You are on page 1of 18

MAKALAH IDENTITAS LOKAL KABUPATEN BULELENG BALI

OLEH: MADE DITHA ARY SANJAYA 12/329972/TK/39168

JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

PENDAHULUAN

Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara Pulau Bali memanjang dari barat ke timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 Km, secara geografis terletak pada posisi 8 03 ' 40 - 8 23 ' 00'' lintang selatan dan 114 25 ' 55- 115 27 ' 28'' bujur timur. Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Kabupaten Jembrana dibagian Barat, laut Jawa/Bali di Bagian Utara, dengan Kabupaten Karangasem dibagian Timur dan di sebelah Selatan berhadapan dengan 4 Kabupaten yaitu : Badung, Gianyar, Bangli, dan Kabupaten Tabanan. Luas Kabupaten Buleleng secara keseluruhan 1.365,88 Km2 atau 24,25 % dari luas Propinsi Bali, dimana kecamatan Gerokgak merupakan kecamatan terluas yakni 26,11%, Kecamatan Busungbiu seluas 14,40 %, kecamatan Sukasada dan Banjar masing-masing 12,66% dan 12,64%. Kecamatan Kubutambahan sebesar 8, 66%, Kecamatan Seririt 8,18%, Kecamatan Tejakula 7,15%, Kecamatan Sawan 6,77% dan Kecamatan Buleleng 3,44 %. Topografi Kabupaten Buleleng merupakan daerah berbukit yang membentang di bagian selatan, sedangkan di bagian utara merupakan dataran rendah. Di Kabupaten Buleleng juga terdapat gunung berapi dan tidak berapi. Gunung yang tertinggi adalah Gunung Tapak (1903 M) berada di Kecamatan Sukasada sementara yang paling rendah adalah gunung Jae (222 M) berada di wilayah Kecamatan Gerokgak. Selain itu di Kabupaten Buleleng terdapat dua buah danau yaitu Danau Tamblingan (110 hektar) berada di Kecamatan Banjar. Sedangkan Danau Buyan (360 hektar) terletak di Kecamatan Sukasada. Menyatunya ataupun relatif dekatnya antara wilayah pegunungan dengan pantai memberikan makna tersendiri bagi Kabupaten Buleleng dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Kondisi yang khas ini menjadikan topografi wilayah Buleleng sering disebut Nyegara Gunung. Iklim Kabupaten Buleleng memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musimyang bergantisetiap enam bulan. Buleleng termasuk pada daerah baying-bayang hujan, dengan curah hujan berkisar antara bulan Oktober-April, sedangkan musim panas berkisar antara bulan April-Oktober. Kondisi Buleleng yang Nyegara Gunung, dimana di bagian selatan merupakan perbukitan dan pegunungan menjadi curah hujan ataupun intensitas hujan relative lebih tinggi di wilayah Buleleng bagian selatan. Boleh dikatan hamper tidak ada bulan-bulan kering terutama di sekitar Danau Tamblingan dan Danau Buyan.

PEMBAHASAN
Sejarah Tersebutlah Istana Gelgel pada sekitar tahun 1568 dalam suasana tenang, dimana Raja Sri Aji Dalem Sigening menitahkan putranda Ki Barak Sakti, supaya kembali ketempat tumpah darah Bundanya di Den Bukit (Bali Utara). Ki Barak Panji bersama Bunda Sri Luh Pasek, setelah memohon diri kehadapan Sri Aji Dalem lalu berangkat menuju Den Bukit diantar oleh empat puluh orang pengiring Baginda yang dipelopori oleh Ki Kadosot Perjalanan mereka memasuki hutan lebat sangat mengerikan, udara yang sangat dingin menggigilkan, menembus celah-celah bukit, mendaki Gunung-gunung meninggi, menuruni jurang-jurang curam, dan akhirnya mereka tiba pada suatu tempat yang agak mendatar. Pada tempat itulah mereka melepaskan lelah seraya membuka bungkusan bekal mereka. Sekali mereka makan ketupat, mereka sembahyang, kemudian mereka diperciki air/tirta oleh Sri Luh Pasek, demi keselamatan perjalanannya, belakangan tempat itu diberi nama YEH KETIPAT. Rombongan Ki Barak Panji telah tiba di Desa Gendis/Panji dengan selamat. Tersebutlah Ki Pungakan Gendis, pemimpin desa yang sekali-kali tiada menghiraukan keluh kesah para penduduknya. Ia memerintah hanya semata-mata untuk memenuhi nafsu buruknya, kesenangannya hanyalah bermain judi, terutama sabungan ayam. Oleh karena demikian sikap pemimpin Desa Gendis itu, maka makin lama makin dibenci rakyatnya, dan pada saat terjadi peperangan, ia dibunuh oleh Ki Barak Panji. Desa Gendis di perintah oleh Ki Barak Panji, seorang pemimpin yang gagah berani, adil dan bijaksana. Ki Barak Panji mendengar adanya kapal layer Tionghoa terdampar, kemudian timbullah rasa belas kasihan untuk menolong pemilik kapal tersebut. Baginda bersama-sama dengan Ki Dumpyung dan Ki Kadosot dapat membantu menyelamatkan kapal layer yang terdampar itu di pantai segara penimbangan. Setelah bantuannya berhasil, baginda mendapat hadiah seluruh isi kapal tersebut berupa barang-barang tembikar seperti piring, mangkok, dan uang kepeng yang jumlahnya sangat besar. Kepemimpinan Ki Barak Panji makin lama makin terkenal, beliau selalu memperhatikan keadaan rakyatnya, mengadakan pembangunan di segala bidang baik fisik maupun spiritual. Oleh karena demikian maka sekalian penduduk Desa Gendis dan Sekitarnya, secara bulat mendaulat Baginda supaya menjadi Raja, yang kemudian dinobatkan dengan gelar Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Untuk mencari tempat yang agak datar, maka Kota Gendis serta Kahyangan Pura Bale Agung-nya di pindahkan ke Utara Desa Panji. Pada tempat yang baru inilah Baginda mendirikan istana lengkap dengan Kahyangan Pura Bale Agungnya. Guna memenuhi kepentingan masyarakat desanya untuk menghantar persembahyangan di dalam pura maupun upacara di luar pura, serta untuk hiburan-hiburan lainnya, maka Baginda membuat seperangkat gamelan gong yang masing-masing di beri nama sebagai berikut : Dua buah gongnya di beri nama Bentar Kedaton Sebuah bendennya di beri nama Ki Gagak Ora Sebuah keniknya bernama Ki Tudung Musuh

Teropong bernama Glagah Ketunon Gendangnya bernama Gelap Kesanga Keseluruhannya bernama Juruh Satukad. Karna perbawa dan keunggulan Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, maka Kyai Alit Mandala, lurah kawasan Bondalem tunduk kepada Baginda. Kemudian atas kebijaksanaanya maka Kyai Alit Mandala, diangkat kembali menjadi lurah yang memerintah di kawasan Bondalem, Buleleng Bagian Timur. Pada sekitar tahun 1584 Masehi, untuk mencari tempat yang lebih strategis maka Kota Panji dipindahkan kesebelah Utara Desa Sangket. Pada tempat yang baru inilah Baginda selalu bersuka ria bersama rakyatnya sambil membangun dan kemudian tempat yang baru ini di beri nama SUKASADA yang artinya slalu Besruka Ria.selanjutnya di ceritakan berkat keunggulan Ki Gusti Panji Sakti, maka Kyai Sasangka Adri, Lurah kawasan Tebu Salah (Buleleng Barat) tunduk kepada baginda. Lalu atas kebijaksanaan beliau maka Kyai Sasangka Adri diangkat kembali menjadi Lurah di kawasan Bali Utara Bagian Barat. Untuk lebih memperkuat dalam memepertahankan daerahnya, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti segera membentuk pasukan yang di sebut Truna Goak di Desa Panji. Pasukan ini dibentuk dengan jalan memperpolitik seni permainan burung gagak, yang dalam Bahasa Bali disebut Magoak-goakan. Dari permainan ini akhirnya terbentuknya pasukan Truna Goak yang berjumlah 2000 orang, yang terdiri dari para pemuda perwira berbadan tegap, tangkas, serta memiliki moral yang tinggi di bawah pimpinan perang yang bernama Ki Gusti Tamblang Sampun dan di wakili oleh Ki Gusti Made Batan. Ki Gusti Ngurah Panji Sakti beserta putra-putra Baginda dan perwira lainnya, memimpin pasukan Truna Goak yang semuanya siap bertempur berangkat menuju daerah Blambang. Dalam pertempuran ini Raja Blambangan gugur di medan perang dengan demikian kerajaan Blambangan dengan seluruh penduduknya tunduk pada Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Berita kemenangan ini segera di dengar oleh Raja Mataram Sri Dalem Solo dan kemudian beliau menghadiahkan seekor gajah dengan 3 orang pengembalanya kepada Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Menundukkan kerajaan Blambangan harus ditebus dengan kehilangan seorang putra Baginda bernama Ki Gusti Ngurah Panji Nyoman, hal mana mengakibatkan Baginda Raja selalu nampak bermuram durjan. Hanya berkat nasehat-nasehat Pandita Purohito, akhirnya kesedihan Baginda dapat terlupakan dan kemudian terkandung maksud untuk membangun istana yang baru di sebelah Utara Sukasada. Pada sekitar tahun Candrasangkala Raja Manon Buta Tunggal atau Candrasangkala 6251 atau sama dengan tahun caka 1526 atau tahun 1604 Masehi, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti memerintahkan rakyatnya membabat tanah untuk mendirikan sebuah istana di atas padang rumput alang-alang, yakni lading tempat pengembala ternak, dimana ditemukan orang-orang menanam Buleleng. Pada ladang Buleleng itu Baginda melihat beberapa buah pondok-pondok yang berjejer memanjang. Di sanalah beliau mendirikan istana yang baru, yang menurut perhitungan hari sangat baik pada waktu itu, jatuh pada tanggal 30 Maret 1604. Selanjutnya Istana Raja yang baru dibangun itu disebut SINGARAJA karena mengingat bahwa keperwiraan Raja Ki Gusti Ngurah Pnji Sakti tak ubahnya seperti Singa.

Demikianlah hari lahirnya Kota Singaraja pada tanggal 30 Maret 1604 yang bersumber pada sejarah Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, sedangkan nama Buleleng adalah nama asli jagung gambal atau jagung gambah yang banyak ditanam oleh penduduk pada waktu itu.

Agama
Penduduk di kabupaten Buleleng seperti halnya Provinsi Bali mayoritas menganut Agama Hindu. Tetapi, Sejarah Buleleng dan Bali umumnya memang mencatat bahwa asal usul penduduk pulau ini dominan dengan pendatang, baik Hindu maupun Muslim. Apalagi Buleleng yang pada awalnya memiliki pelabuhan di utara Kota Singaraja yang menjadi gerbang bagi masuknya kaum-kaum pendatang dari luar Indonesia yang umumnya menganut Agama Islam. Disinilah penduduk muslim di Buleleng tinggal dan melakukan perkawinan silang dengan warga buleleng asli hingga terbentuklah komunitas komunitas Islam yang tersebar di beberapa daerah di buleleng. Misalnya di Desa Pegayaman dan Tegal Linggah , ada juga yang tersebar di tengah-tengah kota Singaraja yaitu di Kampung Bugis, Kampung Kajanan dan kampung Baru. Muslim Buleleng secara historis maupun kekinian secara umum memang sebuah entitas minoritas. Tetapi, terutama di masa lalu, mereka bisa hidup rukun dan damai bersama mayoritas Hindu Bali. Sebagaimana di wilayah lain di Bali, kaum Hindu Buleleng juga menyebut kaum muslim sebagai nyama slam, saudara Muslim. Dalam beberapa kegiatan adat terbangun logika kerjasama, sehingga muncul perasaan bahwa dua komunitas beda agama ternyata tidak harus membatasi mereka untuk bekerjasama dalam urusan dunia. Pada desa Muslim kuno seperti Pagayaman misalnya, mereka mengaku terlibat aktif dalam organisasi subak, yakni sistem pengairan pertanian khas Bali. Penduduk Islam di Kabupaten Buleleng

Seni dan Budaya


Seni dan Budaya di Kabupaten Buleleng sama seperti umumnya kabupaten-kabupaten lain yang ada di Bali, yang menyatu membentuk seni dan kebudayaan Bali itu sendiri. Seni dan budaya di Buleleng ini juga meliputi tari-tarian, gamelan, permainan tradisional, dan lain lain. tetapi ada beberapa kesenian yang khas dari kabupaten Buleleng yang tidak di temukan di tempat lain yang menjadikan pembeda dari kabupaten-kabupaten lain yang ada di Bali. Bukakak

Upacara Bukakak terdapat di Desa Adat Sangsit Dangin Yeh, Desa Sangsit Kecamatan Sawan 8 km timur Kota Singaraja. Upacara ini sangat unik karena hanya terdapat di Desa Sangsit yang dilakukan setiap 2 tahun sekali dan diselingi dengan upacara ngusaba setiap tahunnya. Upacara ini berkaitan dengan Upacara Ngusaba, upacara yang bertujuan untuk mendoakan agar para petani diberikan panen yang baik. Dalam upacara ini, dibuat Babi Guling (seekor babi muda yang dipanggang) yang pada waktu memanggangnya hanya sebagian babi tersebut dipanggang matang. Babi guling ini kemudian oleh anggota subak diarak dalam suatu prosesi diiringi gemelan Tik Nong, menjelajahi areal persawahan untuk memohon berkah. Sapi Gerumbungan

Sapi Gerumbungan adalah merupakan jenis kesenian yang dipadukan dengan kegiatan olah raga yang biasa dilaksanakan sekitar Bulan Agustus di Lapangan Desa Kaliasem Lovina sekitar 11 km sebelah barat Kota Singaraja. Sapi Gerumbungan sejak jaman dahulu sudah sangat digemari oleh para petani. Menjadi tradisi diantara para petani, setelah selesai membajak sawahnya dan siap untuk ditanami, para petani mengadakan sejenis hiburan, yang dikenal dengan Megrumbungan. Gerumbungan itu berupa Genta besar yang digantungkan pada leher sapi jantan Sepasang sapi yang sudah terlatih dihubungkan pada lehernya dengan sebuah alat dari kayu yang disebut uga. Megoak-Goakan

Megoak-goakan ini merupakan tarian rakyat yang acap kali dipentaskan menjelang Hari Raya Nyepi dan hanya terdapat di Desa Panji, Kecamatan Sukasada 6 km ke selatan dari Kota Singaraja. Nama megoakgoakan dikembangkan dari nama Burung Goak (Burung Gagak) ketika burung itu mengincar mangsanya kegiatan ini merupakan pementasan ulang dari sejarah kepahlawanan Ki Barak Panji Sakti sebagai Pahlawan Buleleng pada waktu menaklukan Kerajaan Blambangan di Jawa Timur. Gebug Ende

Tari Gebug Ende ini terdapat di beberapa desa di Kecamatan Grokgak, tetapi yang utamanya adalah di Desa Patas 40 km sebelah barat Kota Singaraja. Meski kemajuan teknologi telah merambah seluruh kehidupan masyarakat, namun di Bali cara cara tradisional masih tetap dipertahankan salah satunya adalah Tarian Gebug Ende ini. Gebug Ende adalah merupakan suatu tarian yang gerakannya hampir sama dengan gerakan silat tetapi memakai sarana berupa Tamiang (Perisai) yang terbuat dari kulit sapi dan menggunakan rotan sebagai alat pemukulnya. Tarian ini tidak ubahnya seperti sebuah perang tanding satu lawan satu dengan saling membalas pukulan. Tarian ini biasanya dilaksanakan pada saat kemarau panjang sekitar bulan Oktober dengan tujuan untuk memohon hujan dan sebagai sarana untuk mengusir wabah penyakit.

Wisata
Sesuai dengan Perda Propinsi Bali Nomor 4 tahun 1999 bahwa di Kabupaten Buleleng telah ditetapkan menjadi 2 buah kawasan Pariwisata yaitu Kawasan Pariwisata Kalibukbuk yang lebih terkenal dengan sebutan Kawasan Lovina yang mempunyai luas pengembangan 3.542 Ha yang meliputi 7 buah desa yaitu : Desa Pemaron, Tukad Mungga, Anturan, Kalibukbuk, Kaliasem, Temukus, Tigawasa dan Kawasan Pariwisata Batu Ampar yang terletak di sebelah barat Bali Utara dengan luas pengembangan 14.124 Ha, yang meliputi 5 buah desa yaitu : Desa Penyabangan, Bonyupoh, Pemuteran, Semberkima, dan Pejarakan. Disamping perhubungan darat Kabupaten Buleleng juga memiliki perhubungan laut berupa Dermaga Pelabuhan Celukan Bawang di Kecamatan Gerokgak dan Pelabuhan Tradisional Sangsit di Kecamatan Sawan. Buleleng juga telah dilengkapi dengan sarana perhubungan udara berupa Air Strip Letkol Wisnu di Desa Sumberkima Kecamatan Gerokgak yang diharapkan dapat mempelancar aksesibilitas ke daerah Buleleng.

WISATA TIMUR KABUPATEN BULELENG Air Terjun Les

Air Terjun Les ini terletak di Desa Les Kecamatan Tejakula, 38 km timur dari Kota Singaraja. Air Terjun ini mencapai tinggi kurang lebih 30 meter yang dikelilingi oleh pemandangan alam yang masih alami dengan latar belakang perbukitan. Disamping air terjun, desa ini juga mempunyai potensi yang tidak kalah menariknya seperti pantai Desa Les yang terletak di sebelah utara tidak jauh dari air terjun ini yang memiliki keindahan pemandangan bawah laut. Air Sanih

Obyek wisata tirta ini merupakan kolam renang alami. Terletak di Desa Sanih Kecamatan Kubutambahan 17 km sebelah timur kota Singaraja. Air Sanih terkenal dengan sumber mata air yang muncul tanpa henti di pojok tenggara kolam renang ini. Mata air ini merupakan aliran sungai bawah tanah yang berasal dari Danau Batur. Ada dua kolam ditempat ini, satu untuk orang dewasa dan satu untuk anak-anak. Beberapa meter di sebelah utaranya dikelilingi oleh laut yang relatif aman untuk berenang dan aktifitas olah raga air lainnya atau hanya sekedar berbaring bermalas-malasan di atas pasir pantai yang hitam. Disekitar obyek ini telah tersedia beberapa penginapan kecil dan restoran dan areal parker sebagai sarana pendukungnya. Desa Julah

Merupakan desa tua yang masih banyak menyimpan peninggaln megalitik. Terletak di Kecamatan Tejakula 29 km sebelah timur Kota Singaraja. Desa ini dipercaya sebagai desa kuno di Bali . Dari tatanan desanya, desa ini menyerupai desa-desa kuna lainnya di bali seperti Desa Tenganan di Kabupaten Karangasem. Desa yang terkenal dengan Baris sakralnya ini masih memiliki bangunan rumah tradisional serta Pura Desa yang dipercaya sebagai pura tertua di Bali, dan juga memiliki kerajinan tenun dengan ciri khas tersendiri. Desa Sembiran

Desa Sembiran merupakan perkampungan tertua abad megalithic terletak di daerah perbukitan di Kecamatan Tejakula 30 km timur kota Singaraja. Begitu memasuki bagian depan desa ini, seluruh rumah yang tersusun, dilihat dengan sangat mempesona. Meski kemajuan teknologi sudah merambat kesisi kehidupan desa ini, namun sisi kehidupan upacaranya masih kelihatan di desa ini. Berbagai arkeolog dunia sudah menyempatkan diri untuk mengunjungi desa ini. Pura Beji, Sangsit

Lingkungan pura ini berlokasi di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan lebih kurang 8 km di sebelah timur Kota Singaraja dan masuk sekitar 500 meter ke jalan menuju pantai. Lokasi ini mudah dicapai dengan kendaraan roda empat. Pura yang dimiliki oleh krama/anggota subak desa ini berada di tengah-tengah wilayah pertanian. Daya tarik dari pura ini adalah hampir semua bagian dari pura ini dihiasi oleh ukiran style Buleleng berbentuk tumbuh-tumbuhan merambat dan motif bunga ciri khas Bali Utara. Tidak ada bagian yang kosong tanpa ukiran. Lingkungan Pura Beji merupakan sebuah lingkungan Pura untuk

memuja Dewi Sri, sebagai Dewi yang dikaitkan dengan pertanian khususnya dipercayai sebagai Dewi yang menciptakan padi sebagai bahan makanan pokok. Lingkungan Pura ini juga dikenal sebagai lingkungan Pura Subak untuk Desa Adat Sangsit, dimana seluruh bagian lingkungan Raja dihiasi ukiran style Buleleng dalam bentuk tumbuh-tumbuhan yang merambat dan motif bunga yang mencirikan abad ke 15, jaman Raja Majapahit. Pada pintu gerbang lingkungan pura dihiasi dua ekor naga sebagai penjaga Pura. Daya tarik yang unik dari lingkungan pura ini adalah ukiran yang memenuhi semua bagian pura seakan-akan tidak satu tempat pura yang tidak dihiasi dengan ukiran. Ukiran ini dicat warna-warni sehingga lingkungan pura ini menjadi lebih unik lagi. Lingkungan Pura ini berlokasi di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Pura Meduwe Karang, Kubutambahan

Lingkungan Pura Maduwe Karang adalah salah satu lingkungan Pura di Bali yang telah dikenal wisatawan mancanegara sebelum Perang Dunia Kedua. Di Jaman itu wisatawan mancanegara datang ke Bali melalui laut di Pelabuhan Buleleng. Di tempat ini sambil menunggu angkutan umum para wisatawan mempergunakan waktu untuk mengunjungi Lingkungan Pura Beji di Desa Sangsit, Lingkungan Pura Maduwe Karang di Desa Kubutambahan.Lingkungan Pura ini terdiri dar i tiga tingkat yaitu Jaba Pura di luar lingkungan pura atau Jabaan, Jaba Tengah, dan Jeroan, bagian paling dalam adalah yang paling disucikan. Dua buah tangga batu menanjak menuju Jaba Pura, yang di bagian depannya dihiasi patungpatung batu padas, tiga puluh empat jumlahnya, yang diambil dari tokoh-tokoh dan adegan-adegan ceritera Ramayana. Patung yang berdiri di tengah-tengah memperlihatkan Kumbakarna yang sedang berkelahi dan dikeroyok oleh kera-kera laskar Sang Sugriwa. Yang unik, pada bagian dinding di sebelah utara terdapat ukiran relief orang naik sepeda yang roda belakangnya terdapat daun bunga tunjung. Daya tarik lain adalah pahatan Durga dalam manifestasinya sebagai Rangda, dalam posisi duduk dengan kedua lututnya terbuka lebar sehingga alat kelaminnya jelas kelihatan. Tangan kanannya diletakkan di atas kepala seorang anak kecil yang berdiri di sebelah lututnya, kaki kanannya diletakkan di atas binatang bertanduk yang sedang berbaring. Pada bagian lain dari dinding lingkungan pura ini terdapat pahatan seorang penunggang kuda terbang dan pahatan Astimuka. Tokoh ini dilukiskan sama dengan Sang Hyang Gana (Ganesha), yakni dewa dengan muka gajah. Kungkungan Pura Maduwe Karang ini terletak di Desa Kubutambahan, 12 km sebelah Timur Singaraja. Pura Dalem Jagaraga

Pura Dalem Jagaraga terletak di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan 11 km sebelah timur Kota Singaraja, dipinggir jalan jurusan Singaraja-Sawan. Desa ini terkenal dengan Puputan Jagaraga perang melawan Belanda pada tahun 1848 dibawah komando I Gusti Ketut Jelantik. Lingkungan Pura Dalem ini memiliki keunikan tersendiri yaitu relief mobil kuno yang dikendarai oleh orang yang bersenjata, relief pesawat jatuh, relief orang Belanda minum bir dan lain-lain. Juga patung Men Brayut cerita Rakyat Bali tentang seorang ibu dengan anak banyak yang masih kecil bergayutan minta digentong semua. Pura ini tak bisa ditemukan di lain tempat di Bali.

WISATA TENGAH KABUPATEN BULELENG Gedong Kertya dan Museum Buleleng

Gedong Kertya dan Museum Buleleng terletak di lingkungan Pura Seni Sasana Budaya Singaraja, tepatnya di jalan Veteran no. 23 Singaraja. Gedong Kertya adalah perpustakaan lontar yng ada hanya satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia. Terdapat koleksi dan salinan teks tulisan tangan yang berhubungan dengan Kesusastraan Bali, mitos, pengobatan, mantra-mantra, sastra religius dan lain-lain. Terdapat juga lontar berisikan gambar berbentuk komik yang disebut prasi. Terdapat sekitar 4000 lontar tersimpan di perpustakaan ini yang disimpan dalam sebuah kotak kayu. Beberapa meter di sebelah timur Gedong Kertya, terdapat Museum Buleleng yang didirikan pada tanggal 30 Maret 2002, dimana tersimpan koleksi-koleksi yang meliputi benda-benda Peninggalan Purbakala seperti sarkofagus, patung, senjata dan lainnya. Benda-benda Seni seperti Lukisan, kain-kain, Kerajinan Emas dan perak dan lainnya benda-benda yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Bali Utara seperti alat pertanian dan alat nelayan. Pelabuhan Buleleng

Terletak disebelah pesisir utara Kota Singaraja. Dijaman dulu ketika Singaraja sebagai ibu kota dari Nusa Tenggara adalah merupakan pusat pelayaran yang penting. Keputusan memindahkan Ibu Kota Propinsi Bali dari Bali Utara ke Bali Selatan adalah berdasarkan dibaginya Nusa Tenggara menjadi 3 propinsi, membuat Pelabuhan Buleleng menjadi kurang berfungsi. Kemerosotan pelabuhan buleleng mencapai puncaknya ketika pembangunan Pelabuhan Celukan Bawang 40 km arah Barat Singaraja. Namun sejak Tahun 2005 bekas Pelabuhan Buleleng ini telah ditata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dengan penataan taman serta bekas dermaga kayu yang sudah usang diperbaharui dilengkapi dengan sarana restauran terapung. Puri Buleleng

Sampai saat ini rakyat Buleleng masih bangga memiliki sisa bangunan Puri Raja Buleleng yang dibangun Dinasti Ki Barak Panji Sakti yang tersohor. Dua puri yang ada sekarang ini diantaranya satu terdapat di Jalan Veteran dan lainnya terdapat di Jalan Gajah Mada. Bangunan yang ada di dalamnya baik tempat tidur, kamar tamu, pertamanan, merajan (tempat suci), perpustakaan dan senjata-senjata, masih tersimpan rapi dan disakralkan oleh keluarga raja. Perhatian pemerintah daerah terhadap puri ini sudah menampakan kemajuan. Ini terbukti dengan datangnya bantuan pemerintahan dengan merehabilitasi bagian-bagian beberapa bangunan kedua puri yang hampir mendekati kerapuhan. Wisatawan bisa mengunjungi kedua puri ini kapan saja terhitung mulai pukul 8.00 sampai 5.00. Desa Beratan

Desa Beratan terletak disebelah selatan Kota Singaraja. Kurang lebih berjarak hanya 1 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Buleleng. Desa ini dikenal sebagai pengrajin emas dan perak. Pengrajin setempat memiliki style unik yang terkenal dengan Style Beratan. Wisatawan dapat berkunjung ke tempat pengrajin bekerja sambil melihat-lihat cara pengrajin mengolah bahan mentah menjadi bahan

kerajinan emas dan perak. Hasil karya mereka juga dipajangkan dan bila berniat wisatawan boleh membeli. Lovina

Kawasan Wisata Lovina ini merupakan kawasan wisata pantai dengan daya tarik utamanya pantai dengan air laut yang tenang, pasir berwarna kehitam-hitaman, dan karang laut dengan ikan-ikan tropisnya. Karena sifat lautnya yang tenang, Lovina ini sangat cocok untuk rekreasi air seperti menyelam, snorkling, berenang, memancing, berlayar, mendayung dan sekedar berendam di air laut. Disamping daya tarik tersebut di atas, dapat dicatat disini adanya ikan lumba-lumba dalam habitat aslinya. Ikan lumba-lumba yang jumlahnya ratusan ini dapat dilihat di pagi hari, kurang lebih satu kilometer lepas pantai. Ikan lumba-lumba yang menyelam, melompat di atas permukaan air dengan pemandangan untaian gunung di sebelah selatannya, langit kemerah-merahan pertanda terbitnya matahari, merupakan suatu pemandangan yang memberi daya tarik yang sangat memikat. Kawasan Lovina ini juga ditunjang oleh banyak daya tarik wisata di sekitarnya yang mudah dicapai. Daya tarik pariwisata di sekitar Lovina antara lain : Air Panas Banjar, Wihara Budaha, Air Terjun Gitgit, dan desa-desa sekitarnya yang sangat ideal untuk mereka yang mencintai alam (ecotourism). Secara resmi, kawasan ini disebut Wisata Kalibukbuk, namun lebih dikenal dengan sebutan Kawasan Wisata Lovina. Kawasan ini meliputi 2 kecamatan, yaitu Desa Pemaron, Desa Tukadmungga, Desa Anturan dan Desa Kalibukbuk masuk Kecamatan Buleleng sedangkan Desa Kaliasem dan Desa Temukus masuk Kecamatan Banjar. Kedua-duanya terletak di kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Desa yang terletak paling Timur yaitu Desa Pemaron (5 km Barat Singaraja) dan desa paling Barat yaitu Desa Temukus (12 km Barat Singaraja). Pusat kawasan wisata Lovina terletak 10 km dari kota Singaraja. Kawasan wisata Lovina sementara ini menjadi pusat fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Terdapat berbagai macam akomodasi, baik hotel berbintang, hotel melati, pondok wisata maupun homestay, rumah makan, toko cendramata, angkutan, pelayanan pertukaran uang (money changer), pelayanan informasi pariwisata (tourist information service), telpon (Wartel) dan lainlainnya. Sebagai kawasan wisata dan pusat fasilitas pariwisata di Buleleng, Lovina mendapat kunjungan yang terbesar dari wisatawan yang datang ke Buleleng. Berdasarkan hasil survey pariwisata tahun 1992, dari jumlah wisatawan yang menginap di Buleleng, 90 % menginap di Lovina. Lovina diberi nama oleh Almarhum Anak Agung Panji Tisna. Konon nama Lovina diambil dari nama hotel kecil di India yaitu Lafeina dimana beliau menginap dan menulis buku dengan judul Ni Ketut Widhi (yang kemudian buku ini diterjemahkkan kedalam beberapa bahasa dan untuk mengenang almarhum). Ada juga versi lain Lovina ini diambil dari adanya dua pohon santen yang ditanam oleh putra beliau yang kemudian tumbuh saling berpelukan. Jadi Lovina berasal dari bahasa latin dengan arti saling mengasihi atau saling menyayangi. Kemudian oleh Bupati Kepala Daerah tingkat II Buleleng, Drs. I Ketut Ginantra selama masa jabatannya dari tahun 1988 sampai 1993, Lovina diartikan sebagai singkatan dari Love dan Ina artinya Cinta Indonesia.

Air Terjun Gitgit

Air Terjun ini terletak di Desa Gitgit Kecamatan Sukasada. Dari Kota Singaraja berjarak 11 km ke arah selatan menuju Desa Pancasari dan Bedugul. Air terjun yang berketinggian 35 meter ini sangat asri dan memiliki panorama yang indah dan berada di lingkungan yang berhawa sejuk. Turun dengan jalan kaki setelah melewati tempat Parkir Gitgit, beberapa pemuda lokal yang diorganisir oleh desa adat setempat menawarkan jasa mengantar para wisatawan menuju wisata air terjun yang indah ini. Disamping suara deburan air terjun dan kicauan burung, hamparan sawah, perkebunan cengkeh dan kopi / begitu pula tumbuhan bambu sepanjang jalan menuju air terjun menyuguhkan suasana damai dan alami. Rice Terrace Ambengan

Ambengan, sebuah desa yang posisinya di atas bukit hijau di Kecamatan Sukasada yang jaraknya sekitar 6 km sebelah selatan kota Singaraja. Karena letaknya di daerah perbukitan serta mayoritas penduduknya bertani, desa ini dihiasi oleh hamparan sawah yang sangat indah. Disamping potensi terraseringnya, Ambengan juga memiliki lebih dari empat air terjun dan beberapa buah kolam alami yang cukup lebar serta sangat eksotis yang sering disebut sebagai sebuah taman yang tersembunyi, dimana para wisatawan bisa berenang sambil menikmati hawa sejuk. Desa Sambangan

Sambangan, sebuah desa yang posisinya di atas bukit hijau di Kecamatan Sukasada yang jaraknya 6 km dari Kota Singaraja. Desa Sambangan letaknya berdampingan dengan Desa Ambengan yang hanya di batasi oleh sebuah jurang yang cukup lebar, karena itu secara geografis juga tidak jauh berbeda diantara kedua desa tersebut. Disamping dikelilingi oleh hamparan sawah (rice terrace) yang mempesona, desa ini juga memiliki potensi air terjun serta sebuah bendungan yang sangat cocok untuk wisata alam seperti trekking dan juga meditasi, karena banyak memiliki tempat yang menawarkan ketenangan jiwa. Bagi mereka yang ingin mengenang masa lalu dengan mandi di sungai, desa ini memiliki banyak kolam-kolam alami disepanjang sungai dengan airnya yang bersih. Danau Buyan dan Danau Tamblingan

Danau Buyan dan Danau Tamblingan sering dianggap sebagai danau kembar karena letaknya yang berdekatan. Dari segi wilayah, Danau Buyan terletak di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada dan Danau Tamblingan terletak di Desa Munduk Kecamatan Banjar. Kedua danau ini dapat di tempuh dari Kota Singaraja sejauh 24 km melalui Desa Gitgit dan 42 km lewat Kota Seririt ke selatan menuju Desa Munduk. Keaslian alam dikedua danau ini masih sangat dirasakan misalnya dengan tidak adanya penggunaan perahu bermotor dikedua danau ini. Air Panas Banjar

Terletak di Desa Banjar, Kecamatan Banjar 19 km sebelah barat dari Kota Singaraja dan 1 km sebelah barat Wihara Budha. Air Panas Banjar dikenal sebagai sebutan Hot Spring sudah tidak asing lagi bagi para praktisi pariwisata. Berbagai tamu dari mancanegara telah mengunjungi wisata alam ini. Air panas yang muncul dari perbukitan setempat dibuat bertingkat, ditingkat pertama terdiri dari beberapa pancoran

dimana wisatawan dapta mandi air panas. Kolam kecil juga tersedia pada tingkatan ini. Pada tingkatan kedua kolam dibuat lebih besar. Air Terjun Melanting

Air terjun yang setinggi kurang lebih 15 meter ini berada ditengah-tengah hutan kopi dan cengkeh di penghujung timur Desa Munduk Kecamatan Banjar 42 km sebelah selatan dari Kota Singaraja. Deburan air dan suara burung kecil dan belalang ditambah dengan suasana yang terpencil memberikan kesan alami bagi pengunjung yang datang. Disamping Potensi air terjun dan Danau Tamblingan Desa Munduk juga kaya akan potensi lainnya seperti perkebunan kopi dan cengkehnya serta tanaman buah-buahan seperti jeruk dan perkebunan bunagn, hamparan sawah (Rice Terrace) yang eksotis sangat digemari oleh wisatawan untuk trekking. Desa Sidetapa

Merupakan salah satu desa tua di Bali Utara Bagian Tengah, tepatnya berlokasi 20 km sebelah barat Kota Singaraja. Yang menarik dilihat adalah bentuk rumah yang berpola persegi panjang terbagi tiga bagian : jeroan, jaba tengah, dan bencingah. Ketiga bagian ini disekat dengan tembok kayu berpintukan kayu. Di jeroan terdiri dari beberapa sekatan yang lebih kecil untuk tempat suci. Disini adalah semua tempat suci ada dalam rumah (tidak seperti umumnya orang Bali , yang menempatka posisi tempat suci tidak di dalam rumah tetapi diluar rumah). Di jaba tengah bagian adalah tempat untuk leluhur, dapur, dan ruang tinggal, bencingah, ruang pintu masuk menuju rumah. Brahma Budha Wihara

Terletak di Desa Banjar Tegeha, 18 km arah barat Singaraja. 2 km ke selatan dari jalan raya SingarajaSeririt. Wihara ini terletak di kaki bukit menghadap ke laut. Brahmavihara-Arama lebih dikenal dengan nama Wihara Buddha Banjar merupakan vihara buddha yang terbesar di Bali . Areanya cukup luas. Dari tempat ini dapat melihat pemandangan Laut Bali Utara yang membentang dari arah timur sampai ke barat karena letaknya di daerah perbukitan, hal ini menjadikan vihara buddha ini memiliki daya tarik yang kuat untuk wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Tugu yang mengesankan adalah lonceng kuil yang besar, sumbangan dari Thailand , fanel-fanel yang mencerminkan cerita budha, dan juga patung budha. Memberikan tempat ideal bagi mereka yang mencari tempat untuk meditasi. WISATA BARAT KABUPATEN BULELENG Rice Terrace Busungbiu

Hampar persawahan (rice terrace) ini terdapat di penghujung selatan Desa Busungbiu -+ 39 km sebelah selatan kota singaraja, di pinggir jalan utama Singaraja Denpasar via pupuan. Hamparan persawahan ini terlihat sangat menakjubkan yang dilatar belakangi oleh perbukitan hijau dan ditengah tengah persawahan terlihat untaian sungai yang berkilauan dengan airnya yang mengalir sepanjang tahun. Aktifitas petani di sekitar persawahan membawa para pengunjung pada suasana pedesaan yang alami. Dari areal parkir yang terletak dipinggir jalan ini juga disediakan panggung yang terbuat dari kayu sehingga para pengunjung dapat menikmati hamparan persawahan dengan leluasa.

Desa Pemuteran

Pemuteran terletak dipesisir barat dari pulau Bali 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya yang berada diantara gugusan perbukitan dan laut menjadikan tempat ini menjadi sangat eksotis. Pantai Pemuteran merupakan obyek wisata yang sangat cocok bagi wisatawan yang suka tempat sepi dan jauh dari kebisingan. Karang laut yang dipelihara secara profesional dan proyek penangkaran penyu juga ada di desa ini. Meskipun telah dikembangkan sebagai obyek wisata, pantai ini masih menunjukkan keasliannya. Masyarakat pantai masih mempergunakan peralatan tradisional seperti perahu dan jaring untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Di desa ini juga terdapat Pura Pemuteran yang terkenal dengan sumber air panasnya. Berbagai fasilitas wisata sudah tersedia di tempat ini, dari hotel melati sampai hotel bintang lima , restoran serta dive center dengan mudah dapat ditemui disini. Pura Pulaki

Terletak di Desa Banyupoh,Kecamatan Gerokgak 53 km sebelah barat dari Kota Singaraja. Pura ini termasuk salah satu Pura Dang Khayangan (Penyungsung Jagat Bali) yang ada di Bali (seperti halnya Pura Besakih di Kabupaten Karangasem, Pura Uluwatu di Kabupaten Badung dan lainnya), yaitu suatu pura yang merupakan tanggung jawab langsung oleh pemeluk Agama Hindu di Kabupaten, dalam hal ini Kabupaten Buleleng. Pura ini mempunyai pesanakan (keluarga) pura yang letaknya berdekatan seperti pura Pemuteran, Pura Melanting, Pura Kerta Kawat dan Pura Pabean. Masing masing Pura ini difungsikan untuk keperluan tertentu dalam kehidupan berspiritual di Bali . Ratusan kera kera hidup di sekitar wilayah Pura ini. Makam Jaya Prana

Kuburan Jaya Perana dan Layon Sari ini terletak di kawasan hutan belukar Teluk Terima, Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerokgak, 67 km sebelah barat Kota Singaraja. Kuburan ini merupakan bangunan kisah romantis seperti cerita Romeo dan Juliet di Eropa atau Sampek Engthai di Cina. Jaya Prana dan Layon Sari adalah merupakan pasangan suami isteri yang sangat ideal pada masa Kerajaan Wanekeling Kalianget tempo dulu. Karena kecantikannya sang raja jatuh cinta pada Layon Sari dan dengan tipu muslihatnya dapat membunuh Jaya Prana. Sedangkan Layon Sari yang tidak mau diperistri oleh raja memilih bunuh diri untuk menyusul suami tercintanya. Setiap Bulan Purnama dan Bulan Mati (Tilem) dan hari hari suci lainnya seperti Galungan, Kuningan, dan lain lain banyak umat melayat datang ke kuburan ini. Taman Nasional Bali Barat

Terletak di bagian barat Pulau Bali, di Des Sumber Klampok Kecamatan Gerokgak 70 km sebelah barat Kota Singaraja. Taman Nasional Bali Barat (TNBB) mencakup area seluas 7700 km 2 , sebagian besar wilayahnya berada di wilayah Kabupaten Buleleng (di Desa Sumber Klampok) dan sisanya di wilayah Kabupaten Jembrana.

Areal ini secara resmi dinyatakan sebagai taman nasional melalui keputusan dirjen kehutanan no.46/kpts/sek/84 dengan tujuan melindungi dan melestarikan keberadaan flora dan fauna. Fauna yang paling terkenal adalah Jalak Bali atau Bali Starling, satwa yang dilindungi. Areal ini adalah habitat asli dari jalak putih yang tidak terdapat di tempat lain di dunia. Bagi mereka yang ingin melihat spesies ini bisa berkunjung ke TNBB melalui Tegal Bunden 1,5 km barat laut Desa Sumber Klampok. Pulau Menjangan

Pulau Menjangan adalah Pulau Karang yang terletak di ujung barat laut Pulau Bali. Pulau ini mudah dijangkau lewat Labuhan Lalang di Desa Sumber Klampok Kecamatan Grokgak 55 km sebelah selatan Kota Singaraja. Pulau Menjangan merupakan salah satu tempaat menyelam terbaik di Dunia. Disini keindahan dan misteri pemandangan bawah laut dapat ditemukan. Kecantikan taman lautnya telah mampu menarik perhatian para penyelam tingkat dunia. Pulau ini adalah bagian dari TNBB. (Taman Nasional Bali Barat) dan semua kehidupan di pulau ini dilindungi. Tidak diperkenankan memancing, mencari karang atau berburu binatang disini. Pengembangan Mutiara

Perairan di bagian barat Buleleng memiliki banyak potensi yang sangat menarik untuk dinikmati oleh para wisatawan. Disamping potensi keindahan alam bawah lautnya seperti di Pulau Menjangan, juga terdapat pengembangan / budidaya mutiara seperti yang terdapat di Desa Sumber Klampok 68 km sebelah barat Kota Singaraja dan di Desa Penyambangan. Sejak berabad abad mutiara telah dijadikan simbol kealiman dan kesucian, maka tidak heran mutiara banyak dicari baik untuk tujuan bisnis maupun untuk dipakai sendiri. Para wisatawan disini akan disuguhkan suatu pengalaman yang unik, dimana wisatawan akan bisa melihat proses pengolahan mutiara dari yang masih di dalam kerang sampai yang sudah jadi. Bali Handara Kosaido

Di dataran tinggi Bali yang penuh dengan tumbuhan hijau, dalam ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut, disinilah Bali Handara Kosaido Country Club berdiri. Dataran tinggi ini dianugerahi iklim sempurna yang ideal untuk bermain golf di kepulauan tropis yang penuh daya pesona. Lokasi terletak sekitar 66 kilometer dari lapangan udara internasional Ngurah Rai, Bali , dikelilingi hutan tropis dan diperindah lagi dengan pemandangan danau Buyan. Dengan suhu udara rata-rata 16-20 derajat Celcius, Bali Handara merupakan tujuan wisata golf yang paling nyaman di Bali . Semua kamar memiliki teras pribadi yang menghadap ke lubang golf, dilengkapi dengan alat pemanas yang bisa diset sesuai kebutuhan dan mini bar. Luxury Bungalow dibangun dengan gaya Bali dan semua ruangan dilengkapi dengan kamar mandi pribadi, alat pemanas yang bisa diset sesuai kebutuhan, televisi dengan satelit dan minibar. Lapangan golf publik dengan 18 lubang yang dirancang oleh Peter Thomson, Michael Wolferidge & Associates dan Driving Range . Fasilitas tersedia 2 Lapangan Tenis, Pusat Kebugaran & Kesehatan, Toko Perlengkapan Golf, Pijat, mandi tradisional gaya Jepang dan Spa. Tersedia 1 Restauran dengan menu masakan internasional dan masakan otentik Jepang, Bar dengan Karaoke, Lobby Bar. Tersedia ruang pertemuan dan banquet yang dapat menampung antara 70 hingga 100 orang.

Air Panas Banyuwedang(Banyuwedang Hot Spring)

Air Panas Banyuwedang bersumber dari mata air panas yang muncul di pantai. Air panas ini berada di bawah air pada waktu air pasang. Merupakan sumber air panas terbesar, bangunan beton pengaman dibuatkan dalam bentuk lingkaran yang berfungsi sebagai tanggul, sehingga pada saat air pasang air panas tersebut tidak bercampur dengan air laut. Air panas ini banyak mengandung belerang dengan rata-rata suhu 40 derajat celcius. Karena kandungan belerangnya yang cukup tinggi, air panas ini dipercayai secara meluas bahkan sampai ke pulau Jawa karena air panas ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit terutama penyakit kulit. Tidak mengherankan apabila banyak orang-orang yang datang ke tempat ini dengan harapan penyakitnya dapat sembuh. Pantai dimana terdapat sumber air panas ini ditumbuhi tanaman bakau yang mencegah abrasi pantai. Dapat dikatakan pantai Bayuwedang ini bebas dari abrasi. Adanya teluk dan beberapa pasir putih di sekitarnya menambah asset pariwisata di sekitar Banyuwedang ini. Air Panas Banyuwedang terletak di Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak 60 km dari kota Singaraja, dipinggir batas kawasan Taman Nasional Bali Barat. Di sebelah selatan jalan raya ke Air Panas Banyuwedang termasuk kawasan Taman Nasional, sedangkan di sebelah utaranya adalah kawasan Batu Ampar yang terdiri dari tanah berkapur. Kawasan Batu Ampar ini oleh daerah tingkat II Buleleng telah direncanakan sebagai kawasan wisata baru, mengingat adanya potensi daya tarik yang besar, diantaranya adalah adanya Taman Laut di sekitar Pulau Menjangan. Jalan menuju air panas Banyuwedang dari jalan raya jurusan Singaraja-Gilimanuk telah dikeraskan, demikian pula telah dibangun fasilitas parkir. Di sumber air panas yang ditanggul dibangun sebuah bangunan dengan beberapa kamar mandi tertutup. Di areal Air Panas Banyuwedang terdapat juga beberapa fasilitas WC yang dibangun oleh Taman Nasional Bali Barat, dan beberapa tempat berteduh. Jumlah kunjungan wisatawan Nusantara tinggi jika dibandingkan dengan Mancanegara. Pengunjung yang datang kebanyakan dengan tujuan untuk berobat. Pengunjung yang dari pulau Jawa kebanyakan berasal dari Daerah Banyuwangi. Sesungguhnya sumber air panas Banyuwedang terletak ditengah-tengah hutan bakau di pinggir pantai. Daerah sekitarnya relatif gersang karena tanahnya terdiri atas tanah kapur dan tidak terdapatnya sungai yang dapat menjadikan sumber air untuk penghijauan sekitarnya. Oleh karenanya tanaman yang banyak tumbuh adalah tanaman yang tidak banyak membutuhkan air, seperti yang dikenal di Bali sebagai pohon bekeul atau bangyang. Adanya air panas yang mengandung belerang yang terletak di pinggir pantai ditunjang dengan daerah yang jarang penduduknya sehingga dapat diciptakan suasana tenang, menyebabkan Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali akan mengembangkan daerah ini sebagai Kawasan Pariwisata Untuk Kesehatan, atau yang umum disebut Health Tourism.

Kuliner
Seperti halnya seni dan budaya, kuliner yang ditemui di buleleng merupakan kuliner Bali pada umumnya. Hidangan-hidangan yang dibuat di Buleleng juga secara umum dibuat dari daging babi, seperti babi guling, sate lilit, lawar, dan makanan lain berbahan dasar sama yang juga dapat ditemukan di daerah

manapun di bali. Tetapi, karena perkembangan pariwisata dan wisatawan yang berasal dari berbagai daerah, kini hidangan hidangan tersebut sudah dimodifikasi bahan dasarnya agar bisa dinikmati semua kalangan. Walaupun kuliner di Buleleng sama halnya dengan di Bali pada umumnya, tetapi ada juga kuliner yang khas dan tidak ditemukan di tempat lain. Blayag

Adalah hidangan khas Buleleng yang terdiri dari ketupat, tetapi tidak disertai bumbu kacang melainkan bumbu yang kental berwarna kuning yang terbuat dari santan sehingga bumbunya terasa gurih. Campuran lainnya adalah urab sayur, kacang kedelai, dan gorengan ayam kering yang disajikan bersama diatas daun pisang. Harga makanan ini sangat murah dan dapat ditemukan di berbagai daerah di kabupaten Buleleng. Sate Plecing

Sate ini terbuat dari daging babi dimana cara pembuatannya serupa dengan sate-sate lainnya. Hanya saja daging yang telah dibumbui sebelum dibakar ini, akan disajikan lagi dengan sambal cair yang pedas yang disebut sambal plecing. Sudang lepet

Buleleng merupakan kabupaten yang terletak di belahan utara pulau Bali yang sekaligus memiliki garis pantai terpanjang di pulau dewata. Ini menunjukkan bahwa potensi perikanan Buleleng sangat besar jika mampu dimanfaatkan secara optimal, dan tentunya harus diimbangi dengan tarikan permintaan yang memadai atas hasil lautnya tersebut. Selain untuk dikonsumsi sebagai makanan rumahan, banyak pihak yang memanfaatkan berbagai hasil lautnya ini untuk dijadikan olahan yang tentunya menghasilkan peluang bisnis yang besar di pasaran, salah satunya adalah olahan "Sudang Lepet". Sudang lepet sudah tidak asing lagi kita dengar dalam masyarakat, ya, sudang lepet adalah olahan ikan yang diproduksi dengan cara dikeringkan kemudian dipipihkan. Imbas dari pengeringannya tersebut menciptakan rasa asin pada ikan yang membuat rasanya terasa begitu khas, dan ini pula yang menyebabkan sudang lepet ramai dicari orang untuk dijadikan bahan masakan yang diolah dalam berbagai bentuk masakan. Salah satu olahannya yaitu abon sudang, dimana rasanya jauh berbeda dari abon-abon berbahan daging pada umumnya. Siobak

Siobak merupakan makanan khas kabupaten Buleleng yang berbahan baku daging babi. Hampir seluruh bagian tubuh babi dapat diolah untuk dijadikan siobak. Mulai dari kulit, daging, tulang rawan, sampai jeroannya. Daging Babi pertama-taman direbus dengan kecap manis dan kecap asin serta beberapa rempah sampai empuk. Salah satu rempah yang digunakan dalam proses merebus adalah ngohyang. Mungkin ngohyang inilah yang membuat cita rasa dari siobak khe lok menjadi sangat spesial di mata para penikmat kuliner. Kemudian, daging yang sudah direbus dipotong tipis-tipis, ditata diatas sebuah piring dan ditambah kerupuk kulit babi yang renyah. Lalu dilumuri dengan saus spesial berwarna coklat tua yang merupakan

kombinasi cita rasa kuliner China dan Bali. Sepiring siobak tersebut akan diberi topping berupa acar mentimun dan taburan cabe cincang. Bumbu spesial siobak khe lok terbuat dari cabe yang diblender dengan garam, kemudian direbus bersama tauco, kaldu babi, dan berbagai rempah lainnya.

PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai identitas local dari Kabupaten Buleleng, Bali dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

You might also like