You are on page 1of 8

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34.

April 2010

KORELASI BANJIR TERHADAP DRAINASE PERKOTAAN (Studi Kasus Banjir di Kota Makassar) Ilham Syafey
Dosen Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia, Makassar

Abstrak Masalah banjir diperkotaan merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan bahkan semakin tahun indikator yang ada semakin memperlihatkan bahwa kedepan jika tidak dikaji lebih jauh sumber permasalahan yang ada, maka dapat dipastikan bencana yang lebih besar akan melanda perkotaan. Berdasarkan fakta yang ada bahwa timbulnya genangan air atau banjir diperkotaan akibat karena tidak berimbangnya antara besarnya debit limpasan terhadap resapan air kedalam tanah dan tidak dimbangi dengan pengembangan kapasitas drainase sebagai sarana penampungan dan pengaliran air limpasan permukaan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah mengadakan review penutupan luas area limpasan air permukaan akibat pembangunan terhadap debit limpasan air permukaan dimusim penghujan dengan insentitas curah hujan rata-rata yang pernah terjadi secara maksimal, atau debit banjir maksimal. Dengan adanya review antara luas penutupan area limpasan permukaan yang ada terhadap debit banjir sebagai limpasan air permukaan pada chatsmen area kota. Sebagai solusi dari korelasi tersebut jika jumlah penggunaan area lebih besar dibanding dengan debit curah hujan, maka perlu dilakukan perimbangan terhadap kapasitas drainase, dengan kata lain penutupan area permukaan harus berbanding lurus terhadap kapasitas drainase. Masalah Banjir Kiriman dari wilayah sekitar tidak dimasukkan dalam pembahasan permasalahan dan hanya masalah limpasan air permukaan akibat curah hujan Kata Kunci : Curah Hujan, Banjir, Drainase 1. Pendahuluan Pada umumnya kota-kota besar yang berada pada daerah pedataran hampir setiap tahun mengalami genangan air atau banjir, fenomena ini terjadi setiap musim hujan dan sampai saat ini upaya yang dilakukan oleh semua pihak khususnya pihak pemerintah kota belum memberikan hasil yang dianggap aman, karena jika penanggulangan banjir dilakukan pada suatu perkotaan hanya berlangsung secara parsial dan tidak dilakukan secara menyeluruh terhadap wilayah kota. Kota Makassar sebagai salah satu kota yang setiap tahun mengalami genangan atau banjir dengan indikator bahwa semakin kedepan semakin memperlihatkan tingkat permasalahan banjir yang cukup besar khsusunya ketika pola curah hujan berkesinambungan dan durasi yang cukup tinggi. Banyak faktor yang dapat dijadikan indikator mengenai terjadinya genangan air atau banjir diperkotaan, namun salah satu faktor penyebab adalah tidak dilakukannya perencanaan yang berimbang dalam melakukan aktifitas pembangunan dalam perkotaan. Perimbangan yang dimaksud adalah bahwa laju pembangunan yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah melalui proyek yang didanai oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh pihak swasta, tidak dibarengi dengan analisis dampak terhadap pembangunan yang dilakukan kaitannya terhadap masalah limpasan air permukaan melalui intensitas dan durasi curah hujan yang ada.

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

Disisi lain faktor penyebab timbulnya genangan air atau banjir lebih cendrung dianggap sebagai hal yang sepele, misalkan bahwa drainase tidak berfungsi dengan baik, drainase ditempati buangan sampah dan sedimentasi, drainase tidak mengalami pemeliharaan dan bahkan drainase banyak yang tidak terhubung secara hirarki dari saluran pembuang tersier menuju kesaluran pembuang sekunder dan saluran pembuang sekunder tidak terhubung ke saluran pembuang primer bahkan dikota banyak ditemukan pelaksanaan drainase tidak memenuhi syarat teknis baik kemiringan saluran guna melancarkan pengaliran dan sebagainya. Beberapa kondisi tertentu ditemukan banyak perencanaan drainase yang semestinya merupakan drainase tertutup akan tetapi dilakukan drainase terbuka, sehingga drainase mengalami permasalahan dalam fungsinya sebagai saluran pembuang baik air buangan rumah tangga maupun buangan limpasan air permukaan air hujan. Dari aspek sosial drainase belum dijadikan sebagai salah satu hal yang cukup penting untuk dipahami keberadaannya oleh masyarakat, sehingga masyarakat sering menjadikan drainase sebagai tempat membuang sampah sebagai upaya menyelesaikan masalah sampah buangannya namun disatu sisi akan memberikan dampak terhadap drainase pada saat musim hujan. Kondisi ini menjadi lebih komplit ketika laju pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam perkotaan yang senantiasa menutup ruang terbuka untuk terjadinya infiltrasi limpasan air hujan permukaan masuk kedalam porositas tanah sebagai air kapiler. Kondisi yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam hal mengkaji kembali masalah banjir atau air genangan diperkotaan adalah perlunya sinkronisasi antara penutupan area terbuka akibat pembangunan terhadap pengembangan kapasitas drainase yang harus dilakukan sehingga penampungan dan pengaliran air limpasan permukaan

air hujan dapat berlangsung sesuai jumlah debit limpasan maksimum yang terjadi setiap tahunnya. 2. Permasalahan Kota Makassar sebagai objek kajian dalam studi terkait dengan air genangan atau banjir, yang sampai saat ini tetap terjadi sepanjang musim penghujan. Permasalahan air genangan atau banjir yang terjadi setiap tahun diakibatkan beberapa faktor, baik dilihat dari aspek teknis, sosial dan ekonomi serta aspek lainnya, namun dalam kajian ini permasalahan difokuskan pada kondisi dari fakta yang ada bahwa ada ketidak seimbangan dalam melakukan aktifitas yang melihat permasalahan ini dalam bentuk parsial dan tidak melihat secara komprehensip sumber permasalahan yang ada. Dalam setiap tahun pelaksanaan pembangunan yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta atau non pemerintah cukup variatif. Setiap aktifitas pembangunan fisik yang dilakukan terkait dengan proyek fisik, dipastikan memanfaatkan lahan terbuka untuk ditutupi dengan bangunan, secara faktual data berapa luas lahan kosong yang ditutupi dapat dilihat melalui data inventarisasi pada pengurusan Isin mendirikan Bangunan (IMB) yang ada pada kantor Dinas Pengawasan Pembangunan. Jika data ini diketahui dimana luas yang tergunakan dalam pembangunan pada setiap tahunnya, maka idealnya ditindak lanjuti dengan memperhitungkan kapasitas drainase baik dari aspek dimensi maupun penambahan jaringan saluran pembuang sehingga debit limpasan permukaan dalam bentuk air hujan dapat terakomodir pada kapasitas drainase yang direncanakan dan direalisasikan. Terkait dengan kapasitas drainase yang ada saat ini perlu diaktualkan sebelum melakukan tindak lanjut dengan mengadakan review kondisi yang ada dilapangan. Yang perlu dilakukan terhadap aktualisasi kapasitas drainase

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

adalah mengadakan pendataan dengan mengidentifikasi seluruh jaringan drainase perkotaan sesuai kelayakan kondisi saat ini, selanjutnya mengklasfikasi drainase berdasarkan jenis saluran baik saluran tersier, sekunder maupun saluran primer. Selanjutnya perlu data tabulasi mengenai penutupan lahan terbuka yang digunkan setiap tahunnya sebagai dasar untuk menetapkan berapa besar limpasan air permukaan yang tidak dapat mengadakan infiltrasi kedalam pori tanah dan berapa besar nilai debit akibat penutupan lahan yang tidak dapat disalurkan akibat sarana pembuangan air limpasan atau drainase tidak terpenuhi kapasitasnya karena tidak pernah diadakan pemeliharaan dan pengembangan kapasitas. Sebelum dilakukan perumusan masalah terlebih dahulu diuraikan faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya banjir atau genangan air di perkotaan akibat tidak diimbangi adanya kapasitas drainase yang cukup, sebagai berikut : 1. Faktor Jumlah curah hujan rata-rata pertahun (Debit Limpasan Permukaaan) 2. Faktor jumlah penutupan lahan terbuka pertahun 3. Faktor Luas wilayah kota sebagai chatsmen Area 4. Faktor Jumlah Panjang dan Kapasitas jaringan drainase tersier, sekunder dan primer yang ada saat ini 5. Faktor Jumlah panjang dan kapasitas kondisi jaringan drainase tersier, sekunder dan primer yang masih layak pada saat ini 6. Faktor Teknis Perencanaan dan supervisi pelaksanaan 7. Faktor Sosial masyarakat 8. Faktor Manual maintenance (Pemeliharaan) 9. Faktor aktualisasi pendataan lainnya 10. Faktor kondisi elevasi permukaan laut terhadap Permukaan tanah daratan

Khusus Kota Makassar uraian Timbulnya Banjir atau air genangan diperkotaan, sebagai berikut : 1. Dari Aspek Teknis Perencanaan, Bahwa dengan ditemukannya kondisi drainase yang tidak berfungsi secara teknis akibat karena faktor kemiringan yang tidak memenuhi, meskipun perencanaan memenuhi namun padasaat pelaksanaan baik supervisor maupun pelaksana tidak melakukan pelaksanaan secara benar. 2. Dari Aspek Sosial masyarakat, bahwa ada kecendrungan masyarakat perkotaan dalam melihat keberadaan sampah dengan jumlah yang kecil untuk didroping masuk kedalam drainase, anggapan ini kelihatannya sepele namun pada saat masyarakat pada umumnya menganut pola pikir yang sama maka dapat dipastikan bahwa drainase dalam waktu tertentu akan dipenuhi sampah sebelum musim hujan berlangsung, hal ini diperparah dengan banyaknya drainase yang tidak memiliki lining atau penahan sisi tepi drainase terhadap agregat halus dan kasar, sehingga dengan demikian endapan sedimen berupa pasir dan batuan megisi sebagian kapasitas saluran. 3. Dari Aspek jumlah Panjang dan kapasitas drainase tidak jelas baik dari jenis saluran tersier, sekunder maupun primer. Panjang drainase dengan mengetahui dimensi yang ada dipastikan kapasitas drainase dapat diketahui, baik tersier, sekunder maupun primer dengan mengetahui kapasitas drainase maka dipastikan korelasi terhadap curah hujan maksimum rata-rata dapat disinkronkan, sehingga masalah banjir dan genangan air dapat disolusi. Dari Data aktual ini selanjutnya masih perlu dilakukan aktualisasin terhadap panjang dan kapasitas drainase yang masih layak difungsikan, hal ini karena kurangnya maintenance terhadap drainase menyebabkan beberapa

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

segmen drainase tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya, hal ini cukup bedrkorelasi terhadap limpasan air permukaan yang harus ditampung oleh drainase 4. Dari Aspek Chatsment Area, Bahwa luas wilayah kota yang ada pada hakekatnya merupakan luas chatsmen area atau louas tangkapan permukaan air hujan, yang dapat mendistribusi besarnya nilai infiltrasi, presifitasi dan perkolasi yang berlangsung secara siklus hidrologi, namun jika dikaitkan dengan pengurangan luas tangkapan air permukaan dari setiap tahun dengan durasi dan frekwensi curah hujan setiap tahun, maka dipastikan akan menimbulkan masalah banjir. Adapun Permasalahan yang dikemukakan terkait dengan korelasi antara luas tangkapan air permuaan yang tertutupi terhadap kapasitas drainase yang masih masuk kategori layak fungsi saat ini, sebagai berikut : 1. Seberapa besar Curah hujan maksimum rata-rata 5 tahun sebelumnya 2. Seberapa besar jumlah luas chatsmen area atau pemanfaatan lahan perkotaan untuk pembanguan yang ada 5 tahun sebelumnya 3. Seberapa besar jumlah kapasitas drainase saat ini dan 5 tahun sebelumnya 4. Seberapa besar deviasi kapasitas drainase terhadap kebutuhan yang normal atau ideal terkait dengan data curah hujan terhadap kapasitas drainase layak fungsi. 5. Banjir kiriman dalam hal ini belum diperhitungkan sebagai input terhadap adanya air genangan atau banjir.

3. Kajian Teori Mengacu pada definisi Drainase secara umum yang merupakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan

dalam kondisi pemanfaatan tertentu. Sedangkan definisi Drainase Perkotaan yaitu ilmu Drainase yang menghkususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang terkait dengan kondisi lingkungan sosial budaya yang ada dalam kawasan Kota (Literatur Drainase Perkotaan). Ruang lingkup Drainase perkotaan sebagai suatu sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi : 1. Permukiman 2. Kawasan Industri dan erdagangan 3. Kampus dan Kawasan pendidikan umumnya 4. Rumah Sakit dan Fasilitas umum 5. Lapangan Olah Raga dan Lapangan Parkir 6. Instalasi Listrik. Militer dan komunikasi serta 7. Kawasan Bandar udara Dalam hal desai maka drainase perkotaan memiliki kekhususan karena adanya beberapa variabel tambahan, antara lain : 1. Keterkaitan dengan Tata Guna Lahan 2. Keterkaitan engan Masterplan drainase kota 3. Keterkaitan dengan masalah sosial budaya Jika dilihat dari jenis drainase yang ada, sangat terkait dengan kondisi keberadaan dan manfaatnya, antara lain : 1. Menurut sejarah terbentuknya, ada 2 jenis yaitu : a. Drainase Alamiah atau Natural Drainage, terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia b. Drainase Buatan atau Artificial Drainage, terbentuk berdasarkan analisis ilmu drainase guna menentukan nilai Debit akibat hujan dan dimensi saluran 2. Menurut Letak Saluran, ada 2 jenis yaitu : a. Drainase Muka Tanah atau Surface Drainage b. Drainase Bawah Muka Tanah atau Sub Surface Drainage

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

3. Menurut Fungsi Drainase, ada 2 jenis yaitu : a. Single Purpose, saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja b. Multy Purpose, saluran yang mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian 4. Menurut Jenis Konstruksinya, ada 2 jenis yaitu : a. Drainase Terbuka sebagai saluran untuk air hujan yang terletak diarea yang cukup luas dan juga untuk air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan b. Drainase Tertutup sebagai saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan juga sebagai saluran dalam kota. Hujan yang terjadi menyebabkan adanya air hujan yang kemungkinan sebagian besar menggenang dan mengalir dipermukaan tanah atau run off dan sebagian kecil meresap atau terinfiltrasi kedalam lapisan tanah. Jika dipermukaan tanah terjadi genangan lebih besar dari infiltrasi, maka untuk pengaliran air digunakan drainase muka tanah. Kapasitas atau debit aliran maksimum dianalisis berdasarkan metode rasional, sebagai berikut : Q = . .it.A Dimana : Q = debit aliran (m3/det) = koefisien run off = koefisien penyebaran hujan It = intensitas curah hujan A = Luas area aliran Koefisien pengaliran () atau run off merupakan nilai banding antara bagian hujan yang run off dimuka bumi dengan hujan total yang terjadi. Koefisien penyebaran hujan () digunakan untuk analisis debit yang

ankanya terletak antara 0,500 sampai dengan 1,00 Untuk nilai : (it) = (R/24)(24/tc)2/3

Dimana : it = Intensitas curah hujan R = durasi,curah hujan tc = waktu konsentrasi Curah hujan (R) yang dimaksudkan adalah durasi atau lama terjadinya curah hujan (menit, jam, etmal) diperoleh dari hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis Waktu konsentrasi (tc) = to + td to = inlet time atau waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dimuka tanah menuju saluran atau drainase td = conduit time atau waktu yang diperlukan air mengalr disepanjang saluran sampai titik kontrol dihilir dapat dirumuskan sebagai panjang saluran dibagi dengan kecepatan aliran (L/V) Dalam hal dimensi saluran dimana kapasitas aliran akibat hujan harus dialirkan melalui saluran drainase sampai ketitik rencana hilir, dimana debit aliran untuk mendimensi saluran dirumuskan : Q hujan = Q saluran = Fs . V Dimana : Fs = Luas tampang basah desain saluran (m2) V = Kecepatan aliran air disaluran (m/det) Sehingga Fs = Q/V 4. Pembahasan Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengadakan pembahasan terkait dengan permasalahan banjir dan genangan air perkotaan yang terjadi setiap tahun dimusim peghujan, antara lain : 1. Jumlah luas chtsmen area perkotaan, yaitu luas wilayah kota yang merupakan area tangkapan air permukaan 2. Jumlah Luas wilayah kota yang sudah tertutup dengan adanya pembangunan sampai saat ini

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

3. Jumlah selisih antara luas wiayah chatsmen area terhadap luas wilayah yang telah tertutupi oleh pembagunan yang ada saat ini. 4. Jumlah Debit limpasan curah hujan berdasar pada perhitungan hidrologi dengan data dari beberapa stasiun curah hujan yang ada 5. Tentukan Jumlah Kapasitas drainase baik dalam konteks drainase pembuang tersier, sekunder dan primer berdasar pendataan aktual yang diadakan 6. Tentukan jumlah kapasitas kelayakan drainase hasil pendataan yang telah diaktualkan 7. Adakan korelasi perimbangan antara debit limpasan terhadap kapasitas drainase yang layak fungsi 8. Pastikan nilai layak atau tidak korelasi tersbut diatas guna dapat ditindak lanjuti dengan menyusun perencanaan secara komprehensip guna memenuhi kapasitas drainase yang dibutuhkan terhadap besar debit limpasan yang ada. 9. Hasil perencanaan agar ditindak lanjuti dengan sistim pemeliharaan terhdap drainase yang ada dari hasil perencanaan serta adakan sosialisasi kepada masyarakat dengan menyusun deregulasi terkait masalah kebijakan terhadap fungsi dan pentingnya drainase dalam kaitannya terhadap banjir diperkotaan 10. Perhitungan nilai Deviasi selisih antara jumlah debit limpasan

permukaan air hujan terhadap kapasitas keberadaan drainase layak fungsi dalam kota pada setiap tahun. Fokus Pembahasan adalah pada point 10 diatas yaitu Menetapkan jumlah besar angka nilai deviasi debit limpasan curah hujan maksimum rata-rata terhadap kapasitas drainase layak fungsi diperkotaan. Kota Makassar dalam geografi terletak dipesisir Barat Sulawesi Selatan memposisikan diri sebagai ibukota yang memiliki daerah pesisir atau pantai yang tentunya berbatasan dengan perairan laut dan dilintasi oleh dua sungai yaitu Sungai Jeneberang disebelah Timur kota dan Sungai Tallo disebelah Barat Kota. Namun dalam pembahasan penulisan ini suplay limpaan air (banjir kiriman) dari wilayah sekitar tidak dimasukkan dalam pembahasan dan murni tinjauan hanya pada limpasan curah hujan chatsmen area kota. Pelaksanaan pembahasan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Tentukan besar debit (Q) cm3/det. curah hujan berdasarkan jumlah stasiun curah hujan dikota makassar, dengan menggunakan data 10 tahun kebelakang. 2. Tentukan dalam peta kota sebagai chatsmen area dengan perletakan titik stasiun curah hujan dan pakai metode yang memungkinkan dan lebih akurat dari beberapa metode yang ada, misalkan metode Isohyet, Metode geometrik dan metode Gumbell

No 1 2 3

Tabel 1. Data Perhitungan Curah Hujan Dengan Methode Luas Debit Panjang Metoda (KM2) (M3/det) (M) Isohiet Aritmetic PoligonThiessen Qx Qy Qz Ax Ay Az Lx Ly Lz

Lebar (M) bx By Bz

Sumber : Pengolahan data

3. Perhitungan debit limpasan permukaan dengan Rumus (Q) Run Off =....................cm3/det

4. Penentuan deviasi luas chatsment area terhadap penutupan lahan chatsment akibat pembangunan, dapat dilihat dengan format tabel

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

dengan

mengambil data 5 tahun

terakhir, sebagai berikut :

No 1 2 3 4 5

Tabel 2. Data Penutupan Lahan akibat pembangunan 5 tahun terakhir Luas Penutupan Lahan per Tahun Luas Deviasi (KM2) Chatsmen luas Area 1 2 3 4 5 Z1 X Y1 Z2 X Y2 Z3 X Y3 Z4 X Y4 Z5 X Y5 Tabel 3. Data Penutupan Lahan akibat pembangunan 5 tahun terakhir Panjang dan Kapasitas Saluran Klasifikasi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Total Saluran 1 2 3 4 5 Tersier Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z1 Sekunder Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z2 Primer Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z3 Dalam rangka perencanaan pengelolaan sampah perkotaan, maka salah satu faktor yang perlu dilibatkan adalah besarnya arus urban dan migrasi masuk dan keluar perkotaan yang akan memunculkan nilai selisih atas kedatangan dan keberangkatan dalam waktu harian, mingguan dan bulanan serta tahunan. Nilai dapat ditentukan dengan mengidentifikasi pintu pelintasan masuk dan berangkat secara formal baik pelintasan darat, laut dan sungai serta udara. Besaran ini akan dihitung nilai rata-rata deviasi sebagai selisih kedatangan dan keberangkatan untuk masing-masing pintu pelintasan. Dengan demikian total hasil deviasi rata-rata ini jika dikaitkan dengan produktivitas sampah perorang perhari tentunya akan memberikan kontribusi jumlah timbulan sampah perkotaan, yang selama ini kemungkinan merupakan sampah yang tidak terlayani setiap hari. Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pihak yang terkait baik pihak pemerintah kota maupun

Sumber : Pengolahan Data

No 1 2 3

Sumber : Pengolahan Data

5. Pendataan Klasifikasi Saluran Baik Saluran Tersier, Sekunder maupun Primer. 6. Tinjauan terhadap korelasi Debit limpasan air permukaan terhadap kapasitas drainase, merupakan total debit air limpasan permukaan kaitannya terhadap kapasitas drainase secara keseluruhan, dalam hal ini akan muncul tiga kemungkinan, antara lain : a. Kapasitas drainase lebih kecil dari nilai debit limpasan pemukaan ( K < Q ) b. Kapasitas drainase sama dengan nilai debit limpasan permukaan ( K=Q) c. Kapasitas drainase lebih besar dari nilai debit limpasan permukaan ( K > Q )

5. Kesimpulan Adapun sebagai kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penulisan ini, sebagai berikut :

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

pemerhati lingkungan dan kenyamanan perkotaan pada umumnya

Daftar Pustaka 1. The City Reader, Eddited by Richard T.LeGates and Fredric Stout, 1996 New York 2. Urban Policy, Eddited by Richard T.LeGates and Fredric Stout, 1996 New York 3. Cities and Town, Eddited by Richard T.LeGates and Fredric Stout, 1996 New York 4. Pengelolaan Sampah Perkotaan, Banoglous 2004 5. Standar Nasional Indonesi (SNI), 2000

You might also like