You are on page 1of 17

Tugas Ortodonsia II DIAGNOSA ORTODONTIK

Disusun oleh :
Connie Erlin A Windra Rante M Annisa Rosalia S Debi Christian I Dimas S Novianto Rini Siska Sari Novi Atmania D Irma Damayanti S Annis Syarifah Fitri Rahmawati Astrodita Adya Seta Noviani Dwi R Conita Nugrahety Anggy Natya L Anteng Laras Palupi Intan Kumaladewi Rista Putri S Kiki Saputri Inten Pratiwi Raden Revita Y I 7606 8274 8316 8326 8358 8572 8574 8578 8576 8580 8582 8584 8586 8588 8590 8592 8594 8596 8598 8600 Carla Maria D H Diera Kususmawardhany Nova Noerdiany L Anugerah Pekerti A Fahri Reza R Edwita Ramadhani Galuida Winarta T I Mahadna Aulia R Ahmed Febri N.H Luqman Alfarizi P Sadiyah Nur Rahmawati S Luthfianisa P K Rama Insan K W Reiza Prambandana Achmad Fikri A Dhyas Trisna P Anggraeni Puspasari Monica Dwi Anggraini Tantia Cita D F Dhinintya Hyta Narissi L 8602 8606 8608 8610 8612 8616 8620 8622 8624 8626 8628 8630 8632 8634 8636 8638 8640 8642 8644 8646 8650

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada 2012

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah Makalah ini pada dasarnya disusun sebagai syarat dalam memenuhi tugas Ortodonsia II dan untuk menjelaskan mengenai diagnosa ortodontik. Suatu kasus ortodontik dalam pemenuhan tujuan akhirnya dalam hal tindakan estetis maupun kasus maloklusi gigi geligi, terlebih dahulu haruslah terlibat dalam penegakan diagnosa, sebelum akhirnya sampai dalam penanganan dan perawatan ortodontik. Diagnosa ortodontik bukanlah hal mudah yang dapat diambil konklusinya dengan cepat dan tepat. Langkah-langkah awal dalam hal pengambilan diagnosa merupakan kegiatan wajib yang patut diketahui dan dilakukan oleh praktikan akademika calon maupun dokter gigi terkait. Langkah tepat dalam penegakan diagnosa pasien akan menolong pasien tersebut dalam melengkapi tujuan ortodontik yang diinginkan. Analisa kasus pasien dengan seksama dan menyeluruh selanjutnya akan membantu dalam rencana perawatan yang akan diberikan dokter gigi terhadap pasiennya. Dalam makalah ini, akan dijelaskan bagaimana peranan penting diagnosa tersebut terhadap kelangsungan prognosis pasien terkait anomali maupun maloklusi yang diderita pasien tersebut. Diagnosa ortodontik yang benar dan sesuai akan menuntun dokter gigi menuju ke arah tujuan ortodontik pasien yang diharapkan.

I.2 Perumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan diagnosa ortodontik? 2. Bagaimana peran diagnosa ortodontik terhadap tujuan ortodontik dokter gigi? 3. Bagaimana pelaksanaan praktik kedokteran gigi dalam menegakkan diagnosa ortodontik?

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diagnosa Ortodontik Menurut Rakosi dkk (1993), diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur sistematis dalam menentukan kelainan; menemukan kelainan, perencanaan terapi dan penjabaran indikasi, yang mengarahkan dokter untuk dapat melakukan tindakan. Pengertian diagnosa adalah mempelajari dan

menyimpulkan data mengenai problem klinis dengan tujuan menentukan ada atau tidaknya keadaan abnormal. (Eka, 2012) Menurut Salzmann (1950), diagnosa dibedakan atas Diagnosa Medis (Medical diagnosa) yaitu suatu diagnosa yang menetapkan penyimpangan dari keadaan normal yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan tindakan medis atau pengobatan, dan Diagnosa Ortodontik yaitu diagnosa yang menetapkan suatu kelainan atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit) yang membutuhkan tindakan rehabilitasi. Diagnosa ortodonti berbeda dengan diagnosa medis lainnya. Diagnosa medis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan diagnosa ortodontik berhubungan dengan kelainan yang berhubungan dengan hal-hal menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial), terutama kelainan dalam hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah (maloklusi). (Eka, 2012) Dalam diagnosa ortodontik, biasanya digunakan analisa individual untuk mendapatkan diagnosa yang benar. Informasi yang didapatkan harus objektif, relevan, dan akurat. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan sistem orofasial, dan juga harus selektif. Analisa individual akan menunjukkan perkembangan sistem mastikasi tiap individu, yang oleh Andersen (1931) disebut individual optimum. Analisa data individual secara sistematis dapat menentukan tipe dalam kelompok kasus pada diagnosa. Pengelompokan kasuskasus yang sama ke dalam kelompok yang lebih besar, selanjutnya akan dibagi ke dalam klasifikasi berdasarkan tipe-tipe kelainan yang ditemukan. (Rakosi dkk, 1993) Menurut Schwarz (Iman, 2008), diagnosa ortodontik dapat dibagi menjadi: 3

1. Diagnosa Biogenetik (Biogenetic diagnosa) 2. Diagnosa Sefalometrik (Cephalometric diagnosa) 3. Diagnosa Gigi geligi (Dental diagnosa) Diagnosa ortodontik terdiri atas daftar semua aspek menyimpang yang berhubungan dengan oklusi. Hal ini mendahului rencana perawatan yang dilakukan karena hubungannya dengan berbagai macam faktor dan dampak pada perawatan dari diagnosa yang perlu dipertimbangkan. (Heasman, 2003) Dalam menangani setiap kasus ortodonti, para praktisi harus menyusun rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosa. Menurut Eka (2012), keberhasilan perawatan ortodonti sangat ditentukan oleh diagnosa, rencana perawatan, dan mekanoterapi yang tepat. Untuk menetapkan diagnosa, ada prosedur standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut menurut Rakosi dkk (1993) meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra dan ekstra oral, analisa fungsional, analisa ronsenologis, analisa fotografi, pemeriksaan radiologis, dan analisa model studi, yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. Setiap komponen data tersebut memiliki peran yang sama pentingnya dalam menentukan diagnosa ortodontik (Eka, 2012). Diagnosa dilakukan berdasarkan pengumpulan informasi secara akurat tentang pasien dari pemeriksaan kasus secara logis. (Heasman, 2003) 1. Anamnesis A. Waktu Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan oklusi sangat perlu untuk dicatat, seperti bentuk, posisi dan adanya incisivus permanen dan untuk merencanakan intervensi yang sesuai terhadap abnormalitas yang ditemukan yang akan mempengaruhi urutan erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama permanen harus diperiksakan secara rutin sejak umur 8 tahun, dan palpasi dari kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar umur 10 tahun. Deteksi awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan waktu yang optimal untuk perawatan agar dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan anak-anak

pemeriksaannya tertunda sampai gigi permanen telah erupsi. Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik dasar untuk pasienya dan merujuk ke spesialis apabila diperlukan. 4

Ketika pertumbuhan gigi dan/atau oklusal menyimpang dari normal, atau ketika diskrepansi secara signifikan pada pembentukan dentofasial atau hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut pasien dan berpengaruh terhadap kesehatan gigi dalam jangka waktu yang lama, hal tersebut diindikasikan untuk dirujuk. Selain dari data personal, surat rujukan harus mengandung referensi secara spesifik terhadap: Persepsi pasien terhadap masalah Catatan kehadiran mereka Tingkat kepekaan mereka terhadap kesehatan gigi termasuk orang tuanya (jika perlu) Status kebersihan oral Perkiraan prognosis dari gigi terestorasi maupun trauma

Gambaran radiografi terbaru serta cetakan model rahang pasien juga penting disertakan saat memberikan rujukan. Pemeriksaan ortodontik meliputi 3 tahap yaitu : a. Riwayat yang lengkap b. Pemeriksaan klinis yang sistematik dan mendalam c. Pengumpulan informasi yang relevan dari evaluasi khusus yang diperlukan B. Kepentingan perawatan Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama: Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur, tingkat kepercayaan diri, persepsi diri dan lingkungan terhadap masalah oklusi dan gangguan perkembangan rahang, kelas sosial, dan keinginan orang tua 2. Riwayat Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi: Alasan pasien datang ke dokter gigi Siapa yang mengajukan tentang perawatan Perilaku perawatan Kesadaran dari dokter gigi

A. Riwayat Kesehatan Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau orang tuanya, dan hasil temuannya dikonfirmasi lebih lanjut lewat wawancara di klinik. Beberapa kondisi kesehatan kemungkinan dapat memberikan pengaruh terhadap perawatan ortodontik. B. Riwayat Kesehatan Gigi Kebiasaan, perluasan, dan frekuensi dari perawatan gigi sebelumnya dengan tingkat kerjasama pasien harus dicatat, bersamaan dengan perilaku kesehatan gigi pasien sehari-hari. Riwayat kehilangan gigi awal pada gigi susu serta trauma incisor juga perlu dicatat. Jika sebelumnya sudah pernah dilakukan perawatan ortodontik, detail yang berhubungan dengan pencabutan gigi dan tipe alatnya harus diperhatikan. Apabila perawatannya ditinggalkan, pasien harus ditanya secara hati-hati untuk alasannya. Untuk pasien anak, pertanyaan tentang perawatan ortodonsia pada saudara mereka dan kerjasamanya, mugkin dapat membantu menilai tingkat kesadaran keluarga tentang kesehatan gigi dan akan sangat mendukung apabila ditawarkan dilakukan perawatan. Disarankan juga untuk menanyakan riwayat tentang sendi TMJ termasuk nyeri, kelemahan otot maupun kesulitan membuka mulut dan riwayat apabila pasien menyadari memiliki kebiasaan bruxism. C. Riwayat Sosial Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada saat melakukan perjanjian harus diperhatikan. Akses terhadap transportasi, akan mempermudah kesadaran orang dewasa untuk menemani berhubungan pasien anak, bersamaan dengan yang informasi mungkin yang dapat

dengan

kegiatan-kegiatan

memengaruhi kehadiran juga penting. 3. Pemeriksaan Klinis Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan umur pasien dilihat dari tingginya dan tingkat kedewasaannya secara umum. Hal ini juga dapat memberikan indikasi terhadap potensi tumbuh dimasa mendatang. Apabila pasien ditemani oleh orang tua, genetik oklusi keluarga juga penting untuk diperhatikan (misalnya diastema medial). 6

Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk mencatat dan mengengevaluasi aspek facial, oklusal dan fungsional dari pasien untuk melengkapi diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral harus dilakukan. A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL) Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek yang sangat penting dan mempengaruhi hasil perawatan. Aspek-aspek tersebut adalah: Keadaan gigi-geligi Kelainan posisi gigi Kebersihan mulut; Gusi Frenulum labial Lidah; Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal) Tonsil (amandel) Garis tengah (median) Jarak gigit vertikal Jarak gigit horisontal Gigitan silang Celah antar gigi (diastema) Kurva Spee

B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONSEN) Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan menggunakan foto ronsen panoramik. Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:

1.

Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah

2.

Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung. Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk perawatan.

3.

Melihat ada tidaknya kelainan patologis

Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu prosedur dental diperlukan sebagai langkah awal sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini. C. ANALISA SEFALOMETRI Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan frontal. Adapun kegunaan pemeriksaan sefalometri adalah untuk: Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial Mendiagnosa kelainan kraniofasial; Mempelajari profil wajah; Merencanakan perawatan ortodonti; Evaluasi hasil perawatan ortodonti; Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati; Analisa fungsi sendi rahang; dan Untuk tujuan penelitian.

D. ANALISA FOTOGRAFI Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan) dilakukan untuk menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar wajah dengan kontur jaringan lunak. Analisa profil dapat menjadi

bahanpertimbangan apakah pasien akan dilakukan prosedur pencabutan gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi wajah yang simetris atau tidak. Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi bahan pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012)

E. ANALISA MODEL STUDI Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. (Rakosi dkk, 1993) Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen penting dalam perawatan ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik awal dimulainya perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai data tambahan untuk mendukung hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan model studi bukan hanya untuk merekam keadaan geligi dan mulut pasien

sebelum perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya perbedaan ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut lebih memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi. F. PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisa tidak akurat. Model studi dengan basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam 9

keadaan oklusi sentrik serta

diproses hingga mengkilat, akan

memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien. (Proffit, 2000) - Macam-macam Analisa Model Studi Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum. (Rakosi dkk, 1993)

2.2

Pelaksanaan Diagnosa Ortodontik Dalam diagnosa dan rencana perawatan, ortodontis harus: 1. Mengenali berbagai karakteristik maloklusi dan deformitas dentofasial 2. Mendefinisikan memungkinkan 3. Merancang strategi perawatan berdasarkan kebutuhan yang spesifik dan keinginan dari individu Pada pelaksanaan diagnosa, tidak hanya berpusat pada area tertentu saja. Pendekatan problem-oriented untuk diagnosa dan rencana perawatan telah secara luas dianjurkan pada bidang kedokteran maupun kedokteran gigi dalam hal menilai kondisi pasien. Esensi dari pendekatan problem-oriented adalah perkembangan data yang komprehensif mengenai informasi yang didapat dari pasien. Untuk tujuan perawatan ortodontik, data tersebut dapat diperoleh dari tiga sumber utama: 1. Menanyakan pasien (anamnesis) 2. Pemeriksaan klinis terhadap pasien 3. Evaluasi dari rekam medis, termasuk gigi, radiograf, gambaran fasial dan intraoral Data ortodontik 10 sumber masalah, termasuk etiologinya jika

a. Data interview a. Chief complaint / Keluhan Utama Setelah pasien membuat kunjungan pertama, kemudian keluhan utama muncul, baik dengan tujuan pasien mengenai mencari solusi masalah fungsional maupun estetika. Proses ini biasanya terdiri dari oral interview, walaupun kuisioner mungkin digunakan untuk memeriksa apa yang pasien rasakan tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dengan baik. Kuisioner ini dapat membantu pasien untuk mengevaluasi dengan teliti mengenai pilihan estetika dan dapat menunjukkan dengan spesifik pada bagian yang dirasakan nyeri atau tidak nyaman. b. Medical history (termasuk dental history) Untuk mendapat riwayat medis, ortodontis atau asisten harus selalu menanyakan beberapa pertanyaan penting, karena kebanyakan pasien tidak menyadari hubungan antara kesehatan secara umum dengan perkembangan terhadap dental. Hal penting yang harus diketahui meliputi saat terakhir berobat, pernah dirawat inap di rumah sakit atau tidak, dan obat-obatan apa saja yang pernah digunakan. Hal-hal lain yang lebih luas meliputi riwayat alergi, riwayat transfuse darah, dan masalah terhadap jantung atau demam reumatik. Kesehatan dan kondisi dental pasien merupakan indikator yang baik dari kecurigaan terhadap penyakit periodontal maupun karies. Pertanyaan penting lain untuk ditanyakan adalah apakah pasien pernah memiliki trauma terhadap gigi. Perawatan ortodontik dapat memperburuk gejala periapikal yang telah ada (walaupun pada bagian tepi/marginal) yang dikarenakan trauma. Biasanya pergerakan gigi dikeluhkan jika masalah semakin buruk. c. Family history Riwayat keluarga dapat dimulai dengan menanyakan apakah saudara pasien mengalami perawatan ortodontik dan diskusi mengenai sumber masalah mereka. Pertanyaan yang juga ditanyakan apakah orang tua pasien juga pernah mengalami perawatan ortodontik. Jika jawabannya ya, ortodontis perlu tahu alasan perawatan dari orang tua pasien tersebut. 11

d. Social and behavioral history Informasi mengenai riwayat ini lebih sulit untuk dicapai karena pasien sering enggan untuk bicara mengenai masalah emosional anak. Pertanyaan mengenai perkembangan semasa sekolah dapat

membantu. Jika ortodontis mencurigai adanya masalah emosional karena menemukan perilaku seperti kebiasaan menghisap jempol yang lama, perkembangan yang buruk saat sekolah, berjalan saat tidur pada anak, ortodondontis harus menanyakan apakah keluarganya menerima konseling. Jika terdapat masalah utama, orang tua pasien kemudian biasanya akan bercerita mengenai perceraian, pasangannya yang sakit atau meninggal, atau masalah serius lainnya dalam rumah. Pertanyaan mengenai perkembangan pada masa sekolah dapat mengungkapkan anak memiliki ketidakmampuan dalam belajar. Pada kasus seperti ini, ortodontis harus memodifikasi pendekatan terhadap anak karena pasien seperti ini mungkin memiliki pengurangan jangka waktu pemusatan perhatian dan oleh karena itu tidak seharusnya menerima informasi yang terlalu detil pada saat konsultasi. e. Status pertumbuhan fisik Selama evaluasi pasien, ortodontis harus memperhatikan

perkembangan fisik secara umum dalam hubungannya terhadap pertumbuhan yang terjadi dan potensi pertumbuhan yang tersisa. Ortodontis yang berpengalaman tahu bahwa hasil klinis terbaik tercapai pada orang yang pertumbuhannya baik dan hasil yang terburuk tercapai pada orang yang pertumbuhannya buruk.

Pertumbuhan dinilai dari jumlah, kecepatan, arah, dan pola pertumbuhan yang memfasilitasi perawatan. b. Pemeriksaan klinis dan rekaman diagnostic Pemeriksaan klinis memiliki dua tujuan: 1. Untuk mengevaluasi estetika, patologi jaringan keras dan lunak, fungsi rahang 2. Menentukan apakah rekaman diagnostik diperlukan Tujuan rekaman diagnostik adalah mendokumentasikan kondisi awal pasien dan untuk menambah informasi diagnostik yang didapat dari interview dan pemeriksaan klinis. Rekaman dapat dibagi menjadi: 12

i.

Dental cast dan occlusal record Dental cast untuk tujuan ortodontik dibedakan dari cara diambil untuk tujuan dental yang lain, dengan 2 cara: - Cetakan dilebihkan untuk membiarkan sebanyak mungkin prosesus alveolar dan gigi yang terlihat - Dental cast ditrim dengan dasar yang simetris untuk visualisasi yang lebih baik dari asimetri pada bentuk arkus atau posisi gigi

ii.

Facial photograph a. Frontal Pasien berada pada posisi kepala natural dan terlihat menghadap lurus terhadap kamera. Tipe posisi yang dapat diambil: - Posisi istirahat - Gigi pada interkuspal maksimal, dengan bibir tertutup b. Frontal dinamis (tersenyum) c. Close up dengan pose tersenyum d. Three quarter view (450) e. Profil f. An optional submental view

iii.

Fotografi Intraoral: kanan dan kiri lateral, anterior, upper occlusal, lower occlusal.

iv.

Radiografi - Radiografi intraoral - Radiografi panoramik - Radiografi sefalometri (Graber et al, 2000)

Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien, dapat ditentukan 4 hal yang harus dihadapi dalam menentukan rencana perawatan yang optimal, yaitu : 1) Waktu perawatan 2) Tingkat kerumitan perawatan 3) Perkiraankeberhasilan perawatan yang diperoleh, dan

13

4) Memperhatikan tujuan dan keinginan pasien (orang tua pasien) yang dirawat ortodonti. (Eka, 2012) Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan garis besar dari indeks prioritas perawatan ortodonti yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama menilai dan memberikan skor bagi faktor2 oklusi dang gangguan kesehatan rongga mulut, bagian kedua memberikan skor untuk derajat gangguan estetik yang disebabkan karena malposisi gigi2 anterior Tahap penilaian dan perencanaan perawatan ortodonti: a) Informasi latar belakang b) Penilaian variasi oklusal c) Penilaian faktor2 etiologi dan keterbatasan dari perawatan korektif d) Garis besar tujuan perawatan e) Rencana perawatan yang terprinci Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya perawatan ortodonsi: 1. Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural adaptasi dari mandibula 2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptasi ke posisi interkuspal 3. Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleksyang merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula 4. 5. Jika gigi-gigi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lunak Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan faktor predisposisi dari penyaki periodontal atau penyakit gigi 6. Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi menghalangi posisi bicara normal (Foster, 1997) Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data yang cermat mengenai pasien tersebut serta dilakukan seleksi kasus secara menyeluruh sehingga diperoleh daftar masalah ortodonti. Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses yang sama, namun prosedur dan tujuannya berbeda. Pengumpulan data dan 14

penyusunan daftar masalah untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah. Pada tahap ini hendaknya tidak boleh memasukan pendapat atau keputusan pribadi, sebaliknya pada situasi tersebut diperlukan penilaian berdasarkan fakta. Di lain pihak rencana perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara ilmiah, tetapi merupakan kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang dilakukan oleh ortodontis akan sangat menguntungkan pasien. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan. Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan ortodontis sendiri, tetapi melibatkan pasien dan orang tuanya. Secara etika pasien berhak untuk mengontrol apa yang terjadi pada perawatan mereka. Keberhasilan dan kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu dibicarakan dengan pasien, oleh karena itu perlu penandatanganan informed consent atau persetujuan perawatan. (Eka, 2012)

15

BAB III KESIMPULAN


Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Diagnosa dibutuhkan sebagai dasar bagi dokter untuk melakukan tindakan. Dalam ortodonsia, diagnosa dibutuhkan untuk menentukan perawatan yang akan dilakukan terhadap pasien. 2. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan

16

DAFTAR PUSTAKA
Eka, E. 2012. Sekilas Ilmu Ortodonti (Keahlian merapikan gigi dan menserasikan bentuk wajah ). Spesialis Ortodonti Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin. http://www.orthodontic-eka.com/2012/02/sekilas-ilmuortodonti-keahlian.html diakses pada 7 Oktober 2012 pukul 20:00 Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsia. Jakarta: EGC. Graber, Thomas M. and Robert L. Vanarsdall. 2000. Orthodontics: Current Principles and Technique, 3rd edition. St. Louis: Mosby Inc. Heasman, P. 2003. Master in Dentinstry volume 2 : Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics. London : Churcill Livingstone. Iman, Pinandi. 2008. Buku Ajar Ortodonsia II. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia Fak. Kedokteran Gigi UGM. Proffit, W.R., dkk. 2000. Contemporary Orthodontic, Edisi III. St. Louis: Mosby Inc. Rakosi, Thomas et al.1993. Orthodontic Diagnosa. New York : George Theme Verlag. Page : 3-5 White, L.W. 1996. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy, Edisi I. California: Ormco Corporation.

17

You might also like