Professional Documents
Culture Documents
PREEKLAMPSIA BERAT
Disampaikan Pada Laporan Kasus Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Oleh, PENI PUSPITA SARI 1 RISTA EMY PARDEDE 2 DENI AMRI 3 NIM. 96310048 NIM. 962013 NIM. 00311002
Mentor,
Pembimbing,
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUPM Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 1 Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indomesia
Preeklampsia Berat
PENDAHULUAN Menurut WHO tiap tahunnya diperkirakan 500.000 ibu meninggal akibat kehamilan dan persalinan, dimana 90% dari jumlah kematian tersebut terjadi di negaranegara berkembang. 1 Preeklampsia merupakan masalah utama kesehatan ibu di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka kematian yang disebabkan hipertensi dalam kehamilan atau preeklampsia dan eklampsia merupakan masalah di bidang obstetri, dan sampai saat ini yang menjadi penyebab dari kelainan ini juga belum diketahui secara pasti, oleh karena itu penanganannyapun bersifat simptomatis. 1,2 Teori-teori sulit untuk menentukan mana yang merupakan sebab, dan mana yang merupakan akibat, sehingga sampai saat ini pengelolaan hipertensi dalam kehamilan barulah secara epirik dan simptomatik. 3 Sistem pola rujukan yang belum memadai (kasus terlantar dan lain-lain) menyebabkan pula tingginya morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh komplikasi penyakit. Page menyebutkan pada Preeklampsia dan eklampsia ditemukan adanya lingkaran setan (Inner Vicious Circle) yang akan menghilang setelah dilakukan terminasi kehamilan. 2 Preeklampsia dan eklampsia merupakan satu kesatuan penyakit, yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu dapat terjadi. Sindrome preeklamsia (ringan) dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita hamil, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat terjadi preeklampsia berat bahkan eklampsia. Oleh karena itu sangat penting belum definitif dan masih
Preeklampsia Berat
pemeriksaan antenatal yang teratur, dan yang secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia. 3,4,5 DEFINISI Preeklampsia adalah komplikasi setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai timbulnya hipertensi (> 140/90 mmHg) yang disertai salah satu dari edema, proteinuria atau kedua-duanya dan jika disertai dengan kejang disebut eklampsia. 2,3
ETIOLOGI Apa yang menjadi penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
2,4,6
Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravitas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Sebab berikutnya. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Teori yang dewasa ini banyak diterima sebagai penyebab preeklampsia adalah jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan
Preeklampsia Berat
4. Hidrops fetalis 5. Umur di atas 35 tahun 6. Obesitas. 1,2,3,4,5 GEJALA KLINIS Gejala Preeklampsia adalah: 1. Hipertensi 2. Edema 3. Proteinuria 4. Gejala subjektif berupa sakit kepala, nyeri ulu hati dan gangguan penglihatan. 2,3,4,5 Dikatakan preeklampsia berat apabila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala berikut: 2,3,4 1. Tekanan darah 160/110 mmHg 2. Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif +3 atau +4. 3. Oliguria 500 ml/24 jam 4. Nyeri kepala prontal atau gangguan penglihatan 5. Nyeri epigastrium 6. Edema paru atau sianosis 7. Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat (IUFGR) 8. HELLP Syndrome (H = Hemolysis, EL = Elevated Liver Enzyme, LP = Low Platelet Counts).
DIAGNOSIS 1. Preeklampsia Ringan: 1,2,3,4,5 Hipertensi, dimana TD > 15 mmHg tetapi < 160/110 mmHg Edema Proteinuria, dengan kriteria 1. > 0,3 gr/L dalam 24 jam, atau 2. > 1 gr/L dalam 2 kali pengambilan urine selama 6 jam secara sembarangan,
Preeklampsia Berat
2. Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini akan digolongkan sebagai Preeklampsia berat: 1,2,3,4,5 TD 160/110 mmHg Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif + 3 atau + 4 Oligouria 500 ml/24 jam Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan Nyeri epigastrium Edema paru atau sianosis Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat (IUFGR) Adanya HELLP Syndrome.
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas yang seminimal mungkin bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadi preeklampsia sukar dicegah, namun preeklampsia berat dan eklampsia dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit ini supaya dapat ditangani secara sempurna. 4
Preeklampsia Berat
PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA Belum ada kesepakatan dalam pencegahan preeklampsia. Beberapa penelitian menunjukan pendekatan nutris (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium, dll), atau medikamentosa (teofillin, anti-hipertensi, diuretik, aspirin, dll) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsia. 2,4,6
PENATALAKSANAAN Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan, maka penatalaksanaan dibagi dua, yaitu aktif dan konservatif. Penatalaksanaan aktif berarti kehamilan harus segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian medikamentosa. Penatalaksanaan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian medikamentosa. 2,3,4,5,6 Penatalaksanaan secara aktif dilakukan dengan indikasi: 1. 2. 3. 4. 5. Kehamilan > 37 minggu Impending ecclampsia Adanya HELLP syndrome Adanya tanda-tanda fetal distress atau IUFGR Kegagalan penatalaksanaan secara konservatif.
Penatalaksanaan secara konservatif dilakukan dengan indikasi kehamilan < 37 minggu tanpa tanda-tanda inpartu dan keadaan janin baik. Obat-obat anti-hipertensi harus diberikan jika: 3,5 1. 2. 3. 4. TD diastolik > 110 mmHg. TD sistolik > 180 mmHg. TD tetap > 160/110 mmHg setelah tirah baring (bed rest) dan diberi sedatif TD diastolik 90 100 mmHg pada trimester kedua.
selama 12 48 jam.
Namun tekanan darah tidak boleh diturunkan terlalu cepat karena dapat menyebabkan penurunan aliran darah uteroplasenta dan gawat janin. Obat-obat antiKKS Bagian Obstetri & Ginekologi di RSUPM Peni, Rista, Deni
Preeklampsia Berat
hipertensi yang biasa diberikan adalah hidralazine, labelatol, metildopa, kolinidin dan kalsium antagonis. 2,3
4 jam
Belum inpartu
Inpartu
Skor pelvik 5
Kala I
Kala II
Fase laten Amniotomi Drips oksitosin Anak belum lahir setelah 12 jam Amniotomi Drips oksitosin Belum masuk fase aktif setelah 6 jam
Fase aktif Amniotomi Drips oksitosin Pembukaan belum lengkap setelah 6 jam Dipercepat (EV, EF)
Preeklampsia Berat
KOMPLIKASI 1. Solusio plasenta 2. Hipofibrinogenemia 3. Gagal ginjal akut 4. Hemolisis 5. Edema pulmonum 6. Perdarahan otak 7. Gangguan penglihatan 8. Nekrosis hati 9. HELLP syndrome 10. Prematuritas, dismaturitas dan KJDK. 2,4,6
Preeklampsia Berat
DAFTAR PUSTAKA
1. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. 2001; 270-73. 2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Yayasan Bina Pustaka-SP. Jakarta. 1999; 281-30. 3. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bagian Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Pirngadi Medan, Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan FK-USU RSPM. 1991; 11-14. 4. Muchtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid II. EGC. Jakarta. 1998; 279-87. 5. Saifuddin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Yayasan Bina Pustaka-SP. Jakarta. 2001; 206-14. 6. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri Williams (Williams Obstetrics). Edisi ke-18. Alih Bahasa: Suyono J, Hartono A. EGC. Jakarta. 1995; 773814..
Preeklampsia Berat
KASUS
ANAMNESA PRIBADI Nama : Rubinah Umur : 34 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Jl. Gajah Mada Lingk. VIII Binjai Timur Tanggal masuk : 6 Oktober 2005 Tanggal Keluar : 13 Oktober 2005 ANAMNESA PENYAKIT Keluhan Utama : Tekanan darah tinggi. Telaah : Hal ini diketahui Os sejak control ke bidan pada usia kehamilan 6 bulan, Os datang ke SpOG dan di rawat di rumah sakit Binjai pada tanggal 25 September 2005 selama 1 minggu. Setelah itu, sewaktu Os kontrol kehamilan kembali ke RSU, di ketahui tekanan darah Os naik kembali dan kemudian Os di rujuk ke RSU Dr. Pirngadi Medan dengan diagnosa preeklampsia berat. Sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-), riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya (-), mules-mules (-), keluar lendir darah (-), keluar air banyak (-). RPT RPO : Hipertensi (-), Asma (-), DM (-). : (-).
10
Preeklampsia Berat
HPHT TTP
: 05 02 2005. : 12 11 2005.
Riwayat Persalinan: 1. Laki-laki, aterm, RS bersalin, Partus biasa, Bidan, 3800 gr, hidup, 8 Tahun. 2. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 160/100 mmHg Frek. nadi : 86 x/menit Frek. napas: 24 x/menit Temp. Status Obstetrikus: Abdomen Inspeksi Palpasi : 37 C : : Membesar asimetris : TFU : pusat - bpx Letak janin : Kepala Turun kepala : Floating EBW His Perkusi : ? : () Anemia Ikterus Sianosis Dyspnoe Edema : () : () : () : () : ()
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal Tanda RUI : () Periksa dalam : Tidak dilakukan
11
Preeklampsia Berat
PENATALAKSANAAN Tirah baring SM 20 %, 20 cc IV IVFD RL + SM 40 % (6 gr) 15 cc, drips 28 gtt/mnt Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Awasi vital sign, DJJ, His, Impending Eklampsia, dan tanda Eklampsia.
Lapor Supervisor VK, Dr. SNL SpOG ACC Anjuran Observasi selama 6 jam FOLLOW UP Tanggal 6 Oktober 2005 Pukul : 14.30 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 150/100 mmHg Frek. nadi : 86 x/menit Frek. napas: 24 x/menit Temp. Status Obstetrikus: Abdomen Inspeksi Palpasi : 36,8 C : : Membesar asimetris : TFU : pusat - bpx Anemia Ikterus Sianosis Dyspnoe Edema : () : () : () : () : ()
12
Preeklampsia Berat
: Kanan : Kepala : ()
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal Tanda RUI : () Periksa dalam : Cx Sacral, diameter 1 cm, Eff 30 %, selaput ketuban (+), kepala H I, UUK? PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : Darah rutin Hb HT Leukosit Trombosit Urin rutin Warna Kekeruhan Protein Reduksi Test fungsi hati Bil. Total SGOT SGPT : 0,87 mg/dl : 29 u/l : 24 u/l : Kuning : Keruh : (+ : (-) : 11,2 gr% : 11,2 gr/dl : 17.600/mm3 : 17000/mm3
13
Preeklampsia Berat
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % (6 gr) 15 cc, drips 28 gtt/mnt Inj. Dexamethason 15 mg Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia, dan balance cairan.
FOLLOW UP Tanggal 7 Oktober 2005 Pukul : 00.15 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 170/100 mmHg Frek. nadi Temp. Status Obstetrikus: TFU : pusat - bpx Teregang Terbawah His : Kanan : Kepala : () : 80 x/menit : 36,5 C Frek. napas : 20 x/menit
14
Preeklampsia Berat
DJJ EBW
Periksa dalam
DIAGNOSIS SEMENTARA Partial HELLP syndrome + PEB + SG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % (6 gr) 15 cc, drips 28 gtt/mnt Inj. Dexamethason 10-10 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia.
Lapor Supervisor jaga Dr. SP SpOG anjuran : Terminasi pagi. FOLLOW UP Tanggal 7 Oktober 2005 Pukul : 09.00 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 160/90 mmHg Frek. nadi : 96 x/menit Frek. napas : 20 x/menit
15
Preeklampsia Berat
: 36,5 C
: pusat - bpx Teregang Terbawah His : Kanan : Kepala : () : 148 x/menit, regular : 1600 - 1800
DJJ EBW
Periksa dalam
: Cx Sacral, diameter 1 cm, Eff 30 %, selaput ketuban (+), kepala H-I, UUK?
DIAGNOSIS SEMENTARA Partial HELLP syndrome + PEB + SG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % (6 gr) 15 cc, drips 28 gtt/mnt Inj. Dexamethason 10-10-5-5 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia.
Preeklampsia Berat
Anjuran : Terminasi kehamilan dengan pasang balon kateter dengan evaluasi 8 jam kemudian. Jam 10.00 WIB : Pasang balon kateter, 30 cc Aquabides Injeksi Dexamethason ke II 10 mg
FOLLOW UP Tanggal 7 Oktober 2005 Pukul : 15.00 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 160/90 mmHg Frek. nadi Temp. Status Obstetrikus: TFU : pusat - bpx Teregang Terbawah His DJJ EBW : Kanan : Kepala : () : 132 x/menit, regular : 1600 - 1800 : 92 x/menit : 36,5 C Frek. napas : 20 x/menit
Periksa dalam
: Cx Sacral, diameter 1 cm, Eff 30 %, selaput ketuban (+), kepala H-I, UUK?
17
Preeklampsia Berat
DIAGNOSIS SEMENTARA Partial HELLP syndrome + PEB + SG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % (6 gr) 15 cc, drips 28 gtt/mnt Inj. Dexamethason 10-10-5-5 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia.
Lapor Supervisor jaga Dr. SNL SpOG ACC FOLLOW UP Tanggal 7 Oktober 2005 Pukul : 20.00 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 180/110 mmHg Frek. nadi Temp. Status Obstetrikus: Gerak His DJJ EBW : (+) : (+) 2 x 20/10 : 148 x/menit, regular : 1600 - 1800 : 84 x/menit : 36C Frek. napas : 24 x/menit
18
Preeklampsia Berat
: Cx Sacral, diameter 2 cm, Eff 50 %, selaput ketuban (+), kepala H-I, UUK? : Lendir darah (+) Air ketuban (-)
DIAGNOSIS SEMENTARA Partial HELLP syndrome + PEB + SG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % 30 cc, drips 14 gtt/mnt IVFD RL + Syntocinon 5 IU Inj. Dexamethason 10-10-5-5 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral Fluimucyl 3 x 600 mg Balon kateter Aff Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia.
Lapor Supervisor jaga Dr. HPP SpOG ACC Injeksi Dexamethason ke III 5 mg FOLLOW UP Tanggal 8 Oktober 2005 Pukul : 06.00 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 160/90 mmHg Frek. nadi Temp. : 84 x/menit : 36C Frek. napas : 20 x/menit
19
Preeklampsia Berat
Status Obstetrikus: Gerak His DJJ EBW : (+) : (+) 1 x 20/10 : 148 x/menit, regular : 1600 - 1800
: Cx Sacral, diameter 3 cm, Eff 50 %, selaput ketuban (+), kepala H-I, UUK? : Lendir darah (+) Air ketuban (-)
DIAGNOSIS SEMENTARA Partial HELLP syndrome + PEB + SG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % 30 cc, drips 14 gtt/mnt IVFD RL + Syntocinon 5 IU Inj. Dexamethason 10-10-5-5 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Balon kateter Aff Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia.
20
Preeklampsia Berat
Lapor Supervisor jaga Dr. HPP SpOG ACC Anjuran : Sintocynon 10 IU Pecahkan ketuban
FOLLOW UP Tanggal 8 Oktober 2005 Pukul : 09.00 WIB Status Praesent : Sensorium : Compos mentis Tek. darah : 160/90 mmHg Frek. nadi Temp. Status Obstetrikus: Gerak janin : (+) His DJJ EBW : (+) 1 x 20/10 : 148 x/menit, regular : 1600 - 1800 : 84 x/menit : 36,5C Frek. napas : 20 x/menit
: Cx Sacral, diameter 3 cm, Eff 50 %, selaput ketuban (+), kepala H-I, UUK? : Lendir darah (+) Air ketuban (-)
DIAGNOSIS SEMENTARA Partial HELLP syndrome + PEB + SG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu
21
Preeklampsia Berat
PENATALAKSANAAN Tirah baring IVFD RL + SM 40 % 30 cc, drips 14 gtt/mnt IVFD RL + Syntocinon 5 IU Inj. Dexamethason 10-10-5-5 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Balon kateter Aff Awasi vital sign, DJJ, His, tanda-tanda Eklampsia.
Pukul 10.00 WIB: Injeksi Dexamethason ke IV 5 mg Tanggal 8 Oktober 2005, Pukul : 11.30 WIB LAPORAN PSP a/I PBK + PEB Lahir bayi wanita, BB : 1300 gr, PB : 41 cm, AS : 8/10 Ibu dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi dan infuse terpasang dengan baik. Dilakukan vulva toilet dan pengosongan kandung kemih. Pada His adekuat tampak kepala maju mundur di introitus vagina dan kemudian menetap dan kemudian dilakukan episiotomi. Pada His adekuat berikutnya, ibu di pimpin mengedan maka lahirlah UUK, UUB, dahi, dagu dan seluruh kepala janin. Dengan pegangan bilateral, kepala di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan di tarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian di tarik kedua axilla dan seluruh kaki, maka lahir bayi perempuan dengan BB : 1300 gr, PB : 41 cm, AS : 8/10. Tali pusat di klem di dua tempat dan di gunting di antaranya. Dengan peregangan tali pusat terkendali, plasenta dilahirkan spontan kesan lengkap. Dilakukan evaluasi, tampak perdarahan dan leserasi, kemudian dilakukan refair dengan heacting menggunakan chromic cut gut 2.0. KU ibu post partum baik.
22
Preeklampsia Berat
Intruksi Awasi vital sign, balance cairan, dan tanda-tanda perdarahan. Periksa Hb 2 jam post partum ==> jika < 7 gr% ==> transfusi darah.
TERAPI Amoxicillin 3 x 500 mg Metronidazole 3 x 5600 mg Ferofort 1 x 1 Hb 2 jam post partum 9,2 gr% (Sahli) FOLLOW UP POST PARTUM TANGGAL : 08 OKTOBER 2005, PUKUL : 19.00 Keluhan Utama Status present Sensorium TD Nadi RR Temperatur Status Obstetrikus Abdoment TFU Kontraksi DIAGNOSA Partial HELLP syndrome + Post PSP a/i PBK + NH0 TERAPI : Soepel : Pusat Simfisis : Kuat : Compos mentis : 170/110 mmHg : 88 x/menit, regular : 20 x/menit : 36,8 oC : Tekanan darah tinggi.
23
Preeklampsia Berat
IVFD RL + SM 40 % 30 cc, drips 14 gtt/menit IVFD RL + Syntocinon 10 IU 15 gtt/menit Inj. Dexamethason 10-10-5-5 mg/12 jam Nifedipin 10 mg per oral bila TD 180/110 mmHg Fluimucyl 3 x 600 mg Amoxicillin 3 x 500 mg Metronidazole 3 x 500 mg Ferofort 1 x 1
ANALISA KASUS
24
Preeklampsia Berat
Telah dilaporkan kasus Preeklampsia pada seorang ibu, 32 tahun, IRT, G1P0Ab0 Pada kedatangannya saat ini umur kehamilan diperkirakan 32 34 minggu, datang ke Bagian Obgyn RSUPM pada tanggal 12 Maret 2003 jam 09.50 WIB dengan keluhan tekanan darah tinggi (170/120 mmHg) yang dialami os sejak kehamilan ini, mules (), keluar lendir darah (), keluar air banyak (), edema (+), dan OS selalu kontrol ke SpOG. Pada pemeriksaan di dapat tekanan darah 170/120 mmHg, TFU 4 jari di bpx, bagian teregang kanan, bagian terbawah kepala, DJJ 140 x/mnt, his (). Pemeriksaan laboratorium Hb 10,2 gr%, Ewitt (+++). Dari data yang diperoleh maka diagnosa OS adalah PEB + PG + KDR (32 34 minggu) + PK + AH + Belum Inpartu. Sesuai literatur OS kita berikan SM regime, antioksidan dan antihipertensi. Namun setelah hari ke-5 tekanan darah OS tetap tinggi dan cenderung tidak stabil, maka untuk menghindari komplikasi yang tidak diharapkan kehamilan OS dianjurkan untuk diterminasi. Kemudian dilakukan terminasi dengan pemberian Cyntocinon, namun terminasi/induksi tersebut gagal, maka OS dipersiapkan untuk dilakukan SC. SC dilakukan pada tanggal 18 Maret 2003 jam 00.35 WIB. Lahir seorang bayi lakilaki dengan BB 1.900 gr, PB 47 cm, dan AS 7/8/9. Kemudian diberikan SM regime ulangan, antihipertensi, antibiotik, antioksidan dan roborantia.
PERMASALAHAN 1. Apakah penanganan pasien sudah tepat sesuai dengan protap yang ada? 2. Kapankan sebenarnya SM regime diberikan pada penderita PEB dan kapan dihentikan? 3. Perlukah penderita PEB diberikan obat antihipertensi?
25