lapili, Slak, Zand, As, Batu apung.
Beny Harjadi 34
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 35
BPK Solo
TRASI
Batuan adalah himpunan mineral-mineral sejenis atau berbeda jenis yang satu dengan
lainnya terikat secara gembur atau padat yang akan membentuk kerak bumi.
(Crippen and Eyles, 1985; dan Panhuys and Buurman, 1988).
Batuan terdiri dari empat jenis yang berbeda cara pembentukkannya, yaitu :
A. Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk karena pengkristalan magma yang
berasal dari dapur magma yang dapat membeku didalam (batuan Plutonik), di
saluran (batuan Korok), dan diluar permukaan bumi (batuan Ekstrusif). Ciri
utama batuan beku adalah motif dan tekstur serta kekerasan seragam.
B. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terkikisnya batuan dari suatu
tempat dan selanjutnya diendapkan di tempat lain. Ciri utama batuan sedimen
adalah heterogen kandungan mineral maupun asal batuan penyusunnya.
C. Batuan Metamorfose atau Batuan Malihan adalah batuan yang berubah bentuk
karena proses metamorfose dengan asal batuan dapat berupa batuan beku atau
batuan sedimen. Ciri utama batuan metamorfose adalah terbentuknya lapisan-
lapisan batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda karena terbentuk pada
waktu yang berlainan (Tabel 1).
Beny Harjadi 36
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 38
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 39
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 41
BPK Solo
TRASI
Keterangan Tambahan :
Boulder : bongkah batu sangat besar
Pebble : bongkah batu besar
Selut : kerikil, pasir, lumpur
Endapan karbonat : batu kapur, batu kapur liat, marl, marl berkarbon, marl
berliat, batu selut, batu selut berkarbon
Endapan Organik Berkapur : pasir mantel, adang coral, sekat foraminifera, sekat
pteropoda, dan Globigerin
Endapan Organik Silikat : Sekat diatomae dan Radiolaris, Flint, Jasper dan Chert
Endapan Organik Berkarbon : Batu bara, Gambut dan Minyak bumi
Endapan Piroklastik : Gelas Vulkanik, Sibiran lava berhablur, dan pecahan
hablur
Beny Harjadi 42
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 43
BPK Solo
TRASI
C. Batuan Metamorfose (Malihan) : batuan yang berasal dari batuan beku atau
batuan sedimen yang telah mengalami perubahan dasar struktur kimia, atau
mineral sebagai akibat dari perubahan temperatur, tekanan, tegangan geser atau
lingkungan kimiawi.
Beny Harjadi 45
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 46
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 47
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 48
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 49
BPK Solo
TRASI
KODE BATUAN
1. Penulisan dengan huruf besar dan huruf kecil
2. maksimum hanya 2 jenis batuan
Beny Harjadi 50
BPK Solo
TRASI
A. Tegangan (Pemecahan)
C. Kekerasan (Goresan)
Beny Harjadi 51
BPK Solo
TRASI
3. Kode Batuan
Beny Harjadi 52
BPK Solo
TRASI
V. TANAH (SOIL)
Beny Harjadi 55
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 56
BPK Solo
TRASI
Gambar 18. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih
Detil sampai Tingkat Great Group atau Serie.
Beny Harjadi 57
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 58
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 59
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 60
BPK Solo
TRASI
Gambar 23. Larutan Tanah Sebagai Lalu Lintas Transportasi Unsur Hara dari Udara, Air ke Tanah
Beny Harjadi 61
BPK Solo
TRASI
B. RELIEF RELATIF
Beny Harjadi 64
BPK Solo
TRASI
C. BATUAN SINGKAPAN
D. BATUAN DI PERMUKAAN
Beny Harjadi 65
BPK Solo
TRASI
Erosi adalah salah satu gaya eksogen yang mengikis tanah atau batuan
yang telah melapuk dan dapat diakibatkan oleh antara lain air
mengalir, air laut, angin, es, air tanah, dan gravitasi.
Erosi Alur adalah suatu saluran kecil dengan kedalaman kurang dari 300
mm dan dapat diratakan dengan pengolahan tanah secara normal.
Erosi Jurang adalah erosi berupa saluran dengan kedalaman lebih dari 300
mm.
Erosi Jatuhan (Fall) adalah pemindahan bahan tanah dan batuan secara
cepat diatas permukaan tanah karena grafitasi tanpa adanya luncuran
sejajar permukaan bumi
Aliran Masa Tanah adalah bahan material yang bergerak dalam bentuk
cairan kental.
Slump adalah longsoran atau luncuran secara berputar dan sebagian besar
dari masa tanah tersebut dapat terangkat kearah mundur.
Erosi Tebing Sungai adalah pemindahan material oleh air dari tebing
aliran atau sungai.
Pengendapan adalah bahan tererosi yang telah diendapkan oleh air tetapi
tidak seluruhnya ditumbuhi tanaman.
Beny Harjadi 66
BPK Solo
TRASI
2. TINGKAT EROSI
A. Erosi Permukaan/Lembar, Alur dan Angin
B. Erosi Jurang
Beny Harjadi 67
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 68
BPK Solo
TRASI
F. Depresi/Pengendapan
Beny Harjadi 69
BPK Solo
TRASI
3. PROSENTASE EROSI
Beny Harjadi 70
BPK Solo
TRASI
1. JENIS TERAS
Bl. Terang bangku datar
Br. Teras bangku miring kedalam
Bo. Teras bangku miring keluar
Bm. Teras Campuran
Rt. Teras Gulud
Hd. Hillside Ditch
Ot. Orchard Terrace (Teras Kebun)
Ib. Individual Basin ( Teras Individu)
2. PROSENTASE BERTERAS
Beny Harjadi 71
BPK Solo
TRASI
HUTAN (H)
Ha = hutan palem
Hb = hutan bambu
Hc = hutan pantai
Hd = hutan rontok dimusim kering
He = hutan savana campuran (Melaleuca sp.)
Hf = hutan submontane basah (ketinggian 1000-2000 m dpl)
Hg = hutan gambut
Hh = hutan dataran rendah primer basah (ketinggian < 1000 m dpl)
Hi = hutan kapur
Hj = hutan jati
Hk = hutan kerangas
Hl = hutan mahoni
Hm = hutan pegunungan basah (ketinggian > 2000 m dpl)
Hn = hutan nipah
Ho = hutan gelam (Melaleuca leucadendron)
Hp = hutan pinus
Hq = hutan lain-lain, kebun karet terbengkalai, dll.
Hr = hutan rawa
Hs = hutan kiri kanan sungai (meander)
Ht = hutan payau (pasang-surut), hutan bakau dll.
Hu = hutan pada bukit-bukit ultrabasik
Hv = hutan bakau
Hw = hutan lahan becek (wetland) dataran rendah
Hx = hutan log (primer yang diusahakan, termasuk kubah gambut)
Hy =
Hz = hutan sekunder
SEMAK (B)
Bl = semak pegunungan pada gambut, hutan moss (blang)
Bu = semak alami, semak-semak, belukar, sudah tidak ditanami 5-10
tahun
Beny Harjadi 72
BPK Solo
TRASI
PADANG RUMPUT ( R)
Ra = alang-alang
Rr = rawa
Rs = savana
Rt = padang gembalaan
TEGAL (U)
Uc = kebun campuran
Us = kebun sayur-sayuran, pekarangan, hortikultura
Ut = tanaman tegalan
PERKEBUNAN (P)
Pa = nanas Pn =
Pb = tembakau Po = coklat
Pc = kelapa Pp = kelapa sawit
Pd = pinus (damar) Pq =
Pe = Pr =
Pf = Ps = panili
Pg = cengkeh Pt = teh
Ph = Pu = tebu
Pi = kopi Pv = singkong
Pj = Pw =
Pk = karet Px =
Pl = lain-lain Py =
Pm = pisang Pz =
AGROFORESTRY (A)
Aa = agro-silvikulture
PENGHIJAUAN (F)
Fm = peremajaan spesies khusus
Fp = penghijauan
Fr = reboisasi
Beny Harjadi 73
BPK Solo
TRASI
PEMUKIMAN (K)
Kk = kota, desa, areal industri, areal rekreasi, bandar udara,
Km = markas militer, tempat latihan, lapangan tembak
Ks = timbunan sampah
Kt = tambang
Beny Harjadi 74
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 75
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 76
BPK Solo
TRASI
DAFTAR PUSTAKA
Balsem, T. and Buurman, P., 1989. Guidelines for Land Unit Description. Land
Resource Evaluation and Planning Project. Technical Report No.13 Centre for
Soil Research, Bogor.
Eyles, G.O., 1985. The New Zealand Land Resources Inventory Erosion Classification.
Water and Soil Miscellaneous Publication No. 85. National Water and Soil
Conservation Authority, New Zealand.
Kucera, K.P., 1988. Guidelines for Soil and Terrain Field Description in Integrated
Watershed Management Studies for Indonesia using USDA System. Konto
River Project ATA 206 Phase III. Project Communication No. 6.
USDA, 1975. Soil Taxonomy a Basic System of Soil Classification for Making and
Interpretation Soil Surveys. Soil Survey Staff. Agriculture Handbook No. 436.
Beny Harjadi 77
BPK Solo
TRASI
BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir ?
2. Bagaimana cara melaksanakan survai SEL dan perisalahan ?
3. Bagaimana cara memahami data biofisik yang akan dilakukan ?
4. Bagiamana cara menyimpulkan data lapangan dan menyimpulkan
tingkat KPL dan KKL ?
5. Bagiamana cara menetapkan sampel lokasi pada saat survai sampling
dan pada saat survai secara sensus ?
DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara dan citra satelit ?
2. Dimana letak lokasi setiap unit lahan harus ditetapkan sebelum
menginventarisasi data SEL ?
3. Dimana saja koordinasi dan konsultasi harus dilakukan sebelum survai ?
4. Dimana bisa mendapatkan data sekunder dan diperlukan untuk apa saja ?
5. Diaman saja data perolehan SEL dan perisalahan hutan diarahkan ?
MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
2. Mengapa setiap survai harus menetapkan titik sampel dengan tepat ?
3. Mengapa sebelum survai harus menguasai medan dan data biofisik ?
4. Mengapa perlu ada survai orientasi ?
5. Mengapa sampel data harus dilakukan menyebar ?
SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai lapangan ?
3. Siapa yang harus dihubungi saat koordinasi dan konsultasi ?
4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya ?
5. Siapa yang perlu diajak untuk diskusi sebelum haisl ini disebarluaskan ?
Beny Harjadi 78
BPK Solo
TRASI
APA
1. Apa yang dimaksud dengan survai SEL dan survai perisalahan
hutan ?
Survai SEL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan) merupakan survai biofisik
lahan dengan WADAH unit lahan yang merupakan unit pengelolaan lahan
atas dasar kesamaan lereng yang dilakukan secara sensus atau sampling.
Jika survai SEL meliputi seluruh wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai)
baik diluar maupun didalam kawasan hutan, sedangkan survai perisalahan
hutan hanya meliputi kawasan hutan yang meliputi wilayah BH (Bagian
Hutan).
BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir
?
IFU awal : yaitu IFU sebelum berangkat ke lapangan untuk persiapan
pembuatan peta dasar (peta navigasi untuk memastikan letak lokasi di
Beny Harjadi 80
BPK Solo
TRASI
lapangan) dan peta unit lahan (wadah yang akan diisi oleh data SEL dari
akses di lapangan maupun dari hasil IFU dan analisis laborat tanah).
IFU akhir : yaitu untuk melengkapi data SEL yang belum sempat
dikumpulkan di lapangan dengan dasar kunci interpretasi beberapa lokasi
berdekatan yang sudah didatangi
Beny Harjadi 81
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 82
BPK Solo
TRASI
DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara atau citra satelit ?
- Foto udara maupun citra satelit dapat diperoleh pada agen atau
instansi yang terkait dengan penginderaan jauh, dimana foto
udara biasanya diperbaharui setiap 5 – 10 tahun, sedangkan
citra satelit diperbaharui setiap bulannya.
- Agen atau instansi yang mengadakan atau memperjualbelikan
foto udara dan citra satelit antara lain : LAPAN, Bakosurtanal,
PT.Bhumi Prasaja, PPIK (Pusat Pelayanan Informasi
Kebumian).
2. Dimana saja letak lokasi setiap unit lahan yang harus ditetapkan
sebagai sampel sebelum menginventarisasi data SEL ?
- sampel unit lahan harus tersebar merata yang mewakili variasi
bentuk lahan, jenis tanah, dan kelas kemiringan lereng serta
kelas penutupan lahan.
- Sebelum mengisi data SEL pada setiap unit lahan pastikan
bahwa nomer unit lahan yang ada di Foto Udara
kenampakkannya sama dengan kondisi di lapangan.
- Kesalahan mengakses unit lahan yang tidak sesuai selain data
tidak berguna juga akan mempengaruhi kesalahan unit lahan
yang lain jika data tersebut dijadikan kunci interpretasi saat
reinterpretasi (IFU akhir).
Beny Harjadi 83
BPK Solo
TRASI
MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
- Walaupun sudah ada foto udara maupun citra satelit, tapi
survai lapangan mutlak dilakukan atau tidak dapat
ditinggalkan, karena setiap lahan memiliki spesifikasi
kenampakkan yang berbeda. Walaupun nampaknya di foto
udara sama, kondisinya bisa jadi di lapangan berbeda,
sehingga foto udara hanya salah satu alat bantu survai.
- Sebelum survai atau orientasi diawali dengan IFU, untuk
mengenal Landscape (bentang lahan) dan variasi Land Form
(bentuk lahan), sehingga dapat ditetapkan beberapa sampel
yang menyebar dan dapat mewakili keseluruhan.
- IFU awal dipersiapkan untuk membuat Peta Dasar (Peta
Navigasi) sebagai penunjuk arah lokasi di lapangan, dan Peta
Unit Lahan (Peta Anak Petak) yang dipakai sebagai wadah
untuk mengisi seluruh data SEL.
SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
- Teknisi atau Surveyor yang berpindidikan Sarjana (S1) bidang
Pertanian atau Ilmu-ilmu Tanah, atau minimal STM Pertanian
atau SKMA yang pernah memperoleh Teknik Survai dan
Pengetahuan tentang parameter biofisik lahan.
- Surveyor yang berpengalaman dalam IFU dan survai lapangan
untuk evaluasi lahan maupun perisalahan hutan yang memiliki
dedikasi dan kemauan yang kuat untuk mendalami survai
SEL.
- Tidak cacat mata (berkacamata atau silindris), buta warna,
rabun dekat maupun jauh serta usia kurang dari 40 tahun.
2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai
lapangan ?
- orientasi melibatkan para eksekutif, analis laborat GIS,
superviser dan sebagian surveyor untuk bersama-sama
mengenal medan dan manyamakan persepsi di lapangan.
- Survai lapangan dilakukan oleh para surveyor yang dipandu
oleh superviser sampai terjadi transfer teknologi dan
mendapatkan persepsi yang sama tentang pemahaman
parameter biofisik lahan.
4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya
?
- Para superviser dan para eksekutif struktural jika
dimungkinkan dari sejak data SEL sampai dengan
rekomendasi pengelolaan lahan.
- Para analisis laborat GIS yang akan mengakses data atribut
dan data grafis jika dirasa ada yang meragukan dan perlu
dipertanyakan.
- Data SEL belum lengkap atau data salah dalam pengumpulan karena
kurangnya pemahaman parameter biofisik lahan
- Data yang dikumpulkan tidak tepat penetapan unit lahan
- Data belum menyebar merata yang dapat mewakili seluruh bentuk
lahan
- Data banyak yang kosong, karena jumlah sampel terlalu sedikit.
- Lokasinya tidak dapat dikunjungi, karena tidak ada foto udara dan
peta topografi.
e. Reinterpretasi
- Belum memiliki kunci interpretasi foto udara (IFU) yang lengkap
sehingga beberapa obyek diinterpretasi berbeda (salah).
- Sering tidak telaten dan kurang teliti karena keterbataassan atau
kelelahan dan dimungkinkan oleh sebab lain, sehingga dibutuhkan
kemauan yang keras.
- Karena bidang pekerjaan ini paling berat dan melelahkan maka yang
sering terjadi untuk penyelesaian target harus dilakukan lembur
pekerjaan sampai malam hari, karena butuh waktu yang sangat lama
dan ketekunan luar biasa.
- Beberapa kode parameter yang jarang dipakai sering lupa dan belum
dicantumkan di kartu lapangan, sehingga sering terjadi pengisian
kode yang salah karena hanya menghafal kode tertentu saja yang
sering dipakai.
- Malas membuka buku pedoman dan menghafal kode parameter dari
buku maupun dari kartu lapangan, sehingga sering data keliru karena
kodenya salah.
f. Recheking
- Recheking ditetapkan pada daerah yang belum didatangi dan tidak
ada dalam foto udara, namun sering menambah sampel yang kurang
menyebar.
- Harus dilakukan oleh surveyor yang sama sehingga memiliki
persepsi yang sama tentang biofisik lahan.
- Dipakai untuk melengkapi data sekunder (iklim, sosek, administrasi,
nomografi, dll) wilayah desa sampai dengan kabupaten.
- Melengkapi dan menyempurnakan lagi sisa-sisa data biofisik yang
belum tercatat dan tidak mungkin dapat diperoleh dari IFU.
g. Kompilasi data
- Data belum lengkap oleh beberapa sebab karena tidak dapat
diperoleh di lapangan karena medan yang sulit dan dari interpretasi
foto udara ada gangguan awan atau gambar tidak jelas.
- Data tertinggal karena belum sempat dikumpulkan dari lapangan dan
belum diinterpretasi.
Beny Harjadi 89
BPK Solo
TRASI
- Data dobel yaitu dalam satu nomer unit lahan memiliki dua atau
lebih data biofisik yang berbeda.
- Beberapa kolom data dikosongkan atau ditinggalkan karena
pemahaman surveyor dan interpreter terbatas.
- Simbul data sering tidak konsisten sehingga tidak dapat ditetapkan
KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) dan KKL (Klasifikasi
Kesesuaian Lahan) yang tepat dan pasti.
h. Pelaporan
- Data yang belum lengkap dan sering selesainya mundur
menyebabkan pelaporan tidak segera dapat diselesaikan.
- Data palsu atau keliru menyebabkan kesimpulan KPL dan KKL yang
salah pula, sehingga pelaporannya juga tidak tepat.
- Data dengan tulisan yang kurang jelas sering dinterpretasikan
berbeda oleh pengetik (pengolah data) sehingga hasilnya juga tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan tidak sesuai dengan kondisi
lapangan.
- Data belum sinkron antara aspek biofisik, iklim, dan sosek maka
belum dapat disimpulkan kelas KPL dan KKL
- Data tidak dilakukan pengoreksian oleh korektor sering mengalami
kekeliruan yang besar dikesimpulan nanti.
Beny Harjadi 90
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 91
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 92
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 93
BPK Solo
TRASI
KARTU LAPANGAN
Beny Harjadi 94
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 95
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 96
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 97
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 98
BPK Solo
TRASI
Beny Harjadi 99
BPK Solo