Professional Documents
Culture Documents
LEMBAR PENGESAHAN
Tahun 2007
Drs. Prapto Suhendro Ir. Sukresno, MSc Ir. Beny Harjadi, MSc
NIP. 710 000 452 NIP. 710 001 486 NIP. 710 017 594
Disahkan oleh :
Kepala BPK Solo,
KATA PENGANTAR
Laporan kegiatan penelitian lahan pantai berpasir tahun 2007 yang berjudul
: Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir merupakan
kegiatan pengembangan dan sosialisasi hasil penelitian yang pernah dilakukan di
Samas, Yogyakarta. Judul tersebut merupakan bagian dari UKP Teknologi dan
Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi.
Laporan ini berisikan informasi mengenai kegiatan pengembangan pada
lahan pantai berpasir dengan mengembangkan berbagai macam tanaman tanggul
angin yang terdiri dari cemara laut, tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan.
Disamping itu juga dengan tanam tanaman semusim dan kelengkapan sarana dan
prasarana untuk pengamatan berbagai macam fisik tanah dan iklim, meliputi
evaporasi, kecepatan angin, erosi tanah, dan lain-lain. Sehingga tujuan penelitian ini
adalah : untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai
berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif yang memuat
kegiatan-kegiatan antara lain :
1) Mengembangkan jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia.
2) Mengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng.
3) Mengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.
4) Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat
5) Meningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.
Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan
untuk penelitian yang sejenis baik di rumah kaca maupun di lapangan. Selanjutnya
ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh Tim Peneliti, Pemimpin Proyek
serta rekan-rekan di BPK Solo yang telah memberikan saran dan kritik.
Surakarta, Desember 2007
Kepala Balai,
ABSTRAK
Kata Kunci : Rehabilitasi, Konservasi Tanah, Pantai Berpasir, Erosi angin, Kebumen
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai
Berpasir 2007 .......................................................................................... 32
Tabel 4. Tinggi Cemara Laut Tahun 2005 sampai 2007 di Karanggadung, Kebumen
................................................................................................................. 46
Tabel 5. Tinggi tanaman Cemara Tahun 1994 sampai 2003 di Samas, Bantul ....... 47
Tabel 8. Data Suhu Tanah Ke dalaman 15, 30 dan > 30 cm di Kebumen Tahun 2007
................................................................................................................. 54
Tabel 10. Data Evaporasi Jauh dari Pantai Tahun 2007 di Kebumen...................... 58
Tabel 11. Data Kecepatan Angin Siang dan Malam Hari di Pantai Berpasir kebumen
................................................................................................................. 60
Tabel 12. Suhu Udara pada Siang dan Malam Hari Tahun 2007 di Kebumen........ 61
Tabel 13. Data Produksi tanaman Bawang Merah (Brambang) dan Cabe dari Tahun
2000 sampai 2007 di Bantul.................................................................... 64
Tabel 16. Kunjungan Obyek Wisata di Karanggadung Tahun 2006 dan 2007 ....... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun
1994 dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005....................... 30
Gambar 8. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 1994 – 2003 di Samas, Bantul............ 47
Gambar 10. Kadar Hara Lahan Pantai : N, K, DHL, K tertukar, Kadar Lengas dan
Fe total di Kebumen dan Bantul........................................................... 52
Gambar 11. Kadar Hara Lahan Pantai : Na ttk, Ca ttk, Mg ttk, KPK (Kapasitas
Pertukaran Kation), pH di Kebumen dan Bantul ................................. 52
Gambar 12. Kadar Hara Lahan Pantai : Cu total, Zn total, KB (Kejenuhan Basa),
Mn total dan P total di Kebumen dan Bantul....................................... 53
Gambar 15. Suhu Tanah pada Ke dalaman > 30 cm Tahun 2007 di Kebumen....... 56
Gambar 16. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Dekat Pantai....... 59
Gambar 17. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai.. 59
Gambar 18. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan
Minimum.............................................................................................. 60
Gambar 19. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen ............ 61
Gambar 20. Suhu Udara Tahun 2007 Malam dan Siang Hari di Kebumen............. 62
Gambar 21. Instalasi Air untuk Distribusi Kebutuhan Air Tanaman semusim. ...... 63
Gambar 22. Hasil Produksi Bawang Merah dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas,
Bantul ................................................................................................... 65
Gambar 23.. Hasil Produksi Cabe dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas, Bantul 67
Gambar 24. Studi Banding KT. Pasir Makmur di Lahan Berpasir Bantul .............. 71
Gambar 25. Ternak Besar sebagai pemasok Pupuk Kandang bagi Tanaman di pantai
Berpasir oleh KT. Mandiri, Srigading, Bantul..................................... 73
Gambar 27. Komposisi Kelas Umur Anggota KT. Pasir Makmur ........................... 75
Gambar 29. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Karang Gadung78
Gambar 33. Pendapatan Dari Obyek Wisata Tahun 2006 dan 2007......................... 84
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas.
Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai
berlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau
andesit (Bloom, 1979).
Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang umum
merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan punggung pantai
(beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa taaman), bertekstur tanah kasar (pasir),
atau diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992). Wilayah ini bersifat dinamis dimana
terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak
menuju pantai dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga
pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir
menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Kondisi
lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara
alami telah kritis, tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum optimal, sehingga
bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002
tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; UU No.5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir
pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai
berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk
mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis. Dengan model
pengelolaan tersebut dimana hasilnya dapat mengubah lahan yang tadinya terlantar
menjadi lahan yang potensial untuk dapat diusahakan sebagai lahan budidaya, maka perlu
dikembangkan dengan model demplot.
B. Rumusan Masalah
Pada wilayah pantai berpasir, biasanya berlangsung erosi angin yang terjadi
secara terus menerus, kondisi lahannya marginal, dan cenderung diabaikan. Peristiwa
tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu
sendiri maupun wilayah di belakangnya. Dampak peristiwa erosi pasir yang nyata antara
lain : 1) tanah pada lahan pantai bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga sangat peka
terhadap erosi angin, 2) hasil erosi berupa endapan pasir (sand dune) dapat menutup
wilayah budidaya dan pemukiman di daerah di belakangnya, dan 3) butiran pasir bergaram
yang dibawa dari proses erosi angin dapat merusak dan menurunkan produktivitas
tanaman budidaya. Kondisi tersebut jika tidak segera ditangani dengan serius maka akan
berdampak buruk pada lingkungan dan pengaruh negatif yang terjadi akan semakin
meluas.
Adanya pemanfaatan lahan pantai berpasir secara baik dan benar akan berfungsi
ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis.
Dengan model pengelolaan tersebut diharapkan hasilnya dapat mengubah lahan yang
tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial sebagai lahan budidaya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari UKP Teknologi dan Kelembagaan Lahan
Terdegradasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan teknologi tepat guna,
kajian sosial ekonomi serta rekomendasi kebijakan/kelembagaan rehabilitasi lahan
terdegradasi agar lahan terdegradasi dapat berfungsi kembali sebagai habitat flora,
fauna, dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan, termasuk didalamnya
dapat meningkatkan perekonomian rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
dari mulai perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan pengelolaan pada pasca rehabilitasi
lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model-model
rehabilitasi lahan terdegradasi yang tepat guna dengan pendekatan social forestry.
Adapun sasaran kegiatan ini adalah pengembangan model rehabilitasi lahan
pantai berpasir, dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif. Dampak yang
diharapkan yaitu masyarakat sekitar pantai berpasir tetap dapat melanjutkan secara
Beny Harjadi dkk di BPK Solo 2
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
mandiri pemanfaatan lahan pantai untuk usaha produktif sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian alam dan konservasi tanah
dan air.
Tujuan kegiatan pada Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP) adalah untuk
menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang
sesuai, berupa demplot yang representatif dan inovatif serta memuat kegiatan-kegiatan
antara lain :
1) Mengembangkan jalur tanaman tanggul angin
2) Mengembangkan sarana pengairan air tawar
3) Mengembangkan model pola tanam tanaman semusim dan tahunan
4) Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
5) Meningkatkan kenyamanan kawasan wisata dan sekitarnya.
Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi
pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984
dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk
pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan pantai yang dipertahankan
lebarnya 200 m dapat terwujud, yaitu melalui pengembangan model tanaman tanggul
angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam), model pengelolaan tanaman
budidaya (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang ditanam di antara tanaman
tanggul angin. Keluaran yang diharapkan adalah berupa demplot sesuai petunjuk teknis
seluas 1- 2 ha. Dampak yang diharapkan adalah masyarakat dapat menerima dan
melaksanakan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan model pengendali erosi
angin sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan terlantar.
Penanganan lahan pantai berpasir melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah (RLKT) telah dilakukan uji coba oleh BP2TPDAS Surakarta (1997-2000), yaitu
dengan menerapkan model tanam tanaman tanggul angin (windbreak) dengan tanaman
budidaya (semusim) yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul angin (TA). Hasil yang
diperoleh berupa Pedoman Teknis Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir, yang memuat
antara lain (Sukresno, 1996b) : 1) Jenis tanaman TA permanen yang sesuai adalah jenis
tanaman-tanaman bergetah seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), Glirisidae,
pandan, dan mete; 2) Jenis tanaman TA sementara yang sesuai adalah tanaman semusim
seperti jagung, ketela pohon dan sorghum; 3) Jenis tanaman budidaya yang sesuai untuk
ditanam di antara jalur tanaman TA adalah semangka, terong, bawang merah, cabe, dan
kacang panjang; 4) Penggunaan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha telah memberikan
hasil semangka sebanyak 20 ton/ha pada lahan pantai berpasir yang baru dibudidayakan,
21 ton/ha pada lahan tahun kedua, dan 25 ton/ha pada lahan tahun ketiga; 5) Lahan bekas
tanaman semangka yang ditanami terong hasil produksinya sebesar 26 ton/ha; 6) Produksi
bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe merah keriting dan kacang panjang,
hasilnya masing-masing sebesar 7.5 ton/ha, 5 ton/ha, dan 26 ton/ha; 7) Hasil analisis input-
output atau benefit cost per satuan luas pada tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan,
pola bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan kacang panjang dan cabe merah
hasilnya lebih tinggi dibanding dengan pola semangka-terong.
Beny Harjadi dkk di BPK Solo 5
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
tukang. Mayoritas anggota kelompok tani adalah tenaga produktif, sehingga tidak
selalu mempunyai banyak waktu untuk terlibat dalam kegiatan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah di lahan pantai bepasir. Pemahaman tentang konsep Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah di lahan pantai berpasir perlu ditingkatkan, pendampingan
dari tenaga penyuluh maupun dari instansi pemerintah kabupaten yang terkait masih
sangat diperlukan. Kerjasama Dinas Pariwisata dengan kelompok tani dalam
pengelolaan lahan pantai berpasir yang berorientasi konservasi dan dapat meningkatan
pendapatan masyarakat, tetap perlu dilaksanakan dan dibina khususnya di sekitar lokasi
lahan pantai berpasir di desa Karanggadung, Petanahan.
B. Erosi Angin
1. Proses Erosi Angin
Angin, seperti halnya jatuhan hujan dan aliran air, memiliki gaya yang dapat
melepaskan (detach) dan memindahkan (transport) butiran tanah dari satu tempat ke
tempat lain yang baru untuk diendapkan (deposition).
Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin ini besarnya sangat dipengaruhi
oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanahnya. Adapun
kemampuan angin untuk memindahkan butiran tanah dipengaruhi oleh besarnya kecepatan
angin, bentuk agregat, dan komposisi ukuran partikel tanah. Sedang jarak tempuh
perpindahan partikel tanah hasil erosi tersebut besarnya dipengaruhi oleh kuat-lemahnya
kecepatan angin, ukuran, dan berat partikel dan agregat tanah.
Perpindahan partikel-partikel tanah oleh proses erosi angin secara prinsip adalah
sama seperti pada proses erosi tanah oleh jatuhan hujan, yaitu: 1) merayap (creep) untuk
partikel tanah berukuran 0,5 - 2,0 mm, 2) meloncat-loncat (saltation) untuk partikel tanah
berukuran 0,05 - 0,50 mm atau lebih umum antara 0,10 - 0,15 mm, dan 3) dalam bentuk
suspensi partikel tanah halus dengan ukuran < 0,1 mm dan untuk beberapa waktu tetap
dalam bentuk suspensi di udara karena aliran turbulen dan pusaran arus angin.
Seperti yang diperlihatkan dalam proses erosi tanah oleh gaya angin, maka
beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi angin adalah:
1) Faktor iklim, seperti: temperatur, distribusi hujan, kecepatan dan arah angin.
2) Faktor tanah, seperti: ukuran butir, kelengasan, dan kekasaran permukaan.
3) Faktor vegetasi, seperti: bentuk, tinggi, kerapatan, dan distribusi.
Berdasarkan prinsip yang umumnya berlaku pada proses erosi angin dan faktor-
faktor penyebabnya, maka proses erosi angin yang terjadi pada lahan pantai berpasir juga
mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Contoh kasus adalah endapan pasir yang terjadi di
sepanjang pantai Kedu Bagian Selatan (Jawa Tengah) hingga pantai Parangtritis (DIY)
berasal dari pasir volkanik Gunung Merapi yang terbawa melalui Sungai Progo (Tim
UGM, 1992). Endapan pasir ini membentuk gisik dengan lebar antara 700 hingga 1500
meter yang diukur dari garis pantai. Hembusan angin laut di musim kemarau merubah
posisi endapan pasir dari kedudukannya semula sehingga membentuk bukit-bukit pasir
(sand dune). Daerah di belakang gisik biasanya berupa laguna, beting gisik dan dataran
aluvial pantai. Oleh karena permeabilitas lahan pantai berpasir ini sangat tinggi sehingga
seluruh air permukaan meresap ke dalam tanah, gisik dan bukit-bukit pasir pantai ini
miskin akan tumbuhan. Sedang daerah di belakangnya dimana tanah dan airnya
memungkinkan sebagai media tumbuh tanaman, banyak dimanfaatkan untuk tegal, sawah,
dan pemukiman yang suatu ketika dapat terkena dampak hasil erosi angin berupa endapan
pasir bersalinitas tinggi.
Laju kecepatan angin untuk berbagai ketinggian di atas permukaan tanah yang
homogen menunjukkan hubungan yang kwadratik. Dari persamaan ini dapat diketahui
bahwa laju kecepatan angin akan bertambah besar seiring dengan peningkatan posisinya di
atas permukaan tanah pada kondisi tanah yang homogen. Besar kecepatan angin yang
tinggi pada posisi tertentu di atas permukaan tanah adalah berkaitan dengan kondisi
kekasaran permukaan tanahnya.
Upaya pengendalian kecepatan aliran angin prinsipnya membuat bangunan
penahan aliran angin yang berupa tanggul angin (windbreak). Bentuk tanggul angin (TA),
yaitu model mekanis dan model vegetatif. Pada model mekanis bentuknya dapat berupa
anyaman bambu atau anyaman daun kelapa (perlindungan sementara). Pada model tanggul
angin vegetatif dimana lebih murah dibanding model mekanis, secara alami akan lebih
tahan. Ketahanan model vegetatif, efektivitasnya tergantung pada kondisi pertumbuhan
tanaman yang diterapkan sebagai jalur tanggul angin. Bentuk TA vegetatif yang umum
adalah berupa kelompok jalur-jalur tanaman baik yang bersifat sementara (dengan
tanaman semusim) maupun permanen (dengan tanaman pohon, semak atau perdu) harus
sesuai dengan kondisi setempat. Untuk lahan pantai berpasir jenis tanaman TA sementara,
yaitu jagung, ketela pohon, dan cantel. Sedang jenis yang permanen untuk tanaman pohon,
antara lain., Casuarina equisetifolia (cemara laut), Calophyllum inophyllum (nyamplung),
Terminalia catapa (ketapang), Barringtonia asiatica (rawang), Hibiscus tiliaceus (waru),
Glirisidae; untuk tanaman semak dan perdu, antara lain.: Pandanun tectorius (pandan),
Cyperus martima (teki laut), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola taccada (gabusan),
Thuarea involuta (rumput glinting), Ximenia americana (widuri) dan jenis-jenis tanaman
bergetah lainnya (Kartawinata, 1979).
Bentuk tanggul angin yang paling efektif dalam mengendalikan laju kecepatan
angin adalah menggunakan model vegetatif yang tidak terlalu rapat. Tanggul angin model
rapat menyebabkan arus balik (putar) di belakang tanggul angin dimana justru
menimbulkan erosi pasir. Bila model mekanis yang akan digunakan, dalam praktek harus
diupayakan agar bentuk tanggul angin (misal dengan anyaman bambu) harus diberi angin-
angin (permeabilitas angin) sebesar 35-40 %. Disamping itu beberapa faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian laju kecepatan angin ini, antara lain.: 1)
lebar, 2) tinggi, dan 3) jarak antar tanggul angin.
Prinsip pengendalian faktor tanah terhadap tekanan gaya erosif angin adalah:
1) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.
2) Melindungi tanah permukaan yang terbuka dengan tanaman, mulsa, dan bahan
tidak mudah tererosi lainnya.
3) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.
sehingga lahan pantai berpasir yang arealnya banyak terbuka dan peka erosi angin menjadi
berkurang luasnya, dapat dilakukan dengan penerapan berbagai perlakuan ameliorasi tanah
dan pemilihan jenis-jenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi setempat (Sukresno,
1998).
Dalam praktek usaha pengendalian kelengasan tanah ini, antara lain, dilakukan
dengan usaha budidaya pada areal lahan di antara jalur tanggul angin (jalur tanaman
cemara dan pandan) dengan menanami tanaman semusim bernilai ekonomi tinggi
(semangka, mentimun, bawang merah, cabe keriting tampar, terong, dll). Upaya perbaikan
agregat tanah pasiran lapisan permukaan (top soil) di lahan pantai berpasir dilakukan
dengan metode pemberian ameliorat bahan organik (pupuk kandang) dan tanah liat ke
areal budidaya yang letaknya berada di antara jalur tanggul angin (Sukresno, 1998). Secara
teknis pemberian ameliorat pupuk organik dan tanah liat untuk perbaikan agregat adalah
untuk meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara membenamkan ameliorat tersebut ke tanah
berpasir sedalam + 10 - 30 cm. Hal ini dimaksudkan agar kelengasannya tetap terjaga dan
beratnya yang ringan bila kering tidak mudah tererosi (Sukresno, 1998).
Berbagai upaya pengendalian erosi angin telah diuji oleh BTPDAS pada tahun
1997/1998 secara nyata hasilnya telah meningkatkan kondisi tanah dan produktivitas lahan
pasir pantai menjadi lebih baik (Sukresno, 1998), antara lain.:
1) Pertumbuhan tanaman tanggul angin (Casuarina equisetifolia, Glirisidae dan
Pandanun tectorius) mencapai > 60% sehingga bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas tanaman-tanaman budidaya (semangka, mentimun dan jagung),
2) Dampak penerapan jalur tanggul angin dan tanaman-tanaman budidaya secara
positip memperbaiki iklim mikro setempat (suhu tanah dan laju evaporasi yang lebih
rendah),
3) Perlakuan vegetatif yang diterapkan pada lahan pasir pantai memberikan dampak
yang baik pada perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya, antara lain.: bahan
organik tanah lebih tinggi, BV dan BJ lebih rendah, Na tersedia lebih tinggi sebagai
akibat dari tertangkapnya pasir bergaram oleh tanaman,
4) Hasil produksi tanaman semangka (jenis New Dragon) yang ditanam di antara
tanaman tanggul angin tertinggi sebesar 31,6 t/ha (perlakuan kombinasi tanah liat 45
t/ha dan pupuk kandang 36 t/ha) dengan rata-rata hasil antara 20-30 t/ha).
Beny Harjadi dkk di BPK Solo 14
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Dari kegiatan kajian tahun 1998/1999, hasil yang dicapai (Sukresno, 1999), antara
lain.:
1) Tanaman Casuarina equisetifolia (cemara laut) sangat sesuai sebagai tanaman
tanggul angin di lahan pantai berpasir serta dapat dikembangkan melalui pembiakan
vegetatif cara merunduk.
2) Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya di antara jalur tanggul angin
bermanfaat sangat nyata baik dalam mengendalikan erosi pasir maupun memperbaiki
iklim mikro setempat.
3) Tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanggul angin (semangka, terong,
bawang merah, cabe merah keriting tampar dan kacang panjang) secara nyata dapat
memberikan hasil seperti yang diharapkan bila beberapa perlakuan diterapkan,
seperti: pemakaian tanah liat sebagai alternatif pengganti pupuk kandang, pengaturan
jarak tanam, pengaturan waktu tanam yang sesuai, dan pengaturan pemberian air
yang sesuai.
4) Di antara tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan di lahan pantai berpasir,
perlakuan model pertanaman bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe
merah keriting tampar dan kacang panjang atau model pertanaman terong,
memberikan prospek dampak yang positip baik pada aspek ekonomi (peningkatan
hasil per satuan luas) maupun lingkungan (pengendalian erosi pasir (dipanen secara
bertahap sampai 180-210 HST).
tanaman ini dapat mengikat N dari udara sebanyak 50-80% sehingga akumulasi hara pada
lantai hutan sangat tinggi, yaitu 1600 kg N/ha dan 85 kg P/ha.
Untuk pemanfaatan Casuarina equisetifolia sebagai tanaman TA yang terbaik,
tanaman cemara laut tersebut ditanam pada lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 3 m x
3 m dengan sistem selang-seling (gigi belalang) dengan posisi tegak lurus menghadap arah
angin. Untuk mengembangbiakan tanaman yang dapat dilakukan sebelum tanaman
menghasilkan biji adalah melalui metode vegetatif, yaitu dengan cara merunduk (layering).
Untuk memperoleh bibit yang lebih cepat terbentuk, pada bagian batang yang dirundukkan
diberi perlakuan pengupasan secara melingkar, kemudian pada ujung kulit kayu terkupas
bagian atas diberikan pasta zat perangsang pertumbuhan jenis rootone-F (Sukresno, 2000).
2. Tanaman Tahunan
keawetannya yang tinggi, kekuatan serta lukisan kayunya yang indah maka di Jawa
kayu ini bernilai tinggi.
Gelam kayu berpotensi sebagai obat. Jika dihilangkan lapisan luarnya, direbus
dalam air dengan gelam Intsia amboinensis, samama (Anthocephalus macrophyllus
HAVIL.) dan gayang laut serta rebusannya diminum, mempunyai khasiat pembersih
untuk wanita bersalin, mengobati kencing berdarah dan penyakit kencing nanah (Heyne,
1987). Pohon ini menghasilkan damar yang berguna mengobati rematik (encok), sendi-
sendi kaku dan pereda kejang yang mujarab. Air rendaman daun dapat dipakai untuk
mencuci mata yang meradang . Bijinya setelah disalai juga dapat dipakai untuk
mengobati ruam seperti kudis.
Hibiscus tiliaceus LINN. Di Jawa dikenal dengan nama: Waru. Tumbuhan ini
ditemukan di daerah-daerah tropis, terutama tumbuh di pantai-pantai berpasir atau di
dekat pesisir, biasanya berkelompok. Di Jawa pohon ini ditanam di pekarangan dan di
pinggir-pinggir jalan daerah pesisir, namun jarang sekali di daerah pedalaman.
Tumbuhan ini dianjurkan agar dibudidayakan untuk menghasilkan kayu bakar pada
tanah-tanah tak berguna yang berpasir, kering dan asin, terutama sekali di sekitar pantai.
Rebusan akar Waru setelah dicampur dengan akar tapakliman (daun
mangkokan) dapat digunakan sebagai obat dalam untuk penurun panas (demam).
Di Madura, daun waru telah digunakan sebagai makanan ternak pada waktu
kekurangan makanan lain, sakit panas pada saat demam. Daun waru yang dilumatkan
dan ditaruh pada bisul menjadi obat pematang dan pemecah bisul tersebut. Kepala yang
dicuci dengan air remasan daun waru muda akan mendatangkan rasa sejuk serta
menambah kesuburan rambut. Rebusannya pun dianggap berkhasiat mengobati sulit
kencing.
di tanah masin dekat pesisir; pohon ini ditanam hingga kurang lebih 800 m di atas
permukaan laut, tetapi terutama sekali di daerah panas dan dekat pesisir.
Kulit kayu yang kaya akan damar sering digunakan sebagai obat penutup luka
sariawan dan dapat menyembuhkan radang selaput lendir usus. Biji buah ketapang yang
dibudidayakan dapat dimakan mentah seperti biji kenari, lebih kering dan rasanya lebih
enak.
3. Tanaman Budidaya
Adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada
diri seseorang setelah menerima inovasi. Mengingat adopsi adalah suatu proses
perubahan maka ada beberapa tahapan yang dilalui (Pusat Penyuluhan Kehutanan,
1997) yaitu :
a) Awareness (kesadaran) yaitu sasaran mulai sadar tentang inovasi yang
ditawarkan
b) Interest yaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk
mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan inovasi.
2. Pengertian Partisipasi
Secara harfiah, partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaaan atau peran serta dalam suatu kegiatan; peran serta secara aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk
keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-
alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam
keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan (Irfani, 2004).
Sedang menurut Keith Davis (1962) dalam Karyana (2004), participation can
be defined as mental and emotional involvement of a person in group situation which
encourages to contribute to group goals and share responsibility in them. Dalam
definisi tersebut terdapat tiga gagasan yang penting yaitu :
a) Dalam partisipasi bukan semata-mata keterlibatan secara jasmaniah, tetapi juga
keterlibatan mental dan perasaan.
b) Adanya kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai
tujuan kelompok.
c) Adanya tanggung jawab bersama.
Partisipasi sebagai suatu proses dimana seluruh pihak terkait (stakeholder)
secara aktif terlibat dalam rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan sampai pada
pelaksanaan. Pelibatan semua kelompok tidak selalu berarti secara fisik terlibat, tetapi
yang penting adalah prosedur pelibatan menjamin seluruh pihak dapat terwakili
kepentingannya. Partisipasi harus sudah dimulai sejak evaluasi sumberdaya yang ada
sebelum perencanaan disusun.
Menurut Irfani (2004), pendekatan partisipatif lahir sebagai kritik terhadap
metode penelitian konvensional antara lain penelitian yang banyak menggunakan logika
sains dan penelitian etnometodologis. Penelitian konvensional dirasa mengandung
beberapa kelemahan antara lain : 1) hanya menghasilkan pengetahuan yang empiris-
analitis dan cenderung tidak mendatangkan manfaat bagi obyek (masyarakat) dan 2)
banyak bermuatan kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social
enginering). Sebagai alternatif muncul pendekatan partisipatif. Kepentingan pendekatan
ini adalah pelibatan masyarakat. Metode yang menggunakan pendekatan partisipatif
antara lain Participatory Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Action Research
3. Perencanaan Partisipatif
1. Penyelidikan
2. Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Untuk mencapai
perumusan perlu dilakukan suatu proses analisis atas informasi yang ada, untuk
menemukan keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Masyarakat harus
terlibat dalam proses, agar rumusan masalah dapat mencerminkan kebutuhan dari
komunitas dan bukan sekedar keinginan. (catatan : pendamping/petugas diharapkan
mampu menjadi teman diskusi/fasilitator yang baik sehingga perumusan masalah
yang diperoleh merupakan hal yang dapat dicarikan jalan keluarnya).
Pengorganisasian masalah perlu juga dilakukan untuk menyusun kembali masalah,
menyeleksi masalah, melihat hubungan sebab-akibat dari masalah tersebut,
mendiskusikan prioritas masalah dan menggalinya, menganalisis alternatif
pemecahan masalah, dan pengembangan potensi sosial. Pengorganisasian masalah
merupakan tahapan yang sangat kritis dalam proses pembangunan masyarakat,
Daya dukung bukan hanya sekedar dana konkrit, tetapi keseluruhan aspek yang
memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan dan target yang
telah ditetapkan. Daya dukung ini bisa merupakan daya dukung konkrit, aktual, ada
tersedia dan daya dukung yang merupakan potensi (akan ada atau bisa diusahakan).
Pemahaman mengenai daya dukung ini diperlukan agar rencana kerja yang disusun
tidak bersifat asal-asalan tetapi merupakan hasil perhitungan yang masak (Gambar
1).
4. Perumusan tujuan
Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai (suatu keadaan yang diinginkan) dan
karenanya dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya.
5. Menetapkan langkah-langkah
Proses membuat rumusan yang lebih utuh perencanaan dalam sebuah rencana
tindakan. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat : 1) apa yang hendak
dicapai; 2) kegiatan yang hendak dilakukan; 3) pembagian tugas atau pembagian
tanggung jawab; dan 4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan akan dilakukan).
6. Anggaran
Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun 1994
dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai
Berpasir 2007
No KEGIATAN
BULAN PELAKSANAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. KEGIATAN KANTOR
1 Persiapan
- Pengadaan ATK dan
Opers. Komputer
- Bahan perlengkapan
lapangan
- Bahan penelitian
B. KEGIATAN LAPANGAN
2. Perjalanan Dinas
- Konsultasi/Koordinasi
- Orientasi lapangan
- Pelaksanaan lapangan
3. Pengamatan &
Pengukuran
- Pengumpulan data tanm
- Data erosi pasir dll
C. KEGIATAN LABORAT
4. Analisa data
- Analisa data
5. Penyusunan laporan
- Ft.copy/penggandaan
- Rapat intern
1. Jenis Kegiatan
2. Tahapan Kegiatan
Tanaman tanggul angin sementara yang ditanam pada batas antar petak
digunakan tanaman-tanaman seperti: jagung (Zea mays L.), sorghum (Sorghum L.), atau
ubi kayu karet (Manihot utillisima).
Sedang tanaman budidaya terdiri dari bawang merah, terong, cabe merah,
kacang panjang, ketimun, dan semangka dengan beberapa kombinasi. Oleh karena itu,
pola yang diterapkan dalam pembuatan demplot untuk upaya pengembangan rehabilitasi
lahan pantai berpasir di Desa Patanahan akan mengacu pada hasil uji coba yang telah
dilakukan.
3. Parameter
4. Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data primer dengan cara pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara.
Biaya penelitian tahun 2007 sebesar Rp. 74.600.000,- (Tujuh Empat Enam
Ratus Ribu Rupiah) dengan perincian biaya penelitian tahun 2007 sebagai berikut :
A. Belanja Barang Operasional Lainnya (Rp. 7.200.000,-)
Tanaman cemara laut yang baru ditanam tahun 2007 tingginya 58,7 cm pada
umur bibit 6 bulan, tanaman cangkok (T1c) pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
dengan tanaman dari bibit (T1b), keterangan yang lebih lengkap dapat dilihat pada
Tabel 4 dan Gambar 7.
Tabel 4. Tinggi Cemara Laut Tahun 2005 sampai 2007 di Karanggadung, Kebumen
140 130
126,4 125,2
120
Tinggi Cemara Laut (cm)
100
80
58,7
60
40
20
0
2007 2006 b 2006 c 2005
Tahun Tanam Cemara di Kebumen
Gambar 7. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 2005 – 2007 di Karanggadung, Kebumen
Tinggi cemara laut di Bantul yang ditanam sejak tahun 1994 atau tanaman
berumur 14 tahun rata-rata tingginya 8,1 m (Tabel 5 dan Gambar 8). Cemara laut di
Bantul yang ditanam berasal dari cangkok lebih cepat rimbun tapi tidak bisa tumbuh
meninggi.
Tabel 5. Tinggi Tanaman Cemara Tahun 1994 sampai 2003 di Samas, Bantul
9,0
8,0
7,0
Tinggi Cemara Laut (m)
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
2003 2000 1997 1994
Tahun Tanaman Cemara di Bantul
Gambar 8. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 1994 – 2003 di Samas, Bantul.
Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif. Tanggul angin
sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa, gedek bambu. Prinsip
pembuatan tanggul angin sementara angin dapat menembus tetapi tidak sampai merusak
tanaman, karena kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul, disamping itu juga mampu
mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air (Gambar 9). Begitu juga
tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat
tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung, sorghum dll.
i. Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah yang diamati di dua lokasi Bantul dan Kebumen meliputi daerah
tepi pantai, pada tanaman tanggul angin cemara laut, dan tanaman semusim. Dari sampel
tanah yang diambil pada lapisan olah 0 – 30 cm dilakukan analisis untuk beberapa
parameter sifat fisik tanah antara lain : kadar lengas (KL), kemasaman tanah (pH), daya
hantar listrik (DHL), N total, P total, Fe total, Cu total, Mn total, Zn total, Kalium tertukar
(K ttk), Kalsium tertukar (Ca ttk), Natrium tertukar (Na ttk), Magnesium tertukar (Mg ttk),
Kapasias Pertukaran Kation (KPK), Kejenuhan Basa (KB), lihat Tabel 6 dan Tabel 7.
Sebagian besar ketersediaan hara dalam tanah sangat rendah (SR) sampai rendah
(R), hanya beberapa unsur hara memiliki kandungan hara yang tinggi yaitu untuk P total,
Mn total, Mg tertukar dan kejenuhan basa (KB). Pada lahan yang ditanami tanaman
semusim kandungan hara tanah relatif lebih tinggi, antara lahan pasir yang ditanami
cemara laut dengan lahan pasir yang terbuka kandungan unsur hara dalam tanah relatif
sama (keterangan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 10, 11 dan
Gambar 12).
Tabel 6. Perbandingan Unsur Kandungan Unsur Hara Lahan Pantai Berpasir di Kebumen dan Bantul
SR R S T ST
Sg.Renda
TINGKATAN h Rendah Sedang Tinggi Sg.Tinggi
KADAR HARA 1 2 3 4 5
K.Lengas (%)
0,5 < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,5 0,6 - 1 >1
K.Lengas (%) 2 < 0,2 0,2 - 0,5 0,5 - 0,9 0,9 - 1,2 >1,2
pH 5 6 7 8 9
DHL (mS) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,5 0,6 - 1 >1
N total (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
P total (ppm) < 50 51 - 100 101 -150 151 - 250 > 250
K total (%) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
Fe total (%) < 0,4 0,4 - 1 1,1 - 2 2,1 - 6 >6
Cu total (ppm) < 50 51 - 100 101 -150 151 - 250 > 250
Mn total (ppm) < 50 51 - 100 101 -150 151 - 250 > 250
Zn total (ppm) < 50 51 - 100 101 -150 151 - 250 > 250
K ttk (me/100 g) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,5 0,6 - 1 >1
Ca ttk (me/100
g) <2 2-5 6 - 10 11 - 20 > 20
Na ttk (me/100
g) <0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1 >1
Mg (me/100 g) < 0,4 0,4 - 1 1,1 - 2 2,1 - 6 >6
KPK (me/100 g) <1 1 - 10 10 - 20 20 - 30 > 30
KB (%) <20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70
1,6
Ntotal
1,4
Ktotal
Kadar Hara Pantai Berpasir
1,2
DHL
1
K ttk
0,8
KL% 0,5
0,6 KL% 2
0,4 Fe total
0,2
0
KP KS KC BP BS BC
Kebumen (K) dan Bantul (B)
Gambar 10. Kadar Hara Lahan Pantai : N, K, DHL, K tertukar, Kadar Lengas dan Fe
total di Kebumen dan Bantul
20
Na ttk
18
16 Ca ttk
Kadar Hara Pantai Berpasir
14
Mg ttk
12
10
KPK
8
6 pH
0
KP KS KC BP BS BC
Kebumen (K) dan Bantul (B)
Gambar 11. Kadar Hara Lahan Pantai : Na ttk, Ca ttk, Mg ttk, KPK (Kapasitas
Pertukaran Kation), pH di Kebumen dan Bantul
Beny Harjadi dkk di BPK Solo 52
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
800
Cu total
700
Zn total
Kadar Hara Pasir Berpantai
600
500
KB
400
300
Mn total
200
Ptotal
100
0
KP KS KC BP BS BC
Kebumen (K) dan Bantul (B)
Gambar 12. Kadar Hara Lahan Pantai : Cu total, Zn total, KB (Kejenuhan Basa), Mn
total dan P total di Kebumen dan Bantul.
Tabel 8. Data Suhu Tanah Ke dalaman 15, 30 dan > 30 cm di Kebumen Tahun 2007
37
36
35
Suhu Tanah (0 - 15 cm)
MALAM
34
Max
33 Min
32 SIANG
Max
31
Min
30
29
28
10 11 12 1 2 3 4
Bulan Pengamatan
37
36
Suhu Tanah (15 - 30 cm)
35
MALAM
34
Max
33
Min
32
SIANG
31
Max
30
Min
29
28
27
10 11 12 1 2 3 4
Bulan Pengam atan
40
35
Suhu Tanah (> 30 cm)
30 MALAM
25 Max
Min
20
SIANG
15 Max
10 Min
0
10 11 12 1 2 3 4
Bulan Pengam atan
Gambar 15. Suhu Tanah pada Ke dalaman > 30 cm Tahun 2007 di Kebumen
b. Perubahan Iklim
i. Evaporasi
Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang hari
merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari (06.00-12.00), sedangkan
pengamatan lama hari sebagai hasil penguapan sepanjang siang hari sampai sore (12.00
– 18.00). Oleh karena itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu lebih
tinggi dari pada siang hari (rata-rata 0,3 mm), (Tabel 9 dan Tabel 10). Begitu juga yang
dekat pantai lebih tinggi penguapannya dibandingkan yang jauh dari pantai, karena
kecapatan angin membantu penguapan disamping panas mathari (Gambar 16 dan
Gambar 17).
Tabel 10. Data Evaporasi Jauh dari Pantai Tahun 2007 di Kebumen
Gambar 16. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Dekat Pantai
Gambar 17. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai
Gambar 18. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum
Tabel 11. Data Kecepatan Angin Siang dan Malam Hari di Pantai Berpasir kebumen
Kecepatan
Angin (km/jam) JAN FEB MRT APR SPT OKT NOV DES
SIANG
Maximum 20 10 8 5 10 12 9 10
Rerata 7,7 5,9 4,6 4,6 8,6 7,9 5,9 5,2
Minimum 5 3 3 4 5 6 5 2
MALAM
Maximum 20 10 8 5 2 0 0 0
Rerata 10,9 6,3 5,2 4,5 0,125 0 0 0
Beny Harjadi dkk di BPK Solo 60
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Minimum 5 3 3 4 0 0 0 0
Gambar 19. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen
Suhu udara di pantai berpasir terendah 20 oC pada malam hari sampai tertinggi
36 oC pada siang hari, dengan rata-rata suhu pada malam hari 22 oC dan siang hari 34 oC
(lihat Tabel 12).
Tabel 12. Suhu Udara pada Siang dan Malam Hari Tahun 2007 di Kebumen
Suhu udara tertinggi pada bulan April karena saat itu sudah tidak ada turun
hujan lagi, padahal panas matahari dapat meningkatkan suhu uap air yang ada di dalam
tanah yang mengakibatkan suhu udara ikut naik di siang hari (Gambar 20). Sebaliknya
suhu terendah pada bulan November dan Januari, malam hari bisa turun sampai 20 oC.
Gambar 20. Suhu Udara Tahun 2007 Malam dan Siang Hari di Kebumen
c. Instalasi Air
Apalagi pada saat sehabis hujan maka pagi harinya harus segera disiram air, untuk
mengurangi uap air panas dari tanah (Gambar 21).
Gambar 21. Instalasi Air untuk Distribusi Kebutuhan Air Tanaman semusim.
Tabel 13. Data Produksi Tanaman Bawang Merah (Brambang) dan Cabe dari Tahun 2000 sampai 2007 di Bantul
30,0
25,0
Hasil Bawang Merah (ton/ha)
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
0 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7
n-0 ul- 0 n-0 ul- 0 n-0 ul-0 n-0 ul- 0 n-0 ul- 0 n-0 ul-0 n-0 ul- 0 n-0 ul- 0
Ja J Ja J Ja J Ja J Ja J Ja J Ja J Ja J
Gambar 22. Hasil Produksi Bawang Merah dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas, Bantul
Beny Harjadi dkk di BPK Solo 65
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Hasil Cabe (ton/ha)
Ja
n-
0
0
5
10
15
20
25
30
M 0
ei
-0
S 0
08122686657, adbsolo@yahoo.com
Ja 0
n-
0
M 1
ei
-0
S 1
ep
-0
Ja 1
n-
0
M 2
ei
-0
S 2
ep
-0
Ja 2
n-
0
M 3
ei
-0
S 3
ep
-0
Ja 3
n-
0
M 4
ei
-0
S 4
ep
-0
Ja 4
n-
0
M 5
ei
-0
S 5
ep
-0
Ja 5
n-
0
M 6
ei
-0
S 6
ep
-0
Ja 6
n-
0
M 7
ei
-0
7
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
66
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Gambar 23.. Hasil Produksi Cabe dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas, Bantul
D. Pemeliharaan
- Setelah umur 10-15 disampar, sambil mengatur barisnya padi yang
tumbuh
- Setelah padi umur 20-25 padi diatur jaraknya 20-22 cm
- Setelah selesai lalu didangir tahap I
- Kalau ada hujan dipupuk dengan urea sebanyak 25 kg
- Setelah padi umur 35-40 hari didangir tahap II
- Setelah padi umur 60 hari dilihat perkembangan pertumbuhan padi, kalau
diperkirakan butuh pemupukan tambahan diberikan maksimal 15 kg.
- Hasilnya 6 kw kering gabah per 100 ubin.
dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar per hektar :
SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg.
(2) Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200
kg/ha diberikan 15 HST dengan disebar merata dalam tanah.
(3) Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha
diberikan 25 HST.
− Penyiraman, dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu
penyiraman dan perawatan tanaman dari KT Pasir Makmur. Apabila
terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan penyiraman dengan
tujuan untuk menetralisir suhu yang sangat panas dari penguapan
panas bumi, agar tanaman bawang merah tetap sehat.
− Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman)
1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan
gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2 E sebanyak 1 ½
tutup untuk 1 tangki air .
2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari
untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan :
a. PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt)
b. Larvin = 1 sendok
c. Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup)
d. Barer = 10 cc (1 tutup)
3. Umur 25 sampai 45 hari
a. N-Balancer = 10 cc
b. Manzate 200 = 1 sendok makan
c. Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup
d. Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur,
dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter).
− Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan pada saat bawang merah (brambang)
umur 55 HST untuk dikonsumsi, jika brambang mau digunakan untuk
bibit dipanen setelah umur 60 hari.
Gambar 24. Studi Banding KT. Pasir Makmur di Lahan Berpasir Bantul
Gambar 25. Ternak Besar sebagai pemasok Pupuk Kandang bagi Tanaman di
pantai Berpasir oleh KT. Mandiri, Srigading, Bantul.
14
13
12
Jumlah Anggota KT
10
8
8
6
6
4 3
2
2 1 1
0
3/II 2/IIII 2/II 2/I 1/III 1/II 1/I
Alamat Tinggal Rt/RW
14 13
12
Jumlah Anggota KT.
10 9
6 5
4
4
2
2 1
0
>60 >50 >40 >30 >20 >10
b. Masyarakat Karanggadung
1
Kecamatan Petanahan memiliki 21 desa, 3 desa yaitu Desa Karanggadung, Karangrejo dan
Tegalretno berada di pinggir pantai. Ketiga desa tersebut bertopografi datar dengan ketingian 6,3
di atas permukaan laut.
1000
800
600
400
200
0
Tidak Tamat SLTP SLTA D1 D2 D3 S1
tamat SD
SD
Pendidikan
c. Kelembagaan
lahan masih dianggap sebagai cost center yang belum menjadi prioritas dalam
program pembangunan.
Tabel 16. Kunjungan Obyek Wisata di Karanggadung Tahun 2006 dan 2007
a. Kunjungan Wisata
12000
10000
Jumlah Wisatawan
8000 2006
6000 2007
4000
2000
0
I
T
T
R
B
KT
N
ES
L
V
N
S
R
JU
FE
SP
JU
AP
O
M
JA
AG
M
D
N
Bulan Kunjungan Wisata
b. Pendapatan Wisata
Pendapatan dari wisatawan tertinggi pada bulan Oktober 2007 (44 juta)
dan terendah pada bulan Agustus 2006 (600 ribu), lihat Gambar 33.
45000000
40000000
Pendapatan Wisata (Rp.)
35000000
30000000 2006
25000000 2007
20000000
15000000
10000000
5000000
0
I
T
T
R
B
KT
N
ES
L
V
N
S
R
JU
FE
SP
JU
AP
O
M
JA
AG
M
D
N
Gambar 33. Pendapatan Dari Obyek Wisata Tahun 2006 dan 2007
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan . Jakarta.
Purnomo. Y., Mulyadi. I., Amien dan H. Suwardjo. 1992. Pengaruh Berbagai
Bahan Hijau Tanaman Kacang-Kacangan terhadap Produktivitas
Tanah Rusak. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No. 10 : 61 –
64. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Sukresno. 1999. Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Pantai Berpasir
di DIY, Proyek P2TPDAS KBI, BTPDAS, Badan Litbang Kehutanan,
Surakarta.
87
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
88
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
89