You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

Hiperglikemik dislipidemik adalah kondisi yang ditandai dengan obesitas sentral, hipertensi, resistensi insulin dan dislipidemia aterogenik pada penderita diabetes Melitus tipe 2. Penyakit ini merupakan gangguan mayor, dan prevalensinya semakin meningkat di negara-negara yang sedang berkembang. Parameter-parameter yang di gunakan untuk mengetahui Hiperglikemik dislipidemik adalah glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam postprandial (pp), kolesterol low-density lipoprotein (LDL), kolesterol high-density lipoprotein (HDL), indeks mass tubuh (IMT), Trigliserida, dan tekanan darah (NCEP,2006). Dua faktor risiko utama Hiperglikemik dislipidemik adalah faktor genetik, kelebihan berat badan atau obesitas karena kurangnya aktivitas. (Martin,B, 2004). Obesitas adalah faktor risiko utama resistensi insulin, diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, masalah ortopedik, dan banyak penyakit kronik lainnya. Penyebab penyakit obesitas ini multifactor, yang meliputi genetik, lingkungan, sosial ekonomi, dan pengaruh kebiasaan kurangnya aktivitas (Alice,SR 2003). Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin yang di produksi oleh tubuh memberikan efek biologik yang kurang dari yang di harapkan, sehingga di butuhkan jumlah insulin yang lebih besar untuk mencapai efek yang di inginkan dalam menurunkan kadar glukosa plasma. Sensitivitas dan sekresi insulin saling berhubungan erat, sebab resistensi insulin menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa dalam nilai normal.

Resistensi insulin merupakan keadaan awal dari suatu penyakit metabolisme yang disebut dengan Diabetes Mellitus tipe 2 (AAC, 2007) Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka Diabetes Mellitus di tandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati. Keadaan klinis Hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap berisiko mengalami komplikasi metabolik Diabetes Mellitus. (Price, 2003). Pemberian obat Diabetes Mellitus tipe 2 pada permulaan menggunakan satu jenis oral anti diabetes (OAD). Obat yang di gunakan untuk terapi adalah turunan Sulfonilurea seperti Karbutamid, Tolbutamid, Klorpropamid, Glimidin, Glibornurid, Glibenklamid, Glipzid, Glikuidon, Glisoksepid Bigunaida seperti Metformin (Mutschler, 1999). Turunan biguanida seperti Metformin sering digunakan sebagai terapi tunggal pada Diabetes Mellitus tipe 2, bersifat sebagai anti hiperglikemia dengan terjadi perbaikan pada resistensi insulin di hati dan otot. Dengan terjadinya normoglikemia, maka sifat toksisitas hiperglikemi terhadap sel beta pankreas akan diturunkan, sehingga akan terjadi restorasi dan perbaikan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin. Dengan demikian pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2 adalah dan turunan

mengatasi terjadinya kerusakan pada sel beta pankreas secara terus menerus (Permana et.al, 2004). Berbeda dengan Metformin, Sulfonilurea bekerja merangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila sel pankreas masih baik sebagai pembentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2. Jenis-jenis Sulfonilurea adalah seperti karbutamid, tolbutamid, klorpropamid, glimidin, glibomurid,

glibenklamid, glipzid, glikuidon dan glisoksepid (Permana et.al, 2004). Diet merupakan salah satu gaya hidup yang harus diterapkan pada pasien Hiperglikemik dislipidemik Sasaran utama dari diet terhadap Hiperglikemik dislipidemik adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan Diabetes Mellitus. Diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet rendah karbohidrat belum diteliti, namun dalam jangka pendek, terbukti dapat menurunkan kadar Trigliseridaa, meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan berat badan (Lopez Candalez 2001).

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat masalah: 1. Bagaimana pengaruh Metformin dibandingkan dengan Sulfonilurea terhadap perbaikan parameter Hiperglikemik dislipidemik pada pasien Diabetes

Mellitus tipe 2?

1.3

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh Metformin

dibandingkan dengan Sulfonilurea terhadap perbaikan parameter Hiperglikemik dislipidemik pada pasien dengan Hiperglikemik dislipidemik.

1.4

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang

pengaruh Metformin dibandingkan dengan Sulfonilurea terhadap perbaikan parameter Hiperglikemik dislipidemik pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

1.5

Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasional

retrospektif, meliputi : 1. Penelusuran pustaka. 2. Penetapan kriteria obat Hiperglikemik dislipidemik yang di gunakan pada pasien diabetes mellitus tipe 2. 3. Pengelompokan data obat yg digunakan pada pasien diabetes mellitus antara Metformin dan turunan Sulfonilurea. 4. Membandingkan data obat yang di gunakan antara Metformin dan turunan Sulfonilurea terhadap perbaikan parameter Hiperglikemik dislipidemik. 5. Interpretasi data.

1.6

Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2009 sampai dengan

Desember 2010, bertempat di salah satu rumah sakit di kota Bandung.

You might also like