You are on page 1of 11

Taenias Saginata Penyebab karena Seringnya Memakan Daging Setengah Matang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510 Marco 10-2010-095 Kelompok C4 marcorahardja@hotmail.com Semester 4, Blok 16 14 May 2012

PENDAHULUAN Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas skenario mengenai seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan dari anusnya keluar seperti daging bergerak-gerak dengan ukuran 1,5 cm x 0,5 cm. Perempuan ini sering makan steak setengah matang. Dari kasus tersebut akan dibahas secara mendetail mengenai Taeniasis sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun pembaca Taeniasis yang menjadi salah satu topik perkuliahan di blok 16. Taeniasis adalah infeksi oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus. Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang mentah atau setengah matang dan mengandung larva cycsticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gastero-intestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diaere atau kadang-kadang konstipiasi. Selain itu, gizi penederita bisa menjadi buruk sehingga terjadi anemia malnutiri. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tdai spesifik bahkan sebagian besar kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala. tentang penyakit

ANAMNESIS Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Gejala utama adalah keluhan kencing nanah yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu sertai disertai dengan banyaknya sekret dan purulen. Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa dan agama. Keluhan utama keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Riwayat penyakit sekarang riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat penyakit dahulu mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat penyakit dalam keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi dan sosial meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Anamnesis kasus : Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan dari anusnya keluar seperti daging bergerak-gerak dan perempuan ini sering makan steak setengah matang.1 PEMERIKSAAN Fisik 1. Mengukur tanda vital seperti tekanan darah, suhu,denyut nadi,frekuensi napas. 2. Inspeksi : Pada inspeksi dapat ditemukan proglotid ( seperti daging ) keluar dari anusnya.

Penunjang Secara makroskopis, yang diperhatikan dalam hal ini adalah bentuk proglotidnya yang

keluar bersama tinja. Bentuknya cukup khas, yaitu segi empat panjang pipih dan berwarna putih keabu-abuan. Pemeriksaan secara mikroskopis untuk mendeteksi telurnya dapat dikerjakan dengan preparat tinja langsung (direct smear) memakai larurtan eosin. Cara ini paling mudah dan murah, tetapi derajat positivitasnya rendah. Untuk mendapatkan hasil postivitas yang lebih tinggi, pemeriksaan dikerjakan engan metoda konsentras (centrifugal flotation) atau dengan cara peranal swab memakai callophane tape. Jika hanya menemukan telur dalam tinja, tidak bisa dibedakan taeniasis Taenia solium dan Taeniasis saginata. Agar dapat membedakannya, perlu mengadakan pemeriksaan scoleks dan proglotid gravidnya. Scoleks dan proglotid gravid dibuat preparat permanen diwarnai dengan borax carmine atau trichome, kemudian dilihat di bawah mikroskop. Dengan memperhatikan adanya kait-kait pada skoleks dan jumlah percabangan lateral uterusnya, maka dapat dibedakan spesies kedua Taenia tersebut. Pada skoleks Taenia solium terdapat rostellum dan hooklet, sedangkan pada Taenia saginata tidak terdapat. Percabangan lateral uterus Taenia solium jumlahnya 7-12 buah pada satu sisi, dan Taenia saginata 15-30 buah. Ada cara yang lebih sederhana untuk memeriksa proglotid gravid, yaitu dengan memasukkan proglotid itu ke dalam larutan carbolxylol 75%. Dalam waktu satu jam, proglotid menjadi jernih dan percabanngan uterusnya tampak jelas. Cara lainnya yang paling sederhana dan gampang dikerjakan ialah dengan menjepitkan proglotid yang masih segar di antara dua objek gelas secara pelan-pelan dan hati-hati. Proglotid akan tampak jernih dan percabangan uterusnya yang penuh berisi telur tampak keruh. Pemeriksaan bisa gagal apabila percabangan uterusnya robek dan semua telurnya keluar.2 DIAGNOSIS Diagnosis Kerja 1) Taenia saginata a. Penyakit : Taeniasis saginata b. Hospes : Manusia c. Hospes perantara : Sapi d. Morfologi : Cacing dewasa panjang 4-12 m terdiri atas 1000-2000 proglotid

Skoleks berdiameter 1-2 mm, bentuk piriform, batil isap empat buah, setengah bulat atau menonjol, tanpa rostelum. Proglotid gravis berukuran 18 x 6 mm, panjang segmennya tiga kali lebar segmennnya, uterus bercabang-cabang 15 30 pasang, lubang genitalia di sisi lateral. Telur berukuran 35 x 30 mikron, bulat, berdinding tebal dengan struktur liniar, berisi onkosfer dan memiliki 6 buah kait-kait. e. Patologi klinis : Tidak enak di perut, anoreksia, eosinofilia, obstruksi usus. Penderita pergi ke dokter dengan keluhan proglotid bergerak ke luar melalui anus. f. Diagnosis : Proglotid dalam tinja atau yang secara aktif keluar dari anus. Menemukan telur dalam tinja. g. Penatalaksanaan : Obat tradisional : Biji labu merah, biji pinang. Obat lama : Kuinakrin ( Atabrine), Amodiakuin ( Camoprine), niklosamid ( yomesan ). Obat baru : Mebendazol ( Vermox ), prazikuantel (Biltricide ), Bitionol ( Bitin). Diagnosis Banding 1) Taenia solium a. Penyakit: Taeniasis solium b. Hospes : Manusia c. Hospes perantara : Babi d. Morfologi : Cacing dewasa berukuran 2-4 m , terdiriri dari 1000 buah proglotid, terdiri dairi 1000 proglotid Skoleks bulat runcing berdiameter 1mm, memiliki empat batil isap, roselumnya mempuynyai dua baris berkait-kait. Proglotid gravid ukuran panjang segmen 1,5 kali ukuran lebar segmen, uterus bercabang-cabang 7-12 pasang. Telur matang tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia saginata.
4

e. Patologi klinis : Nyeri ulu hati, diare, obstipasi, eosiniofilia, peritonitis. Manusia dapat juga menderita sistiserkosis ( infestasi stadium larva ) pada jaringan subkutis, mata, otot, otak, hati, dan limpa. Bila mengeai jaringan otak atau medula spinalis dapat mengakibatkan epilepsi, meningo-ensefalitis, hidrosefalus internus bila ada sumbatan aliran cairan serebrospinal. f. Diagnosis : Proglotid atau telur dalam tinja. Untuk sistiserkosis, menemukan sistiserkus dalam benjolan di bawah kulit atau dengan reaksi imunologi. g. Penatalaksanaan : Pengobatan sama dengan Taenia saginata. Untuk larvanya ( sistiserkus) dengan melakukan pembedahan. 2) Diphyllobothrium latum a. Penyakit : Difilobotriasis b. Hospes definitif : Manusia c. Hospes reservoar : Anjing, kucing, beruang.

d. Hospes perantara : Siklops, Diaptomus sebagai hospes perantara pertama. Ikan air tawar (ikan salem) sebagai hospes perantara kedua.

e. Morfologi : Cacing dewasa berwarna kuning keabu-abuan panjangnya 3-10 m, memiliki lebih dari 3000 buah proglotid. Proglotid matang dengan uterus berisis banyak telur terletak di tengah menyerupai roset, lubang genitalia dan lubang uterus di tengah atas, kelenjar vitelaria dan testis tersebar di bagian rektal. Telur berukuran 65 x 45 mikron, operkulum besar, penebalan berupa penojolan keci di bagian posterior , berisis morula. f. Patologi klinis : Gangguan gastrointestinal seperti diare, tidak nafsu makan, aenmia perinsiosa, obstruksi usus. g. Diagnosis : Telur dalam tinja. h. Terapi : Atebrin, kamokuin, yomeyosan.3
5

PATOFISIOLOGI Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, terdapat cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama jika proglotid berkontraksi pada saat bergerak. Telur melekat di rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu bajir. Ternak yang makan rumput yang terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung, oleh karena telur yang tertelan dicerna dan embrio heksakan menetas. Embrio heksakan di saluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menhadi cacing gelembung yang disebut sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu. Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang dan punggung. Otot-otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1 tahun cacing gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3 tahun. Bila cacing gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi dan melekat pada mukosa usushalus, biasanya yeyunum. Cacing gelembung tersebut dalam wakutu 8-10 minggu menjadi dewasa. Biasanya di rongga usus hospes terdapat seekor cacing.4

MANIFESTASI KLINIK Gejala yang sering muncul pada penderita cacing pita Cestoda adalah perut mulas tanpa sebab, nafsu makan menurun, mual, kekurangan gizi, berat badan menurun. Telur cacing pita babi bisa menetas di usus halus, lalu memasuki tubuh atau struktur organ tubuh., sehingga muncul penyakit Cysticercosis, cacing pita cysticercus sering berdiam di jaringan bawah kulit dan otot, gejalanya mungkin tidak begitu nyata ; tetapi kalau infeksi cacing pita Cysticercus menjalar ke otak, mata atau ke sumsum tulang akan menimbulkan efek lanjutan yang parah.Infeksi oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus biasanya

disebut Taeniasis. Ada dua spesies yang sering sebagai penyebab-nya, yaitu Taenia solium dan Taenia saginata. Menurut penelitian di beberapa desa di Indonesia, angka infeksi taenia tercatat 0,823%., frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian, cara penanganannya perlu mendapat perhatian, terutama kasus-kasus taeniasis Taenia solium yang
6

sering menyebabkan komplikasi sistiserkosis.Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang mentah atau setengah matang dan me-ngandung larva cysticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gasterointestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk se-hingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik bahkan sebagian besar kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Cacing dewasa Taenia saginata biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi. Meskipun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala, beberapa penderita merasakan nyeri perut bagian atas, diare dan penurunan berat badan. Kadang-kadang penderita bisa merasakan keluarnya cacing melalui duburnya.2 ETIOLOGI Manusia merupakan host definitif Taeniasis saginata dewasa. Penyebab Taeniasis saginata adalah Taenia saginata. Larva Taenia saginata jarang menyebabkan sistiserkosis. Cacing pita Taenia sagianata merupakan cacing pita berukuran besar dan panjang, panjangnya bisa mencapai 25 cm. Terdapat 3 komponen yaitu kepala atau skoleks, leher, dan strobila. Tidak seperti T. Solium, skoleks Taenia saginata memiliki 4 batil isap tanpa kait, berukuran 1-2 mm. Bagian leher lebih sempit tanpa ruas yang jelas. Strobila tersusun atas beberapa ruas proglotid yang imatur, matur, dan proglotid gravid. Jumlah proglotid sekitar 1000-2000, proglotid matur lebih lebar daripada memanjang. Proglotid matur terdapat

struktur alat kelamin seperti folikel testis berjumlah 300-400 buah dengan vasa eferen bergabung ke rongga kelamin dan berakhir di lubang kelamin. Pada bagian posterior lubang kelamin terdapat tabung vagina berpangkal pada ootip. Ovarium tersusun atas 2 lobus, berbentuk kipas. Uterus tumbuh dari bagian anteriorr ootip dan menjulur ke bagian anterior proglotid. Proglotid yang gravid berbentuk lebih memanjang dari pada melebar (20 mm dan 5 mm), memiliki 15-25 cabang uterus lateral, berisi sekitar 100.000 telur akan terletak pada bagian
7

terminal dan mudah terlepas dari strobila. Proglotid ini bergerak aktif keluar bersama tinja atau keluar sendiri spontan melalui lubang anus pada siang hari ketika hospes host sangat aktif. Proglotid-proglotid ini dapat bergerak dalam feses ketika spesimen dikirim tanpa pengawet. Telur berbentuk bulat sedikit oval, ukuran 30-40 m, ,mempunyai dinding yang tebal, bergaris-garis radial, terbungus embriofor berisi embrio heksakan (berkait 6) atau onkosfer. Telurnya tidak bisa dibedakan dengan telur Taenia solium. Telur-telur tersebyut melekat pada tanaman, rumput atau tanah bersama feses dan dapat teteap hiudp da,a tanah untuk beberapa hari sampai beberapa minggu.5

PENATALAKSANAAN Medika mentosa Obat yang dapat digunakan untuk mengobatai teniasis saginata :

1. Albendazol Albendazol adalah derivat karbamat dari benzimidazol pula, berspektrum luas terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia, Ancylostoma, Strongyloides dan Trichiuris. Terutama dianjurkan pada echinococciosis ( cacing pita pada anjing ). Resorpsinya dari usus buruk. Di dalam hati, zat ini segera diubah menjadi sulfoksidanya, yang disekresikan melalui empedu dan urin. Efek sampingnya berupa gangguan lambung usus, demam, rontok rambut (selewat), dan exanthema. Wanita hamil dan selama laktasi tidak boleh menggunakan albendazol, karena ternyata teratogen pada binatang percobaan. 2. Praziquantel Derivat-pirazino-isokinolin ini berkhasiat baik terhadap jenis Schistosoma dan Taenia, sedangkan terhadap cacing hati Fasciola hepatica tidak efektif. Khasiatanya berdasarkan pemicuan kontraksi cepat pada cacing dan desintegrasi kulitnya, untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh. Efek sampingnya ringan dan berupa mual, sakit perut, dan kepala (selewat), jarang demam dan urtikaria. Dosis : 600 mg setelah makan malam. Untuk taeniasis dosis tunggal 10 mg/kg.

3. Niklosamid Senyawa-nitrosalilanilidia ini sangat efektif sebagai vermisid terhadap cacing pita manusia atau hewan tetapi terhadap telurnya tidak aktif. Khasiatnya diperkirakan melalui peningkatan kepekaan cacing terhadap enzim protease dalam usus tuan rumah, hingga cacing lebih mudah di cerna. Oleh karena itu sering kali scoleks tidak ditemukan dalam tinja yang menyukarkan penilai berhasil atau tidaknya pengobatan. Umumnya terapi dinilai efektif bila 3-4 bulan tidak ditemukan lagi segmen cacing ( proglottida) dan telurnya dalam tinja. Khususnya pada infeksi oleh Taenia solium setelah segmen dicernakam, telurnya akan dibebaskan dalam rongga usus, sehingga timbul kemungkinan cysticercosis bagi pasien. Dalam hal itu perlu diberikan laksan garam 3-4 jam setelah pengobatan untuk mengeluarkan segmen mati sebelum dicernakan. Laksans tidak diperlukan pada infeksi oleh Taenia saginata karena tidak adanya risiko cysticercosis. Resorpsinya dari saluran cerna hanya ringan dan sebagian besar dieksreksikan melalui urin dalam bentuk yang sudah direduksi, sisanya melalui tinja dalam 1-2 hari. Plasma t 1/2nya 3 jam. Efek sampingnya hampir idak ada, namun obat ini bersifat sangat toksis sehingga penggunannya harus hati-hati sekali pada gangguan yang meningkatkan resorpsi (colitis dan luka di usus). Dosis: dewasa dan anak di atas 8 tahun pagi hari saat perut kosong 1 g ( 2 tablet ) dikunyah halus, disusul dengan 1 g lagi 1 jam kemudian. Setelah 2 jam baru boleh makan. Anak-anak dari 2-8 tahun: dosis setengahnya dan di bawah 2 tahun seperempat ( sebaiknya tablet ditumbuk menjadi serbuk halus)6

PROGNOSIS Prognosis umumnya baik; kadang-kadang sulit untuk menemukan skoleksnya dalam tinja setelah pengobatan.4

PENCEGAHAN Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Taenia saginata antara lain sebagai berikut : 1) Bila mengkonsumsi daging sapi sebaiknya dimasak secara sempurna dengan pemansan pada suhu 56 derajat C selama 5 menit sehingga dapat memusnahkan

sistiserki. Pendinginan pada suhu minus 10 derajat selama 9 hari, dan pengawetan dengan pemberian garam pada daging juga dapat memusnahkan sistiserki. 2) Jaga kebersihan hewan ternak. Jangan membiarkan sapi memakan rumput yang tumbuh di tanah dan terkontaminasi dengan kotoran limbah . Viabilitas terlu sekitar 16 hari pada kotoram limbah dan 159 hari pada rumput. 3) Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air. 4) Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing. 5) Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit. 6) Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.5 EPIDEMIOLOGI Sejak identifikasi cacing dilakukan Goeze dan Leuckart tahun 1782, maka diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing dan Taenia saginata dengna larva sistiserkus bovis dalam daging sapi. Bila anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia saginata, maka pada dagingnya ditemukan sisiserkus bovis.5 Penyebaran cacing adalah

kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia dan juga Indonesia terutama di Bali, Jakarta, dan lain-lain.4Ternak yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung daripada yang dipelihara dan dirawat di kandang.5 KESIMPULAN Perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan keluar seperti daging bergerakgerak dari anusnya dan sering makan steak matang tersebut terkena Taeniasis saginata.

10

DAFTAR PUSTAKA 1. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed. Jakarta: EGC; 2006. 2. Hadijajaj P. Beberapa kasus dan cara diagnosi taeniasis. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia; 2002. h. 174. 3. Prianto JLA, Tjahaya PU, Darwanto. Atlas parasitologi kedokteran. Edisi ke-8. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi; 2010. h. 70-7 4. Sutanto I, Ismis IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2008. h. 79-82 5. Bramantono EAT, Soewandojo E, Nasronudin. Penyakit infeksi di Indonesia solusi kini dan mendatang. Edisi pertama. Surabaya: Airlangga Univesity Press;2007. h. 472-5. 6. Thay TH, Rahardja K. Obat-obat penting. Edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo;2007. h. 203-5.

11

You might also like