You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum yang diterapkan pada Universitas Haluoleo, sekarang khususnya pada program studi D III Jurusan Mesin Universitas Haluoleo yang memprogramkan mata kuliah kerja praktek lebih di orientasikan pada aplikasi lapangan yang dimaksud untuk menambah profesionalisme Mahasiswa di bidang ilmu dan jurusannya masing masing. Hal ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk guna memperoleh gelar kesarjanaan. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan Tujuan dari penyelenggaraan Kerja Praktek (KP) ini adalah selain persyaratan akademik juga untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kami sebagai mahasiswa, juga membandingkan teori dan kenyataan yang ada di lapangan. Hal ini di perkuat juga adanya satu tuntutan dalam perkuliahan minimal 60% teori dan sisanya sebanyak 40% adalah praktek di lapangan. Hal ini menjadi tanggung jawab kami bersama dalam teknik (eksacta). Untuk meyesuaikan yang diterapkan pada program D III Teknik Universitas Haluoleo. Olehnya bersama kami laporkan hasil kuliah kerja praktek di BALAI PENGEMBANGAN DAN PENANGKAPAN IKAN (BPPI), selama 1 bulan mulai tanggal 23 Januari sampai tanggal 23 Februari 2013. 1.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang kami gunakan untuk menyusun laporan kerja praktek dengan PROSES PENGERJAAN MESIN BUBUT adalah : 1. Mengadakan pengamatan secara langsung kelapangan untuk melihat pekerjaan yang sedang dilaksanakan. menyesuaikan studi

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

2. Mengadakan wawancara dengan pihak pihak yang terlibat secara langsung. 3. Studi keputusan data yang ada yaitu dengan membaca dan mengumpulkan data dalam hubungan dengan penulisan laporan KP. 1.4 Sistematika Penulisan Dalam pembahasan laporan ini penulis mengklasifikasikan dalam 4 Bab, yaitu sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Merupakan bab yang menguraikan mengenai Latar

Belakang , Tujuan KP, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan. BAB II : Gambaran Umum BPPI Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah singkat BPPI. BAB III : Landasan Teori Merupakan bab yang menguraikan tentang teori dasar proses pembubutan dan las. BAB IV : Metode Pengerjaan Merupakan bab yang membahas proses pengerjaan bubut di dan las lapangan. BAB V : Penutup Merupakan bab yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

BAB II GAMBARAN UMUM BPPI

2.1 Sejarah Singkat Tentang BPPI Dalam Dinas Kelautan & Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 140 Tanggal 15 April 2001 disebutkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang kelautan dan perikanan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris dan uraian tugas jabatan struktural dan non struktural di lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 50 Tahun 2009. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara telah melaksanakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat nelayan melalui Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Kendari selaku pelaksana teknis operasional yang dikelola Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. BPPI dibangun pada tahun 1979/1980 oleh Direktorat Jenderal Perikanan dengan status Unit Pembinaan Motorisasi bertahap (UPMB). Namun setelah ditingkatkan statusnya menjadi Unit Pengembangan Penangkapan Ikan (UPPI) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor : 427/2510 tanggal 20 September 2001, dan disejajarkan dengan sub dinas lain yang ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tenggara kemudian sesuai dengan Peraturan Gubernur Sultra No 68 Tahun 2009 tanggal 9 September 2009 berubah statusnya menjadi BPPI.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Kendari sesuai fungsinya dalam mengemban tugas sebagai berikut : 1. Penyusunan dan pelaksanaan program uji coba dan kaji terap teknologi penangkapan ikan. 2. Pengadaan pembinaan dan penyuluhan melalui penelitian serta demonstrasi penangkapan ikan dan permesinan. 3. Pelaksanaan pembinaan dan pelayanan jasa pemeliharaan, perbaikan mesin kapal, serta pemeliharaan perbaikan, desain alat tangkap ikan dan docking kapal ikan. 4. Memberikan pelayanan dan meningkatkan kontribusi Pendapatan asli Daerah (PAD) STRUKTUR ORGANISASI UPTD BALAI PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN (BPPI)

2.2 Visi & Misi BPPI Visi Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Yang Berkelanjutan Menuju Masyarakat Sejahtera Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara menetapkan Misi sebagai berikut : 1. Peningkatan perekonomian masyarakat perikanan. 2. Pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan. 3. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kelautan dan perikanan.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

Sesuai dengan Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara, maka untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan, program dan kegiatan, ditetapkan tujuan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tenggara sebagai berikut : 1. Meningkatkan taraf hidup nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. 2. Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha perikanan. 3. Meningkatkan mutu dan pemasaran komoditas perikanan. 4. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja di sektor kelautan dan perikanan. 5. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

berwawasan lingkungan. 6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perikanan. 7. Melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan. 2.3 Mesin Pendukung Kegiatan BPPI Dalam mendukung visi misi dan kinerja Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan ini maka dipergunakan alat dan mesin yang sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah daftar alat dan mesin dalam lingkungan Balai Pengembangan Penangkapan Ikan : 1. Mesin bubut 2. Mesin las 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Mesin blower

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).

Salah satu proses pembubutan

A. Komponen-komponen mesin bubut Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara lain: meja mesin, a headstock, a tailstock, a compound slide, across slide, toolpost, dan leadscrew dan lain-lain. Pada gambar berikut ini diperlihatkan nama-nama bagian atau komponen yang umum dari mesin bubut:

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

Komponen Utama Mesin Bubut

Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung yang berseberangan dengan Chuck (pencekam) pada proses pemesinan di mesin bubut. Lead crew adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap. Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai. Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang. Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong. Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan spindle atas untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan. Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan menggunakan pemegang pahat. Headstock , yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

B. Dimensi dan jenis-jenis mesin bubut Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam diameter benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. misalnya sebuah mesin bubut ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda kerja sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari sebuah mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan dalam panjang maksimum benda kerja diantara kedua pusat mesin bubut, sedangkan sebagian pabrik lain menyatakan dalam panjang bangku. Ada beberapa variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi dalam desainnya tersebut tergantung cara pengoparasiannya dan jenis produksi atau jenis benda kerja. Dilihat cara pengoperasian mesin bubut dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin bubut manual dan mesin bubut otomatis. Mesin bubut manual adalah mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual dilakukan oleh manusia secara langsung, sedangkan mesin bubut atomatis adalah mesin bubut yang perkakasnya secara otomatis memotong benda kerja dan mundur setelah proses diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau diprogram secara otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang otomatis sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat potong dapat diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit pengawasan dari operator. Mesin bubut otomatis ini lebih dikenal dengan

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

sebutan CNC (Computer Numerical Control) Lathe Machine ( mesin bubut dengan sistem komputer kontrol numerik), seperti pada gambar berikut:

Jenis Mesin Bubut; a. Mesin bubut manual, b. Mesin bubut CNC

C. Prinsip kerja mesin bubut Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir. Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci. Prinsip Kerja Mesin Bubut Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir. Gerakan-Gerakan Dalam Membubut a. Gerakan berputar yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang digerakanpada pahat dan dinamakan gerak potong. b. Gerakan memanjang yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotonganna sejajar dengan sumbu kerja. Gerakan ini disebut juga dengan gerakan pemakanan. c. Gerakan melintang yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongan tegak lurus terhadap sumbu kerja. Gerakan ini disebut dengan gerakan melintang atau pemotongan permukaan.

Pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh mesin bubut antara lain: a. Membubut muka (Facing), yaitu proses pembubutan yang dilakukan pada tepi penampangnya atau gerak lurus terhadap sumbu benda kerja, sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata. b. Membubut rata (pembubutan silindris), yaitu pengerjaan benda yang dilakukan sepanjang garis sumbunya. Membubut silindris dapat dilakukan sekali atau dengan permulaan kasar yang kemudian dilanjutkan dengan pemakanan halus atau finishing. c. Membubut ulir (Threading), adalah pembuatan ulir dengan menggunakan pahat ulir. d. Membubut tirus (Taper), yaitu proses pembuatan benda kerja berbentuk konis. Dalam pelaksanaan pembubutan tirus dapat dilakukan denngan tiga cara, yaitu memutar eretan atas (perletakan majemuk), pergerseran kepala lepas (tail stock), dan menggunakan perlengkapan tirus (tapper atachment).

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

10

Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas. Cara ini digunakan apabila variasi sudut ketirusannya besar yakni antara 0-90 derajat dengan ketirusannya pendek, maksimum sepanjang gerakan eretan atas. Pembubutan dengan cara ini tidak dapat dilakukan secara otomatis, tetapi dengan cara memutar spindel eretan atas, sehingga pahat bergerak maju. Pemutaran eretan atas, sebesar sudut ketirusan. Artinya jika sudut ketirusan 900, maka eretan atas diputar sebesar 450.

Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas. Cara ini dilakukan apabila variasi sudut ketirusan berkisar antara 0-30 derajat dengan ketirusan yang melebihi panjang atau lebih pendek dari pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat dilakukan secara manual maupun secara otomatis. Dalam operasinya, benda kerja dijepit diantara dua senter. Dengan demikian, cekam diganti dengan pelat pembawa yang berfungsi untuk memutar benda kerja dengan bantuan lathdog. Untuk menghasilkan ketirusan yang sesuai, maka besar pergeseran kepala lepas dapat dihitung dengan persamaan: Untuk sebagian panjang benda yang ditirus 2 d D x lL x Untuk seluruh panjang benda yang ditirus Dimana: x = Pergesaran kepala lepas (mm) D = Diameter besar bagian tirus (mm) d = Diameter kecil bagian tirus (mm) L = Panjang seluruh benda kerja (jarak antara dua senter) (mm) l = Panjang bagian tirus (mm) 2 d D x

Pembubutan

tirus

dengan

menggunakan

perlengkapan

tirus.

Pembubutan ini dilakukan jika variasi sudut ketirusan yang akan dibuat berada pada kisaran 0-60 derajat dengan panjang ketirusan melebihi jarak pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis. Untuk menghasilkan ketirusan, sudut perlengkapan tirus harus diatur sebesar sudut tirus

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

11

sejajar kemiringan benda kerja. Selanjutnya eretan atas dilepas hubungannya dengan meja mesin dan dihubungkan dengan kelengkapan tirus yang sudah diatur sudutnya. Dengan demikian, gerakan eretan atas akan mengikuti kemiringan kelengkapan tirus. Besar kemiringan/pendakian dapat dihitung dengan rumus: Dimana: D = diameter besar bagian tirus (mm) d = diameter kecil bagian tirus (mm) l = Panjang bagian tirus (mm) l d D tg 2
e. Pembubutan drillng, yaitu pembubutan dengan menggunakan mata bor

(drill), sehingga akan diperoleh lubang pada benda kerja. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari pekerjaan boring (bubut dalam). f. Perluasan lubang (boring), yaitu proses pembubutan yang bertujuan untuk memperbesar lubang. Pembubutan ini menggunakan pahat bubut dalam. g. Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan slindris) yang bertujuan untuk membuat profil pada permukaan benda kerja. Pahat yang digunakan adalah pahat khusus (kartel).

Macam-macam proses pembubutan

3.2 Mesin Las Listrik Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap. Ada beberapa macam proses yang dapat digolongkan kadalam proses las listrik antara lain yaitu :
Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

12

1. Las Listrik dengan Elektroda Karbon, Misalnya: Las listrik dengan elektroda karbon tunggal Las listrik dengan elektroda karbon ganda.

2. Las Listrik Dengan Elektroda Logam, misalnya: Las listrik dengan elektroda berselaput Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) Las lisrik submerged

A. Prinsip-Prinsip Las Listrik Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja dapat mancapai temperatur tinggi yang dapat melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E) dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang dinyatakan delam satuan, panas joule atau kalori seperti rumus dibawah ini : H=ExIxt dimana : H = panas dalam satuan joule E = tegangan listrik dalam volt I = kuat arus dalam ampere t = waktu dalam detik Las listrik dengan elektroda karbon Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

13

Las listrik dengan elektroda karbon Las listrik ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah. Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur Iistrik dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Gambar dibawah ini adalah sirkuit las listrik dengan elektroda berselaput dimana G adalah sumber tenaga arus searah dan elektroda dihubungkan ke terminal negatif sedang bahan ke terminal positif.

Dalam gambar dibawah ini ditunjukkan pemindahan cairan logam dari elektroda ke bahan dasar dimana gas dari pembakaran selaput elektroda melindungi daerah ini.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

14

B. Pesawat Las Pesawat-pesawat las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari jenis arus yang keluar dapat digolongkan sebagai berikut: pesawat las arus bolak-balik (AC) pesawat las arus searah (DC)

Pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan dari pesawat AC den DC. 1. Pesawat las arus bolak-balik (AC) Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin. Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-industri mempunyai kapasitas 200 sampai 500 amper. Pesawat las ini sangat banyak dipakai karena biaya operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah. Voltase keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai 70 volt.

2. Pesawat las arus searah (DC) Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier, pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor listrik. Salah satu jenis dari pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor tistrik (motor generator). 3. Pesawat las AC-DC Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah. Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar dapat arus searah maupun arus

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

15

bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier maupun pembangkit listrik motor diesel.

C. Elektroda (filler atau bahan isi) Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

16

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artinya sebagai berikut : E menyatakan elektroda busur listrik XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2 lihat tabel. X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan. angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan. X (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan lihat tabel. Contoh : E 6013 Artinya : Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2 Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC + atau DC 1. Elektroda baja lunak E6010 dan E6011 : Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC. E6012 dan E6013 : Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

17

dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis. E6020 : Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut. 2. Elektroda dengan selaput serbuk besi Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi. 3. Elektroda hidrogen rendah Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya E7015, E7016 dan E7018. 4. Elektroda besi tuang Nikel : Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

18

pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Baja : Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Perunggu : Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil. D. Cara menyalakan busur las Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara. Bila pesawat las yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr. Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada Gbr.

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya sama dengan diameter elektroda. Untuk

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

19

elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar 3,25 mm.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

20

BAB IV METODE PENGERJAAN Pada bab ini akan dibahas tentang metode pengerjaan mesin bubut dan las yang dilakukan dalam workshop BPPI. 4.1 Menyambung As Baling-Baling Kapal Barang A. Alat dan Bahan Mesin bubut Pahat bubut Varnier Caliper Dial Indicator Pesawat las AC/DC B. Proses Pengerjaan Untuk menyambung as berjenis stainless harus dilakukan pembubutan terlebih dahulu secara tirus kedua bagian patah as tersebut kemudian di sambung dengan las listrik. Hal ini dimaksudkan agar sambungan las lebih kuat karena ikatannya lebih luas. Tujuan penyambungan as dengan mesin bubut agar as tetap lurus ketika dilas. Ada 2 proses saat menyambung as, yaitu : 1. Proses Pembubutan Tirus Pasang pahat yang akan digunakan pada tool post, posisikan tepat pada center. Pasang as pada chuck dengan bantuan kunci chuck dan disenterkan dengan menggunakan dial indicator. Pilih kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja. Nyalakan mesin bubut. Ratakan ujung as Pengerjaan dilanjutkan dengan membuat bagian yang tirus. Disini pahat dimiringkan kearang bagian dalam benda kerja 450. Gerinda Kikir Blower Palu las Kawat las jenis SIN 1

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

21

Pengerjaan ini harus dilakukan secara manual dengan memutar handwheel di ujung tailstock untuk menggerakkan pahat kedepan dan handwheel

C. kxhjj

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

22

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP)

23

You might also like

  • Kelistrikan Otomotif
    Kelistrikan Otomotif
    Document16 pages
    Kelistrikan Otomotif
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    100% (1)
  • Uji Tarik
    Uji Tarik
    Document10 pages
    Uji Tarik
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Praktik Motor Bensin Dan Diesel
    Praktik Motor Bensin Dan Diesel
    Document16 pages
    Praktik Motor Bensin Dan Diesel
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Laporan KP 2
    Laporan KP 2
    Document6 pages
    Laporan KP 2
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Struktur Dasar
    Struktur Dasar
    Document4 pages
    Struktur Dasar
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Laporan KP
    Laporan KP
    Document4 pages
    Laporan KP
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • KEWIRAUSAHAAN
    KEWIRAUSAHAAN
    Document2 pages
    KEWIRAUSAHAAN
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • SISTEM PENGAPIAN
    SISTEM PENGAPIAN
    Document14 pages
    SISTEM PENGAPIAN
    Yusuf Kurnia Ap
    No ratings yet
  • MESIN FLUIDA
    MESIN FLUIDA
    Document65 pages
    MESIN FLUIDA
    Hendra Haryadi
    75% (4)
  • MANFAAT KERANG
    MANFAAT KERANG
    Document7 pages
    MANFAAT KERANG
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    100% (1)
  • Tugas Word
    Tugas Word
    Document3 pages
    Tugas Word
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • 2
    2
    Document1 page
    2
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • MANFAAT KERANG
    MANFAAT KERANG
    Document7 pages
    MANFAAT KERANG
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    100% (1)
  • Jelaskan Struktur Histologist Lobules Hati
    Jelaskan Struktur Histologist Lobules Hati
    Document6 pages
    Jelaskan Struktur Histologist Lobules Hati
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • K3 & Ketenagakerjaan
    K3 & Ketenagakerjaan
    Document1 page
    K3 & Ketenagakerjaan
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Tugas Pengenalan Internet
    Tugas Pengenalan Internet
    Document1 page
    Tugas Pengenalan Internet
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • RHYZOPORA
    RHYZOPORA
    Document4 pages
    RHYZOPORA
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Laporan Praktikum
    Laporan Praktikum
    Document3 pages
    Laporan Praktikum
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Spek To Foto Meter
    Spek To Foto Meter
    Document15 pages
    Spek To Foto Meter
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • Tugas Pengenalan Internet
    Tugas Pengenalan Internet
    Document1 page
    Tugas Pengenalan Internet
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • 2
    2
    Document1 page
    2
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet
  • 100 Terminologi
    100 Terminologi
    Document3 pages
    100 Terminologi
    Fiiytha Welwitzciia Ribbon
    No ratings yet