You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KRISIS HIPERTENSI

Untuk melengkapi tugas mata kuliah gadar

Oleh : Leni Trisnawati Clara Tripeny Putri Umi Azizah

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nyalah sampai akhirnya asuhan keperawatan klien dengan krisis hipertensi ini dapat disusun dan di selesaikan. Sholawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang. Pada susunan asuhan keperawatan klien dengan krisis hipertensi ini dapat terselesaikan tak jauh dari berbagai pihakyang telah memberi dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis, hingga akhir penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih kepada Bpk Moch Rajin selaku pembimbing kami. Disadari bahwa asuhan keperawatan keluarga ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran dari pembaca sekalian kami harapkan. Semoga laporan asuhan keperawatan klien dengan krisis hipertensi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dan penulis khususnya Amien..

Jombang,20 desember 2010

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %. Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III IV menurut Keith-Wagner (KW).

1. Tujuan
a. Tujuan Umum Setelah membaca asuhan kepertawatan klien dengan krisis hipertensi ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan krisis hipertensi dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.

b.

Tujuan Khusus Setelah membaca makalah i ni mahasiswa dapat : 1) Menjelaskan definisi penyakit krisis hipertensi ? 2) Menjelaskan manifestasi klinis krisis hipertensi ? 3) Menjelaskan patologis penyakit krisis hipertensi? 4) Menjelaskan diagnosis penyakit krisis hipertensi? 5) Menjelaskan etiologi dan PNP penyakit krisis hipertensi ? 6) Mengetahui penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan penyakit krisis hipertensi

2. Rumusan masalah
1) Apa definisi penyaki krisis hipertensi ? 2) Apa saja manifestasi klinis krisis hipertensi ? 3) Apa saja patologi penyakit krisis hipertensi ? 4) Apa etiologi dan PNP penyakit krisis hipertensi ? 5) Bagaimana penatalaksanaan penyakit krisis hipertensi

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat antihipertensinya.

2.2 Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasar tingkat kegawatannya a. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140. b. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi tapi belum disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan jam atau hari untuk mencegah kerusakan target organ. Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada patokan mutlak, namun sebagai patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110 sudah dapat dikatak

2.3 Gejala krisis Hipertensi ini bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat a. Gejala ringan : b. Mual, muntah Sakit Kepala Kaku pada tengkuk Nyeri Dada Sesak Napas Gejala yang lebih berat - Gangguan kesadaran sampai pingsan - Kejang - Nyeri Dada hebat

2.4 Patogenesis Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih

dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna. Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible. Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

2.5 Penanganan Krisis Hipertensi a. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension) Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat

menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap. b. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension) Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek, tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.

2.6 Pengeloaan Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru. Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal. 1. Diazoxide Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat dan cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial, sehingga terjadi penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung atau aliran darah ke ginjal. Tetapi menurut beberapa penulis, diazoxide juga menaikkan isi sekuncup, isi semenit dan denyut jantung permenit, sehingga tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang disertai aorta diseksi atau kelainan coroner. Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dan dapat menembus plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin sehingga tidak direkomendasikan untuk krisis hipertensi pada kasus eklamsia. Diazoxide diberikan dengan intravena 75-300 mg selama 10-30 detik, penurunan tekanan darah akan tampak dalam waktu 1-2 menit, pengaruh puncak dicapai antara 2-3 menit, dan bertahan 4-12 jam. Untuk penderita dengan perdaraham otak, dianjurkan pemberian intra vena sebesar 500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap 10-15 menit sampai didapat tekanan diastolik 100-105 mmHg 2. Sodium Nitropusid Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat menurunkan isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari hipotensi, pengawasan ketat harus dilakukan pada pemberian obat ini. Dosis : 0,3-0,6 ug/kgBB/menit, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai penurunan tekanan darah yang cukup. Penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai dalam 1-2 menit, hanya berlangsung 3-5 menit. Efek samping : takikardi dan sakit kepala. 3. Trimetapan (Artonad) Merupakan penghambat ganglion, bekerja dengan cara menurunkan isi sekuncup jantung dan isi semenit jantung. Obat ini baik digunakan pada kasus

krisis hipertensi dengan payah jantung atau diseksi aorta anerisma Dosis : 500 mg/500 cc Dextrosa 5% dengan kecepatan 0,25 mg%/menit, kemudian dinaikkan perlahan sampai dicapai penurunan tekanan yang dikehendaki, yaitu tekanan diastolik 110 mmHg dalam waktu 1 jam. Jangka waktu kerja 5-15 menit. Infus diberikan dengan posisi duduk, untuk menghindari efek hipotensi yang berlebihan. 4. Hidralazin (Apresolin) Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan vasodilatasi perifer, tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi hidralazin menaikkan denyut jantung permenit, isi sekuncup dan isi semenit jantung. Hidralazin direkomendasikan untuk diberikan pada toksemia gravidarum dan krisis hipertensi dengan ensefalopati Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena (1 ampul dari 20 mg/ml dilarutkan dalam 300 cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan 10-60 tetes/menit. Penurunan tekanan darah terjadi dalam 10-20 menit, berlangsung sampai 1 jam. Apabila selama 30 menit tidak berhasil, dapat diulang tiap 3-6 jam. 5. Klonidin (Catapres) Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik pada batang otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga menurunkan tekanan vaskular sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh ginjal. Klonidin diberikan intravena 1 ampul (150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl 0,9% dalam waktu 10 menit. Efek penurunan tekanan terjadi dalam waktu 510 menit. Pemberian intramuskular, 1-2 ampul dan dulang dalam 3-4 jam, terjadi penurunan tekanan dalam waktu 10-15 menit. Pemberian IM dinilai lebih aman dan terkontrol, tetapi kurang dalam kekuatan dan kecepatan dibanding dengan Diazoxide, Sodium Nitroprusid dan Trimetapan. Efek samping yang muncul biasanya adalah mulut kering dan kantuk yang hebat. Obat ini direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi dengan eklamsia dan aorta anerisma. 6. Kaptopril (Kapoten) Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi glomeruli dengan menhambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat (angiotensin II) dan juga menghambat perusakan vasodilator yang kuat (bradikinin). Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik

dapat memberikan efek potensiasi. 7. Pentolamin dan Penoxi Benzamin Kedua obat merupakan penghambat alfa adrenergik, diberikan terutama untuk feokromositoma atau karena hambatan MAO (mono amino oksidase). Dosis : 5-15 mg IV, akan menurunkan tekanan darah dalam 10-15 menit. 8. Antagonis Kalsium (Nifedipin) Antagonis kalsium (Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil) bekerja dengan menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel dan merupakan vaso dilatator kuat yang mempunyai daya aksi jangka panjang. Nifedipin mempunyai harapan dalam pengobatan darurat dengan cara menurunkan tahanan perifer dengan melemaskan otot polos pembuluh darah, tidak menimbulkan depresi pada miokard dan tidak mempunyai sifat antiaritmia. Dosis : 1-2 tablet (10-20mg) dosis tunggal. Pemberian sublingual dapat memberikan efek yang lebih cepat, yaitu beraksi dalam 3 menit setelah pemberian. Apabila penderita tidak sadar dapat diberikan lewat pipa lambung.

2.7 Pengobatan khusus krisis hipertensi 1. Ensefalopati Hipertensi Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan. 2. Gagal Jantung Kiri Akut Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi telah terkontrol. Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan mempercepat perbaikan 3. Feokromositoma Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV. 4. Deseksi Aorta Anerisma Akut Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang

meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium Nitroprusid. 5. Toksemia Gravidarum Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin. 6. Perdarahan Intrakranial Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KRISIS HIPERTENSI

Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya. Tanda dan Gejala y Tanda umum adalah: 1. Sakit kepala hebat 2. nyeri dada 3. pingsan 4. tachikardia > 100/menit 5. tachipnoe > 20/menit 6. Muka pucat y Tanda Ancaman Kehidupan Gejala KH: 1. Sakit Kepala Hebat 2. nyeri dada 3. peningkatan tekanan vena 4. shock / Pingsan

 Pengkajian Pengkajian dengan pendekatan ABCD.  Airway 1. yakinkan kepatenan jalan napas 2. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal) 3. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa  Breathing 1.kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi >92%. 2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask. 3. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation 4. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2 5. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan 6. Lakukan pemeriksan system pernapasan 7. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru segera mungkin ke ICU

 Circulation 1. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop 2. Kaji peningkatan JVP 3. Monitoring tekanan darah 4. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan: 1. Sinus tachikardi 2. Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3 3. right bundle branch block (RBBB) 4. right axis deviation (RAD) 5. Lakukan IV akses dekstrose 5% 6. Pasang Kateter 7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap 8. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual 9.Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid  Disability a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.  Exposure 1. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP 2.jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya. 3. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

Faktor Resiko terjadinya KP: a. Meminum obat tidak teratur b. Stress terhadap tindakan pembedahan c. Terjadi Trauma d. Keganasan e. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral f. Pasien mendapatkan terapi hormone g. Kehamilan dengan faktor resiko h. Obesitas i. Nepritik sindrom

 Diagnosa Krisis Hipertensi: Diagnosa Krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil

pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosa suatu krisis hipertensi. Anamnesa : Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan tanda keterlibatan organ target.[1] Hal yang penting ditanyakan : Riwayat hipertensi : lama dan beratnya. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya. Usia : sering pada usia 40 60 tahun. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, hoyong, perubahan mental, ansietas ). Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ). Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedemparu, nyeri dada ). Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis. Riwayat kehamilan : tanda eklampsi

 Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD ( baring dan berdiri ) mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi ). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.

 Pemeriksaan penunjang : Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi bila ureum dan kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu : 1. Pemeriksaan yang segera seperti : a. darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD. b. urine : Urinalisa dan kultur urine. c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner

d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana ). 2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) : a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi renald ( kasus tertentu ). b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan. c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ). d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

 Faktor presipitasi pada krisis hipertensi Dari anamnese dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dibedakan hipertensi emergensi urgensi dan faktor-faktor yang mempresipitasi krisis hipertensi. Keadaan-keadaan klinis yang sering mempresipitasi timbulnya krisis hipertensi, antara lain : o Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering) Hipertensi renovaskular. o Glomerulonefritis akut. o Sindroma withdrawal anti hipertensi. o Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat. o Renin-secretin tumors. o Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang mendapat MAO Inhibitors. o Penyakit parenkhim ginjal. o Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor, simpatomimetik ( pil diet, sejenis Amphetamin ), kortikosteroid, NSAID, ergotalk. o Luka bakar. o Progresif sistematik sklerosis, SLE. Difrensial diagnosa Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi seperti : Hipertensi berat Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan. Ansietas dengan hipertensi labil. Oedema paru dengan payah jantung kiri.

Penatalaksanaan Krisis Hipertensi: Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam keadaan

gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.

Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %. Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III IV menurut Keith-Wagner (KW). Beberapa keadaan yang termasuk keadaan darurat hipertensi atau krisis hipertensi akut adalah : 1. Ensefalopati Hipertensi. 2. Hipertensi Maligna. 3. Hipertensi dengan komplikasi : a. Gagal jantung kiri akut b. Perdarahan intra kranial c. Perdarahan pasca operasi d. Aortic dessection. 4. Eklamsia. 5. Feokromositoma.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita yang

memerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat. 2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman. 3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.

3.2 Beberapa Hal yang perlu diperhatikan 1. Disiplinlah dalam meminum obat antihipertensi anda Kedisiplinan dalam meminum obat antihipertensi anda akan mencegah terjadinya krisis hipertensi ini. Keitdakdisiplinan dalam meminum obat juga dapat menyebabkan resistensi obat. Dimana diperlukan dosis yang lebih besar untuk menurunkan tekanan darah anda ke angka yang ideal. 2. Sebaiknya anda memiliki pengukur tekanan darah sendiri Alat pengukur tekanan darah elektronik dapat diperoleh dengan harga paling murah sekitar Rp 300.000,00. Alat ini akan sangat membantu anda memantau tekanan darah anda di rumah. Dan dapat member peringatan dini bila tekanan darah anda terlalu tinggi. 3. Kontrol secara teratur Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit lain seperti penyakit ginjal, mata, pembesaran jantung, bahkan stroke. BIla anda penderita penyakit darah tinggi anda lebih mudah terkena penyakit-penyakit tersebut. Maka dari itu rajinlah memeriksakan diri anda untuk memantau kesehatan anda. 4. Ubah gaya hidup Banyak pasien Hipertensi merasa cukup dengan pemberian obat anti hipertensi. Perlu diketahui pemberian obat antihipertensi hanyalah salah satu aspek dalam penanganan hipertensi. Anda juga harus berperan aktif dalam menjaga gaya hidup anda. Makanlah dengan pola makan yang sehat, berhenti merokok, berolahraga, kurangi garam dan vetsin.

DAFTAR PUSTAKA
Kapita selekta kedokteran,editor Mansjoer Arif edisi 3 jakarta: 2000 www.google.com askep krisis hipertensi /Penatalaksanaan Hipertensi oleh Admin www.google.com ASKEP, gawat darurat, HIPERTENSI oleh YUNIE www.google.com Diagnosa Krisis Hipertensi by andimarlinasyam www.google.com Krisis Hipertensi leehongkyun Posted by: leehongkyun in General

You might also like