You are on page 1of 7

2.1.

2 Indikator Kinerja Menurut Dwiyanto (2006:50-51), beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu : 1. Produktifitas Kerja : - Sikap Aparat, dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari kesediaan dan inisiatif para pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien. Misalnya bagaimana para pegawai menata dokumen sedemikian rupa sehingga ketika dokumen tersebut diperlukan dapat dengan mudah ditemukan. - Kemampuan, diharapkan aparatur memiliki keahlian dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Misalnya untuk pekerjaan yang berkenaan dengan administrasi kependudukan, maka pegawai yang diharapkan dapat melaksanakan tugas tersebut adalah pegawai yang memiliki dasar pendidikan administrasi kependudukan juga. Semangat kerja, yang dapat diartikan sebagai sikap antusiasme para pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Sikap mental ini dapat dilihat dari komitmen dan kemauan tinggi para pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

2. Kualitas Layanan Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas pelayanan publik.

Menurut Dwiyanto, dengan demikian tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja birokrasi publik. Keuntungan utama menggunakan tingkat kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah, misalnya dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. 3. Responsivitas Responsivitas yang dimaksud disini adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan yang dibutuhkan dengan aspirasi dari masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah dapat dilihat dari ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan birokrasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. 4. Responsibilitas

Poin

penting

responsibolitas

yaitu

menjelaskan

apakah

pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun yang emplisit, Lenvine dalam Dwiyanto (2006:51). Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. Disini dibutuhkan kebijaksanaan dari pemerintah agar dapat memberikan layanan publik sesuai aspirasi masyarakat namun pada pelaksanaannya tetap sesuai dengan prinsipprinsip administrasi yang benar. 5. Akuntabilitas Pejabat publik yang dipilih oleh masyarakat diharapkan dapat terus secara konsisten memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan norma-norma dalam masyarakat. Dalam konteks ini akuntabilitas dapat dipahami bagaimana organisasi publik dapat memberikan layanan publik dengan konsisten sesuai kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Suatu kegiatan birokrasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi jika kegiatan itu dianggap benar dan seseuai dengan nilai-nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Pegawai

Tinggi rendahnya kualitas kinerja pegawai tergantung kepada faktorfaktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam organisasi menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:16-17) adalah sebagai berikut: a. Kemampuan sumber daya manusia ( pegawai ) Kemampuan SDM adalah faktor utama yang mempengaruhi kinerja pegawai. Masalah kualitas SDM pemerintah kelurahan merupakan masalah penting dalam pelaksanaan Otoda. Oleh karena itu, peningkatan SDM Pemerintah Kelurahan merupakan hal mendesak harus dilakukan, agar pelaksanaan Otoda dapat berjalan sesuai diharapkan. Suatu organisasi pemerintah daerah menuntut adanya pegawai yang memiliki kemampuan dalam hubungan dengan pekerjaan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Dari orientasi penelitian di lapangan terhadap Staf-staf Pemerintah Kelurahan menunjukan masih rendahnya kualitas SDM para pegawai tersebut. Adanya berbagai keluhan dan rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diterima atau yang diberikan oleh pemerintah merupakan salah satu indikasi kurang

baiknya kinerja pemerintah kelurahan. Semakin banyak keluhan masyarakat semakin buruk ukuran kemampuan kinerja dari pemerintah yang melayani masyarakat tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi kualitas SDM para pegawai maka semakin tinggi kinerja pegawai. Kuliatas SDM yang tinggi sangat dibutuhkan terutama ketika terjadi pelimpahan wewenang dari pimpinan

kepada bawahannya karena keterbatasan pengetahuan, waktu, dan tenaga yang dimiliki pimpinan tersebut. Pemberian wewenang kepada bawahan sangat penting dalam rangka efesiensi dan efektifitas kerja organisasi, dengan adanya pelimpahan sebagian wewenang dari pimpinan kepada pegawai berkualitas SDM tinggi diharapkan tugas pekerjaan dalam penyelesaiannya dapat tercapai dengan baik.

b. Faktor Individu Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian diharapkan pegawai organisasi publik adalah individu-individu yang mempunyai integritas yang tinggi sehingga dapat memberikan layanan publik dengan baik.

c. Sarana dan Prasarana Dalam konteks pemerintahan daerah, di era otonomi luas di tuntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreatifitas dari

segenap jajaran aparatur pemerintah daerah. Dalam dunia yang penuh dengan kompetisi sangat diperlukan kemampuan birokrasi, sumber daya aparatur dan sarana maupun prasarana yang baik untuk memberikan tanggapan atau responsive terhadap berbagai tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif. Sarana dan Prasarana Di Kantor Kelurahan sangat penting disamping peran unsur manusianya sendiri dan tentunya sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparat. Sarana pelayanan adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja, dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya sarana pelayanan beraneka ragam jenis dan fungsinya bisa membuat pelayanan pada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif. Sarana pelayanan yang memadai di tandai dengan jumlahnya yang mencukupi dan kondisinya yang memadai. Sedangkan sarana pelayanan yang buruk ditandai dengan jumlahnya yang tidak mencukupi dan kondisinya yang tidak memadai. d. Faktor Lingkungan Organisasi Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi pegawai dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, kewenangan yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan, bahwa faktor individu dan faktor lingkungan organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pemerintah kelurahan menghadapi beberapa kendala, salah satu diantaranya adalah rendahnya kemampuan

profesional yang belum kompetitif, etos kerja SDM pegawai yang rendah dan sarana prasarana yang tersedia di kelurahan yang belum memadai. Sehingga kinerja pelayanan pemerintah kelurahan belum dapat berjalan dengan baik.

You might also like