Professional Documents
Culture Documents
1
Rumusan tujuan Bimbingan dan Konseling diatas jelas menunjukan orientasi
perkembangan, yaitu untuk membantu peserta didik mengembangkan diri sesuai
potensinya yang penuh/optimal. Pengembangan diri yang penuh dalam ranah :
• Perkembangan bidang akademis (Educational development): keberhasilan
dalam studi (akademik), kemampuan dan etos belajar yang tinggi (life long
learning abilities).
• Perkembangan Karier (Career Development): keberhasilan dalam kehidupan
karier yang didahului dengan kemampuan mempersiapkan diri (memilih
bidang studi dan karier yang tepat, mengembangkan kemampuan yang
relevan, menyesuaikan diri dengan tuntutan studi dan karier). Perkembangan
karier adalah 'lifelong proces' yang dimulai sejak pendidikan usia diri,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, masa kerja,
hingga purna karya. Proses menuju keberhasilan sepanjang masa karier inilah
yang perlu dipersiapkan dan dikelola oleh konselor dengan program
bimbingan dan konseling karier.
• Perkembangan Personal-Sosial (Personal-Social Development): menjadi
pribadi yang sehat dan dapat hidup bersama orang lain secara sehat. Kondisi
yang mencerminkan pribadi yang sehat secara personal-sosial antara lain :
pemahaman diri dan penerimaan diri yang sejat, kepercayaan diri yang sehat,
kehidupan pribadi bahagia dan puas, memiliki kemampuan berelasi dengan
orang lain yang prima. (Schmidt, 1993. Hal. 37-42).
Persoalannya adalah masih adanya kesenjangan antara konsep dan praktik
bimbingan dan konseling (yang secara konseptual sudah berorientasi perkembangan,
tetapi dalam praktik tidak berorientasi perkembangan). Kesenjangan inilah yang
menyebabkan Bimbingan dan Konseling Perkembangan masih relevan dibahas dan
diberi penekanan.
Diskusikan :
1. Identifikasi hal-hal (pengalaman, hasil pengamatan) positif dan/atau
negatif di sekolah asal Anda (SMP dan SMA) berkenaan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling !
2. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan tersebut simpulkan dalam hal apa
saja kesenjangan konsep bimbingan dan konseling perkembangan dan
praktik bimbingan dan konseling yang terjadi di sekolah asal Anda
(SMP, SMA, jika ada)!
3. Apa penyebab terjadinya kesenjangan
Apa Pengertian antara
Bimbingan dan konsep dan
Konseling praktik
Perkembangan?
bimbingan dan konseling di sekolah Anda tersebut?
2
BK Perkembangan memakai titik pandang (teori) perkembangan dengan
alasan BK tidak hanya berurusan dengan perilaku maladaptif dan mencegah
perilaku maladaptif tersebut, tetapi lebih-lebih pengembangan perilaku efektif.
Titik pandang ini mangandung konsekuensi yaitu layanan BK tidak hanya disediakan
bagi siswa di sekolah, tetapi seluruh individu dalam organisasi dan kultur, karena
perkembangan yang sahat dan optimum individu akan terjadi dalam lingkungan yang
sehat (Kartadinata, 2003). Pendekatan perkembangan dalam bimbingan dan
konseling menuntut BK memberikan layanan secara lebih proaktif melebihi
pendekatan krisis, remedial, dan preventif (Kartadinata, 2003).
Asumsi dasar pedekatan dalam BK perkembangan adalah pemikiran bahwa
perkembangan individu yang sehat akan terjadi dalam interaksi yang sehat individu
dengan lingkungannya. Dengan kata lain lingkungan tersebut bagi individu menjadi
lingkungan belajar. Being educative for its proportional emphasis is on prevention
and improvement, not corective and therapeutic. Being developmental for its main
goal of counseling is to develop human capacity by providing healthy developmental
environment (kartadinata, 2003). Kata sehat dalam hal ini bukan hanya merujuk pada
interaksi antara individu dan lingkungan saja, tetapi lingkungan sendiri harus sehat.
Bimbingan dan konseling perkembangan dengan demikian dapat diartikan
sebagai perspektif, pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang berlandaskan
pada teori-teori perkembangan dan bertujuan mengembangkan Individu ke arah
perkembangan optimal dalam (dan dengan mengembangkan) lingkungan
perkembangan yang mendukung.
Bagan 1: Kerangka Konseptual Bimbingan dan Konseling Perkembangan1
1
Diadopsi dari pemikiran Galassi dalam "Developmental Advocacy: Twenty-Firts Century School
Counseling" dalam Journal of Counseling and Development, Volume 82, Spring 2004.
3
Prinsip2 Dasar3 Bimbingan dan Konseling Perkembangan :
Prinsip dasar Bimbingan dan Konseling Perkembangan adalah hal mendasar
yang diadopsi dari prinsip perkembangan yang menjiwai praktik Bimbingan dan
Konseling Perkemangan. Berikut ini beberapa prinsip perkembangan yang menjiwai
praktik BK perkembangan:
1. Perkembangan individu terjadi karena dan proses belajar dan menghasilkan
kematangan. Kematangan (biologis maupun mental) menjadi landasan
(kesiapan/readiness) bagi perkembangan berikutnya. Kesiapan ini tidak akan
sampai pada perkembangan berikutnya bila tidak ada proses belajar.
2. Masa Peka: adalah sebuah rentangan waktu tertentu dalam masa perkembangan
individu dimana semua fungsi dalam diri manusia memiliki kemungkinan
berkembang paling optimal. Dengan demikian masa ini harus diberi perhatian.
Konsep masa peka berkait pula dengan konsep imprinting yang ditemulkan oleh
Konrad Lorenz, yaitu (proses belajar) pembentukan perilaku baru yang
terjadi karena pemberian stimulus pada saat (usia yang tepat). Konrad
Lorenz, menjadi stimulus pertama bagi anak itik berusia 13 dan 16 jam, dan
Konrad Lorenz lalu terus diikuti oleh anak itik tersebut, dengan berbaris
dibelakangnya. Ini terjadi karena pada usia tersebutlah anak itik belajar perilau
baru. Perilaku itik inilah contoh IMPRINTING.
3. Perkembangan berkesinambungan: Perkembangan Individu terjadi secara
bertahap. Kematangan para fase sebelumnya melandasi perkembangan berikutnya.
Perkembangan individu manusia mengikuti pola tertentu (periodisasi)
yangdapat diramalkan. Perkembangan berjalan searah dengan usia kronologis
individu manusia. Individu manusia yanhg berkembang wajar adalah individu
yang pertumbuhan (biologis), perkembangan mental sesuai. Misalnya pada usia 6
tahun, seorang anak baru bisa berdiri dan berjalan tertatih-tatih, dan belum bisa
mengucapkan satu-dua kata, berarti perkembangan anak ini tidak berjalan normal
atau terlambat. Kesesuaian antara usia kronologis dan kemampuan mental (mental
age) yang seharusnya menjadi ukuran normalitas perkembangan individu
manusia.
2
Principle: (1) basic asumption;(2) a standard of moral or ethical decision making; (3) way of working:
the basic way in which something works (4) Source : The primary source of something (Encarta
Dictionary)
3
Fundamentals: Basic principles (encarta Dictionary)
4
4. Penyediaan lingkungan perkembangan : Proses belajar untuk mencapai
kematangan terjadi melalui interaksi individu dengan lingkungan. Dengan
demikian lingkungan perlu direkayasa agar menjadi lingkungan yang positif dan
mendukung perkembangan individu.
Diskusikan !
Apa saja karakteristik lingkungan sehat ?
5
Kerangka kerja developmental (berdasarkan teori dan prinsip perkembangan:
bertahap) menuntut pengelolaan program bimbingan dan konseling yang
komprehensif.
Berikut ini penjelasan tentang prinsip BK perkembangan beserta implikasinya :
Prinsip BK Implikasi dalam praktik
Perkembangan
Perkembangan • Bimbingan Konseling berorientasi mengembangkan perilaku
individu terjadi efektif dalam berbagai bidang (Personal, Sosial, Karier,
karena dan proses Belajar). Sebab hakikat kematangan adalah 'mampu
belajar dan melakukan tugas perkembangan'. Sehingga BK dilakukan
menghasilkan dengan tujuan membantu peserta didik mampu melakukan
kematangan. tugas perkembangan sebagai (sebagai pribadi, mahluk sosial,
mampu mempersiapkan karier, memiliki keterampilan dan
etos belajar yang dibutuhkan untuk proses belajar seumur
hidup).
Masa Peka • Pembentukan perilaku efektif menjadi tujuan utama, dan
fungsi kuratif dilakukan sebagai langkah awal untuk
menciptakan kondisi awal yang prima bagi perkembangan
berikutnya yang optimal.
Perkembangan • Semua peserta didik di semua jenjang pendidikan dan
berkesinambungan tingkat kelas harus diberi layanan bimbingan dan konseling
sesuai tahap-tahap perkembangan mereka (dalam bidang
personal-sosial-karier-edukasional).
• Sekolah sebagai lembaga pendidikan menyediakan layanan
bimbingan yang berkesinambungan (bukan layanan yang
terputus-putus atau melompat-lompat seperti yang
dipraktikan di sekolah-sekolah selama ini)4
Penyediaan • Bimbingan dan Konseling juga dilakukan dalam rangka
lingkungan mempengaruhi pembentukan lingkungan yang signifikan
perkembangan : bagi perkembangan siswa seperti keluarga, lingkungan
sebaya5 di sekolah maupun luar sekolah, komunitas, dan
masyarakat6.
4
Berdasarkan wawancara dengan staff BK dan Mhs PPL di SMP dan SMA perner prodi BK tahun
2006 dan 2007 ditemukan bahwa di sekolah-sekolah tersebut Layanan Bimbingan Kelompok Klasikal
tidak diberikan kepada seluruh siswa di semua tingkat kelas. Siswa kelas III SMP dan SMA pada
umumnya tidak mendapatkan layanan Bimbingan Kelompok/Klasikal dengan alasan perhatian dan
waktu mereka diarahkan (hanya) pada persiapan UAN.
5
Kasus 'penindasan' (Bullying) dari sekelompok siswa kepada seorang atau sekelompok siswa lain
dalam berbagai bentuk yang terjadi di sekolah adalah bentuk lingkungan sebaya yang tidak sehat.
Lingkungan sebaya tidak sehat semacam ini dapat saja bersumber pada lingkungan lain (keluarga,
komunitas) yang tidak membuat anak-anak hidup dalam situasi aman.
6
Konsep dan praktik Bimbingan dan Konseling yang berkembang di Indonesia, misalnya Pola 17 yang
selama ini dipakai sebagai kerangka kerja Bimbingan dan Konseling di sekolah-sekolah hanya
mengenal kunjungan rumah (dan mungkin studi kasus) yang secara eksplisit menjangkau keluarga.
Kunjungan rumah pun selama ini dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi kuratif, jika persoalan
siswa sudah terlalu parah dan sekolah hampir tidak sanggup lagi menangani persoalan anak di sekolah.
Jadi kunjungan rumah belum di lakukan dalam rangka mempengaruhi keluarga menjadi lingkungan
yang positif bagi anak-anak. Parent Education Program seperti yang dikenal dalam berbagai literatur
Bimbingan dan konseling Komprehensif belum dikembangkan sebagai salah satu medium
mempraktikkan Bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah di Indonesia.
6
• Program Bimbingan dan Konseling Perkambangan harus
sistemik7: Bimbingan dan Konseling di sekolah tidak
membatasi diri hanya memberikan pelayanan bagi siswa di
sekolah saja, tetapi juga harus secara kreatif menciptakan
berbagai jenis layanan lain di luar sekolah. Lingkungan
sekolah dan luar sekolah adalah (Sub) sistem yang saling
berkaitan dan secara sinergis mempengaruhi perkembangan
siswa.
7
Program Bimbingan dan Konseling yang sistemik tidak sekedar program BK yang direncanakan
secara sistematik (done methodically, wellorganized), tetapi program BK yang memiliki jangkauan
luas, menjangkau semua subsistem yang diduga berperan penting dalam perkembangan pesreta didik).
Program BK yang sistemik membutuhkan penggalian data (asesmen) yang sistemik pula (data personal
siswa: potensi siswa, prestasi siswa, minat siswa; data latar belakang sosial-budaya siswa yang
lengkap: situasi keluarga-komunitas-mayarakat asal dari berbagai sumber). (Erford, 2007).
7
juga tidak selalu merupakan perilaku yang dapat dibentuk dalam jangka
pendek.
Bibliografi :
Ahman, Karno To, Sunaryo Kartadinata. (2003). Kubus Tugas Perkembangan: Suatu
Model Rekabangun Tugas Perkembangan Bagi Kepentinganimbingan dan
Konseling dalam Jurnal Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI, No. 11
Mei 2003.
Baker, Stanley B., Edwin R. Gerler Jr. (2004). School Counseling for The Twenty-
First Century, Fourth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
8
Erford, Bradley T. (2007). Transforming the School Counseling Profession, Second
Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Galassi, John P.&Patrick Akos. (2004). Developmental Advocacy: Twenty-First
Century School Counseling dalam Journal of Counseling and Development,
Volume 82, Spring 2004
Kartadinata, Sunaryo. (2003). Bimbingan dan Konseling Perkembangan:Pendekatan
Alternatif bagi Perbaikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan
dan Konseling Sekolah dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI, No.
11 Mei 2003.
Schmidt, John j. (1993). Counseling in Schools: Essential Services and
Comprehensive Programs. USA: Allyn and Bacon.
Sprinthall, C. Richard&Norman A. Sprinthall. (1974). Educational Psikology: A
Developmental Approach. Philipine: Addison-Wesley Publishing Company.