You are on page 1of 30

V-1

PERCOBAAN V TANGKI BERPENGADUK

5.1

Pendahuluan

5.1.1.Tujuan Percobaan Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari proses pencampuran dalam fluida yang diselenggarakan didalam sistem tangki berpengaduk, mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas pencampuran dan menentukan pola aliran yang terbentuk. 5.1.2 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari pengadukan sering ditemukan. Pengadukan dilakukan untuk mencampur suatu fluida dengan fluida, ataupun fluida dengan partikel padat. Contoh pengadukan yang paling sering ditemukan adalah pengadukan untuk pembuatan larutan gula dari air minum dan gula pasir. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka manusi berpikir cara pengadukan yang lebih praktis dan dalam jumlah yang banyak. Salah satu hasil pemikiran tersebut adalah tangki berpengaduk. Tangki berpendaduk merupakan suatu alat yang bekerja secara otomatis (digerakkan oleh motor) dan paling sering dijumpai pada suatu industri kimia. Tangki berpengaduk memiliki banyak variasi pengaduk sesuai dengan kebutuhan industri. Variasi pengaduk memiliki peranan penting dalam menentukan efisiensi dari kerja tangki berpengaduk. Tangki berpengaduk dalam suatu industri pada umumnya berada pada awal proses produksi. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai pencampur (mixer) bahan yang kemudian diteruskan ke unit produksi lainnya, misalnya saja reaktor. Sebelum bahan/ umpan memasuki reaktor, maka bahan perlu disesuaikan dengan kondisi operasi reaktor agar efisiensi kerja reaktor menjadi maksimal. Salah satunya adalah dengan melakukan pencampuran terlebih dahulu.

V-1

V-2

5.2 Dasar Teori Pencampuran suatu fluida merupakan salah satu disiplin ilmu dari mekanika fluida. Gerakan fluida digunakan untuk mempercepat atau memperlambat proses dari difusi dan konduksi untuk membawa konsentrasi dan temperatur yang seragam. Proses pencampuran pada umumnya diangkut di dalam pipa dan tangki geometri. Pencampurannya dapat berupa radial ataupun aksial. Salah satu contoh dari backmixing atau pencampuran aksial terdapat pada tangki berpengaduk (stirred tank). Pencampuran dari beberapa elemen pada keadaan mula-mula pada perbedaan posisi aksial di dalam sebuah pipa. Sedangkan pencampuran radial berupa pencampuran beberapa elemen melalui suatu titik yang sama dan pada saat yang bersamaan. Contohnya pencampuran di dalam pipa tee. (Perry, 1999) Karakteristik pengadukan fluida antara lain sebagai berikut: 1. Campuran dua miscible atau immiscible liquid. 2. Dissolving solid dalam liquid. 3. Dispersi gas dalam liquid. 4. Pengadukan fluida untuk meningkatkan heat transfer antara fluida dan coil atau jaket. 5. Suspensi partikel padatan halus dalam cairan, seperti dalam hidrogenasi katalitik dan liquid dimana katalis solid dan gelembung hidrogen terdispersi dalam liquid. 6. Dispersi droplets dari satu immiscible liquid dengan yang lain.

Gambar 5.1 Konfigurasi standar tangki

V-3

(Cooker, 2001) Pencampuran dalam suatu tangki dengan beberapa bentuk pengaduk adalah yang paling umum digunakan untuk mencampur suatu cairan dan untuk mempersiapkan larutan. Pengaduk dipilih dalam suatu desain tangki berpengaduk berdasarkan pada tipe pencampuran yang diperlukan, kapasitas tangki, properti fluidanya, dan viskositas utama (gabungan). Tipikal susunan dari agitator (penganduk) dan baffles (sekat) dalam sebuah tangki berpengaduk, beserta aliran yang terbentuk dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.2 Susunan pengaduk dari visualisasi alirannya (Coulson6, 1999) Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain: 1. 2. 3. Bentuk: pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawah cekung atau flat. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki. Kelengkapannya: a. Ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pda pola aliran di dalam tangki.

V-4

b. Jacket atau coil pendingin/ pemanas yang berfungsi sebagai pengendali temperatur. c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu. d. Kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya. Pengaduk dibagi menjadi dua jenis berdasarkan luas blade dan kecepatan rotasinya, yaitu: 1. Pengaduk yang luas bladenya kecil, berotasi pada kecepatan tinggi. Misalnya pengaduk turbin dan propeler. Pengaduk-pengaduk ini biasanya untuk mencampur larutan dengan viskositas rendah sampai sedang. a. Turbin: cocok untuk mencampur larutan dengan viskositas dinamiknya sampai dengan 50 Ns/m2. Pengaduk tipe ini mengakibatkan pola aliran radial yang tegak lurus (perpendicular) terhadap dinding tangki. b. Propeler: cocok utnuk mencampur larutan yang viskositas dinamiknya sampai dengan 10 Ns/m2. Menghasilkan pola aliran aksial paralel terhadap dinding tangki. Ketika larutan sedang bersirkulasi dalam tangki, larutan tersebut bergerak dalam kondisi yang gaya gesernya bervariasi, seolah-olah viskositas larutan rendah ketika dekat blade dan tinggi ketika jauh dari blade. (Tim Dosen Teknik Kimia, 2010)

V-5

Bentuk beberapa pengaduknya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.3 (a) Turbine impeller (b) Pitched blade turbine (c) Marine turbine (Coulson6, 1999) 2. Pengaduk yang luas bladenya besar, berotasi pada kecepatan rendah. Misalnya pengaduk paddle, anchor (jangkar), gate, helical screws, helical ribbons. Pengaduk tipe ini cocok juga efektif untuk proses pencampuran larutan dengan viskositas tinggi (larutan kental). a. Paddle: Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum dua sudut, horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle menimbulkan aliran arah radial dan tangensial serta hampir tanpa gerak vertikal sama sekali.

V-6

b. Anchor: Pengaduk ini mengakibatkan aliran tangensial, jumlah putarannya rendah. Mempunyai daerah proses operasi dekat dengan dinding tangki. Gaya geser anchor akan membuat aliran dalam tangki yang menyebabkan perputaran arus aliran yang terus-menerus dalam tangki. Pengaduk anchor mampu mencampur larutan-larutan dengan viskositas dinamik sampai dengan 100 Ns/m2. c. Gate: Hampir sama seperti pengaduk anchor, daerah operasinya adalah dekat dengan dinding tangki. d. Helical screw: Beroperasi dengan cara seolah-olah memompa larutan dari dasar tangki menuju permukaan, lalu larutan yang dipermukaan dipompa kembali ke dasar tangki untuk mengisi kekosongan yang terjadi ketika larutan dipompa ke atasnya. (Tim Dosen Teknik Kimia, 2010) Berikut beberapa gambar tangki berpengaduk yang berotasi denga kecepatan rendah.

Gambar 5.4 (a) Paddle (b) Anchor (c) Helical ribbon (Coulson6, 1999)

V-7

Berikut ini merupakan beberapa jenis pengaduk beserta gambar aliran dan aplikasinya. Tabel 5.1 Pengaduk dan gambar alirannya

(Cooker, 2001)

V-8

Kecepatan pengaduk yang umumnya digunakan pada operasi industri kimia adalah sebagai berikut: - Kecepatan tinggi, berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk viskositas rendah, misalnya air. - Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan minyak pernis. - Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan unuk minyak kental, lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa. Dalam desain suatu pencampuran larutan, maka rumus-rumus yang tak memiliki satuan di bawah ini penting. - Power Number: mewakili daya yang diberikan .......................................................... (5.1) - Reynold Number: mwwakili, menjelaskan pengaruh dari akibat viskositas larutan ........................................................... (5.2) - Froude Number: menjelaskan pengaruh dari gaya tarik bumi ........................................................... (5.3) - Weber Number: menjelaskan pengaruh dari gaya tegangan permukaan ......................................................... (5.4) Weber Number untuk proses pencampuran hanya penting ketika terjadi pemisahan fase-fase fisik dalam sistem pencampuran larutan tersebut, misalnya dalam proses ekstraksi cair-cair. (Tim Dosen Teknik Kimia, 2010:)

5.3 Metodologi percobaan

V-9

5.3.1

Alat yang digunakan dan Deskripsi alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Seperangkat alat tangki berpengaduk Stopwatch Piknometer 25 ml Pipet volume 25 ml Gelas beker 50 ml Propipet Neraca analitik Beaker glass 250 ml

Deskripsi alat

66

1 Keterangan : 1. Motor pengaduk 2. Poros 3. Sekat 4. Tangki 5. Pengaduk 6. Pengatur kecepatan pengaduk

22

33 5

Gambar 5.5. Rangkaian Alat Tangki Berpengaduk

5.3.2. Bahan

V-10

Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu : Air keran Zat warna biru Sekam padi

5.3.3. Prosedur Percobaan 5.3.3.1 Percobaan pendahuluan 1. 2. 3. 4. tinta biru. 5.3.3.2 Percobaan utama 1. 2. 3. Merangkai alat tangki berpengaduk seperti pada gambar 5.4 Mengisi tangki dengan air keran sampai tanda tera dan mengatur Memasukkan 4 tetes zat warna biru kedalam tangki dan menghitung menggunakan turbin 6 daun miring 45 kecepatan pengaduk pada 240 rpm. waktu yang diperlukan mulai dari diteteskan zat warna sampai membentuk campuran homogen. Mengulangi unrtuk posisi pengaduk off centre dan incline. 4. 5. Melakukan pengamatan untuk kecepatan putar pengaduk 280 rpm, Untuk mengamati pola aliran yang terjadi, memasukkan sekam padi 320 rpm, dan 360 rpm. kedalam tangki berpengaduk pada tiap-tiap posisi: centre, off centre dan incline, serta menggambar pola aliran tersebut pada tabel hasil pengamatan. 6. 7. 5.4 Mengulangi percobaan untuk variasi jenis pengaduk propeller. Mengulangi langkah 1 6 untuk tangki berpengaduk dengan baffle Mengukur densitas air keran dengan piknometer. Menimbang berat piknometer kosong. Memasukkan 25 mL air keran ke dalam piknometer lalu Mengulangi prosedur untuk menghitung densitas larutan

menimbang dan mencatat temperaturnya.

Hasil dan Pembahasan

V-11

5.4.1

Hasil Pengamatan Diameter tangki Tinggi fluida Temperatur fluida Massa piknometer kosong Massa piknometer + 25 ml air Massa piknometer + 25 ml fluida = 19,2 cm = 19,2 cm = 29 C = 30,8 g = 55,1 g = 55,4 g

Tabel 5.2 Data Karakteristik Impeller Karakteristik Jumlah daun Lebar daun Panjang daun Jenis pengaduk Turbin 6 daun miring 45 Propeller 6 3 1,4 cm 1,2 cm 2,6 cm 2,8 cm

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Tangki Berpengaduk tanpa Baffle No Jenis pengaduk Turbin 6 daun miring 45 N (rpm) 240 280 320 360 240 280 320 360 Waktu pencampuran Centre Off centre Incline 34 6,6 6,2 17 5,8 5 23,2 9 11,2 12,8 7,2 7,2 25,1 11,8 8 24,8 5,2 6 19,8 7,6 8,8 27 45 6,8

Propeller

Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Tangki Berpengaduk dengan Baffle No Jenis pengaduk Turbin 6 daun miring 45 Propeller N (rpm) 240 280 320 360 240 Waktu pencampuran Centre Off centre Incline 9 6,6 7,2 4,8 4 5,8 8,2 7,2 9,4 7 7 7,4 6,2 6,2 5,8

1 2

V-12

280 320 360

5 7,4 8,2

4,8 8,2 6,4

5,6 6 5,4

Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Pola Aliran tanpa Baffle No Jenis pengaduk Centre Waktu pencampuran Off centre Incline

Turbin 6 daun miring 45

Propeller

Tabel 5.6 Hasil Pengamatan Pola Aliran dengan Baffle

V-13

No

Jenis pengaduk

Centre

Waktu pencampuran Off centre

Incline

Turbin 6 daun miring 45

Propeller

V-14 V-14 5.4.2. Hasil Perhitungan Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Korelasi Waktu Pencampuran pada Tangki tanpa Baffle dengan Posisi Impeller Centre
Jenis Pengaduk kecepatan (N) (rps) (rpm) waktu (s) V (volt) kg/m P (watt) I Ampere NPo kg/ms NRe NFr n.t ln(nt)

240 Turbin miring 45 280 320 360 240 280 propeller 320 360

4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0 4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0

34 17 23.2 12.8 25.1 24.8 19.8 27

220 220 220 220 220 220 220 220

1008 1008 1008 1008 1008 1008 1008 1008

0.332492 3 0.527985 5 0.788129 9 1.122161 6 0.022166 2 0.035199 0.052542 0.074810 8

0.0015113 3 0.0023999 3 0.0035824 1 0.0051007 3 0.0001007 6 0.0001600 0 0.0002388 3 0.0003400 5

4.8 4.8 4.8 4.8 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2

0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835

20180.9 4 23544.4 3 26907.9 2 30271.4 1 20180.9 4 23544.4 3 26907.9 2 30271.4 1

0.104419 0.142126 0.185634 0.234943 0.104419 0.142126 0.185634 0.234943

136 79.3333 123.733 76.8 100.4 115.733 105.6 162

4.912654886 4.373658385 4.818128712 4.34120464 4.609162207 4.751288694 4.659658371 5.087596335

Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Korelasi Waktu Pencampuran pada Tangki Tanpa Baffle dengan Posisi Impeller Off Centre
Jenis Pengaduk kecepatan (N) (rps) (rpm) waktu (s) V (volt) \ kg/m P (watt) I Ampere NPo kg/ms NRe NFr n.t ln(nt)

Turbin miring 45

240 280

4.000 0 4.666 7

6.6 5.8

220 220

1008 1008

0.3324923 2 0.5279854 8

0.0015113 3 0.0023999 3

4.8 4.8

0.0081835 0.0081835

20180.94 23544.43

0.10441 9 0.14212 6

26.4 27.0666 7

3.27336401 3.298302958

V-15

320 360 240 280 propeller 320 360

V-15

5.333 3 6.000 0 4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0

9 7.2 11.8 5.2 7.6 45


waktu (s)

220 220 220 220 220 220


V (volt)

1008 1008 1008 1008 1008 1008


kg/m

0.7881299 3 1.1221615 7 0.0221661 5 0.0351990 3 0.052542 0.0748107 7


P (watt)

0.0035824 1 0.0051007 3 0.0001007 6 0.0001600 0 0.0002388 3 0.0003400 5


I Ampere

4.8 4.8 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2


NPo

0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835


kg/ms

26907.92 30271.41 20180.94 23544.43 26907.92 30271.41


NRe

0.18563 4 0.23494 3 0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3


NFr

48 43.2 47.2 24.2666 7 40.5333 3 270


n.t

3.871201011 3.765840495 3.854393893 3.189103667 3.702124681 5.598421959


ln(nt)

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Korelasi Waktu Pencampuran pada Tangki Tanpa Baffle dengan Posisi Impeller Incline
Jenis Pengaduk kecepatan (N) (rps) (rpm)

240 Turbin miring 45 280 320 360 240 280 propeller 320 360

4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0 4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0

6.2 5 11.2 7.2 8 6 8.8 6.8

220 220 220 220 220 220 220 220

1008 1008 1008 1008 1008 1008 1008 1008

0.3324923 2 0.5279854 8 0.7881299 3 1.1221615 7 0.0221661 5 0.0351990 3 0.052542 0.0748107 7

0.0015113 3 0.0023999 3 0.0035824 1 0.0051007 3 0.0001007 6 0.0001600 0 0.0002388 3 0.0003400 5

4.8 4.8 4.8 4.8 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2

0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835

20180.9 4 23544.4 3 26907.9 2 30271.4 1 20180.9 4 23544.4 3 26907.9 2 30271.4 1

0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3 0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3

24.8 23.3333 3 59.7333 3 43.2 32 28 46.9333 3 40.8

3.210843653 3.149882953 4.089890212 3.765840495 3.465735903 3.33220451 3.848728155 3.708682081

V-16

Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Korelasi Waktu Pencampuran pada Tangki dengan Baffle dengan Posisi Impeller Centre
Jenis Pengaduk kecepatan (N) (rps) (rpm) waktu (s) V (volt) kg/m P (watt) I Ampere NPo kg/ms NRe NFr n.t ln(nt)

240 Turbin miring 45 280 320 360 240 Propeller 280 320 360

4.0000 4.6667 5.3333 6.0000 4.0000 4.6667 5.3333 6.0000

9 4.8 8.2 7 6.2 5 7.4 8.2

220 220 220 220 220 220 220 220

1008 1008 1008 1008 1008 1008 1008 1008

0.33249232 0.52798548 0.78812993 1.12216157 0.02216615 0.03519903 0.052542 0.07481077

0.00151133 0.00239993 0.00358241 0.00510073 0.00010076 0.00016000 0.00023883 0.00034005

4.8 4.8 4.8 4.8 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2

0.008183 5 0.008183 5 0.008183 5 0.008183 5 0.008183 5 0.008183 5 0.008183 5 0.008183 5

20180.94 23544.43 26907.92 30271.41 20180.94 23544.43 26907.92 30271.41

0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3 0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3

36 22.4 43.7333 3 42 24.8 23.3333 3 39.4666 7 49.2

3.583518938 3.109060959 3.778110588 3.737669618 3.210843653 3.149882953 3.675456434 3.895893623

V-16

Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Korelasi Waktu Pencampuran pada Tangki dengan Baffle dengan Posisi Impeller Off Centre
Jenis Pengaduk kecepatan (N) (rps) (rpm) waktu (s) V (volt) kg/m P (watt) I Ampere NPo kg/ms NRe NFr n.t ln(nt)

Turbin miring 45

240 280

4.000 0 4.666

6.6 4

220 220

1008 1008

0.3324923 2 0.5279854

0.0015113 3 0.0023999

4.8 4.8

0.0081835 0.0081835

20180.9 4 23544.4

0.10441 9 0.14212

26.4 18.6666

3.27336401 2.926739402

V-17

320 360 240 280 propeller 320 360

7 5.333 3 6.000 0 4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0

7.2 7 6.2 4.8 8.2 6.4

220 220 220 220 220 220

1008 1008 1008 1008 1008 1008

8 0.7881299 3 1.1221615 7 0.0221661 5 0.0351990 3 0.052542 0.0748107 7

3 0.0035824 1 0.0051007 3 0.0001007 6 0.0001600 0 0.0002388 3 0.0003400 5

4.8 4.8 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2

0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835

3 26907.9 2 30271.4 1 20180.9 4 23544.4 3 26907.9 2 30271.4 1

6 0.18563 4 0.23494 3 0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3

7 38.4 42 24.8 22.4 43.7333 3 38.4 3.64805746 3.737669618 3.210843653 3.109060959 3.778110588 3.64805746

Tabel 5.12 Hasil Perhitungan Korelasi Waktu Pencampuran pada Tangki dengan Baffle dengan Posisi Impeller Incline
Jenis Pengaduk kecepatan (N) (rps) (rpm) waktu (s) V (volt) kg/m P (watt) I Ampere NPo kg/ms NRe NFr n.t ln(nt)

240 Turbin miring 45 280 320 360 propeller 240 280

4.000 0 4.666 7 5.333 3 6.000 0 4.000 0 4.666 7

7.2 5.8 9.4 7.4 5.8 5.6

220 220 220 220 220 220

1008 1008 1008 1008 1008 1008

0.3324923 2 0.5279854 8 0.7881299 3 1.1221615 7 0.0221661 5 0.0351990 3

0.0015113 3 0.0023999 3 0.0035824 1 0.0051007 3 0.0001007 6 0.0001600 0

4.8 4.8 4.8 4.8 0.3 2 0.3 2

0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835 0.0081835

20180.9 4 23544.4 3 26907.9 2 30271.4 1 20180.9 4 23544.4 3

0.10441 9 0.14212 6 0.18563 4 0.23494 3 0.10441 9 0.14212 6

28.8 27.0666 7 50.1333 3 44.4 23.2 26.1333 3

3.360375387 3.298302958 3.914686123 3.793239469 3.144152279 3.263211639

V-18

320 360

5.333 3 6.000 0

6 5.4

220 220

1008 1008

0.052542 0.0748107 7

0.0002388 3 0.0003400 5

0.3 2 0.3 2

0.0081835 0.0081835

26907.9 2 30271.4 1

0.18563 4 0.23494 3

3.465735903 32 3.478158423 32.4

V-17

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Penentuan Korelasi Empiris Kebutuhabn Daya Pengadukan
Jenis Impeller X1 Ln NRe 40.497273 turbin miring 45 40.497273 40.497273 40.497273 40.497273 propeller 40.497273 40.497273 40.497273 X2 Ln NFr -7.34278 -7.34278 -7.34278 -7.34278 -7.34278 -7.34278 -7.34278 -7.34278 Y Ln NPo 6.274463 7 6.274463 7 6.274463 7 6.274463 7 -4.557737 -4.557737 -4.557737 -4.557737 X12 Ln NRe2 410.098733 410.098733 410.098733 410.098733 410.098733 410.098733 410.098733 410.098733 X22 Ln NFr2 13.8449 13.8449 13.8449 13.8449 13.7695 13.7695 13.7695 13.7695 X1 x X2 Ln NRe x Ln NFr -74.15775915 -74.15775915 -74.15775915 -74.15775915 -73.93681162 -73.93681162 -73.93681162 -73.93681162 Y x X1 Ln Npo x Ln Nre 63.52466752 63.52466752 63.52466752 63.52466752 -46.14398157 -46.14398157 -46.14398157 -46.14398157 X2 x Y Ln NFr x Ln Npo -11.51800328 -11.51800328 -11.51800328 -11.51800328 8.366616497 8.366616497 8.366616497 8.366616497 A 2682.248 2682.248 2682.248 2682.248 -19560.42 -19560.42 -19560.42 -19560.42 m 27159.63 27159.63 27159.63 27159.63 -19839.55 -19839.55 -19839.55 -19839.55 n 2367.038 2 2367.038 2 2367.038 2 2367.038 2 -1720.035 -1720.035 -1720.035 -1720.035 Y 1.568616 1.568616 1.568616 1.568616 -1.139434 -1.139434 -1.139434 -1.139434 Yi 266553.995 271470.433 275729.244 279485.782 -212333.706 -215922.275 -219030.836 -221772.78 s = (Y-Yi)2 71050196260 73695344096 76025751028 78111425586 45085118730 46621936932 47974007844 49182660669

V-19

5.4.3. Pembahasan Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari seberapa baik penggunaan variasi jenis pengaduk/impeller yang digunakan dalam mencampurkan cairan hingga homogen yang disertai dengan pola aliran yang terbentuk. Sebelum melakukan percobaan, dilakukan pengukuran densitas fluida yang merupakan campuran antara air dan tinta biru dengan menggunakan piknometer. Dari hasil perhitungan diperoleh densitas fluida campuran pada suhu 29C adalah sebesar 1,008 g/cm, sementara untuk densitas aqua pada suhu 29C adalah sebesar 0,99596 g/cm. Densitas fluida campuran lebih besar dibandingkan fluida air, karena pada fluida campuran terdapat zat warna biru (tinta biru) yang memberikan massa yang lebih besar yang menyebabkan densitas fluida campuran lebih besar. Selain densitas dilakukan juga pengukuran untuk viskositas. Dari hasl perhitungan dengan pendekatan nilai viskositas air dipeoleh viskositas fluida campuran sebesar 0,81835 cp. Dalam percobaan ini proses pencampuran dilakukan dalam suatu tangki berpngaduk. Dimensi tangki perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap sistem pencampuran dan pengadukan. Tangki yang digunakan berbentuk silindris yang alasnya berbentuk flat atau datar dengan diameter 19,2 cm dan tinggi fluida dalam tangki adalah 19,2 cm. Adapun jenis pengaduk yang digunakan dalam percobaan ini adalah 2 variasi pengaduk yaitu turbin 6 daun miring 45 dan propeller. Dimensi dari kedua pengaduk adalah sama yaitu diameter pengaduk 6,4 cm ; lebar daun 1,28 cm ; panjang daun 1,6 cm dan pengaduk memiliki ketinggian dari dasar tangki setinggi 6,4 cm. Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat dijelaskan beberapa hal diantaranya yakni hubungan kecepatan pengaduk (N) dengan mixing time/waktu pecampuran (t) , hubungan kecepatan pengaduk (N) dengan daya (P), nilai reynolds number dan daerah simulasi serta pola aliran yang terjadi dari masing-masing pengaduk dengan variasi penggunaan baffle dan non baffle, posisi impeller yakni centre, off centre dan juga incline. Variasi kecepatan pengaduk yang digunakan ada 4 variasi yakni kecepatan 240, 280, 320 dan 380 rpm.

V-20

5.4.3.1 Hubungan Kecepatan Pengaduk Dengan Waktu Pencampuran Pencampuran antara zat warna biru (dalam percobaan ini 4 tetes) kedalam air kedalam tangki berpengaduk dengan posisi atau letak yang berbeda menghasilkan grafik hubungan antara kecepatan putar pengaduk terhadap waktu, yang ditunjukkan pada gambar 5.6 dan gambar 5.7.

Gambar 5.6 Hubungan Kecepatan Pengaduk terhadap Mixing Time pada Turbin 6 Daun Miring 45 Berdasarkan gambar 5.6 dapat dijelaskan hubungan kecepatan pengaduk danmixing time adalah fluktuatif (naik-tirun). Dari hasil percobaan dan grafik diatas dapat diketahui bahwa turbin 6 daun miring 45 posisi off centre dengan variasi baffle memiliki waktu tersingkat untuk mencapai kondisi homogen. Waktu yang paling cepat adalah 4 s pada kecepatan pengaduk 280 rpm (4,66 rps), sedangkan untuk waktu pencampuran yang paling lama adalah turbin 6 daun miring 45dengan posisi centre tanpa menggunakan baffle. Waktu paling lama adalah 34 s pada kecepatan 240 rpm (4 rps). Secara umum, waktu pencampuran paling singkat untuk turbin 6 daun miring 45 adalah dengan variasi menggunakan baffle pada berbagai posisi baik posisi centre, off centre maupun incline. Secara teori, semakin besar pengaduk maka semakin kecil waktu pencampuran hal ini disebabkan semakin besar kecepatan maka energi kinetik dalam campuran semakin besar yang menyebabkan kontak antar fluida air dengan zat warna biru. Namun, dari grafik ada

V-21

ketidaksesuaian,diman nilainya fluktuatif. Hal ini dapat disebabakan ketidaktelitian dalam pengamatan pencampuran dalam menentukan apakah suatu campuran sudah homogen atau tidak.

Gambar 5.7 Hubungan Kecepatan Pengaduk terhadap Mixing Time pada Propeller Berdasarkan gambar 6.7 dapat dijelaskan secara umum hubungan kecepatan pengaaduk terhadap waktu pencampuran adalah fluktuatif (naik-turun). Berdasarkan teori seharusnya kecepatan pengaduk itu berbanding dangan kecepatan pencampuran, artinya semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin kecil waktu pencampuran. Dari hasil percobaan atau grafik diatas, waktu pencampuran paling singkat adalah dengan menggunakan pengaduk propeller posisi off centre variasi baffle adalah 4,8 s dengan kecepatan 280 rpm. Sementara waktu pencampuran yang paling lama juga dicapai propeller pada posisi off centre namun tanpa menggunakan baffle dan pada kecepatan 360 rpm atau 6 rps dengan waktu 45 s. Secara umum waktu paling singkat dicapai oleh pengaduk propeller dengan variasi menggunakan baffle pada berbagai possisi. Namun secara umum, yang paling singkat dicapai dengan posis incline. Posisi incline dengan variasi baffle mencapai waktu pencampuran yang singkat secara umum karena posisi pengaduk dengan kemiringan mencampurkan fluida secara merata cepat kesegala arah. 45 sehingga dapat

V-22

Berdasarkan gambar 5.6 dan 5.7 dapat diketahui bahwa hubungan antara kecepatan pengaduk dan mixing time bernilai fluktuatif padahal secara teori seharusnya antara kecepatan pengaduk dan mixing time memiliki hubungan berbanding terbalik. Hal tersebut dapat disebabkan karena ketidak telitian dalam pengamatan pencampuran apakah pancampuran sudah mencapai kondisi yang homogen atau belum. Baik pengaduk jenis turbin 6 daun miring 45 ataupun propeller. Baik pengaduk jenis turbin 6 daun miring 45 ataupun propeller, secara umum posisi centre untuk pengadukan memerlukan waktu yang paling lama dalam mencapai kondisi homogen. Hal ini terjadi karena pada posisi pengaduk yang berada ditengah atau dipusat arus tangensial itu mengikuti suatu lintasan dan menimbulkan vortex pada permukaan zat cair tanpa adanya aliran longitudinal yang bekerja pada arah paralel dengan poros, sehingga cairan biru yang dicampurkan memerlukan waktu yang lama agar bercampur dengan seluruhnya. Sementara itu, secara umum dari kedua pengaduk tersebut waktu pencampuran paling singkat dicapai pada posisi pengaduk off centre dan incline. Kedua posisi ini dari hasil percobaan mencapai waktu pencampuran yang singkat. Namun antara posisi off centre dan incline secara teori yang paling singkat waktu untuk mencapai kondisi homogen , seharusnya adalah pada posisi incline, namun pada saat tertentu posisi off centre juga mencapai waktu yang paling singkat. Ketidasesuaian ini disebabkan ketidaktelitian dalam pengamatan campuran dalam mencapai kondisi homogen sehingga berpengaruh terhadap pengukuran waktu pencampuran. Dari kedua jenis pengaduk dapat diketahui bahwa pengaduk turbin 6 daun miring 45 kerjanya lebih efektif karena dengan menggunakan turbin 6 daun miring 45 baik mengunakan baffle ataupun tidak saat mencapai waktu yang paling singkat dalam pencampuran. Dengan menggunakan baffle, waktu paling cepat dicapai turbin 6 daun miring 45 dengan waktu 5 s. Dengan non baffle waktu paling cepat juga dicapai turbin 6 daun miring 45 dengan waktu 4 s. Dengan mengunakan beffle, waktu paling singkat pada posisi off centre sedangkan non baffle pada posisi incline.

V-23

5.4.3.2 Hubungan Kecepatan Pengaduk dengan Power (daya) Dari percobaan yang dilakukan dan hasil perhitungan dqapat dibuat grafik hubungan kecepatan pengaduk dengan daya untuk variasi pengaduk turbin 6 daun miring 45 dan propeller.

Gambar 5.8 Hubungan Power Terhadap Kecepatan Pengaduk Dari gambar 5.8 dapat dijelaskan bahwa semakin besar daya yang digunakan maka semakin besar pula kecepatan pengaduk. Artinya daya berbanding lurus dengan kecepatan pengaduk. Dari gambar 5.8 diatas dapat diketahui bahwa pengaduk turbin 6 daun miring 45 memiliki daya yang lebih besar jika dibandingkan dengan propeller. Daya yang paling besar adalah pada pengaduk turbin 6 daun miring 45 yakni 1,1222 watt pada kecepatan 6 rps. Sementara daya yang paling kecil dihasilkan oleh pengaduk propeller yakni 0,00222 watt pada kecepatan 4 rps. Semakin cepat putaran pengaduk maka proses pencampuran akan semakin cepat pula. Hal ini sebanding dengan daya yang dikeluarkan yaitu semakin besar. Kebutuhan daya pengaduk dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jarak pengaduk dari dasar tangki, ada tidaknya baffle serta jumlah daun pengaduk.

V-24

Gambar 5.9 Hubungan antara Nre dengan Npo Dari gambar 5.9 dapat dijelaskan bahwa nilai number power (Npo) untuk turbin 6 daun miring 45 lebih besar dibanding Npo pada propeller. Npo untuk turbin 6 daun miring 45 adalah sebesar 0,32. Hal ini yang menyatakan bahwa Npo propeller lebih kecil dari Npo turbin 6 daun miring 45. Reynolds number semakin besar dengan semakin cepatnya kecepatan pengaduk. Besarnya nilai reynold number dipengaruhi oleh kecepatan aliran, dimana semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula reynold number. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa reynold number lebih dari 10.000, hal ini menunjukkan bahwa terjadi aliran turbulen yang ditimbulkan oleh vortex pada pengaduk. Dari percobaan ini dan dari hasil perhitungan diperoleh suatu hubungan antara besarnya reynolds number (dalam ln) dengan area turbulansi (dalam ln) untuk masing- masing jenis pengaduk.

V-25

Gambar 5.10 Hubungan Ln Nre terhadap Ln (n.t) pada Turbin 6 Daun Miring 45 Berdasarkan gambar 5.10 menunjukkan bahwa hampir semua posisi baik dengan variasi baffle dan non baffle, hubungan antara ln Nre dan ln (n.t) besarnya adalah fluktuatif (naik-turun). Secara teori semakin besar ln Nre maka semakin kecil ln (n.t) artinya semakin besar turbulansi yang dihasilkan maka waktu pencampuran akan semakin cepat. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena ketidaktelitian dalam pengamatan dan pengukuran waktu pencampuran karena tidak stabilnya aliran dan dispersi cairan warna biru yang berpengaruh terhadap pengamatan. Dari gambar 5.10 dapat diketahui bahwa korelasi pencampuran terkecil pada posisi off centre dengan variasi baffle dengan nilai 2,926739. Sedangkan korelasi pencampuran terbesar berada pada posisi centre dengan baffle dengan nilai 4,912655. Ini untuk pengaduk turbin 6 daun miring 45.

V-26

Gambar 5.11 Hubungan Ln Nre terhadap Ln (n.t) pada Propeller Berdasarkan gambar 5.11 untuk jenis pengaduk propeller, hubungan antara ln Nre dan ln (n.t), semakin besar nilai ln Nre, nilai ln (n.t) nilainya tidak jauh berubah artinya hampir konstan nilainya. Padahal secara teori seharusnya semakin besar ln Nre semakin kecil ln (n.t). Ketidaksesuaian ini disebabkan karena ketidaktelitian ketika pengamatan terhadap waktu pencampuran. Dari hasil perhitungan korelasi pencampuran terbesar berada pada posisi off centre dengan variasi centre dengan variasi baffle sebesar 3,109061. non baffle sebesar 5,598422. Sedangkan korelasi pencampuran terkecil berada pada posisi off

V-27

5.4.3.3 Pola Aliran Berdasarkan hasil percobaan dapat digambarkansuatu pola aliran yang dihasilkan oleh masing masing pengaduk.

(a)

(b)

(c)

Gambar 5.12 Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk Turbin 6 Daun Miring 45 Non-Baffle: (a) Center (b) Off-Center (c) Incline Berdasarkan gambar 5.12 yang menggunakan pengaduk turbin 6 daun miring 45 tanpa dilengkapi baffle akan menghasilkan pola aliran tangensial, dimana pada pola aliran ini akan menimbulkan arus putar dan vortex. Pengaduk jenis ini menimbulkan arus yang berlangsung diseluruh tangki untuk menjangkau jenis campuran yang viskositasnya cukup besar. Posisi terbaik dalam melakukan pencampuran untuk waktu pencampuran yang singkat adalah posisi incline. Hal ini disebabkan pada posisi incline terbentuk pola aliran yang menyebar membentuk turbulensi yang mempercepat dispersi atau pencampuran untuk mendapatkan kondisi homogen.

(a)

(b)

(c)

Gambar 5.13 Pola Aliran untuk Pengaduk Turbin 6 Daun Miring 45 yang Dilengkapi Baffle : (a) Center (b) Off-Center (c) Incline

V-28

Berdasarkan gambar 5.13 untuk pengaduk turbin 6 daun

miring 45 sebagai

menghasilkan pola aliran aksial yang kuat. Penggunaan baffle disini

penyangga yang menyebabkan pola aliran terbentuk lebih terbatas karena adanya baffle, sehingga dengan adanya baffle menyebabkan waktu pencampuran semakin singkat. Posisi incline meghasilkan turbulensi yang besar karena pengaduk dimiring 45 yang menyebabkan pola arus aksial yang kuat.

(a)

(b)

(c)

Gambar 5.14. Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk Propeller Non-Baffle: (a) Center (b) Off-Center (c) Incline Berdasarkan Gambar 5.14 untuk pengaduk propeller menghasilkan pola aliran aksial yang juga disertai dengan terbentuknya vortex. Pada jenis pengaduk ini cairan dipindahkan secara longitudinal, dimana pola aliran ini menyebabkan campuran bergeser dengan kondisi gaya geser yang bervariasi yaitu dengan posisi centre, off centre dan incline. Pada posisi incline, turbulensi yang dihasilkan besar sehingga pola aliran berputar dengan cepat hamper keseluruh bagian cairan.

V-29

(a)

(b)

(c)

Gambar 5.15 Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk Propeller yang Dilengkapi Baffle: (a) Center (b) Off-Center (c) Incline Berdasarkan Gambar 5.15 menunjukkan pola aliran yang terbentuk adalah aksial. Pada pola aliran ini fluida mengalir dari bawah menuju kepermukaan cairan pada tangki. Namun, karena adanya baffle menyebabkan aliran turbulensi yang terbentuk menjadi semakin kecil karena terhambat sehingga tercampurnya antara cairan warna biru dan air menjadi semakin cepat jika dibandingkan dengan tanpa baffle. Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah.

V-30

5.5 5.5.1 1. 2.

Penutup Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil percobaan ini yaitu: Operasi pengadukan, semakin lama pengadukan, semakin homogen campuran yang didapatkan. Faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pada pencampuran adalah kecepatan pengaduk, jenis pengaduk, ada tidaknya baffle, letak tangki, temperatur dan viskositas.

3.

Kecepatan pengaduk berbanding lurus dengan power (daya) dengan daya terkecil pada pengaduk propeller dan yang lebih besar pada turbin 6 daun miring 45.

5.5.2. Saran Sebaiknya lebih cermat dalam pengamatan pencampuran yang telah homogen agar diperoleh mixing time yang akurat.

You might also like