You are on page 1of 131

K>021

GUSEPRAYUDI, SH
SELUKBELUK
HUKUMPIDANA
YANGPENTINGUNTUK
DIKETAHUI
; ~
Il'1Ho
S
,43-
PrC\
~
c-t (
Dalam bentuk tanya jawab disertai dengan dasar
hukumnya dan dilengkapi dengan Yurisprudensi
~
SELUKBELUK HUKUM PIDANA
YANGPENTING UNTUK DIKETAHUI
GUSE PRAYUDI, SH
Tata Letak: Nachel
Kulit Muka: simple design
Dicetak oleh:
Royyan, Zaidan, Razan
Cetakan Pertama, Februari 2008
ISBN 978-979-16234-5-7
Boya Book
Radio Dalam
JI. H. Agus Salim III Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Distributor :
Mitra Setia
Alamat : Gedongan RT 3 RW I No. 66 Kel. Purbayan Kota Gede
Yogyakarta, Telp. / Fax. : (0274) 451739
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang
Hak Cipta ada pada penulis, dilarang memperbanyak sebagian atau
seluruh buku ini tanpa izin dari penulis
KATA PENGANTAR
Penyusunan buku ini adalah usaha untuk memudahkan
dalam memahami asas-asas dan hal-hal mendasar dari hukum
pidana. Untuk hal tersebut maka Penyusun menguraikan 3
(tiga) segi pokok HukumPidana yakni perbuatan, pembuat dan
pidana dalam bentuk tanya jawab yang dalam jawabannya
dicantumkan dasar hukum serta dilengkapi pula dengan
yurisprudensi.
Penyusun menyadari penyusunan buku ini jauh dari
sempuma, karenanya kritik dan saran hal yang dinanti.
Akhirnya Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
penerbit yang berkenan untuk menerbitkan buku ini, semoga
buku sederhana ini dapat bermanfaat.
Poso, Desember 2007
Penyusun,
Guse Prayudi, SH
DAFTARISI
KATA PENGANTAR 5
DAFTAR ISI 7
BAB I
PENDAHULUAN 11
BAB 11
PERBUATAN 13
A. Istilah Tindak Pidana 13
B. Bentuk Tindak Pidana 17
C. Batas-Batas Berlakunya Aturan Pidana .24
BAB III
PEMBUAT 39
A. Subjek Tindak Pidana 39
B. Kualifikasi Pembuat Tindak Pidana .43
C. Wujud Tindak Pidana .53
BAB IV
PIDANA 57
A. Syarat Pemidanaan .57
.B. Pengertian Pidana 59
C. Pidana Pokok 62
Pidana Mati 62
Pidana Penjara 64
Pidana Kurungan .72
Pidana Denda 76
Pidana Tutupan 80
D. Pidana Tambahan 81
E. Hal-hal yang Menghapuskan Pidana .86
F. Hal-hal yang Mengurangi Pidana 101
G. Hal-hal yang Memberatkan Pidana 103
H. Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana 110
1. Hapusnya Kewenangan Menjalankan Pidana 115
BAB V
JENIS-JENIS PELANGGARAN DALAM KUHP 117
DAFTARPUSTAKA 135
8
Guse Prayudi, SH
BABI
PENDAHULUAN
1. Apakah pengertian dari Hukum Pidana ?
Aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatan
yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan suatu akibat
berupa pidana (Mezger dalam Sudarto, 1990: 7).
2. Dengan demikian, apakah hal-hal yang menjadi pokok
permasalahan dari hukum pidana ?
Segi pokok hukum pidana terdiri dari tiga hal yakni
perbuatan, pembuat dan pidana, dan perkembangan akhir-
akhir ini juga memperhatikan masalah korban.
3. Terdapat dimanakah aturan tentang hukum pidana di
Indonesia?
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana/KUHP
(kodifikasi) dan di luar KUHP (di luar kodifikasi).
4. Berasal darimanakah sumber aturan pidana yang terdapat
dalamKUHP?
KUHP yang sekarang diberlakukan adalah KUHP yang
bersumber dari hukum kolonial Belanda yakni Wetboek van
Strafrecht voor Nederlandsch-lndie (Staatsblad Tahun 1915 .
nomor 732), sehingga sebenamya teks resmi KUHP adalah
dalam bahasa Belanda.
5. Sejak kapan Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indie yang menjadi sumber aturan KUHP diberlakukan ?
Mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1918, jadi KUHP
tersebut pertanggal1 [anuari 2008 sudah berlaku selama 90
(sembilan puluh) tahun.
6. Apakah sudah ada usaha untuk memperbaiki dan
merubah KUHP yang dibuat pada zaman kolonial
tersebut?
Sebenarnya sudah beberapa kali ada usaha perbaikan
dengan pembuatan Rancangan KUHP yakni sebanyak
delapan konsep.
7. Terangkan mengenai Rancangan KUHP yang telah dibuat
selama ini tetapi sampai sekarang tetap belum disahkan
menjadi VU?
Konsep Rancangan Buku I KUHP tahun 1968, tahun 1971,
Konsep Tim Harris, Basaroeddin dan Situmorang tahun
1981 yang isinya sama dengan konsep tahun 1968 dan
1971, Konsep RKUHP tahun 1981/1982 yang diketuai Prof.
Soedarto, Konsep RKUHP tahun 1982/1983, Konsep
RKUHP tahun 1982/1983 yang mengalami perbaikan,
Konsep RKUHP tahun 1982/1983 yang merupakan hasil
penyempumaan tim sampai dengan 27 April 1987 dan
disempumakan lagi sampai pada November 1987, Konsep
RKUHP tahun 1991/1992 yang diketuai oleh Prof. Marjono
Reksodiputro (Makarao, 2005: 107-113).
12 Guse Prayudi, SH
BABII
PERBUATAN
A. Istilah Tindak Pidana
1. Apakah istilah yuridis yang dipakai untuk menyebut
kejahatan yang sering terjadi dalam masyarakat, misalnya
pembunuhan, pencurian dan sebagainya ?
Perbuatan-perbuatan tersebut dinamakan dengan tindak
pidana. Istilah tindak pidana dimaksudkan sebagai
terjemahan dari bahasa Belanda yaitu Strafbaarfeit.
2. Apakah ada istilah lain yang sepadan dengan istilah
"tindak pidana" ?
Dalam perundang-undangan negara kita, dapat ditemukan
istilah-istilah yang maksudnya sama dengan tindak pidana
(strafbaarfeit), antara lain peristiwa pidana (UUDS 1950 Pasal
14 ayat 1), perbuatan pidana (Undang-undang Darurat No. 1
Tahun 1951), perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum
(Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1951), hal-hal yang
diancam dengan hukum dan perbuatan yang dapat
dikenakan hukuman (Undang-undang Darurat No. 16
Tahun 1951).
Sekarangpada umumya di dalam peraturan perundang-
undangan negara Indonesia menggunakan istilah tindak
pidana.
3. Apakah pengertian dari "tindak pidana" itu sendiri
menurut para ahli ?
Mengenai pengertian tindak pidana tidak ada kesatuan pen-
dapat diantara para ahli, ada dua pandangan yaitu yang
bersifat monistis dan pandangan yang bersifat dualistis dan
dijelaskan oleh Moeljatno dalam Sudarto (1990: 36)
sebagai berikut:
- Aliran dualistis membedakan dengan tegas "dapat
dipidanaya perbuatan" dan "dapat dipidananya
pembuat", sejalan dengan ini memisahkan antara
pengertian "perbuatan pidana" dan "pertanggungan
jawab pidana"
- Aliran monistis adalah melihat keseluruhan
(tumpukan) syarat untuk adanya pidana itu
kesemuanya merupakan sifat dari perbuatan.
4. Jelaskan pengertian "tindak pidana" menurut ahli dalam
dua aliran tersebut ?
Pendapat para ahli yang berpandangan monistis :
- Simons dalam Moeljatno (1983: 56), menyatakan
bahwa Strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam
dengan pidana, yang bersifat melawan hukumyang
berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh
orang yang mampu bertanggung jawab.
- Prodjodikoro dalam Sudarto (1990: 38),
mengemukakan definisi pendek mengenai pengertian
tindak pidana yakni berarti suatu perbuatan yang
pelakunya dapat dikenakan pidana.
Pendapat para ahli yang berpandangan Dualistis :
14 Guse Prayudi, SH
- Moeljatno dalam Sudarto(1990: 39) menyatakan
bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana, barangsiapa
melanggar larangan tersebut.
5. Apakah syarat untuk dikatakannya suatu perbuatan
sebagai tindak pidana ?
Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, perbuatan tersebut
memenuhi seluruh unsur yang menjadi rumusan terlarang
yang diancampidana oleh peraturan perundang-undangan
dan perbuatannya tersebut harus bersifat melawan hukum
(tidak ada alasan pembenar).
6. Salah satu syarat perbuatan untuk dinamakan sebagai
tindak pidana adalah perbuatannya harus bersifat
melawan hukum. Jelaskan tentang istilah "bersifat
melawan hukum" tersebut?
Unsur tersebut merupakan penilaian obyektif terhadap
perbuatan dan bukan terhadap sipelaku. Unsur sifat
melawan hukum biasanya disebut dengan perkataan
"melawan hukum" (Wederechtelijke), tetapi disana-sini
Undang-undang mempergunakan istilah-istilah lain, seperti
dengan tidak berhak, tanpa izin, dengan melampaui
kekuasaannya, tanpa memperhatikan cara yang ditentukan
dalam Undang-undang umum.
7. Apakah pengertian dari "bersifat melawan hukum"
tersebut?
Dalam ilmu hukum dikenal dua macam sifat melawan
hukum (wederrechtelijkeheid), yaitu sifat melawan hukum
materiil (materiele wederrechtelijkeheid) dan sifat melawan
hukum formal (formale wederrechtelijkeheid).
- Sifat melawan hukum materiil adalah merupakan
sifat melawan hukum yang luas, yaitu melawan
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 15
hukum itu sebagai suatu unsur yang tidak hanya
melawan hukum yang tertulis saja, tetapi juga
hukumyang tidak tertulis (dasar-dasar hukumpada
umumnya). [adi walaupun Undang-undang tidak
menyebutkannya, maka melawan hukum adalah
tetap merupakan unsur dari tiap tindak pidana.
- Sedangkan sifat melawan hukum formal adalah
merupakan unsur dari hukum positif yang tertulis
saja sehingga ia baru merupakan unsur daripada
tindak pidana apabila dengan tegas disebutkan
dalam rumusan tindak pidana.
8. Apakah sifat melawan hukum materiil bisa dibedakan
menurut fungsinya ?
Benar, dengan melihat fungsinya "sifat melawan hukum
materiil" bisa dibedakan dalam dua yakni:
- Fungsinya yang negatif, ajaran ini mengakui
kemungkinan adanya haI-haI yang ada di Iuar
Undang-undang menghapus sifat melawan
hukumnya perbuatan yang memenuhi rumusan
undang-undang.
- Fungsinya yang positif, ajaran ini menganggap
sesuatu perbuatan tetap sebagai suatu tindak pidana,
meskipun tidak nyata diancam dengan pidana
dalam undang-undang, apabila bertentangan
dengan hukum atau ukuran lain di Iuar Undang-
undang (Sudarto, 1990: 73)
9. Sifat melawan hukum materiil dalam fungsi apakah yang
dianut oleh hukum pidana Indonesia ?
Hukum pidana Indonesia menganut pendirian sifat
melawanhukumyang materiil dalamfungsinya yangnegatif,
haI ini adalah sebagai konsekuensi dari asas Iegalitas. Hal
16 Guse Prayudi, SH
tersebut temyata dalam yurisprudensi antara lain dalam
Putusan No. 81jK/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977.
Mengenai pengertian asas legalitas lihat pertanyaan dalam
bagian C. Baias-Batas Berlakunya Atumn Pidana.
10. Apakah ada aturan hukum pidana Indonesia yang
menganut sistem melawan hukum materiil dalam fungsi
positif?
Ada, yakni dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dimana dalam
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU tersebut melawan hukum
diartikan sebagai perbuatan melawan hukum dalam arti
formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun
perbuatan tersebut tidak diatur dalamperaturan perundang-
undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap
tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-
norma kehidupan sosial dalammasyarakat, maka perbuatan
tersebut dapat dipidana (sifat melawan hukum formal dan
materil dalam fungsi positif).
Tetapi dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/
PUU-IV/2006 tanggal25 Juli 2006,rumusan PenjelasanPasal
2 ayat (1) UU No 31 Tahun 1999yang berkaitan dengan sifat
melawan hukum materil dinyatakan bertentangan dengan .
UUD 1945 dan karenanya tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat.
B. Bentuk Tindak Pidana
11. Apakah bentuk tindak pidana menurut hukum pidana
Indonesia?
Tindak pidana dibedakan dalam dua bentuk yakni
kejahatan dan pelanggaran.
Pembedaan tindak pidana dalam bentuk kejahatan dan
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 17
pelanggaran dianut oleh KUHP yakni dalambuku II KUHP
dirumuskan tentang berbagai bentuk kejahatan (dari Pasal
104 sampai dengan Pasal 488) dan dalam buku III
dirumuskan tentang berbagai bentuk pelanggaran (dari
Pasal 489 sampai dengan Pasal 569).
12. Apakah perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran
itu sendiri ?
Secara teoritis sulit sekali membedakan antara kejahatan
.dengan pelanggaran, tetapi pada pokoknyaj secara
sederhana dapat dikatakan :
- Pelanggaran, orang baru menyadari hal tersebut
merupakan tindak pidana karena perbuatan tersebut
tercantumdalamundang-undang, istilahnya disebut
wetsdelict (delik undang-undang).
- Kejahatan, meskipun perbuatan tersebut tidak
dirumuskan dalamUndang-undang menjadi tindak
pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan
tersebut adalah kejahatan dan patut dipidana,
istilahnya disebut rechtsdelict (delik hukum).
Perkembangan selanjutnya dalam Rancangan KUHP
pembedaan tindak pidana dalam bentuk kejahatan sebagai
"rechisdelict" dan pelanggaran sebagai "wetsdelict"
dihapuskan.
13. Sebutkan contoh dari tindak pidana dalam bentuk
kejahatan dan pelanggaran dalam KUHP?
Contoh dari tindak pidana kejahatan adalah pencurian
(Pasal 362 KUHP), pembunuhan (Pasal 338 KUHP),
perkosaan (Pasa1285 KUHP).
Contoh dari tindak pidana pelanggaran adalah mabuk di
tempat umum (Pasa1492 KUHPj 536 KUHP), berjalan atau
berkendaraan di atas tanah yang oleh pemiliknya dengan
18 Guse Prayudl, SH
cara jelas dilarang memasukinya (Pasal 551 KUHP)
(Jenis pelanggaran lainnya lihat Bab V).
14. Apakah berbagai jenis kejahatan dan pelanggaran
tersebut hanya tersebut dalam KUHP ?
Berbagai bentuk tindak pidana (kejahatan dan
pelanggaran) tidak hanya yang disebutkan dalam KUHP
(dalam kodifikasi) tetapi juga yang dirumuskan dan diatur
dalam peraturan perundangan-undangan lainnya
misalnya Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Daerah (di luar kodifikasi).
15. Sebutkan contoh jenis tindak pidana kejahatan dan
pelanggaran yang diatur dalam aturan di luar KUHP?
Contoh kejahatan di luar KUHP, melakukan kekerasan fisik
dalam rumah tangga (Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga),
melakukan persetubuhan dan pencabulan terhadap anak
(Pasal 81 dan 82 UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak), tanpa hak memiliki, menyimpan dan
membawa psikotropika (Pasal 62 UU No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika).
Contoh pelanggaran di luar KUHP, mengemudikan
kendaraan bermotor dan tidak dapat menunjukkan SIM
(Pasal 59 UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas
Angkutan [alan Raya), mengedarkan makanan dan atau
minuman yang dikemas tanpa mencantumkan tanda atau
label (Pasal 84 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan) .
16. Jika kita menyebut istilah "tindak pidana kejahatan",
maka hal apa saja yang termasuk di dalamnya ?
Apabila disebut kejahatan, baik dalam arti kejahatan pada
umumnya maupun dalam arti suatu kejahatan tertentu,
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 19
maka disitu termasuk pembantuan dan percobaan melaku-
kan kejahatan (Pasal 86 KUHP).
[adi dalam tindak pidana kejahatan dikenal bentuk percoba-
an melakukan kejahatan dan membantu melakukan
kejahatan.
17. Apakah dalam tindak pidana pelanggaran dikenal bentuk
percobaan dan pembantuannya ?
Dalam Pasal 86 KUHP hanya disebut kualifikasi dari
percobaan dan pembantuan kejahatan, tidak disebutkan
percobaan dan pembantuan pelanggaran.
Apalagi dalam Pasal 54 KUHP disebutkan mencoba
melakukan pelanggaran tidak dipidana, dan dalam Pasal
60 KUHP disebutkan orang yang membantu melakukan
pelangaran tidak dipidana.
Dengan demikian hukum tidak mengenal istilah mencoba
melakukan tindak pidana pelanggaran dan membantu
melakukan tindak pidana pelanggaran.
18. Bagaimanakah suatu tindak pidana (kejahatan dan
pelanggaran) dapat diketahui oleh pihak yang berwenang ?
Karena adanya laporan, pengaduan atau karena diketahui
sendiri (tertangkap tangan).
19. Apakah pengertian dari laporan, pengaduan dan
tertangkap tangan tersebut ?
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh
seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan Undang-
undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau
sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana (Pasal
1 angka 24 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana/
KUHAP).
Pengaduan adalah pernberitahuan disertai permintaan oleh
pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang
20 Guse Prayudi, SH
untuk menindak menurut hukum seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya (Pasal
1 angka 25 KUHAP).
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada
waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera
sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau
sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai
orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu
(Pasal1 angka 19 KUHAP).
20. Apakah perbedaan antara Laporan dan Pengaduan?
Laporan terjadinya tindak pidana dapat dilakukan oleh
siapa saja yang melihat, mendengar, mengetahui dan
mengalami sendiri tindak pidana, d imana tindak
pidananya adalah harus terkualiikasi sebagai delik biasa.
Contohnya : Perkara pencurian (Pasal 362 KUHP) adalah
delik biasa, dimana korban pencurian maupun pihak lain
dapat membuat laporan.
Pengaduan terjadinya tindak pidana hanya dapat dilakukan
oleh orang-orang tertentu dan atas tindak pidana tertentu.
Contohnya : dalam perkara perzinahan (Pasal 284 KUHP)
merupakan delik aduan, dimana tindak pidana tersebut
dapat diproses apabila ada aduan dari pihak suami atau istri
yang pasangannya berzinah tersebut, tidak bisa aduan
misalnya dilakukan oleh orang yang melihat perzinahan
tersebut.
21. Apakah dengan demikian tindak pidana tersebut dapat
dibedakan dalamdua jenis yakni delik biasa clan delikaduan ?
SElUK BElUK HUKUM PIDANA
21
Benar, tindak pidana yang berbentuk delik aduan dapat
diproses lebih lanjut apabila ada pengaduan dari pihak yang
ditentukan undang-undang/korban tindak pidana tersebut,
dimana hukum membagi delik aduan dalam dua bentuk
yakni delik aduan absolut dan relatif.
Sedangkan delik biasa tidak diperlukan adanya aduan,
cukup dengan laporan dari pihak manapun atau karena
diketahui sendiri oleh pihak yang berwenang perkara
tersebut dapat diproses.
22. Sebutkan contoh dari tindak pidana yang termasuk dalam
delik aduan ?
Perzinahan, pencurian dalam keluarga, penghinaan.
Dimana menurut Putusan Mahkamah Agung tgl. 19 - 3 -
1955 No. 52 K/Kr/1953, perkara perzinahan (Pasal 284
K.U.H.P.) merupakan "absoluut klachidelict" sehingga
pengaduan terhadap lelaki yang melakukan perzinahan
merupakan juga pengaduan terhadap isteri yang berzinah,
sedang[aksa berwenang untuk atas azas opportuniteit hanya
mengadakan penuntutan terhadap salah seorang dari
mereka.
23. Dalam hal tindak pidana penghinaan, apakah orang yang
dihina harus melakukan pengaduan yang isinya agar
peristiwa tersebut dituntut ?
Hams ada pengaduan, tetapi pengaduan tersebut tidak perlu
dengan bentuk surat tertentu yang isinya hams ada kata-
kata permintaan agar perbuatan tersebut dituntut, hal ini
sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung tgl. 3-2-1972No.
76 K/Kr/1969 yang menyatakan Keberatan yang diajukan
pemohon kasasi bahwa perkara ini termasuk "delik aduan
yang absolut" maka hams ada pengaduan dari yang terhina
dan dalamsurat pengaduan hams ada kata-kata permintaan
22 Guse Prayudi, SH
agar peristiwa itu dituntut, Tidak dapat diterima, karena
klachtdelict tidak terikat pada bentuk yang tertentu (vormvrij).
Dan menurut Putusan Mahkamah Agung tgL11 April 1978
No. 35K/Kr/1977, Surat saksi yang ditujukan kepada Polisi,
yang pada pokok suratnya menyebutkan "sanggahan dan
tuntutan", merupakan suatu pengaduan dalam arti pasal
319 K.D.H.P.
Pasal 319 KUHP menyatakan Penghinaan yang diancam
dengan pidana menurut bab ini, tidak dituntut jika tidak
ada pengaduan dari orang yang terkena kejahatan itu,
kecuali berdasarkan pasa1316 KUHP.
24. Dalam hal korban tindak pidana yang termasuk delik
aduan adalah anak-anak, siapa yang dapat mengajukan
pengaduan?
Apabila korban belum cukup enambelas tahun dan belum
dewasa, maka wakilnya yang sah dalam perkara perdata
yang berhak mengadu (Pasal 72 ayat 1 KUHP).
Apabila tidak ada wakil, atau wakil itu sendiri yang harus
diadukan, maka pengaduan dapat diajukan wali pengawas,
keluarga sedarah dalamgaris lurus, atau jika tidak ada, oleh
keluarga sedarah dalam garis menyimpang sampai derajat
ketiga (Pasal72 ayat 2 KUHP).
25. Apabila korban tindak pidana yang termasuk delik aduan
meninggal dunia, apakah aduannya dapat diteruskan dan
diajukan oleh pihak lain?
Penuntutan dapat dilakukan oleh orang tuanya, anaknya,
atau suaminya (istrinya) yang masih hidup kecuali kalau
ternyata bahwa yang meninggal tidak menghendaki
penuntutan dengan syarat yang terkena kejahatan
meninggal di dalam tenggang waktu yang ditentukan.
26. Apakah batas jangka waktu orang mengadukan tindak
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 23
pidana?
Ada batas waktunya, yakni pengaduan hanya boleh
diajukan dalam waktu :
- 6 (enam) bulan sejak orang yang berhak mengadu
mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal
di Indonesia.
- 9 (sembilan) bulan jika bertempat tinggal di luar
Indonesia (Pasal74 KUHP) .
Putusan Mahkamah Agung tgL15-2-1969No. 57 K/Kr/1968
menyatakan bahwa dalam delik aduan, tempo yang
dimaksud dalam pasal 74 ayat 1 K.U.H.P. dihitung sejak
yang berhak mengadu mengetahui perbuatanyang
dilakukan, bukan sejak fa mengetahui benar/tidaknya
perbuatan yang dilakukan.
27. Apakah orang yang mengadukan tindak pidana dapat
mencabut kembali aduannya ?
Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik
kembali dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah pengaduan
diajukan (Pasal 75 KUHP). Hal inilah yang membedakan
lagi dengan Laporan, oleh karena Laporan tidak dapat
dicabut kembali
Putusan Mahkamah Agung tgL 29 Januari 1979 No. 140 K/
Kr/1978 menyatakan karena perkara ini bukan mengenai
delik aduan, terdakwa tetap dapat dituntut sekalipun saksi
yang mengadukannya telah mencabut pengaduannya.
C. Batas-Batas Berlakunya Aturan Pidana
28. Apakah syarat mutlak suatu perbuatan dapat dikatakan
sebagai tindak pidana (kejahatan atau pelanggaran) ?
Suatu perbuatan dapat dikatakan atau dikategorikan sebagai
tindak pidana dengan syarat mutlak harus dirumuskan
24
Guse Prayudi, SH
terlebih dahulu dalamperaturan perundang-undangan, hal
ini yang dinamakan dengan asas legalitas yang dianut dalam
Pasal 1 ayat 1 KUHP yakni suatu perbuatan tidak dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan
dilakukan.
29. Jelaskan berlakunya asas legalitas tersebut dalam perkara
konkrit?
Asas legalitas mengatur bahwa seseorang tidak dapat
dihukum melakukan tindak pidana apabila ternyata
perbuatan tersebut sebelumnya tidak dirumuskan sebagai
tindak pidana dalam aturan perundang-undangan yang
tertulis.
Misalnya yang dapat dihukum karena melakukan
perzinahan (Pasal 284 KUHP) syaratnya adalah yang
melakukan perbuatan tersebut salah satu atau dua-duanya
harus terikat perkawinan, jadi jika yang melakukan
perzinahan dua-duanya belumkawin maka pelakunya tidak
dapat dihukum, dan jika pelaku perzinahan yang dua-
duanya belumkawin dihukumhal ini bertentangan dengan
asas legalitas.
30. Apakah dengan demikian tidak dapat dihukum jika
seseorang melakukan perbuatan yang tidak disebut dalam
aturan sebagai tindak pidana ?
Ya, karenanya muncul pameo bahwa KUHP adalah kitab
undang-undangnya para penjahat, karena para pelaku
kejahatan dapat melakukan perbuatan apapun kecuali yang
disebutkan dalam KUHP supaya tidak dapat dihukum dan
lepas dari jeratan hukum.
31. Apakah pelaku tindak pidana dapat dihukum apabila
ternyata pelaku tersebut tidak mengetahui bahwa
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 25
perbuatannya tersebut merupakan tindak pidana ?
Bahwa pada asasnya setiap orang dianggap mengetahui
undang-undang, sehingga pelaku tidak dapat berlindung
dari alasan "bahwa ia tidak mengetahui kalau perbuatan
tersebut terlarang".
Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi yakni Putusan
MahkamahAgungtgL14-11-1961 No. 77K/Kr/1961, bahwa
keberatan yang diajukan oleh penuntut-kasasi bahwa ia
tidak tahu akan adanya Undang-undang yang melarang
membeli atau memperoleh uang perak, tidak dapat diterima,
karena tiap-tiap orang dianggap mengetahui Undang-
undang setelah Undang-undang itu diundangkan dalam
Lembaran Negara.
32. Jika seseorang melakukan perbuatan yang bukan
merupakan tindak pidana, kemudian dibuatkan aturan
yang mengancam perbuatan tersebut sebagai tindak
pidana, apakah dibenarkan orang tersebut dihukum
dengan aturan yang baru tersebut ?
Hal di atas dinamakan dengan aturan yang berlaku surut
(retroaktif) dan hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena
tegas dalamPasal1 ayat 1 KUHP dikatakansuatu perbuatan
hanya dapat dihukum berdasarkan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan
dilakukan dan bukan setelah perbuatan tersebut dilakukan.
Sehingga apabila setelah perbuatan dilakukan baru dibuat
aturan pidananya maka pelaku perbuatan tersebut tidak
dibenarkan untuk dihukum.
33. Sebutkan contoh aturan hukum pidana yang bersifat
retroaktif atau diberlakukan mundur ?
Aturan yang retroaktif dikenal dalam KUHP Jerman tahun
1936 ketika zaman Hitler, dalam perundang-undangan di
26
Guse Prayudi, SH
Indonesia asas retroaktif pemah dikenal dalam Pasal 46
Perpu No. 1 Tahun 2002 Jo. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme.
34. Bagaimana akibatnya apabila suatu perbuatan
dinyatakan sebagai tindak pidana dalam suatu aturan,
kemudian aturan tersebut dirubah ?
Apabila ada perubahan dalam perundang-undangan
sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa
diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya
(Pasal1 ayat 2 KUHP).
Misalnya ada perubahan tentang ancaman pidananya,
apabila dalam aturan lama diancam pidana 1 tahun
sedangkan dalam aturan baru diancam pidana 1 bulan,
maka aturan yang digunakan adalah aturan yang baru yakni
1 bulan dan sebaliknyajika aturan lama ancaman pidananya
1 bulan sedangkan aturan baru 1 tahun maka aturan yang
digunakan adalah aturan lama.
35. Bagaimanakah yurisprudensi yang mengartikan dan
menjelasakan tentang adanya perubahan dalam
perundang-undangan ?
Putusan MA tgL 23-5-1970 No. 27K/Kr/1%9, Dicabutnya
Undang-undang Pengendalian Harga tahun 1948
dengan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undangNo. 9tahun1962, bukanlahmerupakan
perubahan perundang-undangan, karena prinsip bahwa
harga-harga dan jasa dari barang-barang hams diawasi
tetap dipertahankan.
- Putusan MA tgl. 1-3-1969 No. 136 K/Kr/1966,
Penggantian Undang-undang Deoiezen tahun 1940
dengan Undang-undang tahun 1964 No. 32 tidak
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 27
28
merupakan perubahan perundang-undangan dalam
arti pasal 1 ayat 2 KD.H.P.
Putusan MA tgl. 27-5-1972 No. 72 K/Kr/1970, Karena
Undang-undang No. 17/1964 (tentang cheque kosong)
telah dicabut dengan Undang-undang No. 12/1971 dan
terhadap terdakwa-terdakwa diperlakukan pasal1 ayat
2 KU.H.P., terdakwa-terdakwa dilepaskan dari Segala
tuntutan hukum.
Putusan MA tgl. 22-10-1963 No. 118 K/Kr/1963,
Perubahan yang terjadi karena peraturan "Dekon"
tidak merupakan perubahan dalam perundang-
undangan dalam arti pasal1 ayat 2 KU.H.P.
- Putusan MA tgl. 13-2-1962 No. 93 K/Kr/1961,
Perubahan nilai Rp. 25,- termaksud dalam pasal 364,
373, 379 dan 407 K.U.H.P. menjadi Rp. 250,-
berdasarkan P.P.P.U. No. 16 tahun 1960 merupakan
suatu perubahan dalam perundang-undangan dalam
arti pasal1 ayat 2 KU.H.P.
- Putusan MA tgl. 7-4-1963 No. 37 K/Kr/1963, Karena
pada waktu perkara terdakwa diadili oleh Pengadilan
Tinggi Ekonomi di Semarang Undang-undang Beras
1948 telah dicabut dengan Perpu No. 8 tahun 1962,
perbuatan terdakwa yang dilakukannya dalam tahun
1960-1961, berdasarkan pasal 1 ayat 2 KU.H.P. tidak
lagi merupakan kejahatan atau pelanggaran.
- Putusan MA tgl. 2-6-1946 No. 13 K/Kr/1946, Karena
berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan tanggal
14 Maret 1963 semua peraturan tentang kewajiban
mengadakan catatan yang ditetapkan dalam atau
berdasarkan pasal 9 Prijsbeheersching verordening 1948
dicabut, maka perbuatan terdakwa yang dilakukan
dalam tahun 1959, pada waktu perkaranya diadili oleh
Guse Prayudl, SH
Pengadilan Tinggi Ekonomi Semarang pada bulan
April 1963 berdasarkan pasal 1 ayat 2 K.U.H.P. tidak
lagi merupakan kejahatan atau pelanggaran.
- Putusan MA tgl. 19-11-1974 No. 54 K/Kr/1973,
Keberatan yang diajukan penuntut kasasi: "bahwa
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri telah salah
menerapkan hukum dengan mempergunakan
Undang-undang No. 24/PRP/1960, sedang Undang-
undang tersebut telah dicabut sejak tanggal29 Maret
1971 dengan berlakunya Undang-undang No. 3/1971
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak
dapat diterima karena dalampasal36 Undang-undang
No. 3/1971 ditentukan bahwa yang harus diperlakukan
adalah Undang-undang yang berla-ku pada saat tindak
pidana dilakukan; sedang dalamhal ini tindak pidana
dilakukan sebelumberlakunya Undang-undang No. 3/
1971
Putusan MA tgl. 22-12-1964 No. 22 K/Sip/1964, Pada
penggantian P.P. No. 20/1962 dengan P.P. No.20/1963
tidak ada perubahan mengenai norma-normanya,
sehingga dalam hal ini pasal 1 ayat 2 K.U.H.P. tidak
dapat diperlakukan.
- PutusanMAtgl. 7-1-1964 No. 143K/Kr/1963, Walaupun
keadaan bahaya sudah dicabut dan dengan demikian
semua peraturan-peraturan yang dikeluarkan
berdasarkan Undang-undang Keadaan Bahaya juga
turut hapus, namun karena masih ada peraturan-
peraturan lain yang memuat larangan mengenai
perhimpunan-perhimpunan tertentu, "grand idee" dari
pada Undang-undang Keadaan Bahaya tidaklah
berubah, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa dalam
hal ini telah ada perubahan penundang-undangan.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA
29
- Putusan MA tgl. 24-11-1964 No. 144 K/Kr/1963,
Keberatan dalam memori kasasi : - bahwa dengan
dicabutnya Peraturan Faktur mengenai barang-barang
dalam perkara ini, yakni ban-ban oto, oleh surat
keputusan Menteri Perdagangan tgL12-6-1953No. 499/
M/1963 haruslah diperlakukan pasal1 ayat 2 KU.H.P.
Tidak dapat dibenarkan, karena Peraturan Faktur masih
berlaku bagi 13 jenis barang, jadi perlunya faktur masih
diakui sehingga tidak terdapat perubahan perundangan-
undangan menurut pasal1 ayat 2 KU.H.P.
- Putusan MA tgL 19-9-1964 No. K/Kr/1964, Keberatan
yang diajukan dalam memori kasasi : - bahwa karena
denganberlakunya Perpu No.8tahun1962, Rijstordonnantie
1948 tidak berlaku lagi, penuntut kasasi seharusnya
dilepaskan dari tuduhan; Tidak dapat dibenarkan,
karena dalam hal ini tidaklah terjadi perubahan
perundang-undangan dalamarti pasal1 ayat 2 K U.HP.
- Putusan MA tgL 1-9-1964 No. 114 K/Kr/1963, Dengan
dikeluarkannya P.P. No. 20 tahun 1963 norma-norma
yang terkandung dalam prijsbeheerschingsordonnantie
1948 tidaklah berubah sehingga tidaklah terjadi
perubahan perundang-undangan dalamarti pasal1 ayat
2 KU.H.P.
36. Seperti tersebut di atas, aturan hukum pidana Indonesia
terdapat di daIam KUHP dan di Iuar KUHP, kepada
siapakah aturan hukum pidana tersebut diberlakukan ?
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkanbagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak
pidana di Indonesia (Pasal2 KUHP), dan juga berlaku bagi
setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan
tindak pidana di daIam kapal air atau pesawat udara
Indonesia (Pasal3 KUHP) .
30 Guse Prayudi, SH
Dengan demikian setiap orang (warga negara Indonesia
maupun warga negara asing) yang melakukan tindak
pidana di wilayah Indonesia maka hukumpidana Indonesia
yang diberlakukan (asas tentorial).
37. Jelaskan pengertian dari kapal dan pesawat udara Indo-
nesia?
Yang disebut kapal Indonesia ialah kapal yang mempunyai
surat laut atau pas kapal, atau surat izin sebagai pengganti
sementara menurut aturan-aturan umum mengenai surat
laut dan pas kapal di Indonesia (Pasa195 KUHP).
Yang dimaksud dengan pesawat udara Indonesia adalah
pesawat udara yang didaftarkan di Indonesia, termasuk
pula pesawat udara Indonesia adalah pesawat udara asing
yang disewa tanpa awak pesawat dan dioperasikan oleh
perusahaan penerbangan Indonesia (Pasal 95 a KUHP).
38. Pihak manakah yang berhak memeriksa dan mengadili
perkara-perkara pidana yang terjadi di suam wilayah In-
donesia?
Yang berwenang memeriksa dan mengadili adalah
Pengadilan Negeri dimana tindak pidana tersebut terjadi
(locus delicti) merupakan wilayah hukumnya (Pasal84 ayat
1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana/KUHAP).
Dengan demikian jika terjadi tindak pidana pembunuhan
di Poso maka yang berwenang memeriksa dan mengadili
perkara tersebut adalah Pengadilan Negeri Poso.
39. Apakah mutlak Pengadilan Negeri dimana tindak pidana
tersebut terjadi hanya yang berwenang memeriksa dan
mengadilinya ?
Hal tersebut tidak mutlak, karena dimungkinkan
pemeriksaan perkara tidak dilaksanakan di Pengadilan
Negeri dimana tindak pidana tersebut terjadi tetap bisa
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 31
dilakukan di Pengadilan Negeri lain apabila tempat
kediaman sebagian besar saksi yang dipanggillebih dekat
pada tempat pengadilan negeri lain tersebut daripada
tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalam
daerahnya tindak pidana itu dilakukan (Pasal 84 ayat 2
KUHAP).
Dengan demikian jika tindak pidana pembunuhan terjadi
di Poso akan tetapi saksi sebagian besar berada di Jakarta
Selatan maka dibenarkan pemeriksaan perkaranya
dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
40. Apakah ada hallainnya yang memungkinkan pemindahan
pemeriksaan perkara dari pengadilan negeri dimana tindak
pidana tersebut terjadi ke pengadilan negeri lainnya ?
Dalam hal keadaan daerah tidal< mengizinkan suatu
pengadilan negeri untuk mengadili suatu perkara, maka atas
usul Ketua Pengadilan Negeri atau Kepala Kejaksaan Negeri
yang bersangkutan, Mahkamah Agung menetapkan atau
menunjuk pengadilan negeri lain untuk mengadili perkara
yang dimaksud (Pasal 85 KUHAP).
41. Apabila seseorang melakukan tindak pidana diberbagai
wilayah hukumpengadilan negeri maka pengadilan mana
yang berhak memeriksa dan mengadilinya ?
Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak
pidana dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri,
maka tiap pengadilan negeri itu masing-masing berwenang
mengadili perkara pidana itu akan tetapi apabila beberapa
perkara pidana yang satu sama lain ada sangkut pautnya
dan dilakukan oleh seorang dalam daerah hukum pelbagai
pengadilan negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan
negeri denganketentilan dibuka kemungkinan penggabungan
perkara tersebut (Pasal84 ayat 3 dan 4 KUHAP).
32 Guse Prayudi, SH
42. Apakah dengan demikian ketentuan pidana daIam
perundang-undangan Indonesia tidak berlaku bagi
seseorang yang meIakukan tindak pidana di Iuar Indo-
nesia?
Tidak dernikian, oIeh karena dimungkinkan setiap orang
yang berada di Iuar wilayah teritoriaI Indonesia meIakukan
suatu tindak pidana dapat dipidana dengan aturan pidana
Indonesia, yakni daIam haI yang diatur daIam Pasal4 dan
Pasal5 KUHP.
43. Bagaimana aturan PasaI4 KUHP sehingga bisa disebutkan
tindak pidana yang terjadi di Iuar wilayah Indonesia bisa
dipidana dengan aturan pidana Indonesia?
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang (WNI maupun WNA) yang
melakukan tindak pidana tertentu di luar Indonesia yakni :
1. Kejahatan membunuh, atau merampas kemerdekaan,
atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil
Presiden memerintah (Pasal 104 KUHP), Makar
dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari
wilayah negara jatuh ke tangan musuh (Pasall06
KUHP), Makar denganmaksuduntukmengguIingkan
pemerintah (Pasal 107 KUHP), yang melawan
pemerintah Indonesia dengan senjata (Pasal 108
KUHP), penyerangan terhadap diri presiden atau
Wakil Presiden (PasaI131 KUHP).
2. Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang
kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank,
ataupun mengenai meterai yang dikeIuarkan dan
merek yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia.
3. Pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas
tanggungan Indonesia, atas tanggungan suatu
daerah atau bagian daerah Indonesia, termasuk
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 33
pula pemalsuan talon, tanda dividen atau tanda
bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan
tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti surat
tersebut, atau menggunakan surat-surat tersebut di
atas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah asli
dan tidak dipalsu.
4. Salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal-
pasal 438, 444 sampai dengan 446 tentang
pembajakan laut dan pasal447 tentang penyerahan
kendaraan air kepada kekuasaan bajak laut dan
pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat
udara secara melawan hukum, pasal 479 huruf I,
m, n, dan 0 tentang kejahatan yang mengancam
keselamatan penerbangan sipil. (Pasa14 KUHP).
44. Seperti tersebut di atas, Pasa15 KUHP memberikan aturan
dapat dipidananya orang yang melakukan tindak pidana
di luar wilayah Indonesia dengan aturan pidana Indone-
sia, jelaskan mengenai hal tersebut?
Pasa15 ayat (1) KUHP mengatur bahwa ketentuan pidana
dalam perundang-undangan Indonesia ditetapkan bagi
warga negara yang di luar Indonesia melakukan:
1. Salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan 11
Buku Kedua dan Pasal-Pasa1160, 161, 240, 279, 450,
dan451.
2. Salah satu perbuatan Yang oleh suatu ketentuan
pidana dalam perundang-undangan Indonesia
dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut
perundang-undangan negara dimana perbuatan
dilakukan diancam dengan pidana.
45. Apakah ketentuan Pasal 5 KUHP tersebut berlaku bagi
WNI maupun WNA atau berlaku bagi WNI saja yang
34 Guse Prayudi, SH
meIakukan tindak pidana yang memenuhi syarat ?
Aturan Pasal 5 ayat (1) KUHP (asas nasional aktif)
ditujukan bagi WNI dan WNA yang memenuhi syarat.
Rumusan PasaI5 KUHP menyebutkan "warga negara yang
di Iuar Indonesia", jadi artinya yang dituju adaIah WNI
maupun WNA.
Tetapi yang perlu diperhatikan WNA baru dapat dipidana
dengan aturan pidana Indonesia jika WNA tersebut teIah
menjadi WNI sebagaimana disyaratkan Pasal 5 ayat (2)
KUHP yang menyatakan "Penuntutanperkara sebagaimana
dimaksud daIambutir 2 dapat dilakukanjuga jika tersangka
menjadi warga negara sesudah meIakukan perbuatan",
46. Dengan demikian, apakah yang menjadi syarat bahwa
perbuatan yang dilakukan WNI dan WNA (yang
memenuhi syarat) di Iuar negeri untuk dapat dipidana
dengan aturan pidana Indonesia ?
Syaratnya adaIah :
- Di negara tempat terjadinya perbuatan : Perbuatan
tersebut diancam dengan pidana.
- Di negara Indonesia: Perbuatan tersebut saIah satu
kejahatan tersebut daIam Bab I dan II Buku Kedua
dan pasal-pasaI160, 161, 240, 279,450, dan 451 dan
perbuatan kejahatan.
Contohnya jika WNI di Singapura meIakukan perkawinan
tanpa izin isteri maka jika WNI tersebut kembaIi ke
Indonesia WNI tersebut dapat didakwa meIakukan tindak
pidana perkawinan terlarang menurut hukum Indonesia
(Pasa1279KUHP), tetapi WNI tersebut tidak dapat dihukum
karena meIakukan perkawinan terlarang jika temyata di
Singapura perbuatan kawin Iagi tanpa izin isteri adaIah hal
yang dibenarkan dan bukan merupakan tindak pidana
kejahatan.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 35
47. Jika di Belanda Aborsi adalah dibenarkan, kemudian jika
ada WNI yang melakukan aborsi di Belanda jika ia kembali
ke Indonesia apakah WNI tersebut dapat dipidana ?
Dalam kasus di atas syarat pertama tidak dipenuhi yakni di
negara tempat terjadinya perbuatan (aborsi) tersebut diancam
dengan pidana, sehingga WNI tersebut tidak dapat dipidana.
48. Bagaimana konstruksinya jika yang melakukan perbuatan
tersebut adalah WNA?
Maka WNA tersebut tidak dapat dipidana kecuali WNA
tersebut sesudah melakukan perbuatan tersebut menjadi
WNI (Pasal5 ayat 2 KUHP).
Contohnya jika Warga Thailand melakukan perbuatan
kawin tanpa izin isteri (perkawinan terlarang) dan di
Thailand perkawinan terlarang diancam dengan pidana
maka apabila warga Thailand tersebut menjadi WNI maka
perbuatan melakukan perkawinan terlarang tersebut dapat
di hukum menurut Hukum Indonesia (KUHP) dan
sebaliknya warga Thailand yang menjadi WNI tersebut tidak
dapat dihukum karena melakukan perkawinan terlarang
dengan hukum Indonesia jika ternyata di Thailand kawin
tanpa izin isteri adalah hal yang dibenarkan dan bukan
merupakan tindak pidana kejahatan.
49. Bagaimanakah bentuk hukuman (pidana) bagi WNAyang
melakukan tindak pidana di luar Indonesia yang
kemudian menjadi WNI ?
Bentuk hukuman dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak
dijatuhkan pidana mati, jika menurut perundang-undangan
negara dimana perbuatan dilakukan, terhadapnya tidak
diancamkan pidana mati (Pasal6 KUHP).
Jadi jika WNA dinegara asalnya melakukan pembunuhan
berencana dan dinegara asalnya tidak dikenal hukuman
36
Guse Prayudi, SH
mati, maka jika WNAtersebut menjadi WNI maka dia tidak
dapat dijatuhkan pidana mati meskipun hukum Indonesia
mengancam pidana mati bagi peIaku pembunuhan
berencana (PasaI340 KUHP).
50. Apakah aturan hukurn Indonesia dapat diterapkan
terhadap setiap pejabat yang di Iuar Indonesia rneIakukan
tindak pidana ?
Ketentuan pidana daIam perundang-undangan Indonesia
berIaku bagi setiap pejabat yang di Iuar Indonesia
meIakukan saIah satu tindak pidana kejahatan jabatan (bab
XXVIII Buku Kedua) (PasaI 7 KUHP).
Dan menurut PasaI 92 KUHP yang dinamakan dengan
pejabat adaIah orang-orang yang dipilih daIam pemilihan
yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu
juga orang-orang yang bukan karena pemilihan, menjadi
anggota badan pembentuk undang-undang, badan
pemerintahan, atau badan perwakiIan rakyat, Hakim
termasuk juga Hakim wasit, semua anggota Angkatan
Perang juga dianggap sebagai pejabat.
51. Apakah seIain pejabat ada orang khusus Iainnya yang
dapat dihukurn dengan aturan pidana Indonesia jika
rneIakukan tindak pidana di Iuar Indonesia?
Ada, yakni Nakhoda dan penumpang perahu Indonesia,
dimana ketentuan pidana daIam perundang-undangan
Indonesia berlaku bagi nahkoda dan penumpang perahu
Indonesia, yang di Iuar Indonesia, sekalipun di Iuar perahu,
meIakukan saIah satu tindak pidana Kejahatan PeIayaran
(Bab XXIX Buku Kedua), dan peIanggaran peIayaran (Bab
IX Buku ketiga KUHP); begitu puIa yang tersebut daIam
peraturan mengenai surat Iaut dan pas kapaI di Indonesia,
maupun daIam Ordonansi PerkapaIan (PasaI8 KUHP).
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 37
52. Di pengadiIan negeri manakah yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara dimana tindak pidana
tersebut dilakukan di Iuar negeri ?
Apabila seorang meIakukan tindak pidana di Iuar negeri
yang dapat diadili menurut hukum Republik Indonesia,
maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang
mengadilinya (Pasa186 KUHAP).
53. Apakah yang menjadi batasan berlakunya aturan hukum
pidana Indonesia ?
Diterapkannya pasaI-pasa12-5, 7, dan 8 KUHP dibatasi oleh
pengecualian-pengecualian yang diakui dalam hukum
intemasional (Pasa19 KUHP).
38 Guse Prayudi, SH
BABIII
PEMBUAT
ILlK PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YO GYAKA RTA
A. Subjek Tindak Pidana
1. Siapakah yang dapat menjadi pembuat atau subjek tindak
pidana menurut KUHP ?
Pada dasamya menurut ketentuan KUHP yang merupakan
subjek tindak pidana adalah manusia (naturlijke persoonen),
dimana menurut memori penjelasan (MvI) Pasal59 KUHP
dinyatakan "suatu tindak pidana hanya dapat dilakukan
oleh manusia".
2. Dilihat dari segi apalagi sehingga bisa dinyatakan pelaku
tindak pidana menurut KUHP hanya manusia ?
- Dilihat dari cara merumuskan tindak pidana dalam
KUHP, yaitu dengan awalan kata : "Barang siapa (hij
die). Dari perumusan ini dapat diambil kesimpulan,
bahwa yang dimaksudkan dengan "Barang siapa "
(Hij die) adalah manusia.
- Dilihat dari bentuk pidana yang terdapat dalamKUHP.
3. Apakah terdapat penyimpangan terhadap asas dalam
KUHP bahwa hanyamanusia(natuurlijke persoon)
sebagai subjek tindak pidana ?
Dalam aturan pidana di luar KUHP terdapat beberapa
penyimpangan,yakrri:
- Korporasi diakui dapat melakukan tindak pidana,
tetapi pertanggungjawaban pidana masih
dibebankan pada pengurus korporasi (antara lain
Pasal35 UU No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan).
- Sebagai variasi dari a. pertanggungjawaban pidana
dibebankan kepada "mereka yang memberikan
perintah" dan atau "mereka yang bertindak sebagai
pimpinan" (Pasal4 ayat (1) UU No. 38 Tahun 1960
tentang Penggunaan dan Penetapan Luas Tanah
Untuk Tanaman Tertentu).
- Variasi yang lain tetapi belum melimpahkan
pertanggungjawaban pidana kepada korporasi
adalah dengan merumuskan lebih rind mereka yang
harus bertanggungjawab, yaitu : pengurus badan
hukum, sekutu aktif, pengurus yayasan, wakil atau
kuasa di Indonesia dari perusahaan yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia, dan
mereka yang sengaja memimpin perbuatan
bersangkutan (Pasal34 Undang-undang No. 2Tahun
1981 tentang Metrologi Legal).
- Korporasi secara tegas diakui dapat menjadi pelaku
dan dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana
(antara lain Pasal15 Undang-undang Darurat No. 7
Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi dan
Pasal49 Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang
Narkotika) (Pohan dalamReksodipuro, 1994: 69-70).
4. Apakah pengertian dari korporasi itu sendiri ?
40 Guse Prayudi, SH
Korporasi adalah suatu gabungan orang yang dalam
pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai subjek
hukum tersendiri sebagai suatu personifikasi. Korporasi
adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai
hak dan kewajiban anggota masing-masing (Utrech dan M.
Soleh Djindang dalam Chidir Ali, 1987: 64).
Korporasi adalah badan usaha yang keberadaannya dan
status hukumnya disarnakan dengan manusia (orang), tanpa
melihat bentuk organisasinya. Korporasi dapat merniliki
kekayaan dan utang, mempunyai kewajiban dan hak dan
dapat bertindak menurut hukum, melakukan gugatan dan
dituntut di depan pengadilan. Oleh karena suatu korporasi
adalah buatan manusia yang tidak sama dengan manusia,
maka harus dijalankan oleh manusia, yang disebut pengurus
atau pengelola. Suatu korporasi, biasanya mempunyai tiga
organ, yaitu RUPS, Dewan Kornisaris dan Dewan Direksi
(rnisalnya perseroan terbatas). Batas umur dari korporasi
itu ditentukan dalam anggaran dasarnya, pada saat
korporasi itu mengakhiri kegiatannya dan bubar (Regar,
2000: 9).
5. Dengan demikian, siapakah yang dapat menjadi pembuat
tindak pidana menurut aturan pidana Indonesia?
Di samping manusia juga badan hukum, perkumpulan-
perkumpulan atau korporasi dapat menjadi subyek tindak
pidana apabila secara khusus ditentukan dalam Undang-
undang untuk tindak pidana tertentu.
Selain itu mayat atau benda mati lain, tidak dapat
melakukan tindak pidana dan tidak dapat dituntut pidana.
6. Dalampraktek, pelaku tindak pidana biasa disebut dengan
tersangka, terdakwa bahkan terpidana, apakah istilah
tersebut ada perbedaannya ?
SELUK BELUK HUKUM PIDANA
Y 0 G Y A
Istilah tersebut dikenal dalam Hukum Acara Pidana
dimana istilah tersangka, terdakwa dan terpidana memiliki
pengertian dan konstruksi hukum yang berbeda, yakni :
- Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya
atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal1
angka 14 KUHAP).
- Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut,
diperiksa dan diadili di sidang pengadilan (Pasal1
angka 15 KUHAP).
- Terpidana adalahseorangyang dipidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal1 angka 32 KUHAP).
7. Selain istilah terpidana juga dikenal namanya narapidana,
apakah keduanya sama atau berbeda ?
Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukumtetap sedangkan Narapidana adalah Terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS (Pasal 1
angka 6 dan 7 UU No. 12 Tahun 1995).
Dengan demikian terpidana yang menjalani hukumannya
di Lapas dinamakan dengan Narapidana, karena ada
kalanya terpidana tidak menjadi narapidana, misalnya
terpidana denda yang membayar dendanya, terpidana
dengan pidana percobaan/bersyarat.
8. Dalammasyarakat dikenal pula istilah resedivis/ penjahat
kambuhan untuk pelaku tindak tindak pidana, apa
sebenarnya pengertian resedivis menurut hukum ?
Dalam hukum yang dikenal adalah istilah Recidive, yakni
pengulangan tindak pidana terjadi dalam hal seseorang
melakukan suatu tindak pidana dan telah dijatuhi pidana
42 Guse Prayudi, SH
dengan suatu putusan Hakim yang telah berkekuatan
hukum tetap, kemudian melakukan suatu tindak pidana
lagi.
[adi dalam Recidive seseorang melakukan lebih dari satu
tindak pidana, dan dalam kehidupan sehari-hari orang
tersebut dinamakan dengan resedivis.
B. Kualifikasi Pembuat Tindak Pidana
9. Jelaskan kualifikasi dari pembuat yang mewujudkan
terjadinya tindak pidana menurut hukum ?
Istilah yang digunakan untuk menyebut hal tersebut adalah
penyertaan, dimana menurut KUHP, penyertaan dibagi
dalam dua bentuk yakni :
a. Pembuat (Pasal 55 KUHP) , yang terdiri dari :
- Pelaku.
- Yang menyuruh melakukan.
- Yang turut serta melakukan.
- Penganjur.
b. Pembantu (Pasal56 KUHP), yang terdiri dari :
- Pembantu saat kejahatan dilakukan.
- Pembantu sebelum kejahatan dilakukan.
10. Apakah pengertian dari "pelaku atau mereka yang
melakukan perbuatan" menurut hukum ?
Yaitu orang yang melakukan sendiri perbuatan yang
memenuhi rumusan tindak pidana.
11. Apakah pengertian dari "yang menyuruh melakukan
perbuatan" menurut hukum?
Orang yang melakukan perbuatan dengan perantaraan
orang lain, sedang perantara ini hanya diumpamakan
sebagai alat semata.
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 43
Dengan demikian dalam "menyuruh melakukan" ada dua
pihak yakni pembuat langsung dan pembuat tidak langsung
(aktor intelektual). Tetapi "pembuat langsung" tersebut
harus memenuhi syarat yakni harus manusia yang berbuat
dan yang berbuat langsung tersebut "tidak dapat
dipertanggungjawabkan".
12. Dengan demikian apa yang menjadi ciri utama dari "yang
menyuruh melakukan perbuatan" menurut hukum?
Ciri utamanya adalah pembuat materiil/langsung tindak
pidana tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan atas
perbuatannya tersebut,
Hal ini semakin temyata dalamPutusan Mahkamah Agung
tgl. 1-12-1956 No. 137 K/Kr/1956, bahwa menyuruh
melakukan (doen plegen) suatu tindak pidana, menurut ilmu
hukumpidana syaratnya adalah, bahwa orang yang disuruh
itu menurut hukum pidana tidak dapat dipertanggung
jawabkan terhadap perbuatannya sehingga oleh karenanya
tidak dapat dihukum.
13. Dalam hal-hal apakah pembuat materiil tindak pidana
dalam "menyuruh melakukan" tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatanya tersebut?
- Dalamhal tidak sempuma pertumbuhanjiwanya (Pasal
44 KUHP). Misalnya Byang gila disuruh memecahkan
jendela rumah B oleh A, maka A terkualifikasi sebagai
orang yang menyuruh melakukan.
- Dalamhal berbuat karena daya paksa (Pasal48 KUHP).
Misalnya A karena ditodong senjata oleh B disuruh
untuk memalsukan sural.
- Dalamhal berbuat atas perintah jabatan yang tidak sah
(Pasal5 ayat 2 KUHP).
- Dalam hal ia keliru (sesat) mengenai salah satu unsur
44 Guse Prayudi, SH
tindak pidananya. Misalnya B disuruh untuk
menguangkan pos wesel yang tandatangannya dipalsu
oleh A, sedang Btidak mengetahui pemalsuan itu.
- Dalam hal ia tidak mempunyai maksud seperti yang
disyaratkan untuk kejahatan tersebut. Misalnya B
(kuli) disuruh A untuk mengambil barang dari satu
tempat, B mengambilnya untuk diserahkan kepada
A dan Bsama sekali tidak mempunyai maksud untuk
memiliki barang tersebut untuk dirinya sendiri.
14. Apakah pengertian dari "turut serta melakukan perbuatan"
menurut hukum ?
Menurut MvT (memori penjelasan) KUHP, orang yang turut
serta melakukan adalah orang yang dengan sengaja turut
berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.
Dimana menurut Pompe, dalam turut serta melakukan
terdapat tiga kemungkinan :
- Mereka masing-masing memenuhi semua unsur
dalam rumusan delik. Misalnya dua orang dengan
bekerja sama melakukan pencurian di sebuah
gudang beras.
- Salah seorang memenuhi semua unsur delik, sedang
yang lain tidak. Misalnya dua orang pencopet (Adan
B)salingbekerja sama, Ayang menabrak orang yang
menjadi sasaran sedang Byang mengambil dompet
orang itu.
- Tidak seorangpun memenuhi unsur-unsur
delik seluruhnya, tetapi mereka bersama-sama
mewujudkan delik itu. Misalnya dalam pencurian
dengan merusak (Pasal 363 ayat (1) ke- 5 KUHP),
salah seorang melakukan penggangsiran, sedang
kawannya masuk rumah dan mengambil barang-
barang yang kemudian diterimakan kepada
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 45
kawannya yang menggangsir tadi.
15. Dengan demikian apakah yang menjadi syarat adanya
"turut serta melakukan perbuatan" ?
Adanya kerjasama yang sadar dan ada adanya pelaksanaan
bersama secara fisik.
16. Sebutkan contoh kasus yang menjelaskan tentang kualitas
orang sebagai "yang turut serta melakukan perbuatan" ?
Perbuatan terdakwa II mengancam dengan pistol tidak
memenuhi semua unsur dalampasal339 K.D.H.P. terdakwa
I lah yang memukul si korban dengan sepotong besi yang
mengakibatkan meninggalnya si korban. Karena itu untuk
terdakwa II kwalifikasi yang tepat adalah turut melakukan
tindak pidana (medeplegen) sedangkan pembuat materiilnya
ialah terdakwa I (vide Putusan Mahkamah Agung tgl. 26-6-
1971 No. 15/K/Kr/1970).
17. Apakah untuk dipidananya "orang yang turut serta
melakukan tindak pidana" hams bersama-sama dengan
pelaku utamanya ?
Dalam Putusan Mahkamah Agung tgl. 22-11-1969 No. 7 K/
Kr/1969
J
dinyatakan Keberatan yang diajukan penuntut
kasasi : - bahwa dalam perkara ini pelaku utamanya tidak
diadili; Tidak dapat diterima, karena untuk memeriksa
perkara terdakwa Pengadilan tidak perlu menunggu
diajukannya terlebih dahulu pelaku utama dalam perkara
itu. (i.e. Terdakwa dipersalahkan atas kejahatan "5ebagai
Pegawai Negeri turut serta membujuk orang lain melakukan
penggelapan dalam jabatan").
Dengan demikian "yang turut serta melakukan tindak
pidana" dapat dipidana walaupun pelaku utamanya belum
ditangkap/belum diproses.
46 Guse Prayudi, SH
18. Apabila pelaku tindak pidana materiilnya telah meninggal .
dunia, apakah orang yang turut serta melakukan tindak
pidana tetap dapat dipidana ?
Tentunya yang turut serta melakukan tindak pidana
tersebut tetap dapat dipidana, hal ini terlihat dalam
yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung tgl. 12-5-1959
No. 52 K/Kr/1959, yakni Keberatan yang diajukan dalam
memori kasasi : - bahwa kesalahan penuntut kasasi tidak
terbukti karena kawan pelaku pencuri telah meninggal
dunia sehingga penuntut kasasi tidak dapat dinyatakan
sebagai "medepleger" dari orang mati; Tidak dapat
dibenarkan, karena soal apakah terdakwa bersama orang
lain melakukan tindak pidana yang dituduhkan, harus
disandarkan pada saat tindak pidana itu dilakukan dan
apakah hal termaksud di sidang dapat dibuktikan; bahwa
kawan pesertanya kemudian meninggal dunia tidak
mempengaruhi hal tersebut.
19. Apakah pengertian dari "yang menganjurkan melakukan
perbuatan (penganjur)" menurut hukum ?
Orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan
suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana-sarana
yang ditentukan oleh undang-undang.
20. Dengan demikian apakah persamaan antara "penganjur"
dengan "yang menyuruh melakukan perbuatan" ?
Persamaannya adalah adanya usaha untuk menggerakkan
orang lain sebagai pembuat materiil/langsung tindak
pidana.
Sedangkan perbedaannya :
- Dalam penganjuran mengerakkan orang lain
dengan sarana-sarana tertentu (limitatif) sedang
dalam "yang menyuruh melakukan" sarana meng-
gerakkan orang lain tidak ditentukan (tidak
limitatif).
SELUK BELUK HUKUM PIDANA
47
- Dalam penganjuran pembuat materiil dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan dalam
"menyuruh melakukan" pembuat materiil tidak
dapat dipertanggunggjawabkan.
21. Dengan demikian, apakah yang menjadi syarat suatu
penganjuran dapat dipidana ?
- Adanya kesengajaan untuk menggerakan orang lain
melakukan perbuatan terlarang.
Menggerakkannya dengan menggunakan upaya/sarana
yang ditentukan Undang-undangyakni dengan memberi
atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman
atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,
sarana atau keterangan.
Putusan kehendak dari sipembuat materiil ditimbulkan
karena dua hal di atas.
Pembuat materiil melakukan tindak pidana yang
dianjurkan atau percobaan melakukan tindak pidana.
Pembuat materiil tersebut dapat dipertangungjawabkan
dalam hukum pidana.
22. Seperti tersebut di atas, dalam terjadinya tindak pidana
kadang kala selain pelaku terdapat pula orang yang
membantu terjadinya tindak pidana tersebut, bagaimankah
jenis dari pembantu kejahatan menurut hukum ?
Menurut Pasal56 KUHP yang dinamakan dengan pembantu
kejahatan :
1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu
kejahatan dilakukan.
2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana
atau keterangan untuk melakukan kejahatan.
Dengan demikian membantu kejahatan adalah membantu
48 Guse Prayudi, SH
sebelum dan pada saat kejahatan tersebut terjadi.
23. Jelaskan pengertian tentang dua jenis pembantuan
tersebut?
Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan dengan cara
yang ditentukan secara limitatif dalamUndang-undang
yakni dengan cara memberi kesempatan, sarana atau
keterangan.
- Pembantuan pada saatkejahatan dilakukan dengan cara
yang tidak ditentukan secara limitatif dalam undang-
undang.
Dengan demikian sekali lagi ditekankan hukum tidak
mengenal bentuk membantu melakukan pelanggaran dan
juga tidak mengenal konstruksi membantu setelah kejahatan
dilakukan sebagai pembantuan.
24. Kenapa KUHP tidak menyebutkan kualifikasi membantu
setelah tindak pidana ?
Menurut KUHP membantu setelah tindak pidana selesai
bukan disebut sebagai membantu tindak pidana tetapi
menjadi bentuk tindak pidana tersendiri/khusus.
Misalnya membantu menyembunyikan pelaku tindak
pidana merupakan tindak pidana khusus yang diatur dalam
Pasal 221 ayat (1) ke-1 KUHP, atau membatu setelah
dilakukan suatu kejahatan bermaksud untuk menutupinya,
atau untuk menghalang-halangi atau mempersukar
penyidikan merupakan tindak pidana menurut Pasal 221
ayat (1) ke-2 KUHP.
25. Apakah menurut hukum semua orang dilarang untuk
membantu menyembunyikan pelaku tindak pidana atau
menghalang-halangi proses penyidikan tindak pidana ?
Dalam Pasal 221 ayat (2) KUHP dinyatakan bahwa aturan
di atas (Pasal221 ayat (1) ke-I dan ke-2 KUHP) tidak berlaku
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 49
bagi orang yang melakukan perbuatan tersebut dengan
maksud untuk menghi ndar kan atau menghalaukan
bahaya penuntutan terhadap seorang keluarga sedarah
atau semenda garis Iurus atau dalam garis menyimpang
derajat kedua atau ketiga, atau terhadap suami/istrinya
atau bekas suami / istrinya.
Dengan demikian bukan merupakan tindak pidana jika
seseorang menyembunyikan seorang keluarga sedarah atau
semenda garis Iurus atau dalam garis menyimpang derajat
kedua atau ketiga, atau terhadap suami/ istrinya atau bekas
suami/ istrinya yang melakukan suatu tindak pidana.
26 Dalam hal "pembantuan pada saat kejadian" pengert-
iannya hampir sama dengan "turut serta melakukan",
apakah yang menjadi perbedaan kedua hal tersebut ?
Dalam "pembantuan" perbuatannya hanya
merupakan perbuatan menunjang, sedang dalam
"turut serta melakukan" perbuatannya merupakan
perbuatan pelaksanaan.
- "Pembantuan" melakukan pelanggaran tidak dipidana,
sedang "turut serta" melakukan kejahatan dan
pelanggaran dapat dipidana.
- Maksimun pidana penjara bagi "pembantu" kejahatan
dikurangi sepertiganya, dalam"turut serta" maksimum
pidananya sama dengan si pembuat.
27. Dalam "pembantuan sebelum kejadian" pengertiannya
mirip dengan "penganjuran", apakah yang menjadi
perbedaan kedua hal tersebut ?
Pada "pembantuan" kehendak jahat pembuat rnateriil sudah
ada sejak semula (tidak ditimbulkan oleh si pelaku), sedang
dalam "penganjuran" kehendak untuk melakukan kejahatan
pada pembuat rnateriil ditimbulkan oleh si penganjur.
50 Guse Prayudi, SH
28. Ke nap a hukum membedakan antara pelaku dan
pembantu tindak pidana ?
Pembedaan tersebut dalam kaitannya dengan pidana yang
dapat dijatuhkan kepada pelaku dan pembantu.
29. Seperti tersebut di atas, pembuat tindak pidana salah
satunya adalah manusia. Apakah dikenal bentuk khusus
dari "manusia" tersebut ?
Dalam beberapa aturan pidana, barang siapa yang
menunjuk manusia tersebut dibuat dalam bentuk khusus
yakni ditujukan kepada pejabat/ pegawai negeri, pengusaha,
nakhoda, anak, orang yang telah dewasa.
30. Apakah pengertian dari pejabatfpegawai negeri menurut
hukum?
- Menurut Pasal 92 KUHP yang disebut pejabat adalah
orang-orang yang dipilih dalam pemilihan yang
diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, anggota
dewan subak, dan semua kepala rakyat Indonesia asli
dan kepala golongan Timur Asing, yang menjalankan
kekuasaan yang sah, Hakimtermasuk juga Hakimwasit
(yang menjalankan peradilan administratif, serta ketua-
ketua dan anggota-anggota pengadilan agama), Semua
anggota Angkatan Perang.
- Menurut Yurisprudensi yaitu Putusan Mahkamah
Agung tg1. 1-12-1962 No. 81 K/Kr/1962 dinyatakan
Pasal92 K.U.H.P. tidak memberi penafsiran mengenai
siapakah yang harus dianggap sebagai pegawai negeri,
tetapi memperluas arti pegawai negeri sedangkan
menurut pendapat Mahkamah Agung yang
merupakan pegawai negeri ialah setiap orang yang
diangkat oleh Penguasa yang dibebani dengan jabatan
Umum untuk melaksanakan sebagian dari tugas
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 51
Negara atau bagian-bagiannya; i.e. terdakwa diangkat
Menteri Keuangan RI. dalam jabatan Direktur
Percetakan R.I. Yogyakarta.
Menurut Pasal1 Angka 2 UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi,
Pegawai Negeri meliputi:
- Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang tentang Kepegawaian; Menurut
Pasal1 angka 1 UU No. 43 Tahun 1999 tentang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, Pegawai Negeri adalah setiap warga
negara Republik Indonesia yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
- Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalamKitab
Undang-undang Hukum Pidana;
- Orangyang menerima gaji atau upah dari keuangan
negara atau daerah;
- Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu
korporasi yang menerima bantuan dari keuangan
negara atau daerah; atau
- Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi
lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari
negara atau masyarakat.
31. Siapakah yang disebut dengan pengusaha ?
Yang disebut pengusaha ialah tiap-tiap orang yang
menjalankan perusahaan (Pasal 92 bis KUHP).
52 Guse Prayudi, SH
32. Siapakah yang disebut dengan nakoda, penumpangdan
ABK?
Yang disebut nakoda ialah orang yang memegang
kekuasaan di kapal atau yang mewakilinya. Penumpang
ialah semua orang yang ada di kapal, kecuali nakoda,
sedangkan anak buah kapal ialah semua perwira atau kelasi
yang ada di dalam kapal (Pasal 93 KVHP).
33. Siapakah yang dinamakan dengan "anak/orang yang
belum dewasa" ?
Menurut Pasal 45 KVHP, orang yang belum dewasa
adalah sebelum umur enambelas tahun
- Menurut Pasal1 angka 1 VV No. 3 Tahun 1997 Tentang
Pengadilan anak, If Anak adalah orang yang dalam
perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan)
tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas)
tahun dan belum pemah kawin" .
- Menurut Pasal1 angka 1 VV No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, If Anak adalah seseorang yang
belumberusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak .
yang masih dalam kandungan".
- Menurut Pasal1 angka 5 VV No. 39 Tahun1999 Tentang
Hak Asasi Manusia, If Anak adalah setiap manusia yang
berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalamkandungan
apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya".
C. Wujud Tindak Pidana.
34. Dalam bentuk apakah pelaku tindak pidana dapat
mewujudkan tindak pidana tersebut ?
Tindak pidana terwujud karena kesalahan pelaku dalam
bentuk karena kesengajaan dan karena kealpaaan.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 53
Jadi pelaku tindak pidana mewujudkan tindak pidana
tersebut dalam dua bentuk kesalahan yakni : sengaja
melakukan tindak pidana tersebut dan karena kealpaannya
menyebabkan tindak pidana tersebut terjadi.
35. Apakah perigertian dari kesengajaan menurut hukum?
Di dalamKUHP tidak memberi definisi apa yang dimaksud
dengan kesengajaan. Tapi dalam MvT (Memorie van
Toelichting) dijelaskan bahwa "Kesengajaan" (opzet) diartikan
sebagai menghendaki dan mengetahui (willen en uiettensv
(Sudarto, 1990: 16).
Menurut Sudarto kesengajaan ini terdapat tiga corak yang
menunjukkan tingkatan atau bentuk yaitu:
(1). Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
untuk mencapai suatu tujuan (yang dekat);
Dolus Directus. Corak kesengajaan ini merupakan
bentuk kesengajaan yang biasa dan sederhana.
Perbuatan sipembuat bertujuan untuk
menimbulkan akibat yang dilarang. Kalau akibat
ini tidak akan ada, maka ia tidak akan berbuat
demikian. la menghendaki perbuatan beserta
akibatnya.
(2). Kesengajaan dengan sadar kepastian
(opzet met zekerheidsbewustzijn atau
noodzakelijkheidbewustxijn). Dalam hal
ini perbuatannya mempunyai 2 akibat :
(a). Akibat yang memang dituju sipembuat. lni
tidak dapat merupakan delik tersendiri atau
tidak.
(b). Akibat yang diinginkan tetapi merupakan
suatu keharusan untuk mencapainya tujuan
dalam nomor 1 tadi, akibat ini pasti timbulj
terjadi.
54 Guse Pravudl, SH
(3). Kesengajaan dengan sadar kemungkinan (dolus
eventualisatau voonvaardelijk opzet). Dalamhal ini
ada ketentuan yang semula mungkin terjadi
kemudian ternyata benar-benar terjadi (Sudarto,
1990: 17-18).
36. Sebutkan contoh tindak pidana yang dilakukan dengan
sengaja?
Misalnya pembunuhan (Pasal 338 KUHP) kualifikasinya
adalah "Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan".
37. Apakah pengertian dari kelalaian menurut hukum?
KUHP tidak memberi definisi seperti juga halnya pada
kesengajaan. Menurut MvT, kealpaan disatu pihak
berlawanan benar-benar dengan kesengajaan dan dilain
fihak dengan hal yang kebetulan. Kealpaan merupakan
bentuk kesalahan yang lebih ringan dari pada kesengajaan,
akan tetapi bukannya kesengajaan yang ringan.
Menurut Pompe ada tiga macam yang masuk kealpaan
(onachtzlijkheid) yaitu dapatmengirakan (kunnenvenvachten)
timbulnya akibat, mengetahui adanya kemungkinan (kunnen
dermegelijkheid) dan dapat mengetahui adanya kemungkinan
(kunnenvan demogelijkheid).
38. Sebutkan contoh tindak pidana yang dilakukan karena
kealpaan?
Misalnya karena kealpaan menyebabkan orang lain mati
(Pasal 359 KUHP), kualifikasinya adalah "Barang siapa
karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahunatau pidana kurungan paling lama satu tahun" .
SELUK BELUK HUKUM PIDANA
;- ,\)... .s HUKUM
1'\3 H
Y 0 G YA KAR T A
BABIV
PIDANA
MllIK PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Y0 G YAK ART A
A. Syarat Pemidanaan
1. Apakah yang menjadi dasar untuk menentukan benar
tidaknya seseorang telah melakukan tindak pidana ?
Untuk itu diperlukan pemeriksaan perkara di Pengadilan,
dimana untuk membuktikan suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya
maka hams diperoleh dari sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah dan Hakim meyakininya (Pasal 183
KUHAP).
Dimana alat-alat bukti yang sah untuk membuktikan
adanya suatu tindak pidana adalah keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa
(Pasal184 KUHAP).
2. Apabila terbukti tindak pidana tersebut terjadi, apakah
pelakunya dapat dikenakan pidana ?
Untuk adanya pemidanaan maka tidak cukup dengan
adanya suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum
atau bersifat melawan hukum, tapi diperlukan syarat-syarat
lainnya yakni orang yang melakukan perbuatan itu
mempunyai kesalahan atau bersalah (subjective guilt).
3. Dengan demikian syarat apakah yang harus dipenuhi
untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak
pidana pidana ?
Perbuatannya memenuhi rumusan Undang-undang dan
bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar).
Orangnya melakukan kesalahan yakni mampu
bertanggung jawab dan adanya kesengajaan (Dolus) atau
keaalpaan (culpa) (tidak ada alasan pemaaf).
4. Apakah yang menjadi dasar bahwa orang yangdipidana
harus mempunyai kesalahan ?
Karena pada asasnya tidak seorang pun yang melakukan
tindak pidana dipidana tanpa kesalahan ("TIADA
PIDANA TANPA KESALAHAN" / Keine Straf Ohne Schuld
atau Geen Straf Zonder Schuld atau Nulla Peona, Sine Culpa).
5. Dimanakah asas kesalahan tersebut diatur ?
Asas kesalahan tersebut tidak diatur secara normatif dalam
KUHP, akan tetapi asas asas kesalahan diakui sebagai
prinsip umum dan berlakunya asas ini tidak diragukan
lagi, bahkan dikatakan oleh Idema asas kesalahan adalah
jantungnya hukum pidana.
6. Apakah akibat hukumnya jika seseorang terbukti
melakukan suatu tindak pidana dan pelakunya
mempunyai kesalahan atas tindak pidana tersebut ?
Pelaku tersebut dapat dijatuhi hukuman yang dinamakan
dengan pidana (straf) .
58
Guse Prayudi, SH
B. Pengertian Pidana
7. Jadi dengan demikian, apakah yang menjadi definisi
dari pidana tersebut ?
Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud suatu
nestapa yang dengan sengaja ditimbulkan negara kepada
pembuat delik (Menurut Oemar Seno Adji dalam Muladi
dan B. N. Ari ef, 1984 : 2). Sedangkan Sudarto (1990 : 7)
mengartikan pidana sebagai penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu.
8. Apakah bentuk pidana yang dapat dijatuhkan kepada
pelaku tindak pidana yang terbukti di Pengadilan ?
Pidana yang dapat dijatuhkan dalam bentuk pidana pokok
dan pidana tambahan.
9. Apa saja bentuk dari pidana pokok ?
Pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara,
pidana kurungan, pidana denda, pidana tutupan (Pasal10
huruf a KUHP).
10. Apa saja bentuk dari pidana tambahan?
Pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu,
perampasan barang-barang tertentu, pengumuman
putusan Hakim (Pasal10 huruf b KUHP).
11. Bagaimanakah cara untuk menentukan bentuk pidana
pokok dan pidana tambahan yang paling berat ?
Dengan melihat urutannya, dimana urutan pidana dalam
Pasal10 KUHP dibuat menurut beratnya pidana, sehingga
yang disebut lebih dahulu adalah yang lebih berat. Dalam
KUHP terjemahan Badan Pembinaan Hukum Nasional,
pada Pasal10 KUHP dicanturnkan pidana tutupan sebagai
SELUK BELUK HUKUM PlDANA 59
pidana pokok bagian akhir di bawah pidana denda.
Pencantuman ini didasarkan kepada Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1946 tentang Pidana Tutupan.
12. Mengenai pidana pokok dalam KUHP. Apakah dikenal
pidana pokok dalam bentuk lainnya dalam aturan pidana
diluar KUHP ?
Dalam aturan pidana diluar KUHP pidana pokoknya
adalah sama dengan pidana pokok dalam KUHP, jadi tidak
ada bentuk pidana pokok lainnya selain daripada pidana
mati, penjara, kurungan, denda dan pidana tutupan.
13. Dengan demikian apakah Hakim dapat menjatuhkan
pidana pokok selain pidana yang tersebut dalam Pasal10
KUHP?
Hal tersebut tidak dibenarkan, karena sesuai yurisprudensi
yakni :
Putusan Mahkamah Agung tgl. 11-3-1970 No. 59
K/Kr/1969. Menambah jenis hukuman yang
ditetapkan dalam pasal 10 K.U.H.P. tidak
dibenarkan.
Putusan Mahkamah Agung tgl. 26-9-1970 No. 74
K/Kr/1969. Pengadilan Negeri sebagai Hakim
Pidana tidak berwenang menjatuhkan putusan
yang lain dari pada yang ditentukan dalam pasal
10 K.U.H.P. sepertinya putusan yang tersebut
dalam dictum ke 3 yaitu : "Menghukum lagi
Tertuduh untuk meninggalkan tanah/ sawah
terperkara naina Djum/ sawah Laukeibo guna
pakai oleh saksi Pengadu".
- Putusan Mahkamah Agung tgl. 10-5-1972 No. 11
K/Kr/ 1971. Dalam perkara pidana Pengadilan
tidak dapat menjatuhkan hukuman yang isinya: -
60 Guse Prayudi, SH
Menghukum terdakwa untuk meninggalkan
tanah terperkara.
- Putusan Mahkamah Agung tgl. 13-8-1974 No. 61
K/Kr/1973. Hukuman tambahan yang dijatuhkan
oleh Pengadilan Negeri: "Menghukum atas
tertuduh-tertuduh untuk meninggalkan hutan
yang digarap guna dihijaukan kembali" dan
"Menghukum lagi atas tertuduh-tertuduh untuk
membayar kerugian Negara masing-masing
besamya 1/29 x Rp. 1.485.700,-" harus dibatalkan
karena bertentangan dengan pasal10 K.D.H.P.
14. Mengenai pidana tambahan dalam KUHP. Apakah
dikenal pidana tambahan dalam bentuk lainnya dalam
aturan pidana diluar KUHP ?
Berbeda dengan pidana pokok, dalam aturan di luar KUHP
dikenal bentuk lainnya dari pidana tambahan, misalnya :
- UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, dalam Pasal 18 ayat (1)
dinyatakan selain pidana tambahan sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, sebagai pidana tambahan adalah:
a. perampasan barang bergerak yang berwujud
atau yang tidak berwujud atau barang tidak
bergerak yang digunakan untuk atau yang
diperoleh dari .tin d ak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana di mana
tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula
harga dari barang yang menggantikan barang-
barang tersebut;
b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya
sebanyak-banyaknya sama dengan harta
benda yang diperoleh dari tindak pidana
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 61
korupsi;
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan
untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;
d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak
tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau
dapat diberikan oleh Pemerintah kepada
terpidana.
- UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, dalam Pasal50
dinyatakan selain pidana sebagaimana dimaksud
dalam Bab ini Hakim dapat menjatuhkan pidana
tambahan berupa :
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan
untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam
jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan
hak-hak tertentu dari pelaku;
b. penetapanpelaku mengikuti programkonseling
di bawah pengawasan lembaga tertentu.
- UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, dalam
Pasal 70 dikenal pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha.
C. Pidana Pokok
Pidana Mati
15. Jenis pidana pokok yang pertama adalah pidana mati,
tindak pidana apakah dalam KUHPyang diancam dengan
pidana mati ? .
Kejahatan terhadap negara (Pasa1104, 111 ayat (2), 124
ayat (3), 140 ayat (3) KUHP).
- Pembunuhan dengan berencana (Pasa1340 KUHP).
62 Guse Prayudi, SH
- Pencurian dan pemerasan yang dilakukan dalam
keadaan yang memberatkan (Pasal 369 ayat (4) dan
Pasal368 ayat (2) KUHP).
- Pembajakan di laut, di pantai, di pesisir dan di sungai
yang dilakukan dalam keadaan seperti tersebut dalam
Pasal444 KUHP.
16. Selain dalam KUHP, dalam aturan apakah pidana mati
dikenal dan dapat dijatuhkan ?
- DalamPasaI6,9,14 PerpuNo.l Tahun 2002 [o, UUNo.
15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme
- Dalam Pasal 59 UU No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.
- Dalam Pasal 80 dan Pasal 82 UU No. 22 Tahun 1997
tentang Narkotika.
- Dalam Pasal2 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
17. Bagaimana pelaksanaan pidana mati menurut KUHP ?
Pidana mati dijalankan oleh algojo di tempat gantungan
dengan menjeratkan tall yang terikat di tiang gantungan
pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan tempat
terpidana berdiri (Pasalll KUHP).
18. Apakah pelaksanaan hukuman mati dengan car a
digantung masih dilaksanakan ?
Dengan Penpres No. 2 Tahun1964 yang ditetapkan menjadi
UU dengan UU No. 5 Tahun1969, pelaksanaan pidana mati
dilakukan dengan ditembak sampai mati disuatu tempat
dalam daerah hukum Pengadilan yan g menjatuhkan
putusan dalam tingkat pertama.
[adi jika A diputus pidana mati oleh Pengadilan Negeri
Denpasar, kemudian A dalam menunggu putusan
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 63
tersebut berkekuatan hukum tetap ditahan di Lembaga
Pemasyarakatan Nusakambangan, kalau pidana mati
terhadap A akan dilaksanakan maka harus dilaksanakan di
wilayah hukum Pengadilan Negeri Denpasar.
19. Apakah diatur tentang permintaan terakhir dari seseorang
yang akan dieksekusi mati ?
Hal tersebut di atur, yakni terpidana diberitahukan akan
dilaksanakan pidana mati itu oleh Jaksa tiga kali dua puluh
empat jam sebelum saat pelaksanaan, dan pada terpidana
diberikan kesempatan untuk mengemukakan sesuatu
keterangan atau pesanan pada hari hari terakhir.
20. Apakah terhadap wanita hamil dapat dilakukan pidana
mati?
Apabila terpidanaadalah seorang wanita sedang harnil
maka pelaksanaan pidana mati barn dilakukan empat puluh
hari setelah anaknya dilahirkan.
21. Siapakah yang melaksanakanj mengeksekusi pidana mati
tersebut menurut Penpres No. 2 Tahun 1964?
Untuk pelaksanaan pidana mati itu dibentuk sebuah regu
tembak, semuanya dari Brigade Mobile, terdiri dari seorang
Bintara, dua belas tamtama di bawah pimpinan seorang
perwira, untuk tugasnya ini regu penembak tidak
mempergunakan senjata organiknya dan sampai selesainya
tugas itu regu penembak berada di bawah perintah [aksa
TinggiIJaksa.
Pidana Penjara
22. Jenis pidana pokok yang kedua adalah pidana penjara,
apa artinya pidana penjara ?
64
Guse Prayudi, SH
Pidana penjara (dan begitupula pidana kurungan) adalah
pidana dalam bentuk hukuman berupa kehilangan
kemerdekaan.
23. Bagaimana bentuk dari pidana penjara tersebut?
Pidana penjara terdiri dari dua bentuk yakni:
Pidana penjara seumur hidup
Pidana penjara selama waktu tertentu (Pasal 12
ayat 1 KUHP).
24. Berapa batasan lamanya dari pidana penjara selama waktu
tertentu ?
Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek satu
hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut (Pasal
12 ayat 2 KUHP).
Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan
selama dua puluh tahun dalam hal kejahatan yang
pidananya Hakimboleh memilih antara pidana mati, pidana
seumur hidup, dan pidana penjara selama waktu tertentu,
atau antara pidana penjara seumur hidup dan pidana
penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas
lima belas tahun dilampaui sebab tambahanan pidana
karena perbarengan, pengulangan atau karena tindak
pidana yang dilakuan oleh pejabat (Pasal12 ayat 3 KUHP).
[adi lama pidana penjara minimal 1 (satu) hari dan maksimal
20 (dua puluh tahun) tahun.
25. Bagaimanakah pencantuman lamanya pidana penjara
dalam putusan ?
Lamanya pidana penjara untuk waktu tertentu dalam
putusan dinyatakan dengan hari, minggu, bulan, dan tahun;
tidak boleh dengan pecahan (Pasal27 KUHP).
26. Apakah aturan yang mengatur masalah teknis pelaksanaan
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 65
pidana penjara ?
Aturannya adalah UU No. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan. Dengan diundangkannya UU tersebut
maka orang yang dipidana penjara ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS).
Dengan demikian menurut hukum istilah dihukum di
penjara salah yang betul adalah dihukum penjara di
Lembaga Pemasyarakatan.
27. Apakah yang menjadi sebutan bagi petugas penjaga
narapidana yang berada di Lapas ?
Penjaga tersebut dahulu dinamakah dengan sipir penjara
tetapi dengan adanya UU Pemasyarakatan penjaga tersebut
sekarang dinamakan dengan petugas pemasyarakatan.
28. Apakah sama antara LAPAS dengan RUTAN ?
Beda, karena RumahTahananNegara/RUTANadalah tempat
tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan (Pasal1
angka 2 pp No. 27 Tahun 1983), selanjutnya Pasal 19 ayat
(1) menyatakan di dalam RUTAN ditempatkan tahanan
yang masih dalam proses penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan
Mahkamah Agung.
Dengan demikian pelaku tindak pidana yang masih dalam
proses penyidikan, penuntutandan persidanganjika ditahan
ditempatkan di RUTAN, dan jika pelaku tersebut telah
terbukti melakukan tindak pidana dan dijatuhi pidana yang
telah berkekuatan hukum tetap di tempatkan di LAPAS.
29. Apakah mutlak seseorang yang dijatuhi pidana penjara
harus menjalani pidana tersebut dalam Lembaga
Pemasyarakatan ?
66
Guse Prayudi, SH
Hal tersebut tidak mutlak, seseorang yang dijatuhi pidana
penjara tidak perlu menjalani pidana tersebut dalam Lapas
apabila pidana penjara tersebut dijatuhkan dalam bentuk
pidana percobaan/pidana bersyarat.
Dimana menurut yurisprudensi yakni Putusan Mahkamah
Agungtgl.17-10-1970 No. 52 K/Kr/1970 dinyatakan bahwa
Hukuman percobaan hanya dapat diberikan dalam hal
dijatuhkan hukuman penjara tidak lebih dari satu tahun.
30. Bagaimanakah bentuk dari pidana percobaan/pidana
bersyarat?
[adi biasanya dalam amar putusan / vonis disebutkan:
- Menjatuhkan pidana kepada A oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan.
- Memerintahkan pidana tersebut tidak perlu dijalani,
kecuali jika ada putusan Hakim yang menentukan
lain, karena terdakwa melakukan suatu tindak
pidana dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan.
Dengan demikianjika dalamtenggangwaktu 6 (enam) bulan
terdakwa terbukti melakukan tindak pidana (harus ada
putusan pengadilan) maka pidana penjara yang 2 (dua)
bulan tersebut harus dijalani, dan begitupun sebaliknya jika
selama tenggang waktu tersebut terdakwa tidak melakukan
tindak pidana maka pidana 2 (dua) bulan tersebut menjadi
hapus.
31. Apakah yang menjadi dasar hukum dari pidana percobaan/
pidana bersyarat tersebut ?
Dasar hukumnya adalah Pasal 14a KUHP, dinyatakan
bahwa Apabila Hakimmenjatuhkan pidana paling lama satu
tahun atau pidana kurungan, tidak termasuk pidana
kurungan pengganti maka dalam putusnya Hakim dapat
memerintahkan pula bahwa pidana tidak usah dijalani,
SELUK BELUK HUKUM PIDANA
Va-i\ l t
, L' 'Kl61
o
T A
kecuali jika dikemudian hari ada putusan Hakim yang
menentukan lain, disebabkankarena si terpidana melakukan
suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang
ditentukan dalamperintah tersebut di atas habis, atau karena
si terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat
khusus yang mungkin ditentukan lain dalam perintah itu.
32. Berapakah lama tenggang waktu yang dapat dijatuhkan
dalam pidana percobaan/pidana bersyarat?
Bagi pelaku tindak pidana kejahatan tenggang waktunya
paling lama 3 (tiga) tahun.
Bagi pelaku tindak pidana pelanggaran mabuk di muka
umum mengganggu ketertiban umum (Pasal 492 KUHP),
mengemis dimuka umum(Pasal504 KUHP), bergelandangan
tanpa pencarian (Pasal 505 KUHP), mucikari (Pasal 506),
dalam keadaan mabuk berada di jalan umum (Pasal 536),
tenggang waktunya paling lama tiga tahun.
Bagi pelaku tindak pidana pelanggaran lainnya paling lama
dua tahun. (Pasal14 b ayat 1 KUHP).
33. Bagaimanakah cara untuk menentukan waktu dimulainya
masa percobaan tersebut?
Masa percobaan dimulai pada saat putusan telah menjadi
tetap dan telah diberitahukan kepada terpidana menurut
cara yang ditentukan dalamUndang-undang (Pasal14 b ayat
2 KUHP).
Masa percobaan tidak dihitung selama terpidana ditahan
secara sah (Pasal14 b ayat 3 KUHP).
34. Apakah syarat dapat dijatuhkannya pidana percobaan/
pidana bersyarat tersebut hanya terdakwa tidak
melakukan tindak pidana lagi ataukah ada syarat khusus
lainnya?
Pidana percobaan selain menetapkan syarat umum bahwa
68
Guse Prayudi, SH
terpidana tidak akan melakukan tindak pidana, Hakim
dapat menetapkan syarat khusus bahwa terpidana dalam
waktu tertentu, harus mengganti segala atau sebagian
kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tadi (Pasal
14c ayat 1 KUHP).
Yurisprudensi yakni Putusan Mahkamah Agung tgl. 9-5-
1963 menyatakan dalam menjatuhkan hukuman bersyarat,
Hakim dapat menetapkan sebagai syarat bahwa terdakwa
harus mengganti kerugian yang disebabkan karena tindak
pidana yang telah dilakukannya.
35. Selain mengganti kerugian, apakah syarat khusus
lainnya?
Apabila Hakim menjatuhkan pidana penjara lebih dari tiga
bulan atau pidana kurungan atas salah satu pelanggaran
berdasarkan pasal-pasa1492, 504, 505, 506, dan 536, maka
boleh diterapkan syarat-syarat khusus lainnya mengenai
tingkah laku terpidana yang harus dipenuhi selama masa
percobaan atau selama sebagian dari masa percobaan (Pasal
14c ayat 2 KUHP).
36. Apakah bentuk konkrit dari syarat khusus lainnya yang
dikenal dalam yurisprudensi ?
Syarat terdakwa harus mengembalikan tanah kepada saksi,
hal ini temyata dalam Putusan Mahkamah Agung tgl. 25-
2-1975No. 66K/Kr/1974, yang menyatakan Keberatan yang
diajukan oleh penuntut kasasi : - bahwa Pengadilan dengan
ponis pidana menentukan siapa yang berhak atas tanah
tersebut, sedang hal ini adalah wewenang Hakim Perdata;
bahwa disini Hakim Pidana telah keliru menafsirkan
hukuman tambahan yang dimaksudkan oleh pasal 14
K.U.H.P, tidak dapat diterima, karena ketentuan yang
dimaksudkan itu adalah bukan hukuman tambahan, tetapi
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 69
hukuman bersyarat dengan syarat khusus sesuai dengan
pasal14 c. K.D.H.P. (Penuntut kasasi oleh Pengadilan Negeri
dijatuhi hukuman bersyarat dengan syarat khusus : -
tertuduh harus mengembalikan tanah tersebut kepada
saksi).
37. Apakah yang menjadi batasan dari syarat-syarat yang dapat
dibebankan dalam hal dijatuhkannya pidana percobaan ?
Syarat-syarat tersebut di atas tidak boleh mengurangi
kemerdekaan beragama atau kemerdekaan berpolitik
terpidana (Pasal14c ayat 3 KUHP).
38. Pihak manakah yang mengawasi pelaksanaan pidana
percobaan tersebut ?
[aksa, danjika ada alasan, Hakimdapat mewajibkan lembaga
yangberbentukbadanhukumdanberkedudukandi Indonesia,
atau kepada pemimpin suatu rumah penampungan supaya
memberi pertolongan atau bantuan kepada terpidana dalam
memenuhi syarat-syarat khusus (pasal14d KUHP).
39. Apakah dimungkinkan selama masa pidana percobaan,
syarat khusus tersebut diubah ?
Atas usul pejabat yang berwenang, atau atas permintaan
terpidana, Hakim yang memutus perkara dalam tingkat
pertama, selama masa percobaan, dapat mengubah syarat-
syarat khusus dalam masa percobaan. Hakim juga boleh
memerintahkan orang lain daripada orang yang
diperintahkan semula, supaya memberi bantuan kepada
terpidana dan juga boleh memperpanjang masa percobaan
satu kali, paling banyak dengan separuh dari waktu yang
paling lama dapat diterapkan untuk masa percobaan (Pasal
14eKUHP).
40. Apabila seseorang dijatuhi pidana penjara selama waktu
70 Guse Prayudi, SH
tertentu, apakah dibenarkan apabila orang tersebut
dilepaskan padahal waktunya pemidanaannya belum
selesai?
Hal tersebut dapat dibenarkan dalamhal adanya pelepasan
bersyarat, yakni terpidana dilepaskan dari pidana penjara
dengan persyaratan khusus.
41. Apakah yang menjadi syarat untuk dapat dilakukannya
pelepasan bersyarat ?
Syaratnya terpidana telah menjalani dua pertiga dari
lamanya pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya,
sekurang-kurangnya harus sembilan bulan.
Ketika memberikan pelepasan bersyarat, ditentukan pula
suatu masa percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang
hams dipenuhi selama masa percobaan (Pasal15 KUHP) ,
dimana syarat tersebut berbentuk :
Syarat umum bahwa terpidana tidak akan melakukan
tindak pidana dan perbuatan lain yang tidak baik (Pasal
15a ayat 1 KUHP).
Syarat-syarat khusus mengenai kelakuan terpidana,
asal saja tidak mengurangi kemerdekaan beragama dan
kemerdekaan berpolitik (Pasal15a ayat 2 KUHP) .
42. Jika A dipidana penjara selama 2 tahun, kemudian setelah
menjalani 8 (delapan) bulan penjara A dilepaskan secara
bersyarat, apakah pelepasan bersyarat tersebut benar
menurut hukum ?
Pelepasan Atersebut tidak benar secara hukumkarena untuk
adanya pelepasan bersyarat A minimal A telah menjalani
dua pertiga pidana penjaranya dan sekurang kurangnya
telah menjalani minimal 9 (sembilan) bulan penjara.
Dalamkasus di atas Abelummenjalani dua pertiga pidananya
dan barn menjalani 8 bulan penjara.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 71
43. Jika A dipidana penjara selama 12 tahun, kemudian
setelah menjalani 7 (tujuh) tahun penjara A dilepaskan
secara bersyarat, apakah pelepasan bersyarat tersebut
benar menurut hukum ?
Tidak benar karena meskipun A telah menjalani 7 (tujuh)
tahun penjara tetapi A belum menjalani dua pertiga dari
masa pidananya yakni minimal sudah menjalani 8 (delapan)
tahun.
44. Dokumen apakah yang dipegang oleh orang yang
dilakukan pelepasan bersyarat ?
Orang yang mendapat pelepasan bersyarat diberi surat pas
yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhinya. Jika
hal-hal yang tersebut dalam ayat di atas dijalankan, maka
orang itu diberi surat pas baru.
45. Dalam hal-hal apakah pelepasan bersyarat dapat dicabut ?
Jika orang yang diberi pelepasan bersyarat selama masa
percobaan melakukan hal-hal yang melanggar syarat-syarat
tersebut dalam surat pasnya (Pasal15b ayat 1 KUHP) .
Pidana Kurungan
46. Jenis pidana pokok yang Ketiga adalah pidana kurungan,
bagaimana bentuk dari pidana kurungan tersebut ?
Pidana kurungan dalambentuk pengekangan kemerdekaan
dalam jangka waktu tertentu.
47. Berapa batasan lamanya dari pidana kurungan selama
waktu tertentu ?
Pidana kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama
satu tahun.
Jika ada pidana yan g disebabkan karena perbar engan
72 Guse Prayudl, SH
atau pengulangan atau karena ketentuan pasal52, pidana
kurungan dapat ditambah menjadi satu tahun empat bulan.
Dengan demikian pidana kurungan tidak boleh lebih dari
satu tahun empat bulan. (Pasal18 KUHP).
48. Bagaimanakah pencantuman lamanya pidana kurungan
dalam putusan ?
Lamanya pidana pidana kurungan dalam putusan
dinyatakan dengan hari, minggu, bulan, dan tahun; tidak
boleh dengan pecahan (Pasal27 KUHP).
[adi apabila pidana kumngan selama 35 hari, maka dalam
putusan tidak disebutkan selama 35 hari tetapi disebutkan
dalam bentuk 1 bulan dan 5 hari.
49. Apakah ada perbedaan perlakuan antara orang yang
dipidana penjara dengan yang dipidana kurungan ?
Pada pokoknya orang yang dijatuhi pidana kurungan wajib
menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sesuai
dengan aturan-aturan tetapi ia diserahi pekerjaan yang lebih
ringan daripada orang yang dijatuhi pidana penjara (Pasal
19 KUHP).
50. Dimanakahpidanakurunganharus dijalani oleh Terpidana?
Pidana kurungan hams dijalani dalam daerah dimana si
terpidana berdiam ketika putusan Hakim dijalankan, atau
jika tidak punya tempat kediaman, di dalamdaerah dimana
ia berada, kecuali kalau Menteri Kehakiman atas
permintaannya terpidana membolehkan menjalani
pidananya di daerah lain (Pasal21 KUHP).
51. Apakah orang yang dijatuhi pidana kurungan dibenarkan
memakai fasilitas pribadi pada waktu menjalankan
pidananya tersebut?
Hak tersebut secara yuridis di atur yakni dalam Pasal23
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 73
KUHP, dimana dinyatakan orang yang dijatuhi pidana
kurungan, dengan biaya sendiri boleh sekedar meringankan
nasibnya menurut aturan-aturan yang akan ditetapkan
dengan undang-undang.
Hak tersebut dinamakan dengan hak pistole.
52. Apakah dibenarkan orang yang dijatuhi pidana penjara
atau kurungan dipekerjakan ?
Orang yang dijatuhi pidana penjara atau pidana kurungan
boleh diwajibkan bekerja di dalam atau di Iuar tembok
tempat orang-orang terpidana (PasaI 24 KUHP) . Dengan
demikian dalam praktek jika terdapat narapidana yang
dipekerjakan di dalamdan di Iuar Lapas adalah dibenarkan
oIehhukum.
53. Apakah ada narapidana yang tidak diperbolehkan bekerja
di Iuar Lapas ?
Narapidana yang tidak boleh diserahi pekerjaan di Iuar
tembok tempat tersebut ialah :
1. Orang-orang yang dijatuhi pidana penjara
seumur hidup.
2. Para wanita.
3. Orang-orang yang menurut pemeriksaan dokter
tidak boleh menjalankan pekerjaan demikian.
(PasaI25 KUHP) .
4. Jikalau mengingat keadaan diri terpidana atau
masyarakat, Hakirn menirnbang ada alasan, maka
dalamputusan ditentukan bahwa terpidana tidak
boleh diwajibkan bekerja di Iuar tembok tempat
orang-orang terpidana (PasaI26 KUHP).
54. Dengan demikian apakah yangmenjadi perbedaan antara
pidana penjara dan pidana kurungan ?
Dilihat dari lama maksimaI pidananya.
74 Guse Prayudi, SH
Dilihat dari cara pelaksanaan pidananya.
55. Bagaimanakah untuk menentukan batas waktu dari
pidana penjara atau pidana kurungan yang dapat
dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana ?
Untuk menentukan batas waktu pidana yang bisa
dijatuhkan dapat dilihat dari rumusan pasal yang dilanggar
oleh pelaku tersbut.
Dalam hal ini KUHP membuat rumusan acaman pidana
dengan sistempidana maksimal, contohnya pencurian (Pasal
362 KUHP) diancamdengan pidana penjara pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah, Pembunuhan (Pasal 338 KUHP),
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun
56. Apakah sistem rumusan ancaman pidana dalam KUHP
yakni sistem maksimal dianut oleh seluruh aturan pidana
di Indonesia ?
Sistem dalam KUHP tersebut pada dasarnya dianut
oleh aturan hukum pidana Indonesia akan tetapi ada
pengecualinnya yakni dengan diatumya mengenai batas
minimal pidana yang dapat dijatuhkan, hal ini dianut
misalnya dalam UU No. 31 Tahun 1999jo. UU No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberatasan tindak pidana korupsi dan UU
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
57. Sebutkan contoh dari rumusan pasal yang menganut sistem
ancaman pidana minimal?
Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tindak pidana korupsi menyatakan
"Setiap orang yang secara melawan hukummelakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yangdapat merugikan keuangan negara
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 75
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)".
- Pasal 81 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak menyatakan "Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
palingsingkai 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan palingsedikit
Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)".
Pidana Denda
58. Jenis pidana pokok yang keempat adaIah pidana denda,
bagaimana bentuk pidana denda tersebut ?
Pidana denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh lima
sen (Pasal30 ayat 1 KUHP) .
59. Bagaimanakah untuk menentukan jumIah maksimaI
pidana denda yang dapat dijatuhkan ?
Hal tersebut dapat dilihat dari aturan pasal yang
didakwakan, contohnya pelaku tindak pidana pencemaran
nama baik (Pasa1310 KUHP) dapat dijatuhi pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dengan demikian KUHP memberikan aturan pemberian
denda dalam bentuk maksimal.
60. Apakah ada aturan di Iuar KUHP yang memberikan aturan
76 Guse Prayudi, SH
pidana denda dalam bentuk minimal ?
Ada misalnya dalam :
- Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tindak pidana korupsi menyatakan
"denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)".
Pasal 81 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak menyatakan denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan palingsedikit
Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)".
61. Apakah akibat hukumnya apabila terpidana tidak
membayar pidana denda tersebut?
Jika pidana denda tidak dibayar, maka diganti dengan
pidana kurungan (Pasal30 angka 2 KUHP) dan hal tersebut
dinamakan dengan pidana kurungan pengganti.
62. Berapa batasan lamanya dari pidana kurungan pengganti
selama waktu tertentu ?
Lamanya pidana kurungan pengganti paling sedikit satu
hari dan paling lama enam bulan (Pasal30 ayat 3 KUHP) .
Jika ada pemberatan pidana denda disebabkan karena
perbarengan atau pengulangan, atau karena ketentuan Pasal
52, maka pidana kurungan pengganti paling lama delapan
bulan (Pasal30 ayat 5 KUHP)
Dengan demikian pidana kurungan pengganti sekali-kali
tidak boleh lebih dari delapan bulan (Pasal30 ayat 6 KUHP).
63. Bagaimanakah cara menghitung lamanya pidana kurungan
pengganti apabila pidana denda tidak dibayar ?
Dalam putusan Hakim, lamanya pidana kurungan
pengganti ditetapkan demikian;
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 77
jika pidana dendanya tujuh rupiah lima puluh dua
sen atau kurungan, di hitung satu hari;
- jika lebih dari lima rupiah lima puluh sen, tiap-tiap tujuh
rupiah lima puluh sen di hitung paling banyak satu hari
demikian pula sisanya yang tidak cukup tujuh rupiah
lima puluh sen (Pasal30 ayat 4 KUHP).
64. Bagaimanakah teknis pelaksanaan dari pembayaran denda
dengan pelaksanaan pidana kurungan pengganti ?
Terpidana dapat menjalani pidana kurungan pengganti
tanpa menunggu batas waktu pembayaran denda dan ia
selalu berwenang membebaskan dirinya dari pidana
kurungan pengganti dengan membayar dendanya (Pasal31
ayat 1 dan 2 KUHP).
65. Apabila terdakwa hanya membayar sebagian pidana
dendanya, apakah terdakwa tetap hams menjalani pidana
kurungan pengganti ?
Menurut Pasal31 ayat 3 KUHP, Pembayaran sebagian dari
pidana denda, baik sebelum maupun sesudah mulai
menjalani pidana kurungan yang seimbang dengan bagian
yang dibayamya.
Dengan demikian lamanya kurungan pengganti dihitung
dari jumlah denda yang tidak dibayar tersebut.
66. Pada saat apakah pidana penjara dan pidana kurungan
mulai berlaku ?
Pidana penjara dan pidana kurungan mulai berlaku bagi
terpidana yang sudah di dalam tahanan sementara, pada
hari ketika putusan Hakimmenjadi tetap, dan bagi terpidana
lainnya pada hari ketika putusan Hakim mulai dijalankan
(Pasal32 ayat 1 KUHP).
67. Apabila seseorang pada saat yang sama melakukan
78 Guse Prayudi, SH
beberapa tindak pidana dan kemudian dijatuhi pidana
penjara dan kurungan sekaligus, bagaimanakah cara
menjalani kedua pidana tersebut ?
Jika dalam putusan Hakim dijatuhkan pidana penjara dan
pidana kurungan atas beberapa perbuatan pidana, dan
kemudian putusan itu bagi kedua pidana tadi menjadi tetap
pada waktu yang sama, sedangkan terpidana sudah ada
dalam tahanan sementara karena kedua atau salah satu
perbuatan pidana itu, maka pidana penjara mulai berlaku
pada saat ketika putusan Hakim menjadi tetap, dan pidana
kurungan mulai berlaku setelah pidana penjara habis (Pasa
32 ayat 2 KUHP).
Dengan demikian yang dijalani terlebih dahulu adalah
pidana penjara, kalau lamanya pidana penjara telah selesai
barn pidana kurungan yang dijalankan.
68. Apakah lamanya pidana penjara dan pidana kurungan
dapat dikurangi dengan lamanya terdakwa ditahan ?
Hakimdalamputusannya boleh menentukan bahwa waktu
terdakwa ada dalam tahanan sementara sebelum putusan
menjadi tetap, seluruhnya atau sebagian di potong dari
pidana penjara selama waktu tertentu dari pidana kurungan
atau dari pidana denda yang dijatuhkan kepadanya (Pasal
33 ayat 1 KUHP).
Ketentuan tersebut sesuai dengan Pasal22 ayat (4) KUHAP
yang menyatakan masa penangkapan dan atau penahanan
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
69. Apakah pengurangan pidana dengan masa penahanan
yang telah dijalani oleh Terdakwa mutlak hams dilakukan
Hakim?
Pengurangan tersebut tidak wajib, hal ini sesuai dengan
yurisprudensi yakni Putusan Mahkamah Agung tgl. 13-
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 79
12-1960 No. 48 K/Kr/1960 yang menyatakan Pasal32 dan
33 K.D.H.P. tidak mewajibkan, tetapi hanya mewenangkan
Pengadilan yang menjatuhkan hukuman penjara kepada
Terdakwa yang ditahan sementara untuk mengurangkan
waktu tahanan sementara itu dari hukuman.
70. Bagaimana cara menghitung lama pidana penjara atau
kurungan yang hams dijalani oleh Terpidana yang pada
saat menjalani pidana tersebut melarikan diri ?
[ika terpidana selama menjalani pidana melarikan diri,
maka waktu selama di luar tempat menjalani pidana tidak
dihitung sebagai waktu menjalani pidana (Pasal34 KUHP) .
71. Siapakah yang menanggung biaya untuk pelaksanaan
pidana penjara dan pidana kurungan ?
Segala biaya untuk pidana penjara dan pidana kurungan
dipikul oleh negara (Pasal42 KUHP).
72. Diserahkan kepada siapakah uanghasil dari pidana denda ?
Segala pendapatan dari pidana denda dan perampasan
menjadi milik negara (Pasal42 KUHP) .
73. Bagaimanakah untuk menentukan batas waktu dari pidana
penjara atau pidana kurungan yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku tindak pidana ?
Untuk menentukan batas waktu pemidanaan dapat dilihat
dari rumusan pasal yang dilanggar oleh pelaku tersebut.
Pidana Tutupan
74. Pada KUHP terjemahan BPHN disebutkan pidana tutupan,
bagaimana bentuk pidana tersebut?
Berdasarkan VU No. 20 Tahun 1946, pidana tutupan adalah
pidana yang dapat dijatuhkan kepada orang yang melakukan
80
Guse Prayudi, SH
kejahatan yang dianeam dengan hukuman penjara karena
terdorong oleh maksud yang patut dihormati.
Pidana tutupan disediakanbagi para politisi yang melakukan
kejahatan oleh ideolog yang dianutnya.
75. Bagaimana penerapan dalam praktek tentang penjatuhan
pidana tutupan ?
Dalampraktek peradilan dewasa ini tidak pemah ketentuan
tentang pidana tututan diterapkan, sehingga belumpernah
ada terdakwa yang dijatuhi pidana tutupan.
D. Pidana Tambahan
76. Seperti tersebut di atas, jenis pidana adalah pidana pokok
dan pidana tambahan, dimana jenis pidana tambahanyang
pertama adalah pencabutan hak-hak tertentu, hak-hak
apakah yang dapat di cabut menurut KUHP ?
Hak-hak terpidana yang dengan putusan Hakim dapat
dieabut, adalah :
1. hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan
yang tertentu.
2. hak memasuki Angkatan Bersenjata.
3. hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang
diadakan berdasarkan aturan-aturan umum.
4. hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas
penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali
pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas
orang yang bukan anak sendiri.
5. hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan
perwalian atau pengampuan atas anak sendiri.
6. hak menjalankan mata penearian tertentu. (Pasal 35
ayat 1 KUHP).
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 81
77. Apakah Hakim dapat menjatuhkan putusan untuk
memeeat seorang pejabat apabila pejabat tersebut
melakukan suatu tindak pidana ?
Hakim tidak berwenang memecat seorang pejabat dari
jabatannya, jika dalam aturan - aturan khusus di tentukan
penguasa lain untuk pemecatan itu (Pasa135 ayat 2 KUHP).
78. Dalam hal apakah hak memegang jabatan memegang
jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu dan hak
memasuki Angkatan Bersenjata, dapat di eabut? .
Hak tersebut dapat dicabut dalam hal pelaku melakukan
kejahatanjabatan atau kejahatan yang melanggar kewajiban
khusus sesuatu jabatan, atau karena memakai kekuasaan,
kesempatan atau sarana yang diberikan pada terpidana
karena jabatannya (Pasal36 KUHP).
79. Dalamhal apakah Kekuasaan bapak, kekuasaan wali, wali
pengawas, pengampu, dan pengampu pengawas, baik atas
anak sendiri maupun atas orang lain, dapat dieabut ?
Hak tersebut dapat dicabut dalam hal :
- Orang tua atau wali yang dengan sengaja melakukan
kejahatan bersama-sama dengan anak yang belum
dewasa yang ada di bawah kekuasaannya
- Orang tua atau wali terhadap anak yang belum dewasa
yang ada di bawah kekuasaannya, melakukan kejahatan
terhadap Asal-Usul dan Perkawinan, Kejahatan
Terhadap Kesusilaan, Meninggalkan Orang yang Perlu
Ditolong, Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang,
Kejahatan Terhadap Nyawa, Penganiayaan (Pasal 37
ayat 1 KUHP).
80. Apakah seorang bapak yang bersama-sama dengan
anaknya mabuk di tempat umum dan menggangu
ketertiban umum, jika perkaranya diadili apakah bapak
82 Guse Prayudi, SH
tersebut dapat dieabut kekuasaan bapaknya terhadap
anak tersebut ?
Hak Bapak tersebut tidak dapat dicabut karena yang dapat
dicabut adalah dalam hal tindak pidana kejahatan
sedangkan dalam kasus di atas tindak pidananya hanya
berbentuk pelanggaran.
81. Apakah yang menjadi batasan dari peneabutan kekuasaan
orangtua?
Pencabutan tidak boleh dilakukan oleh Hakim pidana
terhadap orang-orang yang baginya diterapkan Undang-
undang hukum perdata tentang pencabutan kekuasaan
orang tua, kekuasaan wali dan kekuasaan pengampun (Pasal
37 ayat 2 KUHP).
82. Apakah peneabutan hak tersebut dibatasi jangka waktu
dalam pengertian dieabut selamanya atau dieabut dalam
jangka waktu tertentu ?
- Dalam hal pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup, lamanya pencabutan seumur hidup.
- Dalam hal pidana penjara untuk waktu tertentu atau
pidana kurungan, lamanya pencabutan paling sedikit
dua tahun dan paling banyak lima tahun lebih lama dari
pidana pokoknya.
- Dalam hal pidana denda, lamanya pencabutan paling
sedikit dua tahun dan paling banyak lima tahun.
(Pasal38 ayat 1 KUHP).
83. Pada saat kapan peneabutan hak tersebut mulai berlaku ?
Pencabutan hak mulai berlaku pada hari putusan Hakim
dapat dijalankan (Pasal38 ayat 2 KUHP).
84. Jenis pidana tambahan yang kedua adalah perampasan
barang-barang tertentu, dalam hal apakah barang-barang
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 83
tersebut dapat dirampas ?
Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari
kejahatan atau yang sengaja dipergunakan untuk
melakukan kejahatan (Pasal 39 ayat 1 KUHP).
[adi barang yang dapat dirampas adalah :
Barang yang digunakan untuk melakukan
kejahatan
Barang dari hasil kejahatan.
85. Apakahyangmenjadi ketentuan khusus dari pidana berupa
perampasan barang-barang tersebut?
- Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak
dilakukan dengan sengaja atau karena pelanggaran,
dapatjuga dijatuhkan putusan perampasanberdasarkan
hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang.
- Perampasan dapat dilakukan terhadap orang yang
bersalah yang diserahkan kepada pemerintah, tetapi
hanya atas barang-barang yang telah disita.
(Pasal39 ayat 2 dan 3 KUHP).
- [ika seorang di bawah umur enam belas tahun
mempunyai, memasukkan atau mengangkut barang-
barang denga melanggar aturan-aturan mengenai
pengawasan pelayaran di bagian-bagian Indonesia
yang tertentu, atau aturan-aturan mengenai larangan
memasukkan, mengeluarkan, dan meneruskan
pengangkutan barang-barang, maka Hakim dapat
menjatuhkan pidana perampasan atas barang-barang
itu, juga dalam hal yang bersalah diserahkan kembali
kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya
tanpa pidana apapun (Pasal40 KUHP).
86. Apabila terjadi kasus terpidana tidak menyerahkan barang-
barang yang oleh putusan pengadilan hams dirampas,
84 Guse Prayudi, SH
bagaimana akibat hukumnya ?
Apabila barang-barang itu tidak diserahkan, atau harganya
menurut taksiran dalamputusan pengadilan tidak di bayar,
maka diganti dengan pidana kurungan (Pasal 41 ayat 1
KUHP) .
87. Bagaimanakah teknis dari pidana kurungan karena tidak
meyerahkan barang yang diputuskan untuk dirampas ?
- Pidana kurungan pengganti ini paling sedikit satu hari
dan paling lama enam bulan.
- Lamanya pidana kurungan pengganti ini dalamputusan
Hakim ditentukan sebagai berikut: tujuh rupiah lima
puluh sen atau kurang di hitung satu hari; jika lebih dari
tujuh rupiah lima puluh sen, tiap-tiap tujuh rupiah lima
puluh sen dihitung paling banyak satu hari, demikian
pula sisanya yang tidak cukup tujuh rupiah lima puluh
sen.
- [ika barang-barang yang dirampas diserahkan, pidana
kurungan pengganti ini juga di hapus.
(Pasal42 anga 2,3,5 KUHP).
88. Jenis pidana tambahan yang ketiga adalah pengumuman
putusan Hakim, bagaimanakah bentuk pidana tersebut ?
Apabila Hakim memerintahkan supaya putusan
diumumkan, maka ia harus menetapkan pula bagaimana
cara melaksanakan perintah itu atas biaya terpidana (Pasal
43 KUHP).
89. Apakah yang menjadi tujuan dari pidana tambahan
pengumuman putusan Hakim?
Kalau melihat jenis tindak pidana yang dapat dijatuhi
pidana tambahan pengumuman putusan Hakim, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan pidana tambahan ini
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 85
ialah agar masyarakat waspada terhadap kejahatan-
kejahatan seperti penggelapan, perbuatan curang, karena
kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, merugikan
yang berpiutang atau berhak, menjual barang yang
membahayakan nyawaatau kesehatan orang.
90. Bagaimana dalam praktek penerapan pidana berupa
pengumuman putusan Hakim?
Dalam praktek jarang sekali penjatuhan pidana tersebut,
bahkansebaliknya media masa sering memuat berita tentang
putusanHakimtentangpemidanaanterhadap pelaku tindak
pidana.
91. Dengan demikian, apa perbedaan dan persamaan antara
pidana pengumuman putusan Hakim dan pemberitaan di
mediamasa?
Dalampidana pengumuman putusan Hakim, biaya dibayar
oleh terpidana, sedang dalammedia masa tidak dibebankan
kepada terpidana.
Persamaannya yakni sama-sama merugikan nama baik
terpidana.
92. Apakah terpidana mati atau terpidana penjara seumur
hidup dapat dijatuhkan pidana tambahan ?
Dapat dijatuhkan pidana tambahan tetapi hanya dalam
bentuk pencabutan hak-hak tertentu, dan pengumuman
putusan Hakim (Pasal 67 KUHP), pidana tambahan dalam
bentuk lainnya tidak dapat dijatuhkan.
E. Hal-hal yang menghapuskan Pidana.
93. Apakah seseorang yang telah terbukti melakukan suatu
tindak pidana mutlak harus dijatuhi pidana ?
86 Guse Prayudi, SH
Seperti tersebut di atas syarat penjatuhan pidana adalah
selain pelaku terbukti melakukan tindak pidana (tidak ada
alasan pembenar) juga harus disertai pelaku memiliki
kesalahan (alasan pemaaf).
Dengan demikian pidana menjadi hapus apabila ada hal-
hal yang menghapuskan pidana (ada alasan pembenar atau
alasan pemaaf).
94. Dengan demikian, hal-hal apa sajakah yang dapat
menghapuskan pidana ?
- Apabila pelaku tindak pidana tersebut jiwanya cacat
dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit
(Pasal44 KUHP).
- Apabila melakukan tindak pidana karena pengaruh
daya paksa (Pasal48 KUHP).
- Apabila melakukan tindak pidana karena melakukan
pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda
sendiri maupun orang lain (Pasal49 ayat 1 KUHP).
Apabila melakukan pembelaan terpaksa yang
melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau
ancaman serangan itu (Pasal49 ayat 2 KUHP).
- Apabila melakukan perbuatan untuk melaksanakan
ketentuan Undang-undang (Pasal50 KUHP).
- Apabila melakukan perbuatan untuk melaksanakan
perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang
berwenang (Pasal51 ayat 1 KUHP).
- Apabila dengan itikad baik melakukan perbuatan untuk
melakukan perintah jabatan yang tidak sah (Pasal 51
ayat 2 KUHP).
- Apabila pelakunya masih anak di bawah umur (Pas al
45 KUHP).
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 87
95. Secara teoritis, alasan penghapus pidana tersebut
dikelompokan dalam berapa bentuk ?
Dalam dua bentuk yakni sebagai alasan pemaaf dan alasan
. pembenar.
96. Apakah yang dinamakan dengan alasan pemaaf ?
Alasan pemaaf yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan
terdakwa. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap
bersifat melawan hukum jadi tetap merupakan tindak
pidana, tetapi dia tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.
Alasan pemaaf yang terdapat dalam KUHP ialah Pasal 44
. (tidak mampu bertanggung jawab), Pasal51 ayat 2 (dengan
itikad baik melaksanakan perintah jabatan yang tidak
sah), dan Pasal 48 (daya paksa) yang ada kemungkinan
merupakan alasan pembenar dan dapat pula merupakan
alasan pemaaf.
97. Apakah yang dinamakan dengan alasan pembenar ?
Alasan pembenar yaitu alasan yang menghilangkan sifat
melawan hukumnya perbuatan. Perbuatan yang dilakukan
tidak bersifat melawan hukum sehingga bukan merupakan
tindak pidana.
Dimana menurut Putusan Mahkamah Agung tgl. 1-3-1958
No. 263 K/Kr/1957, Kekhilafan terdakwa mengenai sifat
melawan hukum dari pada perbuat-annya tidaklah
menghilangkan pertanggungan jawab kepidanaannya.
Alasan pembenar dalamKUHP adalah Pasa149 (pembelaan
terpaksa), Pasa150 (menjalankan perintah undang-undang) .
98. Hal pertama yang dapat menghapuskan pidana adalah
apabila pelaku tindak pidana tersebut jiwanya cacat dalam
pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, jelaskan
mengenai hal tersebut?
88 Guse Prayudi, SH
Hal tersebut di atur dalam Pasal 44 ayat (1) KUHP yang
menyatakan "Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak
dapat dipertanggungkan kepadanya karena jiwanya cacat
dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana".
Pasal44 ayat (1) KUHP ini termasuk alasan pemaaf, jadi
perbuatan orang tersebut terkualifikasi sebagai tindak
pidana tetapi orangnya tidak dapat dipidana karena
dianggap tidak memiliki kesalahan.
99. Dari Pasal 44 KUHP ternyata yang tidak dapat dipidana
adalah orangyang "jiwanya cacat dalampertumbuhan atau
terganggu karena penyakit", jelaskan mengenai hal ini ?
Jiwanya cacat dalampertumbuhannya contohnya gila, idiot,
imbiciel, jadi merupakan cacat biologis.
Keadaan jiwa yang terganggu karena penyakit ada pada
mereka yang disebut psycnose, misalnya kleptomania
(penyakit mengambil barang orang lain), pyromanie
(penyakit suka melakukan pembakaran tanpa -alasan),
claustrophobia (ketakukan di ruang yang sempit).
lOO.Sebutkan contoh kasus mereka yang tidak mampu
bertanggung jawab melakukan tindak pidana ?
Contohnya orang gila membunuh, penderita claustrophobia
memecah-memecah kaca jendela, maka perbuatannya
tersebut tetap dikatakan sebagai tindak pidana, tetapi
mereka tidak dapat dipidana (dimaafkan).
lOl.Dengan demikian, tindakan apa yang bisa diterapkan
kepada orang yang tidak mampu bertangung jawab
tersebut yang terbukti melakukan tindak pidana ?
Hakim (Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan
Pengadilan Negeri) dapat memerintahkan supaya orang itu
dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 89
sebagai waktu percobaan (Pasal44 ayat 2 dan 3 KUHP).
l02.Apakah mutlak orang yang tidak mampu bertanggung
jawab ketika melakukan tindak pidana tidak dapat
dijatuhi pidana ?
Tidak semua orang yang tidak mampu bertanggung jawab
tersebut ketika melakukan tindak pidana tidak dikenakan
pidana (hapus pidanannya), ini terjadi dalam hal "tidak
mampu bertanggungjawabsebagian", contoh kasus seorang
kleptomania melakukan pemalsuan surat atau yang punya
penyakit claustrophobia melakukan perkosaan, dalamhal ini
orang tersebut dapat dipidana.
l03.Apakah orang mabuk karena minuman keras jika
melakukan tindak pidana termasuk orang yang tidak
mampu bertanggung jawab ?
- Apabila mabuknya merupakan disengaja sebelum
melakukan tindak pidana maka orang tersebut
dipidana.
- Apabila mabuknya tidak atas kehendak sendiri,
misalnya dicekoki oleh oranglain sehingga mabuk berat,
jika dia kemudian memecahkan kaca, dia tidak dipidana
karena dianggap dalam keadaan tidak mampu
bertanggung jawab.
l04.Hal kedua yang dapat menghapuskan pidana adalah
melakukan tindak pidana karena pengaruh daya paksa,
jelaskan mengenai hal tersebut?
DalamPasal48 KUHP dinyatakan "Barangsiapa melakukan
perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana".
Pasal 48 KUHP ini dalam praktek masih menimbulkan
perdebatan apakah termasuk alasan pembenar atau alasan
pemaaf.
90
Guse Prayudi, SH
lOS.Apakah yang menjadi bentuk secara umum dari daya
paksa tersebut?
- Daya paksa yang absolut, dapat disebabkan oleh
kekuatan manusia atau alam, dalam hal ini paksaan
tersebut sama sekali tidak dapat ditahan.
Contoh : tangan A dipegang oleh B dan dipukulkan
pada kaca sehingga kaca pecah, maka A tidak dapat
dikatakan telah melakukan perusakan benda.
Daya paksa yang relatif, paksaan tersebut sebenamya
dapat ditahan tetapi dari orang yang di dalam paksaan
tersebut tidak dapat diharapkan bahwa ia akan
mengadakan perlawanan.
Contoh : A kasir bank diancam B dengan pistol agar
menyerahkan uang yang disimpannya kepada B. A
Sebenamya dapat menolak keinginan B tetapi apabila
A tetap menyerahkan uang tersebut karena nyawanya
terancam, hal tersebut dinamakan dengan daya paksa.
l06.Daya paksa dalam bentuk apakah yang dianut oleh pasal
48 KUHP?
Daya paksa yang relatif, hal ini temyata dalam MvT bahwa
daya paksa sebagai setiap kekuatan, setiap paksaan atau
tekanan yang tidak dapat ditahan. Yang dimaksud dengan
paksaan disini bukan paksaan yang mutlak, kalimat "tidak
dapat ditahan" menunjukan bahwa menurut aka! sehat tidak
dapat diharapkan dari si pembuat untuk mengadakan
perlawanan.
l07.Dalam daya paksa dikenal pula istilah keadaan darurat,
jelaskan mengenai hal tersebut ?
KUHP sebenamya tidak mengenal adanya keadaan darurat.
Tetapi keadaan darurat (noodtoestand) hidup dalam
yurisprudensi, yakni :
SElUK BElUK HUKUM PIDANA 91
- Putusan Mahkamah Agung tgl. 2 0 ~ 9 - 1 9 6 7 No. 30 K/
Kr/1967, Bahwa tentang keadaan darurat
(noodtoestand) pada umumnya dapat disimpulkan
bahwa fa adalah keadaan yang merupakan salah satu
bentuk dari pada "overmacht" yang umumnya didapati
dalam salah satu bentuk kejadian seperti berikut :
1. Dalam hal adanya pertentangan antara dua
kepentingan hukum (bij bot-sing van wee
rechtsbelangen).
2. Dalam hal adanya pertentangan antara
kepentingan hukum dan kewajiban hukum (bij
botsingvan eenrechtsbelang eneenrechtsplicht).
3. Dalam hal adanya pertentangan antara dua
kewajiban hukum (bij botsing van twee
rechtsplichten).
- Putusan Mahkamah Agung tgl. 27-7-1969 No. 117 K/
Kr/1968, dimana yang dikatakan dengan dalam
keadaan darurat (noodtoestand) harus dilihat adanya:
1. Pertentangan antara dua kepentingan hukum.
2. Pertentangan antara kepentingan hukum dan
kewajiban.
3. Pertentangan antara dua kewajiban hukum.
l08.Jelaskan contoh kasus dari 3 (tiga) bentuk "dalamkeadaan
darurat" tersebut ?
- Pertentangan antara dua kepentingan hukum.
Misalnya ada dua orang terapung di laut dalam satu
papan, karena papan tersebut keeil dan tidak bisa
digunakan untuk dua orang maka seorang diantaranya
mendorong temannya sehingga temannya mati dan dia
hidup (eerita dari CICERO).
- Pertentangan antara kepentingan hukumdan kewajiban
hukum. Misalnya orang yang sedang menghadapi
92 Guse Prayudi, SH
bahaya kebakaran rumahnya lalu masuk atau
melewati rumah orang lain tanpa izin guna
menyelamatkan barang-barangnya.
- Pertentangan antara dua kewajiban hukum. Apabila
seseorang dipanggil menjadi saksi di dua tempat pada
saat yang bersamaan.
l09.Sebutkan dalam yurisprudensi hal yang tidak termasuk
sebagai daya paksa ?
Dalam Putusan Mahkamah Agung tgl. 30-5-1961 No. 121
K/Kr/1960, dinyatakan keberatan yang diajukan oleh
penuntut kasasi : - bahwa pelanggaran itu (mengangkut
penumpanglebih dari maximum) dikarenakan terpaksa dan
terdorong oleh rasa pribadinya yakni ia setelah mengangkut
penumpang maximum yang terdiri dan orang-orang biasa
la membolehkan seorang anggota tentara naik, tentara mana
toch tentara negerinya yang ia kenal bertugas di daerah itu
dan tentara itu juga tidak dipungut bayaran.
Tidak dapat dibenarkan karena keberatan tersebut bukanlah
dorongan yang bersandar pada "rasa pribadi penuntut
kasasi" dan merupakan "paksaan" termaksud dalam pasal
48 K.U.H.P. sehingga perbuatan penuntut kasasi tetap
merupakan tindak pidana.
llO.Hal ketiga yang dapat menghapuskan pidana adalah
apabila melakukan tindak pidana karena melakukan
pembelaan terpaksa, jelaskan mengenai hal tersebut?
Dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP dinyatakan "Barangsiapa
melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri
maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta
benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau
ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang
melawan hukum, tidak dipidana".
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 93
Pasal49 ayat (1) KUHP ini termasuk alasan pembenar, jadi
apabila pelaku melakukan perbuatan maka perbuatan
tersebut dibenarkan dan dianggap bukan sebagai tindak
pidana.
l11.Apakah pengertian dari pembelaan terpaksa itu sendiri
menurut hukum ?
Dalampembelaan terpaksa ada dua hal pokok yakni adanya
serangan dan adanya pembelaan yang perlu diadakan
terhadap serangan itu.
112.Dengan demikian apakah setiap orang apabila terkena
serangan kejahatan dapat main hakim sendiri ?
Hal tersebut tidak dibenarkan, karena dalam pembelaan
terpaksa ada syarat-syaratnya, yakni:
- Dalam serangan, tidak semua serangan dapat diadakan
pembelaan, hanya serangan yang seketika, yang
langsung mengancam, melawan hukum dan sengaja
ditujukan pada badan, peri kesopanan dan harta benda.
Dalam pembelaannya, harus dipenuhi syarat,
pembelaan hams dan perlu diadakan, pembelaan hams
menyangkut kepentingan badan, perikesopanan dan
harta benda.
113.Bagaimanakah bentuk dari serangan yang seketika ?
Serangan itu berarti sedang berlangsung dan juga
bahaya serangannya. Misalnya pembunuh dengan pisau
menghunus menyerbu korbannya.
114.Sebutkan contoh kasus yang tidak termasuk pembelaan
terpaksa?
Misalnya A menembak B tetapi tidak kena dan A tidak
menunjukkan akan menembak lagi, tapi Blalu membalas,
maka perbuatan Btersebut bukanlah pembelaan terpaksa
94 Guse Prayudi, SH
karena disini serangan A telah selesai.
Dalam Putusan Mahkamah Agung tgL 9-2-1959No. 193 K/
Kr/1958, Perbuatan penuntut kasasi menembak mati si
korban tidak dapat dianggap sebagai dilakukan demi
pembelaan termaksud dalam pasal 49 K.U.H.P. karena
menurut Mahkamah Agung tidak ada keseimbangan antara
serangan yang dilakukan oleh si korban dengan perbuatan
penuntut kasasi.
115.Apakah terhadap serangan yang tidak melawan hukum
-dapat timbul pembelaan terpaksa ?
Tidak diperbolehkan, contohnya bila tersangka ketika akan
ditangkap polisi kemudian lari, danpolisi melepaskan anjing
polisi untuk menangkapnya, kemudian tersangka memukul
mati anjing tersebut, maka disini tidak ada pembelaan
terpaksa.
116.Hal keempat yang dapat menghapuskan pidana adalah
apabila melakukan tindak pidana karena pembelaan
terpaksa yang melampaui batas, j elaskan mengenai hal
tersebut?
Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung
disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena
serangan atau ancaman seranganitu (Pasal49 ayat 2 KUHP) .
[adi syaratnya adalah :
- Kelampauan batas pembelaan yang diperlukan.
- Pembelaan yang dilakukan sebagai akibat langsung dari
kegoncangan jiwa yang hebat.
- Kegoncangan jiwa yang hebat itu disebabkan karena
adanya serangan tersebut.
117.Apakah orang yang melakukan pembelaan terpaksa yang
melampaui batas dapat dipidana ?
Tidak dipidana, syarat mutlak tidak dapat dipidananya
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 95
perbuatan tersebut adalah pembelaan terpaksa yang
melampaui batas tersebut disebabkan oleh kegoncanganjiwa
yanghebat.
Pasal49 ayat (2) KUHP dan merupakan alasan pemaaf,
dimana perbuatannya tersebut tetap merupakan tindak
pidana tetapi pelakunya hapus kesalahannya (dapat
dimaafkan).
llB.Hal kelima yang dapat menghapuskan pidana adalah
melakuan tindak pidana karena melaksanakan ketentuan
undang-undang, jelaskan mengenai hal tersebut?
DalamPasal50 KUHP, dinyatakan "Barangsiapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang,
tidak dipidana".
Alasanini menjadi alasan pembenar, yakni perbuatan pelaku
tersebut dibenarkan sehingga bukan merupakan tindak
pidana lagi.
119.Sebutkan contoh kasus orang melakukan tindak pidana
karena perintah Undang-undang ?
Misalnya Polisi yang melaksanakan tugas sebagai regu
tembak untuk menembak mati seorang terpidana mati, Polisi
itu tidak bisa diajukan melakukan pembuhunan atau
pembunuhan berencana.
120.Apakah batasannya dari perintah Undang-undang
sehingga perintahnya tersebut menghapuskan dapat
dipidananya pembuatnya ?
Batasannya keseimbangan antara tujuan yang hendak
dicapai dengan cara pelaksanaannya.
Misalnya Polisi yang menembak mati seorang pengendara
sepeda motor yang tidak memakai helm karena tidak mau
berhenti atas tanda peluitnya, tidak dapat berlindung di
bawah Pasal50 KUHP ini.
96 Guse Prayudi, SH
121.Apakah orang yang melakukanpembunuhan untuk
memenuhi hukum adat termasuk sebagai melakukan
perintah Undang-undang ?
Pembunuhan yang dilakukan untuk memenuhi hukumadat
tidak merupakan hal yang membebaskan seperti yang
dimaksud dalam pasal50 K.U.H.P (Putusan Mahkamah
Agung tgl. 3-11-1971 No. 20 K/Kr/1970).
122.Hal keenam yang dapat menghapuskan pidana adalah
melakukan tindak pidana karena melaksanakan perintah
jabatan yang sah, jelaskan mengenai hal tersebut?
Dalam Pasal 51 ayat (1) KUHP dinyatakan "Barangsiapa
melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintahjabatan
yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak
dipidana".
Alasan ini merupakan alasan pembenar sehingga perbuatan
pembuat dibenarkan dan bukan merupakan tindak pidana
lagi.
123.Sebutkancontoh dari melaksanakan perintah jabatan yang
sah?
Seorang Polisi yang melakukan penangkapan (perampasan
kemerdekaan) terhadap tersangka kejahatan atas perintah
atasannya.
124.Sebutkan contoh kasus yang tidak termasuk sebagai
melaksanakan perintah jabatan yang sah ?
- DalamPutusan Mahkamah Agung tgl. 7-7-1964No. 166
K/Kr/1963, Suatu perintah dari Ketua Pengadilan
Negeri kepada Panitera mengenai hal yang terletak di
luar lingkungan pekerjaannya sebagai panitera,
bukanlah perintah yang dimaksudkan dalam pasal 51
K.U.H.P. dan bagaimanapun juga penuntut kasasi
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 97
sebagai Panitera adalah satu-satunya yang
bertanggung jawab atas penggunaan uang kas
Pengadilan Negeri tersebut.
- DalamPutusanMahkamahAgungtgl. 9-2-1960No. 181
K/Kr/1959, Perintah dari pimpinan R.M.5. kepada
terdakwa tidak merupakan suatu perintah jabatan yang
dimaksudkan oleh pasa151 K.U.H.P. karena perintah
menurut pasal ini harus diberikan oleh pembesar yang
berwenang untuk itu.
125.Hal ketujuh yang dapat menghapuskan pidana adalah
melakukan tindak pidana karena melakukan perintah
jabatan yang tidak sah dengan itikad baik?
Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan
hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah, dengan
itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam
lingkungan pekerjaannya (Pasa151 ayat 2 KUHP) .
Alasan ini merupakan alasan pemaaf, perbuatannya
merupakan tindak pidana tetapi pelakunya tidak memiliki
kesalahan (dimaafkan).
126.Dengan demikian apakah yang menjadi syarat tidak dapat
dipidananya orang yang melaksanan perintah jabatan
yang tidak sah tersebut?
[ika pelaku mengira dengan itikad baik bahwa perintah itu
sah.
Perintah itu terletak dalam lingkungan wewenang dari
orang yang diperintah.
127.Sebutkan contoh kasus seseorang yang melaksanakan
perintah jabatan yang tidak sah tetapi perbuatannya
tersebut tetap dipidana ?
- Misalnya seorang Kepala Polisi yang memerintahkan
98 Guse Prayudi, SH
anak buahnya untuk memukul tahanan, andaikata
bawahannya tersebut mengira perintah itu sah maka ia
tetap dapat dipidana karena memukul tahanan tidak
termasuk wewenang dari seorang Polisi.
- Dalam Putusan Mahkamah Agung tgL 27-1-1971No. 63
K/Kr/1970, Keberatan yang diajukan penuntut kasasi :
- bahwa penuntut kasasi tidak merasa bersalah karena
sebagai anggota Hansip fa hanya melakukan perintah
dari Pamong Desa; Tidak dapat dibenarkan karena
perbuatan penganiayaan tidak tercakup dalam
"perintah atasan".
Dan keberatan yang diajukan penuntut kasasi: - bahwa
sebagai Kamituwo ia berwenang memerintahkan untuk
menjaga keamanan desa; Tidak dapat diterima karena
wewenang dan tanggung jawab Kamituwo tidaklah
meliputi kewenangan melakukan perbuatan-perbuatan
penganiayaan.
128.Hal kedelapan yang dapat menghapuskan pidana adalah
apabila pelaku tindak pidana adalah anak di bawah umur,
jelaskan mengenai hal tersebut?
Dalam hal pelaku tindak pidana adalah orang yang belum
dewasa (sebelum umur enam belas tahun), Hakim dapat
menentukan: memerintahkan supaya yang bersalah
dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau
pemeliharaanya, tanpa pidana apa pun; atau memerintahkan
supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa
pidana apa pun (Pasal45 KUHP).
129.Apakah syarat dad orang yang belum dewasa tersebut
tidak dikenakan pidana ?
[ika orang yang belum dewasa tersebut melakuan
kejahatan atau salah satu pelanggaran pasal-pasal 489,
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 99
490, 492, 496, 497, 503 - 505, 514, 517 - 519, 526, 531, 532,
536, dan 540 KUHP dan belum lewat dua tahun sejak
dinyatakan bersalah karena melakukan kejahatan atau
salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan putusannya
telah menjadi tetap (Pasal 45 KUHP).
130.Apakah Hakim dapat pula menjatuhkan pidana terhdap
pelaku tindak pidana yang belum berumur 16 tahun ?
Hakimdapatmenjatuhkanpidana kepada anaktersebut karena
dalam rumusan Pasal 45 KUHP Hakim juga diperbolehkan
untuk menjatuhkan pidana kepada pelaku tersebut.
Hal ini ternyata dalam yuisprudensi yakni Putusan
Mahkamah Agung tgl. 25-2-1958 No. 324 K/Kr/1957,
Menurut pasal 45 K.U.H.P. Hakim dapat menjatuhkan
hukuman kepada anak yang belumberumur 16 tahun yang
melakukan suatu tindak pidana.
131.Dari uraian di atas dijelaskan tentang hal-hal yang
menghapuskan pidana yang diatur dalamUndang-undang
(KUHP), apakah selain yang diatur dalam KUHP tersebut
terdapat alasan penghapus pidana lainnya ?
Di luar undang-undangpun terdapat alasan penghapus
pidana misalnya :
- Hak dari orang tua, guru untuk menertibkan anak-anak
atau anak didiknya.
- Hak yang timbul dari pekerjaan seorang dokter,
apoteker, bidan.
- Ijin atau persetujuan dari orang yang dirugikan kepada
orang lain mengenai suatu perbuatan yang dapat
dipidana apabila dilakukan tanpa ijin atau persetujuan.
- Mewakili urusan orang lain.
- Tidak adanya unsur sifat melawan hukumyang materiil.
- Tidak ada kesalahan sama sekali.
100 Guse Prayudi, SH
F. Hal-hal yang mengurangi Pidana
132.Selain hal-hal yang menghapuskan pidana, apakah ada
hal-hal yang dapat mengurangi pidana ? .
Ada, yakni pidana tersebut dapat dikurangi dalam hal:
pelaku tindak pidana tersebut adalah anak yang
belum dewasa.
percobaan melakukan tindak pidana.
membantu melakukan tindak pidana.
133.Hal pertama yang dapat mengurangi pidana adalah jika
pelakunya adalah anak yang belum dewasa, bagaimana
pengaturannya ?
Jika Hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana
pokok terhadap tindak pidananya dikurangi sepertiga, dan
jika perbuatan itu merupakan kejahatan yang diancam
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup,
maka dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun (Pasal47 ayat 1 dan 2 KUHP).
134.Selain dapat dikurangi pidana pokoknya, apakah terhadap
anak pelaku tindak pidana ada hal yang khusus mengenai
penjatuhan pidana tambahannya?
Pidana tambahan dalam pasal 10 butir b, nomor 1
(pencabutan hak-hak tertentu) dan 3 (pengumuman putusan
Hakim), tidak dapat diterapkan.
135.Hal kedua yang dapat mengurangi pidana adalah dalam
percobaan melakukan tindak pidana, bagaimanakah
konstruksi yuridis dari percobaan atau mencoba melakukan
tindak pidana ?
Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika mat untuk
itu telah temyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan
tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 101
disebabkan karena kehendaknya sendiri (Pasal 53 ayat 1
KUHP).
136.Bagaimanakah sistempenjatuhan pidana terhadap pelaku
percobaan tindak pidana ?
Dalam hal pidana pokok :
[ika pelaku mencoba melakukan tindak pidana
kejahatan maka pidana pokoknya dikurangi
sepertiganya.
Jika kejahatan tersebut diancam dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup,
dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
Dalam hal pidana tambahan : Pidana tambahan bagi
percobaan sama dengan kejahatan selesai.
137.Seperti tersebut di atas, pelaku percobaan kejahatan
ancaman pidananya dikurangi sepertiganya, bagaimana
halnya bagi pelaku percobaan melakukan pelanggaran ?
Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana (Pasal 54
KUHP).
138.Hal ketiga yang dapat mengurangi pidana adalah bagi
pembantu sebelum dan pada saat kejahatan terjadi,
bagaimana aturannya ?
Dalam hal pidana pokok :
- Maksimumpidana pokok terhadap kejahatan, dikurangi
sepertiga.
- Jika diancam dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
Dalamha! pidana tambahanbagi pembantuan sama dengan
kejahatannya sendiri. (Pasal57 ayat 1 sid 3 KUHP).
102 Guse Prayudi, SH
139.Bagaimanakah dasar penentuan pidana bagi pembantu
pelaku tindak pidana ?
Dalam menentukan pidana bagi pembantu, yang
diperhitungkan hanya perbuatan yang sengaja dipermudah
atau diperlancar olehnya, beserta akibat-akibatnya (Pasa157
ayat 4 KUHP).
140.Seperti tersebut di atas, pidana bagi pembantu kejahatan
adalah dikurangi sepertiganya, bagaimana dengan orang
yang membantu melakukan pelanggaran ?
Menurut Pasa160 KUHP orang yang membantu melakukan
pelangaran tidak dipidana.
G. Hal-hal yang memberatkan Pidana
141.Apakah hal-hal yang dapat memberatkan penjatuhan
pidana menurut KUHP ?
- Dalam hal yang diatur Pasa152 KUHP.
- Dalam hal yang diatur Pasal 52 a KUHP.
- Dalam hal terjadinya perbarengan tindak pidana.
- Dalam hal terjadinya Recidive.
142.Hal pertama yang dapat memberatkan pidana adalah jika
terpenuhinya Pasal 52 KUHP, apakah isi ketentuan pasal
tersebut?
Pemberatan pidana dilakukan bilamana seorang pejabat
karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu
melakukan perbuatan pidana memakai kekuasaan,
kesempatan atau sarana yang diberikan kepadanya karena
jabatannya, pidananya dapat ditambah sepertiga (Pasal 52
KUHP) . .
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 103
143.Hal kedua yang dapat memberatkan pidana adalah jika
terpenuhinya Pasal52 a KUHP, apakah isi ketentuan pasal
tersebut?
Pemberatan pidana dilakukan bilamana pada waktu
melakukan kejahatan digunakan bendera kebangsaan
Republik Indonesia, pidana untuk kejahatan tersebut
ditambah sepertiga (Pasa152a KUHP).
144.Hal ketiga yang dapat memberatkan pidana dalam hal
terjadi perbarengan tindak pidana, apakah pengertian dari
perbarengan itu sendiri ?
Apabila pelaku tindak pidana pada saat yang sama
melakukan beberapa tindak pidana lainnya baik yang sejenis
maupun tidak sejenis.
145.Bagaimanakah bentuk perbarengan tindak pidana
menurut hukum ?
- Pelaku melakukan perbuatan yang masuk dalam lebih
dari satu aturan pidana (perbarengan aturan).
Pelaku melakukan perbuatan berlanjut.
- Pelaku melakukan beberapa perbuatan yang berdiri
sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan
(perbarengan perbuatan).
146.Jelaskan pengertian dari "perbarengan aturan"?
Perbarengan disini artinya pelaku melakukan suatu
perbuatan, dimana perbuatan tersebut masuk dalam lebih
dari satu aturan pidana.
Contohnya, melakukan perkosaan di tempat umum,
perbuatan tersebut melanggar pasal 285 KUHP (tentang
perkosaan) dan juga melanggar Pasal281 KUHP (tentang
melanggar kesusilaan di muka umum).
147.Bagaimanakah sistem penjatuhan pidana dalam hal
104 Guse Prayudl, SH
terjadinya "perbarengan aturan" ?
Pidana yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-
aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat
ancaman pidana pokok yang paling berat.
Dan jika suatu perbuatan masuk dalamsuatu aturan pidana
yang umum, diatur pula dalamaturan pidana yang khusus,
maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan. (Pasal 63
KUHP).
Contohnya, jika orang melakukan perkosaan di muka
umum, melanggar Pasal 285 KUHP (ancaman pidananya
12 tahun penjara) dan melanggar Pasal281 KUHP (ancaman
pidananya 2 tahun 8 bulan). Maka maksimumpidana yang
dapat dijatuhkan adalah 12 tahun penjara.
148.Jelaskan pengertian dari "perbuatan berlanjut" ?
Dikatakan ada perbuatan berlanjut apabila ada seseorang
melakukan beberapa perbuatan, perbuatan tersebutmasing-
masing merupakan kejahatan atau pelanggaran dan antara
perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa
sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut,
dimana menurut Memorie van Toelichting "ada hubungan
sedemikian rupa" kriterianya adalah :
1. Harus ada satu keputusan kehendak.
2. Masing-masing perbuatan harus sejenis.
3. Tenggang waktu antara perbuatan-perbuatan itu
tidak terlampau lama.
149.Sebutkan contoh dari "perbuatan berlanjut"?
1. Contoh dari Mr. H. M Tirtaamidjaja :
A hendak berzina dengan seorang perempuan B
yang telah bersuami, A melaksanakan maksudnya
itu denganbeberapakali berzina denganperempuan
itu dalam selang waktu yang tidak terlalu lama.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 105
A menguasai kas N. V tempat ia bekerja,
memutuskan untuk mengambil untuk dirinya
sendiri sebagian dari kas itu. Untuk melaksanakan
maksud itu, ia mengambil beberapa kali dalam
interval waktu yang tak lama suatu jumlah tertentu.
2. Contoh dari Mr. J. M van Bemmelen :
Seseorang mencuri suatu tumpukan batu, akan
tetapi tidak sanggup mengangkut batu itu sekali
jalan. Jadi, ia terpaksa beberapa kali mondar mandir
dengan gerobaknya untuk mengangkut batu itu
semuanya.
150.Sebutkan contoh dari perbuatan yang tidak terkualifikasi
sebagai "perbuatan berlanjut" ?
Penghinaan-penghinaan ringan yang dilakukan terhadap 5
orang pada hari-hari yang berlainan tidak mungkinberdasar
satu keputusan kehendak (wilsbesluit), maka tidak dapat
dipandang sebagai satu perbuatan dan tidak dapat atas
kesemua perkaranya diberikan satu putusan (Vide Putusan
Mahkamah Agung tgL 5-3-1963 No. 162 K/Kr/1962).
151.Bagaimanakah sistem penjatuhan pidana dalam hal
terjadinya "perbuatan berlanjut" ?
- Hanya diterapkan satu aturan pidana; jika berbeda-
beda, yang diterapkan yang memuat ancaman pidana
pokok yang paling berat.
Akan tetapi, jika orang yang melakukan kejahatan-
kejahatan tersebut dalam pasal- pasal 364 (pencurian
ringan),373 (penggelapanringan), 379 (penipuanringan),
dan 407 ayat 1 (perusakan barang ringan), sebagai
perbuatan berlanjut maka ia dikenakan aturan pidana
tersebut dalampasal362 (pencurian), 372 (penggelapan),
378 (penipuan), dan 406 (perusakan barang).
106 Guse Prayudi, SH
[adi apabila pelaku melakukan tindak pidana penipuan
ringan 3 kali berturut-turut dan sebagai perbuatan berlanjut
maka terhadap pelaku tidak dikenakan Pasal 379 KUHP
(ancaman pidananya 3 bulan penjara) tetapi yang digunakan
adalah Pasa1378 KUHP yang ancaman pidananya adalah 4
tahun penjara. (Pasa164 KUHP).
152.Jelaskan pengertian dari "perbarengan perbuatan"?
Ada seseorang melakukan beberapa perbuatan, dimana
masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu
tindak pidana (kejahatan/ pelanggaran) jadi tidak perlu
sejenis atau berhubungan satu sama lain.
153.Bagaimanakah sistem penjatuhan pidana dalam hal
terjadinya "perbarengan perbuatan" ?
- Dalamhal perbarengan beberapa perbuatan kejahatan,
yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, maka
dijatuhkan maksimum pidana yang terberat ditambah
sepertiga (Pasa165 KUHP).
Dalam hal perbarengan beberapa kejahatan, yang
diancamdengan pidana pokok yang tidak sejenis, maka
dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan, tetapi
jumlahnya tidak boleh melebihi maksimumpidana yang
terberat ditambah sepertiga (Pasa166 KUHP) .
154.Bagaimana penjatuhan pidana tambahan dalam hal
terjadinya "perbarengan perbuatan" yang diatur dalam
Pasal 65 dan 66 KUHP ?
1. pidana-pidana pencabutan hak yang sama dijadikan
satu, yang lamanya paling sediki t dua tahun dan paling
banyak lima tahun melebihi pidana pokok atau pidana-
pidana pokok yang dijatuhkan. Jika pidana pokok hanya
pidana denda saja, maka lamanya pencabutan hak
paling sedikit dua tahun dan paling lama lima tahun;
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 107
2. pidana-pidana pencabutan hak yang berlainan
dijatuhkan sendiri-sendiri tanpa dikurangi;
3. pidana-pidana perampasan barang-barang tertentu,
begitu pula halnya dengan pidana kurungan pengganti
karena barang-barang tidak diserahkan, dijatuhkan
sendiri-sendiri tanpa dikurangi.
4. pidana kurungan-kurungan pengganti jumlahnya tidak
boleh melebihi delapan bulan. (Pasa168 KUHP).
lSS.Bagaimana sistem penjatuhan pidana bila terjadi
perbarengan perbuatan kejahatan dan pelanggaran,
maupun perbarengan pelanggaran dengan pelanggaran ?
Jika ada perbarengan baik perbarengan pelanggaran dengan
kejahatan, maupun pelanggaran dengan pelanggaran, maka
untuk tiap-tiap pelanggaran dijatuhkan pidana sendiri-
sendiri tanpa dikurangi (Pasal 70 ayat 1 KUHP).
- PutusanMahkamah Agung tgl.l1-1-1960 No. 26 K/Kr/
1958, Dalam hal gabungan tindak pidana mengenai
beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh seorang
terdakwa dan diadili sekaligus, menurut pasal 70
K.D.-HP. untuk tiap pelanggaranharus diberihukuman
tersendiri.
- Putusan Mahkamah Agung tgl. 29-S-1962 No. 178 K/
Kr/1962. Dalam hal ada gabungan pelanggaran dan
kejahatan maka untuk tiap pelanggaran dijatuhkan
hukuman dengan tidak dikurangi.
Mengenai pelanggaran, jumlahlamanya pidana kurungan dan
pidana kurungan pengganti paling banyak satu tahun empat
bulan, sedangkanjumlahlamanya pidana kurunganpengganti,
paling banyak delapan bulan (Pasal 70 ayat 2 KUHP).
lS6.Hal keempat yang dapat memberatkan pidana adalah
dalam hal terjadi Recidive, jelaskan mengenai hal ini ?
108 Guse Prayudi, SH
Recidive adalah pengulangan tindak pidana terjadi dalam
hal seseorang melakukan suatu tindak pidana dan telah
dijatuhi pidana dengan suatu putusan Hakim yang telah
berkekuatan hukum tetap, kemudian melakukan suatu
tindak pidana lagi.
157.Bagaimana aturan tentangRecidive tersebut dalam KUHP?
Recidive tidak diatur secara umum dalam aturan umum
(buku I KUHP), tetapi diatur secara khusus untuk
sekelompok tindak pidana tertentu baik yang berupa
kejahatan di dalam Buku II maupun yang berupa
pelanggaran di dalam buku III dan dibuat dalam tenggang
waktu pengulangan tertentu.
Dengan demikian menurut KUHP, Recidive sebagai
pemberatan pidana hanya dikenakan pada pengulangan
jenis-jenis tindak pidana (kejahatan/ pelanggaran) tertentu
saja dan yang dilakukan dalam tenggang waktu tertentu.
158.Jelaskan mengenai bentuk Recedive kejahatan menurut
KUHP?
Dibedakan dalam dua bentuk yakni:
- Recedive terhadap kejahatan-kejahatan tertentu yang
sejenis, yang tersebut dalam 11 pasal yakni dalam 137
ayat 2, 144 ayat 2, 155 ayat 2, 157 ayat 2, 161 ayat 2, 163
ayat 2, 208 ayat 2, 216 ayat 3, 321 ayat 2, 393 ayat 2 dan
303 bis 2 KUHP.
Pada pokoknya, apabila pelaku tindak pidana pasal
tersebut setelah dipidana kemudian ia melakukan lagi
tindak pidana sejenis tersebut terkualifikasi sebagai
recedive.
Recedive terhadap kejahatan-kejahatan tertentu dalam
kelompok jenis, diatur dalam Pasal 486, 487 dan 488
KUHP.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 109
159.Jelaskan mengenai bentuk recedive pelanggaran menurut
KUHP?
Ada 14 (empat belas) jenis pelanggaran yang apabila
diulangi dapat merupakan alasan untuk adanya pemberatan
pidana yakni pelanggaran terhadap Pasa1489, 492, 495, 501,
512, 516, 517, 530, 536, 540, 541, 544, 545, 549 KUHP.
H. Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana.
160.Dalamhal apakah kewenangan menuntut pidana menjadi
hapus?
- Jika pelakunya sudah diputus dengan putusan Hakim
yang tetap (Pasa176 KUHP).
- Jika tersangka/ terdakwa meninggal dunia (Pasal 77
KUHP).
- Jika telah daluarsa (Pasal 78 KUHP).
- Jika telah dibayamya pidana denda (Pasa182 KUHP).
161.Hal pertama yang menghapuskan penuntutan pidana
adalah dalam Pasal 76 KUHP, jelaskan mengenai hal
tersebut?
Asasnya orang tidak boleh dituntut dua kali karena
perbuatan yang oleh Hakim telah diadili dengan putusan
yang menjadi tetap (Pasa176 KUHP) (asas nebis in idem).
Dengan demikian penuntutankedua atas perkara yang sama
yang telah diputus menjadi hapus, dan orang tidak boleh
dituntut dua kali dalam perkara yang sama.
Misalnya A pada tanggal 1 [anuari 2007 melakukan
pencurian mobil B dan atas perbuatannya A dihukum
dengan pidana penjara selama 1 tahun, dan perkara
pencurian tanggall Januari 2007tersebut tidak bisa diajukan
kembali, sehingga penuntutan pidana kedua kalinya
terhadap A menjadi hapus.
110 Guse Prayudi, SH
162.Hal kedua yang menghapuskan penuntutan pidana
adalah dalam Pasal 77 KUHP, jelaskan mengenai hal
tersebut?
Jika tersangka atau terdakwa meninggal dunia, maka
penuntutan pidana terhadapnya menjadi hapus.
Misalnya A tersangka pencurian, ketika di Kepolisian A
meninggal, maka penyidika perkaranya dihentikan.
163.Bagaimana yurisprudensi tentang perkara yang
terdakwanya meninggal dunia ?
- Dalam Putusan Mahkamah Agung tgL 30 - 9 -1975 No.
18 K/Kr/1975 dinyatakan karena ternyata tertuduh/
penuntut kasasi telah meninggal dunia, oleh Mahkamah
Agung diputuskan Menyatakan gugur hak tuntutan
hukumterhadap perbuatan-perbuatanyang dituduhkan
penuntut kasasi.
- Dalam Putusan Mahkamah Agung tgL 19-11-1974 No.
29 K/Kr/1974 dinyatakan karena hak untuk menuntut
hukuman gugur, permohonan kasasi yang diajukan oleh
[aksa yang tertuduhnya meninggal dunia, harus
dinyatakan tidak dapat diterima.
164.Hal ketiga yang menghapuskan penuntutan pidana adalah
dalam Pasal78 KUHP, jelaskan mengenai hal tersebut?
Bahwa penuntutan pidana menjadi hapus apabila tindak
pidana tersebut telah daluarsa.
[adi suatu tindak pidana yang telah dilakukan terikat
dengan jangka waktu tertentu untuk tetap dinyatakan
sebagai tindak pidana. Dalam pengertian dalam jangka
waktu tertentu tindak pidana tersebut menjadi terhapus dan
dikategorikan bukan sebagai tindak pidana lagi.
165.Jelaskan jangka waktu tertentu dari tindak pidana untuk
disebut sebagai tindak pidana yang telah daluarsa ?
SELUK BELUK HUKUM PIDANA
1. mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang
dilakukan dengan percetakan sesudah satu tahun;
2. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana
denda, pidana kurungan, atau pidana penjarapaling
lama tiga tahun, sesudah enam tahun;
3. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara lebih dari tiga tahun, sesudah dua belas tahun;
4. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup, sesudah delapan
belas tahun. (Pasal 78 KUHP).
166.Mulai kapan tenggang waktu daluarsa tersebut dihitung?
Tenggang daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah
perbuatan dilakukan, kecuali dalam hal-hal berikut:
1. mengenai pemalsuan atau perusakan mata uang,
tenggang mulai berlaku pada hari sesudahbarang
yang dipalsu atau mata uang yang dirusak
digunakan:
2. mengenai kejahatan dalam pasal-pasaI328, 329,
330, dan 333, tenggang dimulai pada hari sesudah
orang yang langsung terkena oleh kejahatan
dibebaskan atau meninggal dunia;
3. mengenai pelanggaran dalam pasal 556 sampai
dengan pasal 558a, tenggang dimulai pada hari
sesudah daftar-daftar yang memuat pelanggaran-
pelanggaran itu, menurut aturan-aturan umum
yang menentukan bahwa register-register catatan
sipil harus dipindah ke kantor panitera suatu
pengadilan, dipindah ke kantor tersebut. (Pasal
79 KUHP).
167.Apakah daluarsa tersebut berlaku untuk semua orang, baik
itu yang sudah dewasa maupun yang belum dewasa ?
112 Guse Prayudi, SH
Menurut Pasal 78 ayat (5) KUHP, dinyatakan bahwa bagi
orang yang pada saat melakukan perbuatan umumya belum
delapan belas tahun, masing-masing tenggang daluwarsa
di atas dikurangi menjadi sepertiga.
168.Apabila ada kasus : A pada tanggaI 1 Januari 1990
meIakukan perkosaan terhadap B, kemudian A meIarikan
diri ke Iuar negeri dan barn kembali ke Indonesia pada
tahun 2007, apakah A bisa diajukan ke pengadilan atas
perbuatannya yang dilakukan pada tahun 1990 tersebut ?
Tindak pidana perkosaan diatur dalam Pasal 285 KUHP
yang ancaman pidananya adalah 12 (dua belas tahun),
dimana menurut PasaI 78 ayat 3 KUHP, daluarsa tindak
pidana yang ancaman pidananya lebih dari 3 tahun adalah
12 tahun.
Dengan demikian tindak pidana perkosaan yang dilakukan
A daluarsanya adalah tahun 2002, dengan demikian pada
tahun 2007 perbuatan A bukan lagi tindak pidana karena
telah daluarsa.
169.Bagaimana jika A meIakukan pembuhunan berencana
pada tahun 1992, kemudian AmeIarikan diri ke Iuar negeri
dan barn kembali ke Indonesia pada tahun 2007, apakah
A bisa diajukan ke pengadilan atas perbuatannya yang
dilakukan pada tahun 1992tersebut?
Tindak pidana pembunuhan berencana diatur dalam PasaI
340 KUHP yang ancaman pidananya adalah pidana mati,
dimana menurut Pasal 78 ayat 4 KUHP, daluarsa tindak
pidana yang ancaman pidananya pidana mati adalah 18
tahun.
Dengan demikian tindak pidana pembuhuhan berencana
yang dilakukan A daluarsanya adalah tahun 2020, dengan
demikian pada tahun 2007perbuatan Abelumdaluarsa dan
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 113
masih merupakan tindak pidana sehingga perkaranya
masih bisa diajukan ke pengadilan.
170.Hal keempat yang menghapuskan penuntutan pidana
adalah dalam Pasal 82 KUHP, jelaskan mengenai hal
tersebut?
Kewenangan menuntut pelanggaran yang diancamdengan
pidana denda saja menjadi hapus, kalau dengan suka rela
dibayar maksimum denda dan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan
Jika di samping pidana denda ditentukan perampasan, maka
barang yang dikenai perampasan harus diserahkan pula,
atau harganya harus dibayar menurut taksiran pejabat.
171.Apakah perdamaian antara korban dan pelaku dapat
menjadi alasan untuk menghapus penuntutan pidana ?
Perdamaian tidak dapat menghapus penuntutan pidana, hal
ini temyata dalamyurisprudensi yakni Putusan Mahkamah
Agung tgl. 20-9-1972 No. 97 K/Kr/1971, yang menyatakan
Keberatan yang dajukan penuntut kasasi bahwa Pengadilan
Tinggi tidak mempertimbangkan bahwa penuntut kasasi
dengan saksi telah mengadakan perdamaian dengan jalan
mengganti kerugian saksi, dan setelah perdamaian saksi
tidak lagi menuntut penuntut kasasi; Tidak dapat diterima,
karena perdamaian tidak dapat menghapuskan penuntutan
atas suatu perkara dan delik ini bukan delik aduan sehingga
pengaduan dari saksi tidak diperlukan.
I. Hapusnya Kewenangan Menjalankan Pidana.
172.Dalam hal apakah kewenangan untuk menjalankan
pidana menjadi hapus ?
- Jika terpidana meninggal dunia (Pasal 83 KUHP).
114 Guse Prayudi, SH
- Karena daluarsa (Pasal 84 KUHP).
173.Hal pertama yang menghapus kewenangan menjalankan
pidana adalah jika terpidana meninggal dunia, jelaskan
mengenai hal tersebut?
Hal ini sudah sangat jelas, Pasal 83 KUHP menyatakan
kewenangan menjalankan pidana hapus jika terpidana
meninggal dunia.
174.Hal kedua yang menghapus kewenangan menjalankan
pidana adalah jika pidana tersebut daluarsa, jelaskan
mengenai hal tersebut ?
Kewenangan menjalankan pidana hapus jika pidana tersebut
telah daluarsa, dimana tenggang daluwarsa :
semua pelanggaran lamanya dua tahun,
kejahatan yang dilakukan dengan sarana
percetakan lamanya lima tahun,
kejahatan-kejahatan lainnya lamanya sama
dengan tenggang daluwarsa bagi penuntutan
pidana, ditambah sepertiga (Pasal84 KUHP).
175.Mulai kapan tenggang waktu daluarsa tersebut dihitung?
Tenggang daluwarsa mulai berlaku pada esak harinya
setelah putusan Hakimdapat dijalankan (Pasal 85 ayat 1
KUHP).
176.Jika terpidana sewaktu menjalankan pidana tersebut lari
dari LAPAS, bagaimana cara menghitung daluarsa
menjalankan pidananya tersebut ?
Maka pada esok harinya setelah melarikan diri itu mulai
berlaku tenggang daluwarsa barn (Pasal85 ayat 2 KUHP)
danbegitu pula jika suatu pelepasan bersyarat dicabut, maka
pada esok harinya setelah pencabutan, mulai berlaku
tenggang daluwarsa barn.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 115
177.Apakah terhadap pidana mati juga dikenal daluarsa
dalam menjalankan pidananya tersebut ?
Dalam Pasal 84 ayat (4) KUHP tegas dinyatakan
Wewenang menjalankan pidana mati tidak daluwarsa.
[adi misalkan terpidana mati tersebut melarikan diri maka
pidana mati terhadapanya tidak akan hapus karena
daluarsa.
116
Guse Prayudi, SH
BABV
JENIS PELANGGARAN DALAM
KUHP
1. Apa sebabnya tindak pidana yang terrnasuk pelanggaran
disebut dengan wetsdelict?
Karena pada umumnya orang baru mengetahui pelanggaran
adalah tindak pidana setelah perbuatannya tersebut
dirumuskan dalam Undang-undang (wetsdelict).
Dengan demikian, rasionya banyak orang yang tidak
mengetahui bentuk-bentuk dari pelanggaran baik dalam
KUHP maupun di luar KUHP.
2. Sebutkan salah satu contoh jenis pelanggaran dimana
banyak orang tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut
adalah tindak pidana ?
Dewasa ini banyak pihak dalam media masa terutama
televisi menawarkan jasa untuk mengadakan ramalan,
padahal menurut Pasal545 KUHP pekerjaan tersebut adalah
tindak pidana.
Pasal 545 KUHP menyatakan :
1. Barangsiapa menjadikan sebagai pencariannya
untuk menyatakan peruntungan seseorang, untuk
mengadakan peramalan atau penafsiran impian,
diancam dengan pidana kurungan paling lama
enam hari atau pidana denda paling banyak tiga
ratus rupiah.
2. Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat
satu tahun sejak adanya pemidanaan yang
menjadi tetap karena pelanggaran yang sama,
pidananya dapat dilipatduakan.
3. Bagaimana bentuk umum dari pelanggaran menurut
KUHP?
Pelanggaran terdiri dari 9 (sembilan) bab yakni pelanggaran
keamanan umum bagi orang atau barang dan kesehatan,
pelanggaran ketertiban umum, pelanggaran terhadap
penguasa umum, pelanggaran mengenai asal-usul dan
perkawinan, pelanggaran terhadap orang yang memerlukan
pertolongan, pelanggaran kesusilaan, pelanggaran
mengenai tanah, tanaman dan pekarangan, pelanggaran
jabatan dan pelanggaran pelayaran
4. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
keamanan umum bagi orang atau barang dan kesehatan ?
- Kenakalan terhadap orang atau barang (Pasal 489
KUHP) .
Menghasut hewan terhadap orang atau terhadap hewan
yang sedang ditunggangi, atau dipasang di muka kereta,
atau sedang memikul muatan (Pasa1490 ayat 1 KUHP).
Tidak mencegah hewan yang dijaganya sehingga hewan
itu menyerang orang atau hewan yang lagi ditunggangi
atau dipasang di muka kereta, atau sedang memikul .
muatan (Pasa1490 ayat 2 KUHP).
118 Guse Prayudi, SH
- Tidak menjaga secukupnya binatang buas yang ada di
bawah penjagaannya (Pasal490 ayat 3 KUHP).
- Memelihara binatang buas yang berbahaya tanpa
.melaporkan kepada polisi atau pejabat lain yang
ditunjuk (Pasal490 ayat 4 KUHP).
- Yang diwajibkan menjaga orang gila yang berbahaya
bagi dirinya sendiri maupun orang lain, membiarkan
orang itu berkeliaran tanpa dijaga (Pasal 491 ayat 1
KUHP).
- Yang diwajibkan menjaga seorang anak, meninggaikan
anak itu tanpa dijaga sehingga dapat timbul bahaya bagi
anak itu atau orang lain (Pasal491 ayat 1 KUHP).
- Dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu
lintas, atau mengganggu ketertiban, atau mengancam
keamanan orang lain (Pasal492 ayat 1 KUHP).
- Di jalan umum membahayakan kebebasan bergerak
orang lain, atau terus mendesakkan dirinya bersama
dengan seorang atau lebih kepada orang lain yang tidak
menghendaki itu dan sudah tegas dinyatakan, atau
mengikuti orang lain secara mengganggu (Pasal 493
KUHP).
- Tidak mengadakan penerangan secukupnya dan tanda-
tanda pada penggalian atau menumpukkan tanah di
jalan umum (Pasal494 ayat 1 KUHP).
- Tidak mengadakan tindakan seperlunya pada waktu
melakukan suatu pekerjaan di atas atau dipinggir jalan
umumuntuk memberi tanda ada kemungkinan bahaya
(Pasal494 ayat 2 KUHP).
- Menaruh atau menggantungkan sesuatu di atas suatu
bangunan, melempar atau menuangkan ke luar dari
situ hingga dapat merugikan orang yang sedang
menggunakan jalan umum (Pasal494 ayat 3 KUHP).
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 119
120
- Membiarkan di jalan umum, hewan untuk dinaiki atau
hewan muatan tanpa dijaga (Pasa1494 ayat 4 KUHP).
- Membiarkan temak berkeliaran di jalan umum tanpa
dijaga (Pasal494ayat 5 KUHP).
- Tanpa izin menghalangi sesuatau jalanan untuk umum
di darat maupun di air (Pasa1494 ayat 6 KUHP).
- Tanpa izin ditempat yang dilalui orang memasang
ranjau perangkap, jerat, atau perkakas lain untuk
menangkap atau membunuh binatang buas (Pasal 495
ayat 1 KUHP).
- Tanpa izin membakar barang tak bergerak kepunyaan
sendiri (Pasa1496 KUHP).
- Menyalakan api di jalan umum atau di pinggimya,
ataupun di tempat dekat bangunan atau barang, hingga
dapat timbul bahaya kebakaran (Pasa1497 -1 KUHP).
- Melepaskan balon angin di mana digantungkan bahan-
bahan menyala (Pasa1497 ayat 2 KUHP).
- Tanpa izin membikin obat ledak, mata peluru atau
peluru untuk senjata api (Pasa1500 KUHP).
- Menjual, menawarkan, menyerahkan, membagikanatau
mempunyai persediaan untuk dijual atau dibagikan,
barang makanan atau minuman yang dipalsu atau yang
busuk, ataupun air susu dari temak yang sakit atau yang
dapat mengganggu kesehatan (Pasa1501 ayat 1 KUHP).
- Tanpa izin menjual, menawarkan, menyerahkan,
membagikan daging temak yang dipotong karena sakit
atau mati dengan sendirinya (Pasa1501 ayat 1 KUHP) .
- Tanpa izin memburu atau membawa senjata api ke
dalam hutan negara di mana dilarang untuk itu tanpa
izin (Pasa1502 ayat 1 KUHP).
Guse Prayudl, SH
5. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
ketertiban umum ?
- Membikin ingar atau riuh, sehingga ketentraman
malam hari dapat terganggu (Pasal 503 ayat 1 KUHP).
Membikin gaduh di dekat bangunan untuk
menjalankan ibadat atau untuk sidang pengadilan, di
waktu ada ibadat atau sidang (Pasal503 ayat 2 KUHP).
- Mengemis di muka umum (Pasal 504 ayat 1 KUHP)
- Pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih,
yang berumur di atas enambelas tahun (Pasa1504 ayat
2 KUHP)
- Bergelandangan tanpa pencarian (Pasal 505 ayat 1
KUHP).
- Pergelandangan yang dilakukan oleh tiga orang atau
lebih, yang berumur di atas enam belas tahun (Pasal
505 ayat 2 KUHP).
- Menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang
wanita dan menjadikannya sebagai pencarian (Pasal
506)
- Tanpa wenang memakai suatu gelar ningrat; atau
suatu tanda kehormatan Indonesia (Pasal 507 ayat 1
KUHP).
Tanpa izin Presiden, menerima suatu tanda
kehormatan, gelar, pangkat atau derajat asing (Pasal
507 ayat 2 KUHP).
- Ketika ditanya oleh penguasa yang berwenang tentang
namanya, memberi nama yang palsu (Pasal 507 ayat
3 KUHP).
- Tanpa wenang memakai dengan sedikit penyimpangan
suatu nama atau tanda jasa yang pemakaiannya hanya
untuk suatu dinas kesehatan tentara (Pasal 508
KUHP).
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 121
122
- Di muka umum tanpa wenang memakai pakaian yang
menyamai pakaian jabatan yang ditetapkan untuk
pegawai negeri sehingga patut ia dapat dipandang
orang sebagai pegawai atau pejabat itu (Pasal 508 bis
KUHP).
- Tanpa izin meminjamkan uang atau barang dengan
gadai, atau dalam bentuk jual-beli dengan boleh dibeli
kembali ataupun dalam bentuk kontrak komisi, yang
nilainya tidak lebih dari seratus rupiah (Pasal 509
KUHP).
- Tanpa izin mengadakan pesta dan mengadakan arak-
arakan di jalan umum (Pasal Slf ayat (1) ke1 dan ke 2
KUHP) .
- Di waktu ada pesta arak-arakan, tidak menaati
perintah dan petunjuk yang diadakan oleh polisi untuk
mencegah kecelakaan oleh kemacetan lalu lintas di
jalan umum (Pasal 511 KUHP).
Tidak diwenangkan melakukan pencarian,
melakukannya tanpa keharusan (Pasal 512 ayat 1
KUHP) .
Diwenangkan melakukan pencarian, dalam
melakukan pencarian tersebut melampaui batas
kewenangannya (Pasal 512 ayat 2 KUHP).
Sebagai mata pencarian, menjalankan pekerjaan
dokter atau dokter gigi dengan tidak mempunyai surat
izin (Pasal 512a KUHP).
- Menggunakan atau membolehkan digunakan barang
orang lain yang ada padanya karena ada hubungan
kerja atau karena pencariannya, untuk pemakaian
yang tidak diizinkan oleh pemiliknya (Pasal 513
KUHP).
- Pekerja harian, pembawa bungkusan, pesuruh,
Guse Prayudi, SH
pemikul atau kuli, yang dalam menjalankan
pencariannya melakukan kelalaian atau kekurungan
dalam pengembalian perkakas yang diterima untuk
dipakai, atau dalam penyampaian barang yang
diterima untuk diangkut (Pasal 514).
- Pindah kediaman dari bagian kota, desa atau kampung
di mana dia menetap, tanpa memberitahukan
sebelumnya kepada penguasa yang berwenang dengan
menyebut tempat menetap yang baru (Pasal 515 ayat
1 ke-I KUHP).
- Setelah menetap di bagian kota, desa atau kampung,
tidak memberitahukan hal itu kepada penguasa yang
berwenang dalam tenggang waktu empat belas hari
(Pasal 515 ayat 1 ke-1 KUHP).
- Usaha penginapan yang tidak mempunyai register
tamu, atau tidak mencatat atau menyuruh catat nama,
pencarian atau pekerjaan, tempat kediaman, hari
datang dan perginya orang yang bermalamdi situ, atau
atas permintaan kepala polisi atau pejabat yang
ditunjuk untuk itu, tidak memperlihatkan register itu
(Pasal 516 KUHP) .
- Membeli, menukar, menerima untuk ibadah, gadai,
pakai atau simpan dari seorang tentara di bawah
pangkat perwira; atau menjualkan, menggadaikan,
meminjamkan ata.u menyimpankan barang tersebut
untuk seorang tentara di bawah pangkat perwira, yang
diberikan tanpa izin dari atau nama perwira (Pasal
517 ayat 1 ke- 1 KUHP) .
- Pencariannya untuk membeli barang-barang yang
demikian, tidak menaati peraturan mengenai
pencatatan dalam register yang ditentukan dalam
aturan-aturan umum (Pasal 517 ayat 1 ke- 1 KUHP).
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 123
124
- Tanpa wenang memberi pada atau menerima dari
seorang terpidana sesuatu barang (Pasal 518 KUHP) .
- Membikin, menjual, menyiarkan atau mempunyai
persediaan untuk dijual atau disiarkan, ataupun
memasukannya ke Indonesia, barang cetakan,
potongan logam atau benda-benda lain yang
bentuknya menyerupai uang kertas, mata uang, benda-
benda emas atau perak dengan merek negara, atau-
perangko pos (Pasal519 KUHP).
- Mengumumkan isi apa yang ditangkap lewat pesawat
penerima radio yang dipakai olehnya yang sepatutnya
harus diduganya bahwa itu tidak untuk dia atau untuk
diumumkan, maupun memberitahukannya kepada
orang lain, jika sepatutnya harus diduganya bahwa
itu akan diumumkan dan memang lalu disusul dengan
pengumuman (Pasal 519 bis ayat 1 KUHP) .
- Barangsiapa mengumumkan berita yang ditangkap
lewat pesawat penerima radio, jika ia sendiri, maupun
orang dari mana berita itu diterimanya, tidak
berwenang untuk itu (Pasal 519 bis ayat 1 KUHP).
- Yang setelah mendapat pengunduran pembayaran
hutang dengan kehendak sendiri melakukan
perbuatan-perbuatan, untuk mana menurut aturan-
aturan umum, diharuskan adanya kerjasama dengan
penguruas (Pasal 520 ayat 1 KUHP).
Pengurus atau komisaris perseroan, maskapai,
perkumpulan atau yayasan, yang setelah mendapat
pengunduran bayar hutang, dengan kehendak sendiri
melakukan perbuatan-perbuatan untuk mana menurut
aturan-aturan umum, diharuskan adanya kerjasama
dengan pengurus (Pasal 520 ayat 1 KUHP).
Guse Prayudi, SH
6. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
terhadap penguasa umum ?
- Melanggar ketentuan penguasa umum yang telah
diumumkan mengenai pemakaian dan pembagian air
dari perlengkapan air atau bangunan pengairan guna
keperluan umum (Pasal 521 KUHP).
Dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak
datang secara melawan hukum (Pasal 522 KUHP).
Tanpa alasan yang sah membiarkan tidak
dikerjakannya pekerjaan rodi, pekerjaan desa atau
pekerjaan perusahaan kebun negara (Pasal523 KUHP).
Dalam perkara mengenai orang yang belum dewasa,
atau di bawah pengampuan, atau orang yang akan
atau sudah dimasukkan dalam rumah sakit jiwa,
dipanggil untuk didengar selaku keluarga sedarah atau
semenda, selaku suami/istri, wali atau wali pengawas
oleh Hakim, tidak datang sendiri tanpa alasan yang
dapat diterima (Pasal 524 ayat 1 KUHP)
Dalam perkara mengenai orang yang belum dewasa
atau di bawah pengampuan, dipanggil untuk didengar
oleh kantor peninggalan harta, tidak datang sendiri
tanpa alasan yang dapat diterima (Pasal 524 ayat 2
KUHP).
Dalam perkara mengenai orang yang belum dewasa
dipanggil untuk didengar oleh majelis perwalian, tidak .
datang sendiri tanpa alasan yang dapat diterima (Pasal
524 ayat 3 KUHP.
Ketika ada bahaya umum bagi orang atau barang,
atau ketika ada kejahatan tertangkap tangan diminta
pertolongannya oleh penguasa umum tetapi
menolaknya, padahal mampu untuk memberi
pertolongan tersebut tanpa menempatkan diri langsung
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 125
dalam keadaan yang membahayakan (Pasal 525
KUHP).
- Menyobek, membikin tak terbaca atau merusak suatu
pemberitahuan di muka umum dari pihak penguasa
yang wenang (Pasa1526 KUHP).
- Membikin salinan atau petikan dari surat-surat jabatan
negara dan alat-alatnya, yang dengan perintah
penguasa umum harus dirahasiakan (Pasal 528 ayat
(1) ke-I KUHP).
- Mengumumkan seluruh atau sebagaian surat-surat
tersebut dalam butir 1 (Pasa1528 ayat (1) ke-l KUHP).
- Mengumumkan hal-hal yang termakstub dalam surat-
surat tersebut dalam butir 1, padahal sewajamya dapat
diduga bahwa hal-hal itu harus dirahasiakan (Pasal
528 ayat (1) ke-l KUHP) .
7. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
mengenai asal-usul dan perkawinan ?
- Tidak melaporkan pada pejabat Catatan Sipil tentang
kelahiran dan kematian (Pasa1529 KUHP).
Petugas agama yang melakukan upacara perkawinan,
yang hanya dapat dilangsungkan di hadapan pejabat
Catatan Sipil, sebelum dinyatakan padanya bahwa
pelangsungan di muka pejabat itu sudah dilakukan
(Pasal 530 KUHP).
8. Sebutkan secara garis besar jenis pelanggaran terhadap
orang yang memerlukan pertolongan ?
Ketika menyaksikan ada orang yang sedang
menghadapi maut tidak memberi pertolongan yang
dapat diberikan padanya tanpa menimbulkan bahaya
bagi dirinya atau orang lain, diancam, jika kemudian
orang itu meninggal (Pasal 531 KUHP).
126 Guse Prayudi, SH
9. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
kesusilaan ?
Di muka umum menyanyikan lagu-lagu yang
melanggar kesusilaan (Pasal 532 ayat 1 KUHP).
- Di muka umum mengadakan pidato yang melanggar
kesusilaan (Pasal 532 ayat 2 KUHP).
- Di tempat yang terlihat dari jalan umum mengadakan
tulisan atau gambaran yang melanggar kesusilaan (Pasal
532 ayat 3 KUHP).
- Di tempat untuk lalu lintas umum dengan terang-
terangan mempertunjukkan atau menempelkan
tulisan, gambar atau benda, yang mampu
membangkitkan nafsu birahi para remaja (Pasal 533
ayat 1 KUHP).
- Di tempat untuk lalu lintas umum dengan terang-
terangan memperdengarkan isi tulisan yang mampu
membangkitkan nafsu birahi para remaja (Pasal 533
ayat 2 KUHP) .
Secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan suatu tulisan, gambar atau barang yang
dapat merangsang nafsu berahi para remaja maupun
secara terang-terangan atau dengan menyiarkan
tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa di dapat,
tulisan atau gambar yang dapat membangkitkan nafsu
berahi para remaja (Pasal 533 ayat 3 KUHP).
- Menawarkan, memberikan untuk terus atau sementara
waktu, menyerahkan atau memperlihatkan gambar
atau benda yang demikian, pada seorang belum
dewasa dan di bawah umur tujuh belas tahun (Pasal
533 ayat 4 KUHP).
- Memperdengarkan isi tulisan yang demikian di muka
seorang yang belum dewasa dan di bawah umur tujuh
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 127
128
belas tahun (Pasal 533 ayat 5 KUHP).
- Terang dalam keadaan mabuk berada di jalan umum
(Pasal 536 ayat 1 KUHP).
- Di luar kantin tentara menjual atau memberikan
minuman keras arak kepada anggota Angkatan
Bersenjata di bawah pangkat letnan atau kepada
istrinya, anak atau pelayan (Pasal 537 KUHP).
- Penjual atau wakilnya yang menjual minuman
keras
yang dalam menjalankan pekerjaan memberikan atau
menjual minuman keras atau arak kepada seorang
anak di bawah umur enam belas tahun (Pasal 538
KUHP).
- Pada pesta keramaian untuk umum atau pertunjukkan
rakyat atau diselenggarakan arak-arakan untuk
umum, menyediakan secara cuma-cuma minuman
keras atau arak dan atau menjanjikan sebagai hadiah
(Pasal 539 KUHP) .
- Menggunakan hewan untuk pekerjaan yang melebihi
kekuatannya (Pasa1540 ayat (1) ke- 1 KUHP).
- Tanpa perlu menggunakan hewan untuk pekerjaan
dengan cara yang menyakitkan atau yang merupakan
siksaan bagi hewan tersebut (Pasal 540 ayat (1) ke-2
KUHP).
Menggunakan hewan yang pincang atau yang
mempunyai cacat lainnya, yang kudisan, luka-Iuka
atau yang jelas sedang hamil maupun sedang
menyusui untuk pekerjaan yang tidak sesuai atau yang
menyakitkan maupun yang merupakan siksaan bagi
hewan tersebut (Pasa1540 ayat (1) ke- 3 KUHP).
- Mengangkut atau menyuruh mengangkut hewan
tanpa perlu dengan cara yang menyakitkan atau yang
Guse Prayudi, SH
merupakan siksaan bagi hewan tersebut (Pasal 540
ayat (1) ke- 4 KUHP).
- Mengangkut atau menyuruh mengangkut hewan
tanpa diberi atau disuruh beri makan atau minum
(Pasal 540 ayat (1) ke- 5 KUHP).
- Menggunakan sebagai kuda beban, tunggangan atau
kuda penarik kereta padahal kuda tersebut belum
tukar gigi atau kedua gigi dalamnya di rahang atas
belum menganggit kedua gigi dalamnya di rahang
bawah (Pasal540 ayat (1) ke- 4 KUHP).
- Memasangkan pakaian kuda pada kuda tersebut dalam
butir 1 atau mengikat maupun memasang kuda itu
pada kendaraan atau kuda tarikan (Pasa1540 ayat (1)
ke- 4 KUHP).
- Menggunakan sebagai kuda beban, tunggangan atau
penarik kereta seekor kuda induk, dengan membiarkan
anaknya yang belum tumbuh keenam gigi mukanya,
mengikutinya (Pasa1540 ayat (1) ke- 4 KUHP) .
- Tanpa izin mengadakan sabungan ayam atau jangkrik
di jalan umum atau di pinggimya (Pasal 544 ayat 1
KUHP) .
Pencariannya untuk menyatakan peruntungan
seseorang, untuk mengadakan peramalan atau
penafsiran impian (Pasal 545 KUHP).
- Menjual, menawarkan, menyerahkan, membagikan
atau mempunyai persediaan untuk dijual atau
dibagikan jimat-jimat atau benda-benda yang
dikatakan olehnya mempunyai kekuatan gaib (Pasal
546 ayat 1 KUHP)
- Mengajar ilmu-ilmu atau kesaktian-kesaktian yang
bertujuan menimbulkan kepercayaan bahwa
melakukan perbuatan pidana tanpa kemungkinan
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 129
bahaya bagi dui sendiri (Pasa1546 ayat 3 KUHP).
- Seorang saksi, yang ketika diminta untuk memberi
keterangan dalam sidang pengadilan memakai jimat-
jimat atau benda- benda sakti (Pasa1547 KUHP).
10. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
mengenai tanah, tanaman dan pekarangan ?
- Tanpa wenang membiarkan unggas temaknya berjalan
di kebun, di tanah yang sudah ditaburi, ditugali atau
ditanami (Pasal 548 KUHP) .
Tanpa wenang membiarkan temaknya berjalan di
kebun, di padang rumput atau di ladang rumput atau
di padang rumput kering, baik di tanah yang telah
ditaburi, ditugali atau ditanami atau yang hasilnya
belum diambil, ataupun di tanah kepunyaan orang lain
oleh yang berhak dilarang dimasuki dan sudah diberi
tanda larangan yang nyata bagi pelanggar ( Pasal 549
KUHP).
Tanpa wenang berjalan atau berkendaraan di tanah
yang sudah ditaburi, ditugali atau ditanami (Pasal 550
KUHP).
Tanpa wenang, berjalan atau berkendaraan di atas
tanah yang oleh pemiliknya dengan cara jelas dilarang
memasukinya (Pasal 551 KUHP) .
11. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
jabatan?
- Pejabat yang berwenang mengeluarkan salinan atau
petikan putusan pengadilan, jika mengeluarkan
salinan atau petikan demikian itu sebelum putusan
ditandatangani (Pasal 552 KUHP).
- Bekas pejabat yang tanpa izin penguasa yang berwenang
menahan surat-surat jabatan (Pasal 554 KUHP) .
130 Guse Prayudi, SH
- Kepala lembaga pemasyarakatan, tempat menahan
orang tahanan sementara atau orang yang disandera,
atau kepala rumah pendidikan negara atau rumah
sakit jiwa, yang menerima atau menahan orang dalam
tempat itu dengan tidak meminta diperlihatkan
kepadanya lebih dahulu surat perintah penguasa yang
berwenang, atau putusan pengadilan, atau yang alpa
menuliskan menurut aturan dalam daftar hal
penerimaan itu dan perintah atau keputusan yang
menjadi alasan orang itu diterima (Pasa1555 KUHP).
- Pejabat catatan sipil yang sebelum melangsungkan
perkawinan tidak minta diberikan padanya bukti-bukti
atau keterangan-keterangan yang diharuskan (Pasal556
KUHP).
- Pejabat catatan sipil yang bertindak berlawanan
dengan ketentuan aturan- aturan umum mengenai
register atau akta catatan sipil, mengenai tata cara
sebelumnya perkawinan atau pelaksanaan perkawinan
(Pasal 557 ayat 1 KUHP).
- Penyimpan register itu yang bertindak berlawanan
dengan ketentuan aturan-aturan umum mengenai
regiter dan akta catatan sipil (Pasal 557 ayat 2 KUHP).
- Perantara catatan sipil yang bertindak berlawanan
dengan ketentuan reglemen pemeliharaan register
catatan sipil orang-orang Cina (Pasal 557a KUHP).
Pejabat catatan sipil yang tidak memasukkan suatu
akta dalam register atau menuliskan suatu akta di atas
kertas lepas (Pasal 558 KUHP) .
- Perantara catatan si pil yang tidak membikin akta
daripada suatu pemberitahuan kepadanya menurut
ketentuan tentang pemeliharaan register catatan sipil
bagi orang- orang Cina, atau menuliskan suatu akta
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 131
di kertas lepas (Pasal 558a KUHP).
- Pejabat catatan sipil yang tidak melaporkan kepada
penguasa yang berwenang sebagaimana diharuskan
oleh ketentuan Undang-undang (Pasal 559 ayat 1
KUHP).
- Seorang pejabat yang tidak melaporkan kepada
pejabat catatan sipil, sebagaimana diharuskan oleh
ketentuan Undang-undang (Pasal 559 ayat 2 KUHP).
12. Sebutkan secara garis besar macam-macam pelanggaran
pelayaran?
- Nakoda kapal Indonesia yang berangkat sebelum
dibikin dan ditandatangani daftar anak buah (Pasal
560 KUHP).
Nakoda kapal Indonesia yang tidak mempunyai
dikapalnya kertas-kertas kapal, buku-buku dan
surat-surat yang diharuskan (Pasa1561 KUHP) .
Nakoda kapal Indonesia yang tidak menjaga supaya
buku-buku harian di kapal dipelihara menurut aturan-
aturan umum, atau tidak memperlihatkan buku-buku
harian itu di mana dan apabila menurut ketentuan
Undang-undang itu diharuskan padanya (pasal562 ayat
1 KUHP).
Nakoda kapal Indonesia yang tidak memelihara
register pidana yang diharuskan oleh aturan-aturan
umum menurut ketentuan undang-undang, atau tidak
memperlihatkannya di mana dan apabila menurut
ketentuan undangundang itu diharuskan padanya
(Pasal 562 ayat 2 KUHP).
Nakoda kapal Indonesia yang jika register pidana tidak
ada, tidak memberi keterangan kepada Hakim
sebagaimana diharuskan menurut ketentuan Undang-
undang (Pasal562 ayat 3 KUHP).
132 Guse Prayudi, SH
- Pengusaha pelayaran, pemegang buku atau nakoda
kapal Indonesia yang menolak permintaan untuk
memperlihatkan kepada yang berkepentingan buku-
buku harian yang dipelihara di kapalnya, atau menolak
untuk memberi salinan dari buku-buku itu, dengan
membayar biayanya (Pasal 562 ayat 4 KUHP).
- Nakoda kapal Indonesia yang tidak mencukupi
kewajibannya menurut undang- undang mengenai
pencatatan dan pemberitahuan kelahiran dan
kematian selama perjalanannya (Pasal 563 KUHP).
- Nakoda atau anak buah yang tidak memperhatikan
ketentuan undang-undang untuk mencegah tabrakan
disebabkan karena kapalnya melanggar atau
terdampar
(PasaI564 KUHP).
- Tanpa wewenang menggunakan suatu tanda pengenal
walaupun dengan sedikit perubahan, menurut
ketentuan Undang-undang yang hanya boleh dipakai
oleh kapal-kapal rumah sakit, sekoci-sekoci kapal-kapal
yang demikian, maupun perahu- perahu yang
digunakan untuk pekerjaan merawat orang sakit (Pasal
565 KUHP).
- Nakoda kapal Indonesia yang tidak memenuhi
kewajiban yang dibebankan padanya menurut Pasal
358a Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Pasal
566 KUHP).
- Penguasa pelabuhan atau nakoda kapal Indonesia yang
menggunakan untuk pekerjaan anak buah orang-
orang yang tidak mengadakan perjanjian kerja
sebagaimana dimaksud pasal 395 Kitab Undang-
undang Hukum Dagang atau yang tidak menjalankan
perusahaan di kapal atas biaya sendiri, ataupun
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 133
menggunakan orang-orang yang namanya tidak ada
dalam daftar anak buah (Pasal 567 KUHP).
- Menandatangani konosemen yang dikeluarkan dengan
melanggar ketentuan pasal 517b Kitab Undang-
undang Hukum Dagang, begitu pula orang untuk
siapa dibutuhkan tanda tangan sesuai dengan
kewenangannya (Pasal 568 KUHP).
- Barang siapa menandatangani surat jalan yang
dikeluarkan dengan melanggar ketentuan pasal 533b
Kitab Undang-undang Hukum Dagang, begitu pula
orang untuk siapa dibutuhkan tandatangan sesuai
dengan kewenangannya, diancam, jika surat lalu
dikeluarkan (Pasal 569 ayat 1 KUHP) .
- Memberikan surat jalan yang tidak ditandatangani,
begitu pula orang untuk siapa surat diberikan menurut
kewenangannya (Pasal 569 ayat 2 KUHP).
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
- All, C. Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1987.
- Arief, B. N. Sari Kuliah Hukum Pidana II, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 1984.
- Hamzah, A. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari
Retribusi ke Reformasi, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta,1985.
- Harnzah, A dan Rahayu. Suatu Tinjauan Ringkas Terhadap
Sistem Pemidanaan di Indonesia; Akademika Pressindo,
Jakarta, 1983.
- Lamintang. Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung,
1984.
- Mahkamah Agung. Himpunan Kaidah Hukum Putusan Perkara
Dalam Buku Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Tahun
1969 - 2004, Direktorat Hukum dan Peradilan
Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2005.
- Makarao M. T., Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Studi
Tentang Bentuk-Bentuk Pidana Khususnya Pidana Cambuk
Sebagai Suatu Bentuk Pemidanaan, Kreasi Wacana, 2005.
- Muladi. Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni Bandung, 1985.
- Muladi dan B. N. Arief. Teori-Teori dan Kebijaksanaan Pidana,
Alumni Bandung, 1984.
- Prakoso, D. Nurwachid. Pidana Mati di Indonesia Deuiasa ini,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.
- Regar, M, H. Deuian Komisaris, Peranannya Sebagai Organ
Perseroan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
- Reksodiputro, M. Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan
Kejahatan (Kumpulan Karangan Buku Kesatu), Pusat
Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 1994.
- Saleh, R. Perbuatan Pidana dan Pertanggung [auiaban Pidana
(Dua pengertian dasar daam hukum pidana), Aksara
Baru, Jakarta, 1983.
- Soesilo, R. Kitab Undang-undang Hukum Pidana Lengkap,
Politea, Bogor, 1976.
- Soerodibroto, S. KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi
Mahkamah Agung dan Hoge Raad, Rajawali Pers, Jakarta,
1994.
- Sudarto. Hukum Pidana Jilid I A dan I B, Fakultas Hukum
Unsoed Puwokerto, 1990.
- Tresna. Asas-asas Hukum Pidana, Pustaka Tinta Mas, Surabaya,
1956.
Peraturan Perundang-undangan :
- Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992
tentang Angkutan Lalu Lintas [alan Raya.
136 Guse Prayudi, SH
-Undang-undangRepublikIndonesiaNomor23 Tahun 1992tentang
Kesehatan.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Pengadilan Anak.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan da1am Rumah Tangga.
SELUK BELUK HUKUM PIDANA 137

You might also like