You are on page 1of 6

ISOTERM ADSOPSI KARBON AKTIF

A. Tujuan 1. Menentukan model yang sesuai untuk adsorpsi zat warna oleh karbon aktif. 2. Menghitung kapasitansi adsorpsi oleh karbon aktif. B. Dasar Teori Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ; a. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben. (Castellan 1982). b. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorbsi. Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah. (Atkins at al. 1990). Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan

besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al. 1990).
Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cendung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan berkesetimbangan tidak teramati perubahan secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (Castellans 1982)

Penyerapan ion-ion logam pada pada permukaan sel mikroorganisme dapat digambarkan dengan kurva Freundlich atau Langmuir, menggunakan data konsentrasi logam yang terikat dan yang masih terdapat dalam larutan, namun pendekatan isoterm Langmuir merupakan pendekatan yang paling umum digunakan (Mawardi, 2009). Adsorpsi isoterm Freundlich, merupakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah zat yang terserap dengan konsentrasi zat dalam larutan, dan dinyatakan dengan persamaan : m = k c1/n dengan m adalah jumlah miligram zat yang terserap pergram zat penyerap, (c) adalah konsentrasi zat terserap saat seimbang, k dan n adalah tetapan. Dengan mengukur m sebagai fungsi c dan memplot log m terhadap logc, maka nilai n dan k dapat ditentukan dari slop dan intersepnya. Isoterm Freundlich tidak berlaku. jika konsentrasi (atau tekanan) zat terserap terlalu tinggi (Mawardi, 2009). Adsorpsi Isoterm Langmuir. Langmuir menggambarkan bahwa pada permukaan penyerap terdapat sejumlah tertentu pusat aktif (active sites) yang sebanding dengan luas permukaan penyerap. Pada setiap pusat aktif hanya satu molekul yang dapat diserap. Ikatan antara zat yang terserap dengan penyerap dapat terjadi secara

fisika (physisorption) atau secara kimia (chemisorption). Ikatan tersebut harus harus cukup kuat untuk mencegah perpindahan molekul yang telah terserap sepanjang permukaan penyerap. Interaksi antar molekulmolekul yang terserap dalam lapisan hasil serapan diabaikan (Mawardi, 2009). Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :

C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terserap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben (Sukarta, 2008).
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 8595% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi. ( M.T. Sembiring, dkk, 2003)

Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang saDalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 5001500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode

aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002). ngat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002).

C.Alat dan Bahan 1.Alat Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah :Erlanmayer 250ml, Labu takar 250 ml, Pipet volume 10ml,Batang pengaduk, Shaker, Gelas beaker 250 ml, Kuvet, Corong, Gelas alroji, Bola hisap, Rak, Sendok Sungu, Label, Alumunium Foil, dan spektronik-20 2.Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah: Zat warna, Karbon aktif, dan akuades

D.Cara kerja Dalam percobaan ini di lakukan dengan beberapa lagkah kerja Diantaranya adalah : a. Pembuatan kurfa kalibrasi Langkah ini di lakukan dengan cara Membuat kurfa kalibrasi dengan cara Dibuat larutan standar dengan konsentasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm masing-masing 50 mL dengan menencerkan larutan zat warna 10 ppm Kemudian ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang () yang sesuai dengan zat warna b. Adsorpsi Isotermal. Langkah ini di lakukan dengan dibuat larutan zat warna 100 ppm dengan cara diencerkan zat warna 100 ppm dibuat larutan dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm masing-masing 100 mL Kemudian disiapkan 5 buah erlemeyer 250 mL Dibersihkan dan dikeringkan, kemudian masing-masing dimasukkan 1 g karbon aktif kemudian 100 ml zat warna yang telah di buat dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Kelima erlemeyer ditutup menggunakan aluminium foil, kemudian diaduk menggunakan shaker selama 30 menit . kemudian disaring dengan menggunakan Zat warna untuk memisahkan karbon aktif yang tercampur, emudian diukur adsorbansi (Zat warna ) dengan menggunakan spektronik-20 Kemudian langkah yang terahir adalah pengolahan data dan perhitungan , di hitung dan dibuat kurfa kalibrasi Zat warna Buat grafik versus untuk

isotem Freundlich dan C/n versus C untuk isotherm Langmuir kemudian ditentukan kapasitas adsorbsinya dan dibuat grafik versus untuk isotem Freundlich

dan C/n versus C untuk isotherm Langmuir kemudian langkah yang terakhir ditentukan kapasitas adsorbsinya

D. 1.

Data pengamatan kurfa kalibrasi Konsentrasi (ppm) 0,1 1 2 4 8 Adsorbansi 0,009 0,012 0,025 0,050 0,083

Volume (ml) 2,5 5 10 20 40

2.Isotermal Volume (ml) 5 10 15 20 25 Konsentrasi (ppm) 5 10 15 20 25 Adsorbansi 0,0066 0,115 0,149 0,244 0,330

You might also like