You are on page 1of 38

BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 6.1.

Pendahuluan Pajak pertambahan nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan. Dasar hukum PPN adalah Undang Undang Nomor 8 tahun 1983 sebagimana diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 18 tahun 2000. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pajak pertambahan nilai ada beberapa pengertian yang perlu dijelaskan yaitu : 1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, 2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. 3. Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. 4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 3. 5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. 6. Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. 7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 6. 8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean. 10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di dalam Daerah Pabean. 11. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean. 12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang, tanpa mengubah bentuk atau sifatnya.

13. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. 14. Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. 15. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan tersebut. 17. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak tersebut. 18. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut. 19. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 20. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak. 21. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak.

22. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah tersebut. 6.2. Subyek Pajak Pertambahan Nilai Yang menjadi subyek PPN adalah : 1. Orang Pribadi, dan 2. Badan meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya Subyek Pajak yang dikenakan pajak pertambahan nilai disebut Pengusaha Kena Pajak (PKP). 6.3. Pengusaha Kena Pajak (PKP) A. Pengertian PKP (Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000) - Pengusaha (Perusahaan) yang tidak termasuk Pengusaha Kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak /Jasa Kena Pajak. - Pengusaha yang memenuhi syarat ini, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP. - Pengusaha kecil yang menyerahkan BKP/JKP, dan memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha kecil diberikan pilihan untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak menjadi Pengusaha Kena Pajak. Artinya, hukumnya tidak wajib.

1. Termasuk PKP (Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000) a) Pengusaha yang baru berniat akan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak (dalam tahap pra operasi/belum berproduksi komersial), artinya perusahaan tersebut belum memulai usahanya tetapi dari kegiatan persiapan yang dilakukan seperti pembelian barang modal atau bahan baku dapat diketahui bahwa Pengusaha ini berniat akan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak. b) Bentuk kerja sama operasi (Joint Operation/Joint Venture) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak.

Apabila Joint Operationt tersebut hanya merupakan alat koordinasi, sedangkan transaksi penyerahan BKP/JKP tetap dilakukan sendiri-sendiri oleh peserta JO, maka JO tersebut tidak perlu dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. 2. Pengusaha Kecil (552/KMK.04/2000 Jo 571/KMK.03/2003, SE-33/PJ.51/2003) a. Sejak 1 Januari 2003 Batasan Pengusaha kecil adalah Rp 600.000.000 ( enam ratus juta rupiah) untuk pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. b. Sebelum 1 Januari 2003 Batasan Pengusaha Kecil adalah : 1. Rp 360 Juta peredaran bruto setahun untuk :

Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP, tetapi penyerahan BKP lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto

2. Rp 180 Juta peredaran bruto setahun untuk :


Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP, tetapi penyerahan JKP lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto.

c. Beberapa hal seputar pengukuhan PKP : 1. Pengusaha kecil yang omsetnya telah melampaui batasan omset Rp 600 juta, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan setelah bulan terlampauinya batasan tersebut. Apabila batas waktu pelaporan tersebut terlampaui, maka saat pengukuhan sebagai PKP adalah awal bulan berikutnya. Contoh : Bapak Meidi terdaftar di KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua memiliki toko onderdil mobil di Pusat Onderdil Fatmawati, omset bulan Januari s.d. April 2004 mencapai Rp 500 juta. Sementara omset bulan Mei 2004 adalah Rp 300 Juta. Dengan demikian, batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Mei 2004, sehingga Bapak Meidi harus segera melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP kepada KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua selambatlambatnya 30 Juni 2004. Namun jika Bapak Meidi baru melaporkan usahanya pada tanggal 20 Juli 2004, maka saat pengukuhan PKP terhitung mulai tanggal 1 Juli 2004. 2. Dalam hal pengukuhan dilakukan secara jabatan, maka saat pengukuhan adalah awal bulan kedua setelah bulan terlampauinya batasan pengusaha kecil. Jika dalam contoh diatas, Bapak Meidi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua dan berdasarkan hasil ekstensifikasi pada bulan Desember 2004 diketahui bahwa batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Mei 2004. Maka saat pengukuhan

sebagai PKP terhitung sejak tanggal 1 Juli 2004 dan atas PPN terutang bulan Juli s.d. Nopember 2004 beserta sanksi bunga 2 % sebulan dari PPN terhutang. 3. Kewajiban untuk memungut, menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terhutang dimulai sejak saat pengukuhan sebagai PKP. 6.4. Obyek Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap : a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. b. Impor Barang Kena Pajak. c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. Yang termasuk Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) pada butir a di atas adalah : 1. Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian contoh jual beli 2. Pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing. 3. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang. 4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak. 5. Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan. 6. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang 7. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi 8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan, 9. Penjualan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan Yang tidak termasuk Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) pada butir a di atas adalah 1. 2. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;

3.

Penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang atau dari pusat kecabang atau sebaliknya dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang.

Dalam Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai seluruh Barang dan Jasa adalah dikenakan pajak kecuali barang dan jasa tertentu yang tidak dikenakan pajak: Barang yang tidak dikenakan PPN : 1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya seperti minyak mentah, gas bumi, pasir dan kerikil, biji besi/timah/emas, 2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti beras & gabah, jagung, sagu, kedelai, garam baik yg beryodium maupun yg tidak beryodium 3. Makanan dan minuman yg disajikan di hotel, rumah makan, warung dan sejenisnya (untuk menghindari pajak berganda, karena sudah merupakan obyek pajak daerah) 4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga Sedangkan jasa yang tidak dikenakan PPN adalah : 1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik. 2. Jasa di bidang pelayanan sosial. 3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko. 4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi. 2. Jasa di bidang keagamaan. 3. Jasa di bidang pendidikan. 4. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan. 5. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan. 6. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air. 7. Jasa di bidang tenaga kerja. 8. Jasa di bidang perhotelan. 9. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum 6.5. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak adalah 1. Harga Jual untuk penjulan BKP 2. Penggantian untuk penyerahan Jasa 3. Nilai Impor untuk impor 4. Nilai Ekspor untuk ekspor 5. Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai lain adalah nilai selain nilai diatas sebagai dasar untuk memungut PPN antara lain : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jenis Obyek PPN Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma bkp/jkp DPP Harga jual/penggantian setelah dikurangi laba kotor Persediaan bkp dan aktiva yang menurut tujuan semula Harga pasar wajar tidak untuk diperjual belikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan Penyerahan media rekaman suara atau gambar Perkiraan harga jual rata-rat Penyerahan film cerita Perkiraan hasil rata-rata per judul film Pedagang Eceran Emas 20% X harga jual Penjualan kendaraan bermotor bekas 10% X Harga jual Penyerahan jasa biro perjalanan/pariwisata 10% X Harga jual Jasa pengiriman paket 10% X Harga jual Jasa anjak piutang 5% X Harga jual Membangun sendiri 40% X biaya pembangunan

6.6. Tarif Pajak Tarif pajak pertambahan nilai adalah : 1. Untuk Ekspor = 0% dari DPP 2. Untuk Selain ekspor = 10% dari DPP 6.7. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai Pemungut PPN adalah bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP kepada bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah tersebut. Namun demikian, sejak 1 Januari 2004, pihak-pihak yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN adalah hanya bendaharawan pemerintah dan KPKN. Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan atau Pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN atau APBD, yang terdiri dari Bendaharawan Pemerintah Pusah dan Daerah baik Propinsi, Kabupaten, atau Kota. PKP Rekanan Pemerintah

adalah PKP yang menyerahkan BKP dan/atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN. Contoh : CV Andika menang tender untuk pembelian komputer oleh Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp. 500.000.000,- . CV andika atas penjualan tersebut mengenakan PPN sebesar 10% dari harga jual yaitu Rp. 50.000.000,- sehingga total yang harus dibayar Depdiknas adalah Rp. 550.000.000,- yang terdiri dari Harga jual Rp. 500.000.000,- dan PPN sebesar Rp. 50.000.000,-. Atas kejadian tersebut Depdiknas harus membayar sebesar Rp. 550.000.000,-, tetapi yang diterima CV Andika sebsar Rp. 500.000.000,- sedangkan Rp. 50.000.000,- langsung disetor ke Kas Negara atas nama CV Andika. Dalam hal ini Depdiknas sebagai pemungut PPN. 6.8. Faktur Pajak Setiap pengusaha kena pajak (PKP) Wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak karena penyerahan BKP/JKP, atau karena impor. Faktur pajak dibuat oleh PKP penjual. Bagi penjual merupakan bukti pajak keluaran dan bagi pembeli adalah sebagai bukti pajak masukan. Jenis faktur pajak dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktur Pajak Standar yaitu dibuat apabila penjual dan pembeli merupakan Pengusaha kena pajak (PKP) Faktur pajak standar sedikitnya memuat : 1. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. 2. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. 3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga. 4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. 5. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut; 6. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 7. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. 2. Faktur Pajak Sederhana, adalah dokumen/FAKTUR yang diterbitkan oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP secara langsung kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang tidak diketahui identitasnya secara lengkap. Faktur pajak sederhana sedikitnya memuat : a. b. c. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak; Jenis dan kuantum Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan; Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau besarnya Pajak Pertambahan Nilai dicantumkan secara terpisah;

d.

Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.

Faktur pajak sederhana dapat berupa : bon kontan, faktur penjualan, segi cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang sejenis sepajang memuat informasi di atas Saat Pembuatan Faktur Pajak : 1. 2. Faktur Pajak Standar yaitu paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP/JKP dan jika dilakukan pembayaran maka saat pembayaran. Faktur Pajak sederhana yaitu saat penyerahan/penjualan atau jika uang muka diterima dahulu maka saat penerimaan uang muka. Contoh : Tanggal 3 Januari 2007 dilakukan penjualan kredit ke PKP, maka faktur pajak standar paling lambat dibuat tanggal 28 Februari 2007, jika sebelum tanggal 28 Februari 2007 misalnya tanggal 8 Februari sudah dilunasi maka faktur pajak dibuat paling lambat tanggal 8 Februari 2007.

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar:

0 0 0.0000 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status

Kode FP Standar

Nomor Seri FP Standar

1. Kode Transaksi (2 digit): 01-kpd Selain Pemungut PPN 02-kpd Pemungut Bendaharawan 03-kpd Pemungut PPN lainnya 04-yg menggunakan DPP Nilai Lain kpd selain Pemungut PPN 05-yg Pajak Masukannya di Deemed kpd selain Pemungut PPN 06-pnyrhn Lainnya kpd selain Pemungut PPN 07-yg PPN-nya Tidak Dipungut kpd selain Pemungut PPN 08-yg dibebaskan dr pengenaan PPN kpd selain Pemungut PPN 09-pnyrhn Aktiva Psl 16 D kpd selain Pemungut PPN

2. Kode Status (1 digit): 0 = Normal 1 = Penggantian 3. Kode Cabang (3 digit) Diisi dengan nomor cabang PKP yang menyerahkan BKP/JKP, Contoh : Pusat = 000, Cabang Jakarta = 001, Cabang Bandung = 002 dst 4. Tahun penerbitan (2 digit), diisi tahun diterbitkan faktur pajak, contoh : tahun 2007 ditulis 07, 5. Nomor urut (8 digit), diisi dengan nomor urut pembuatan faktur dimulai 00000001 setiap awal tahun Dokumen-dokumen tertentu yang dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar Dokumen-dokumen yang dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar adalah sebagai berikut: 1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB), yang dilampiri SSP atau Bukti Pungutan Pajak oleh DJBC sebagai dokumen impor BKP; 2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh pejabat yang berwenang dari DJBC dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut; 3. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu; 4. Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM; 5. Tanda Penyerahan atau kuitansi telepon; 6. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri; 7. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atau pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean; 8. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa ke pelabuhan; 9. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik. Sepanjang dokumen-dokumen tersebut sekurang-kurangnya memuat : a. b. c. d. e. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen; Nama, alamat, NPWP penerima dokumen; NPWP penerima dokumen dalam hal penerima dokumen tersebut adalah WP dalam negeri; Jumlah satuan barang (apabila ada); Dasar Pengenaan Pajak;

f.

Jumlah pajak terutang (kecuali ekspor).

Faktur Pajak tidak harus dibuat secara khusus atau berbeda dengan Faktur Penjualan, artinya Faktur Penjualan dapat sekaligus berfungsi sebagai Faktur Pajak. Begitu pula sebaliknya, Faktur Pajak dapat pula dibuat secara terpisah dengan Faktur Penjualan selama memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai ketentuan. 6.9. Cara Menghitung Pajak Dalam Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan mekanisme pajak keluaran (PK) dan pajak masukan (PM) . 1. Pajak Keluaran (PK) adalah PPN yang dipungut saat penyerahan/penjualan BKP/JKP Jadi pada saat menjual barang maka disebut pajak keluaran sebesar 10% dari DPP, dan setiap pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan BKP/JKP harus memungut Pajak Keluaran kepada pembeli. 2. Pajak Masukan (PM) adalah PPN yang dibayar pada saat pembelian BKP/JKP Jadi pada saat membeli barang disebut Pajak Masukan sebesar 10% dari DPP Pajak yang harus dibayar adalah PK PM yaitu jumlah pajak keluaran dikurangi pajak masukan dalam bulan tersebut atau disebut pengkreditan pajak masukan. Prinsip dasar pengkreditan Pajak masukan adalah sebagai berikut: a. Pajak masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. b. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. c. Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan PPN yang wajib dibayar oleh PKP. d. Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada jumlah Pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan Pajak Masukan yang dapat diminta kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. e. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan penyerahan kena pajak. f. Meskipun berhubungan langsung dengan kegiatan usaha menghasilkan penyerahan kena pajak, dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, misalnya: - Transaksi menggunakan Faktur Pajak Sederhana - Transaksi menggunakan Faktur Pajak Standar namun tidak memenuhi ketentuan (Faktur Pajak cacat) - Masa pengkreditan Pajak Masukan telah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak

berakhirnya Masa Pajak diterbitkannya Faktur Pajak Contoh : PT Aant bergerak dibidang distributor alat listrik, transaksi dalam bulan Januari 2007 sbb : 1. Tanggal 3/1 membeli barang dagangan senilai Rp. 15.000.000 tidak termasuk PPN 2. Tanggal 5/1 menjual barang dagangan senilai Rp. 10.000.000 tidak termasuk PPN, 3. Tanggal 7/1 menjual barang dagangan senilai Rp. 20.000.000 tidak termasuk PPN, Berapa Pajak Keluaran dan Masukannya? ** Pajak Keluaran (10% dari penjualan) yaitu + 10% X 10.000.000 (nomor 2) = + 10% X 20.000.000 (nomor 3) = Jumlah Pajak Keluaran = 1.000.000 2.000.000 3.000.000 1.500.000

** Pajak Masukan (10% dari Pembelian) yaitu + 10% X 15.000.000 (nomor 1) = *** Jadi jumlah Pajak keluaran yang harus dipungut oleh PT Aant pada saat penjualan sebesar Rp. 3.000.000 sedangkan Pajak Masukan yang dilakukan pada saat pembelian adalah Rp. 1.500.000 sehingga Pajak yang harus dibayar ke kas negara adalah (PK-PM) yaitu Rp. 3.000.000 1.500.000 = Rp. 1.500.000,Dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai, tidak semua Pajak Masukan dapat dikurangkan (dikreditkan) dari Pajak Keluaran. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan antara lain : 1. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; 2. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; 3. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; 4. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; 5. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana; 6. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5); 7. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6); 8. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;

9. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

6.10. Fasilitas dibidang PPN Tujuan diberikan fasilitas dibidang PPN adalah untuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di Kawasan Berikat dan Entreport Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE); Menampung kemungkinan perjanjian dengan negara atau negara-negara lain dalam bidang perdagangan dan investasi; Mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengadaan vaksin-vaksin yang diperlukan dalam rangka Program Imunisasi Nasional; Menjamin tersedianya peralatan TNI/POLRI yang memadai untuk melindungi wilayah Republik Indonesia dari ancaman eksternal maupun internal; Menjamin tersedianya data batas dan foto udara wilayah RI yang dilakukan oleh TNI untuk mendukung pertahanan nasional; Meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa dengan membantu tersedianya buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama dengan harga yang relatif terjangkau masyarakat; 7. 8. 9. Mendorong pembangunan tempat-tempat ibadah; Menjamin tersedianya perumahan yang terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah yaitu rumah sederhana (RS), RSS dan rumah susun sederhana; Mendorong pengembangan armada nasional di bidang angkutan darat, air dan udara; bersifat strategis setelah berkonsultasi dengan DPR Bentuk fasisilitas yang diberikan dibidang PPN adalah : 1. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang tidak dipungut 2. Dibebaskan dari pengenaai Pajak Pertambahan Nilai 10. Mendorong pembangunan nasional dengan membantu tersedianya barang-barang yang

6.10.1. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang tidak dipungut Fasilitas PPN yang terutang tidak dipungut berlaku ketentuan bahwa : 1. Ada obyek PPN yang seharusnya terutang, 2. Pajak Masukan atas perolehan barang kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP) tersebut dapat dikreditkan. Dasar hukum PPN tidak dipungut adalah : a. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan,

PajakPertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek pemerintah Yang Dibiayai Dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001. b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1996 tentang Perlakuan Perpajakan bagi Pengusaha Kena Pajak Berstatus Entrepot Produksi Tujuan Ekspor (EPTE) Dan Perusahaan Pengolahan Di Kawasan Berikat (KB). c. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 291/KMK.05/1997 tentang Kawasan Berikat sebagaimana telah beberapa kai diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.04/2005. d. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000. e. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2003 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kawasan Berikat (Bonded Zone) Daerah Industri Pulau Batam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2005. f. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2005 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Avtur Untuk Keperluan Penerbangan Internasional. g. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 128/KMK.05/2000 tentang Toko Bebas Bea. h. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 616/PMK.03/2004. i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.04/2005 tentang Tempat Penimbunan Berikat di Pulau Batam, Bintan dan Karimun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.04/2005. j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.04/2005 tentang Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan Dalam Rangka Proyek Pengembangan Pulau Bintan dan Pulau Karimun.

6.10.2. Dibebaskan dari Pengenaan PPN Fasilitas dibebasakan dari pengenaan PPN berlaku ketentuan bahwa : 1. Ada obyek PPN yang seharusnya terutang, namun dibebaskan dari pengenaan PPN, 2. Pajak Masukan atas perolehan barang kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP) tersebut tidak dapat dikreditkan.

Jenis pembebasan dari pengenaan PPN meliputi : A. Impor/penyerahan BKP/JKP tertentu B. Impor atau penyerahan BKP/JKP tertentu bersifat strategis A. Impor atau Penyerahan BKP/JKP Tertentu yang Dibebaskan dari PPN Dasar hukum : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003, 2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor :370/KMK.03/2003 tanggal 21 Agustus 2003, 3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-233/PJ/2003 tanggal 26 Agustus 2003, 4. Surat Edaran Direktur jenderal Pajak Nomor : SE-20/PJ.51/2003 tanggal 26 Agustus 2003 A.1.Jenis Impor BKP Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN : a. Senjata, amunisi, alat angkutan di air/di bawah air/di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI, POLRI atau pihak lain yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI untuk melakukan impor tersebut, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI; b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN); c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama; d. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya; e. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerban#gan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadang serta peralatan uhtuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa rawatan atau reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Udara Niaga Nasional; f. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau

pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia; dan g. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Departemen Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang ditunjuk oleh Departemen Perta#hanan atau TNI. A2. Penyerahan BKP Tertentu yang Dibebaskan PPN : a.Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah ( KMK No. 524/KMK.03/2001, SE-13/PJ.51/2002); b.Senjata, amunisi, alat angkutan di air/di bawah air/di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya, dan komponen/bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT PINDAD, untuk keperluan TNI dan POLRI; c.Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN); d.Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama; e.Kapal Laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, Kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional sesuai dengan kegiatan usahanya; f. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi Pesawat Udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional; g.Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diserahkan kepada dan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia dan komponen atau bahan yang diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia; f. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan Nasional yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan atau TNI.

A3. Penyerahan JKP Tertentu Yang Dibebaskan PPN : a. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi: - Jasa persewaan kapal - Jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh - Jasa perawatan/reparasi (docking) kapal b. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi : - Jasa persewaan pesawat udara - Jasa perawatan/reparasi pesawat udara c. Jasa perawatan/reparasi kereta api yang diterima oleh PT Kereta Api; d. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan rumah yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah; e. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana; f. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional. Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat impor dan/atau perolehan, BKP Tertentu sebagaimana point 1 huruf f, g, h dan point 2 huruf e, f, dan g yang dibebaskan dari pengenaan PPN ternyata digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain, baik sebagian atau seluruhnya, maka PPN yang telah dibebaskan wajib dibayar dalam waktu 1 (satu) bulan sejak BKP tersebut dipindahtangankan/dialihkan. B. Impor atau penyerahan BKP tertentu bersifat strategis Dasar hukum : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007, 2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 155/KMK.03/2001 tanggal 02 April 2001 sebagaimana diubah terakhir dengan 31/PMK.03/2008 tanggal 19 Februari 2008, 3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-294/PJ/2001 tanggal 16 April 2001 sebagaimana diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP234/PJ/2003 tanggal 27 Agustus 2003, B2. Impor dan Penyerahan BKP Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan PPN : - Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

Kena Pajak tersebut dengan syarat mendapat Surat Keterangan Bebas (SKB) - Makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan; - Barang hasil pertanian sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf c adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang : a. pertanian, perkebunan, dan kehutanan; b. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; c. atau perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih lanjut - Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran atau perikanan - Air bersih yang dialirkan melalui pipa Perusahaan Air minum; - Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) watt; dan - Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan : a. luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi); b. harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah); c. diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan umum yang mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan e. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki. Termasuk dalam pengertian Rusunami adalah Rusunami yang diserahkan kepada bank dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan : a. dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; dan b. rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dibeli

Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor dan/atau perolehannya, BKP tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN, ternyata dialihkan atau dipindahtangankan kepada pihak lain baik sebagian atau seluruhnya, maka PPN yang telah dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak barang tersebut dialihkan atau dipindahtangankan.

6.11. Pajak Penjualan Barang Mewah A. Dasar Hukum - Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2001 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2002 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2003, jo Peraturan Pemerintah Nomor : 55 TAHUN 2004 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 569/KMK.04/2000 Jo 460/KMK.03/2001 Jo 140/KMK.03/2002, - Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 620/PMK.03/2004 B. Karakteristik PPn BM
-

PPn BM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPn BM hanya dikenakan satu kali (yaitu ; pada saat impor atau pada saat penyerahan BKP Mewah oleh Pengusaha Kena Pajak Pabrikan). PPn BM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai biaya. Dalam hal BKP Mewah diekspor, PPn BM yang dibayar pada saat perolehannya dapat diminta kembali/direstitusi

C. Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah 1. Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah 2. Pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah D. Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah 1. Penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah 2. Impor barang berwujud yang tergolong mewah E. Jenis Barang Tergolong Mewah dan Tarif Pajak Jenis barang tergolong mewah dibagi dua yaitu jenis kendaraan bermotor dan bukan kendaraan bermotor.

E.1. Jenis Kendaraan Bermotor 1. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 10% a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) sampai 15 ( lima belas) orang termasuk pengemudi dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan semua kapasitas isi silinder; b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan dan station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder tidak lebih dari 1500 cc. 2. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 20% a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar nyala api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc; b. Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (Double Cabin) dalam bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus ipi atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau degan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton. 3. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 30% a. Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel /semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc; b. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel /semi diesel) dengan system 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc. 4. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 40% a. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc; b. Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan system 2 (dua) gandar (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc; c. Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel /semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc. 5. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 50% Semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf. 6. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 60%

a. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silindernya lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc; b. Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan semacam itu. 7. Kendaraan Bermotor dengan Tarif PPn BM 75% a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termsuk pengemudi, dengan motor cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc; b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc; c. Kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc; d. Trailer, semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah. Kendaraan Bermotor yang Dibebaskan PPn BM : - Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah: a. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum; b. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan Protokoler Kenegaraan; c. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang atau lebih termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi silinder, yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI; d. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI. - Apabila kendaraan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor atau perolehannya ternyata dipindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula, maka Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang pada saat impor atau perolehannya tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dipindahtangankan atau diubah peruntukannya. - Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) Pajak Penjualan Barang Mewah yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan yanga berlaku
E.2. Selain Kendaraan Bermotor 1. PPN BM dengan tarif 10 %

No URAIAN BARANG a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima siaran televisi. a.1 Lemari pendingin - Kombinasi lemari pendingin-pembeku, dari tipe rumah tangga dengan

Nomor HS

ex 8418.10.10.10

kapasitas diatas 180 liter sampai dengan 230 liter. - Lemari es, dari tipe rumah tangga dengan kapasitas diatas 180 liter sampai ex 8418.21.00.10 dengan 230 liter ex 8418.22.00.10 -- Tipe kompresi ex 8418.29.00.00 -- Tipe absorpsi, elektris -- Lain-lain. a.2 Pemanas air instant atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, bukan listrik, untuk keperluan rumah tangga - dengan gas : -- dari tembaga 8419.11.11.00 -- lain-lain 8419.11.19.00 - lain-lain: -- dari tembaga 8419.19.11.00 -- lain-lain. 8419.19.19.00 a.3 Mesin cuci dari jenis yang dipakai untuk rumah tangga, termasuk mesin yang dapat digunakan untuk mencuci dan mengeringkan pakaian, kain atau sejenisnya. - Mesin otomatis penuh. -- mempunyai kapasitas linen kering lebih dari 6 kg sampai dengan 10 kg ex 8450.11.20.00 - Mesin cuci lainnya, dilengkapi pengering centrifugal -- mempunyai kapasitas linen kering lebih dari 6 sampai dengan 10 kg 8450.12.20.00 - Lain-lain, untuk mencuci: -- mempunyai kapasitas linen kering lebih dari 6 kg sampai dengan 10 kg 8450.19.20.00 a.4 - Pemanas air instan atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, listrik; -- pemanas air instan listrik 8516.10.10.00 -- pemanas air dengan tempat penyimpanan 8516.10.20.00 - aparatur pemanas ruangan listrik dan aparatur pemanas tanah listrik -- radiator pemanas tempat penyimpanan 8516.21.00.00 -- lain-lain 8516.29.00.00 a.5 Aparatur penerima untuk televisi, digabung atau tidak dengan penerima siaran radio atau aparatur perekam atau reproduksi suara, atau video; monitor video: - aparatur penerima untuk televisi berukuran di atas 21 inch sampai denggan 43 inch -- set top box yang mempunyai fungsi komunikasi (ITAI/B-2003) ex 8528.12.10.00 -- PCA untuk digunakan dengan mesin ADP (ITAI/B-199) -- Lain-lain ex 8528.12.20.00 - Monitor video berwarna di atas 17 inch sampai dengan 43 inch -- monitor tipe FPD untuk data video dan komputer, untuk overhead ex 8528.12.90.00 projector (ITAI/B-200 -- Lain-lain. ex 8528.21.10.00. ex 8528.21.20.00 b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga, adalah : Perlengkapan memancing dengan nilai impor atau harga jual Rp. 500.000,? (limaratus ribu rupiah) atau lebih per buah: - Joran ex 9507.10.000 - penggulung tali kail ex 9507.30.000 c. Kelompok mesin pengatur suhu udara, adalah: ex 8415.10.10.00 Mesin pengatur suhu udara, terdiri dari kipas yang dijalankan dengan motor ex 8415.10.20.00 dan elemen untuk mengubah suhu atau kelembaban udara, termasuk ex 8415.10.30.00 mesin?mesin tersebut yang tidak dapat mengatur kelembaban udara secara ex 8415.10.40.00 terpisah, dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas pendingin di atas 1

PK sampai dengan 2 PK. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio d.1 Aparatur perekam atau reproduksi video, digabung dengan video tuner maupun tidak, dengan harga jual atau niai impor di atas Rp.1.000.000, (satu juta rupiah) per unit; - tipe pita magnetic selain yang digunakan khusus dalam sinematografi, televisi, penyiaran - Lain-lain -- laser disk player -- lain-lain d.2 Aparatur penerima radio telefoni, radio telegrafi atau radio penyiaran, dikombinasi maupun tidak dalam rumah yang sama, dengan aparatur perekam atau pereproduksi suara atau penunjuk waktu, dengan harga jual atau nilai impor di atas Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) perunit: - Penerima siaran radio dapat dioperasikan tanpa sumber tenaga dari luar, termasuk apparatus yang dapat juga menerima radio-telefoni atau radio telegrafi; -- apparatur lainnya dikombinasikan dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara. -- Lain-lain - Penerima siaran radio lainnya, termasuk aparatur yang dapat juga menerima radio-telefoni atau radio-telegrafi; -- Dikombinasikan dengan aparatur perekam atau pereproduksi suara -- Lain-lain - Penerima siaran radio tidak dapat dioperasikan tanpa sumber tenaga dari luar dari jenis yang digunakan dalam kendaraan bermotor, termasuk apparatus yang dapat juga menerima radio telefoni; -- Dikombinasikan dengan aparatur perekam atau reproduksi suara -- Tidak dikombinasikan dengan aparatur perekam atau pereproduksi suara tetapi dikombinasikan dengan penunjuk waktu, -- Lain-lain d.

ex 8521.10.90.00 ex 8521.90.19.00 ex 8521.90.99.00

ex 8527.13.00.00 ex 8527.19.90.00

ex 8527.21.90.00 ex 8527.29.90.00

ex 8527.31.90.00 ex 8527.32.00.00 ex 8527.39.90.00

e. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya. e.1 Kamera video gambar tidak bergerak dan kamera perekam video lainnya, selain yang dipergunakan untuk usaha penyiaran radio atau televisi - Kamera video gambar tidak bergerak digital ex 8525.40.10.00 - Kamera video gambar tidak bergerak lainnya ex 8525.40.20.00 - Kamera perekam video lainnya ex 8525.40.40.00 e.2 Kamera fotografi (selain kamera sinematografi) dan kamera digital, dengan harga jual atau nilai impor di atas Rp.500.000,-(lima ratus ribu rupiah) per unit - Kamera instan ex 9006.40.00.00 - Kamera lainnya ex 9006.51.00.00 ex 9006.52.00.00 ex 9006.53.00.00 ex 9006.59.10.00 ex 9006.59.90.00 - Kamera digital ex 8525.40.30.00
2. PPnBM Selain Kendaraan Bermotor dengan tarif 20%

No URAIAN BARANG a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang telah dikenakan 10%

Nomor HS

a.1 Tungku, kompor, tungku terbuka, alat masak (termasuk tungku dengan ketel tambahaan untuk pemanasan sentral), panggangan besar, anglo, gelang gas, piring pemanas, dan peralatan rumah tangga tanpa listrik semacamnya dari besi atau baja, jenis non portable - Peralatan masak dan piring pemanas : -- Dengan bahan bakar gas atau gabungan gas dengan bahan bakar Iainnya. ex 7321.11.10.00 - Peralatan lainnya : -- Dengan bahan bakar gas atau gabungan gas dengan bahan bakar Iainnya. ex 7321.11.90.00 ex 7321.81.00.00 a.2 Lemari pendingin ex 8418.10.10.00 - Kombinasi lemari es pembeku, dari tipe rumah tangga dengan kapasitas diatas 230 liter - Lemari es, dari tipe rumah tangga dengan kapasitas diatas 230 liter : -- Tipe kompresi ex 8418.21.00.90 -- Tipe penyerapan listrik ex 8418.22.00.90 -- Lain-lain. ex 8418.29.00.00 b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya, adalah: b.1 Rumah, termasuk rumah kantor atau rumah toko, yang luas bangunannya 400 m2 atau lebih atau dengan harga jual bangunannya Rp. 3.000.000, (tiga juta rupiah) atau lebih per m2 tidak termasuk nilai tanahnya. b.2 Apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 m2 atau lebih atau dengan harga jual bangunannya Rp. 4.000.000, (empat juta rupiah) atau lebih per m2 tidak termasuk nilai tanahnya. c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang dikenakan 10% c.1 Aparatus penerima untuk televisi, digabung atau tidak dengan pesawat penerima siaran radio atau aparatur perekam atau reproduksi suara atau video, monitor video; - Aparatus penerima untuk televisi berukuran diatas 43 inch. -- set top box yang mempunyai fungsi komunikasi (ITAI/B-2003) ex 8528.12.10.00 -- PCA untuk digunakan dengan mesin ADP (ITAI/B-199) ex 8528.12.20.00 -- Lain-lain ex 8528.12.90.00 - Monitor video berwarna di atas 43 inch -- monitor tipe FPD untuk data video dan komputer, untuk overhead projector ex 8528.21.10.00 (ITAI/B-200 -- Lain-lain. ex 8528.21.90.00 c.2 - Proyektor video -- mempunyai kapasitas untuk memproyeksikan pada layar berukuran 300 inch ex 8528.30.10.00 atau lebih -- proyektor data video dan komputer tipe FDP (ITAI/B-200) ex 8528.30.20.00 -- Lain-lain ex 8528.30.90.00 c.3 Antena dan reflektor antena dari segala jenis; selain yang digunakan untuk keperluan penyiaran radio atau televisi, usaha jasa telekomunikasi, dan yang digunakan untuk alat radar, alat radio pembantu navigasi dan alat radio kendali jarak jauh.. c.4 Antena dan reflektor antena dari segala jenis; selain yang digunakan untuk ex 8529.10.99.00 keperluan penyiaran radio atau televisi dengan nilal impor atau harga jual Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) atau lebih per set atau per unit d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat elektromagnetik, dan instrumen musik, selain yang dikanakan 10% d.1 Mesin pengatur suhu udara, terdiri dari kipas yang digerakkan dengan motor dan ex 8415.10.10.00 elemen untuk mengubah suhu atau kelembaban udara, termasuk mesin-mesin ex 8415.10.20.00 tersebut yang tidak dapat mengatur kelembaban udara secara terpisah.

d.2

d.3 d.4 d.5

d.6

e.

- Dari jenis jendela atau dinding, dengan kapasitas pendingin di atas 2 PK sampai dengan 3 PK - Dari jenis yang digunakan untuk orang di dalam kendaraan bermotor Mesin pencuci piring dari tipe rumah tangga. - dioperasikan secara elektrik - tidak dioperasikan secara elektrik Mesin pengering dengan kapasitas linen kering tidak melebihi 10 kg dari jenis yang dipakai untuk rumah tangga. Mikrowave oven Piano termasuk piano otomatis; harpsichord dan instrumen keyboard bersenar lainnya - Piano tegak - Grand Piano - Lain-lain Instrumen musik, dengan suara yang dihasilkan, atau harus diperkuat, secara elektrik (misaInya: organ, gitar, akordeon). - Intrumen keyboard selain akordeon - Lain-lain Kelompok wangi-wangian Parfum dan cairan pewangi yang siap untuk dijual eceran dengan nilai Impor atau harga jual Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) atau lebih per ml.

ex 8415.10.30.00 ex 8415.10.40.00 8415.20.00.00 8422.11.10.00 8422.11.20.00 ex 8451.21.00.00 8516.50.00.00 9201.10.00.00 9201.20.00.00 9201.90.00.00 9207.10.00.00 9207.90.00.00 ex 3303.00.00.00

3. PPnBM Selaian Kendaraan Bermotor dengan tarif 30%

No URAIAN BARANG a. Kelompok kapal atau kendaran air Iainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara dan angkutan umum. Kendaraan air lainnya untuk pelesir atau olah raga, sampan dan kano - Dapat digembungkan - Lain-lain -- perahu layar, dengan atau tanpa motor pembantu. -- Sampan, kano, dan kendaraan air sejenis lainnya yang tidak bermotor. b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikanakan 10% b.1 Perlengkapan Golf - Bola golf - Perlengkapan golf lainnya selain tongkat golf. b.2 Perlengkapan menyelam: - Pakaian selam. - Kacamata pelindung untuk selam. Peralatan ski air, papan selancar, papan selancar layar dan olah raga air lainnya. - selancar layar - Lain-lain
4. PPnBM Selaian Kendaraan Bermotor dengan tarif 40%

Nomor HS

ex 8903.10.00.00 ex 8903.91.00.00 ex 8903.99.00.00

9506.32.00.00 ex 9506.39.00.00 4015.90.10.00 ex 9004.90.40.00 ex 9004.90.90.00 9506.21.00.00 9506.29.00.00

No URAIAN BARANG a. Kelompok minuman tertentu yang mengandung akohol a.1 Bir terbuat dan malti - Bir hitam dan porter - Lain-lain termasuk ale

Nomor HS

2203.00.10.00 2203.00.90.00

a.2 Minuman fermentasi dari buah anggur segar, termasuk minuman fermentasi yang diperkuat; grape must; dengan kadar alcohol tidak tidak melebihi 26% proof ex 2204.10.00.00 - Minuman fermentasi pancar - Minuman fermentasi lainnya, grape must yang fermentasinya dengan atau dihentikan dengan penambahan alcohol; - Minuman fermentasi; - Dalam kemasan 2 liter atau kurang 2204.21.11.00 ex 2204.21.12.00 - Dalam kemasan di atas 2 liter 2204.29.11.00 ex 2204.29.12.00 - Grape must - Dalam kemasan 2 liter atau kurang 2204.21.21.00 ex 2204.21.22.00 - Dalam kemasan di atas 2 liter 2204.29.21.00 ex 2204.29.22.00 - Grape must lainnya 2204.30.10.00 ex 2204.30.20.00 a.3 Vermouth dan minuman fermentasi lainnya dari buah anggur segar yang diberi rasa dengan zat nabati atau beraroma. - Dalam kemasan 2 liter atau kurang 2205.10.10.00 2205.10.20.00 - Dalam kemasan di atas 2 liter 2205.90.10.00 2205.90.20.00 a.4 Minuman fermentasi lainnya (misalnya anggur buah apel, sari buah pir, larutan madu dalam air); campuran minuman fermentasi dan campuran minuman fermentasi yang tidak mengandung alkohol; -- Fermentasi sari buah apel dan fermentsi sari buah pir 2206.00.10.00 -- Sake (minuman fermentasi dari beras) 2206.00.20.00 2206.00.30.00 -- Toddy -- Shandy dengan kadar alkohol melebihi 0.5% tetapi tidak melebihi 1% dari 2206.00.40.00 2206.00.50.00 -- volumenya 2206.00.90.00 -- Shandy dengan kadar alkohol melebihi 1% tetapi tidak melebihi 3% dari volumenya Lain-lain, termasuk fermentasi larutan madu dalam air b. Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan b.1 Saddlery dan harness untuk semua macam binatang (termasuk tali kekang, ex 4201.00.00.00 kekang, penutup lutut, penutup mulut, tutup sadel, tas sadel, jaket anjing dan sejenisnya) dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) atau lebih per buah. b.2 Peti, Kopor, tas perempuan, tas eksekutif, tas kantor, tas sekolah, dompet kaca mata, tas teropong, tas kamera, tas peralatan musik, kopor senjata, tas penyimpanan pistol dan kemasan semacam itu; tas untuk bepergian, kotak rias, ransel, tas tangan, tas belanja, dompet, pundi, tempat peta, tempat rokok, kantong tembakau, tas perkakas, tas olah raga, tempat botol, kotak perhiasan, kotak bedak, tempat pisau dan kemasan semacam itu, dengan nilai impor atau harga jual Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) atau lebih per buah. - Peti, kopor, tas perempuan, tas eksekutif, tas kantor, tas sekolah dan kemasan semacam itu; -- Dengan permukaan luar dari kulit samak, dari kulit komposisi atau kulit paten;

b.3.

b.4

c. c.1

c.2

--- Tas sekolah ex 4202.11.10.00 --- Lain-lain ex 4202.11.90.00 - Tas tangan, dengan tali bahu maupun tidak, termasuk yang tanpa gagang -- Dengan permukaan luar dari kulit samak; dari kulit komposisi atau kulit ex 4202.21.00.00 paten; - Barang dari jenis yang biasanya dibawa dalam saku atau dalam tas tangan; -- Dengan permukaan luar dari kulit samak, dari kulit komposisi atau kulit ex 4202.31.00.00 paten; - Lain-lain -- Dengan permukaan luar dari kulit samak, dari kulit komposisi atau kulit paten; ex 4202.91.10.00 --- Tas olah raga ex 4202.91.20.00 --- Tas boling ex 4202.91.90.00 --- Lain-lain Pakaian dan aksesori pakaian dari kulit samak atau kulit komposisi atau kulit paten, dengan nilai impor atau harga jual Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) atau lebih per stel atau Rp300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) atau lebih per potong atau perbuah - Pakaian ex 4203.10.00.00 - Sarung tangan, mitten, dan mit; -- Dirancang khusus untuk digunakan dalam olah raga ex 4203.21.00.00 -- Sarung tangan, mitten dan mit lainnya; --- Sarung tangan pelindung kerja ex 4203.29.10.00 --- Lain-lain ex 4203.29.90.00 - Ikat pinggang dan tali sandang ex 4203.30.00.00 - Aksesori pakaian lainnya ex 4303.40.00.00 Pakaian, aksesori pakaian dan barang lainnya dari kulit berbulu dengan nilai impor atau harga jual Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) atau lebih per stel atau Rp300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) atau lebih per potong atau perbuah; - Aksesori pakaian ex 4303.10.10.00 - Pakaian ex 4304.10.20.00 - Lain-lain -- Tas Olahraga ex 4303.90.10.00 -- Lain-lain ex 4304.90.90.00 Kelompok permadani yang terbuat dan sutera atau wool Karpol dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan sudah jadi; - dari wool ex 5701.10.90.00 - dari sutera ex 5701.90.90.00 Karpet dan lantai tekstil lainnya, tenunan tidak berumbai-umbai atau tidak dibentuk jock seperti bludru, sudah jadi, termasuk "kelem", Schumacks", "Karamanie" dan babut tenunan tangan yang semacam itu, selain yang dipergunakan untuk keperluan ibadah. - "Kelem", "Schumacks", Karamanie" dan babut tenunan tangan semacam ex 5702.10.00.00 itu. - Lainnya, dengan konstruksi bulu; -- dari wool ex 5702.41.90.00 -- dari sutera ex 5702.49.99.00 - Lainnya, bukan konstruksi bulu;

c.3

c.4 d.

e. e.1

e.2

-- dari wool ex 5702.91.90.00 -- dari sutera ex 5702.99.99.00 Karper dan penutup Iantai tekstil lainnya, berumbai-rumbai, sudah jadi: - dari wool ex 5703.10.90.00 - dari sutera ex 5703.90.99.00 Karper dan penutup Iantai tekstil lainnya, sudah jadi dari wool atau sutera, ex 5705.00.99.00 selaina dari jenis yang dipergunakan untuk sembahyang Kelompok Barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu. Barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan, untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu - Gelas minum; -- Tidak diasah, dipoles, diburamkan atau dikerjakan secara lain 7013.21.10.00 -- Lain-lain 7013.21.90.00 Barang kaca dari jenis yang digunakan untuk di meja (selain gelas minum) atau untuk keperluan dapur; -- Tidak diasah, dipoles, diburamkan atau dikerjakan secara lain 7013.31.10.00 -- Lain-lain 7013.91.90.00 Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya: Arloji tangan, arloji saku dan arloji lainnya, termasuk penghitung detik, dengan badan arloji dari logam mulia atau logam dari logam kerajang. - Arloji tangan dioperasikan secara elektrik, dilengkapi fasilitas penghitung detik maupun tidak; -- hanya dengan display mekanis 9101.11.00.00 -- hanya dengan display opto-elektronika 9101.12.00.00 -- Lain-lain 9101.19.00.00 - Arloji tangan lainnya, dilengkapi dengan fasilitas penghitung detik maupun tidak; -- Dengan putaran otomatis 9101.21.00.00 -- Lain-lain 9101.29.00.00 - Arloji lainnya; -- Dioperasikan secara elektrik 9101.91.00.00 -- Lain-lain 9101.99.00.00 Jam yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari ligam mulia atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya - Jam dengan penggerak jam -- Dioperasikan secara elektrik ex 9103.10.00.00 -- Lain-lain ex 9103.90.00.00 - Jam panel instrumen dab jam tipe semacam untuk kendaraan darat, kendaraan udara kendaraan luar angkasa atau kendaraan air; -- Untuk kendaraan darat ex 9104.00.10.00 -- Untuk kendaraan udara ex 9104.00.20.00 -- Untuk kendaraan air ex 9104.00.30.00 -- Lain-lain ex 9014.00.90.00 - Jam lainnya: -- Jam beker

--- dioperasika secara elektrik --- lain-lain -- Jam dinding --- dioperasika secara elektrik --- lain-lain -- Lain-lain --- dioperasika secara elektrik ---- kronometer kapal dan kronometer semacam itu ---- jam umum untuk bangunan; jam untuk sistem jam listrik terpusat ---- lain-lain --- Lain-lain ---- kronometer kapal dan kronometer semacam itu ---- jam umum untuk bangunan; jam untuk sistem jam listrik terpusat ---- lain-lain e.3 Barang lainnya yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari emas atau platina atau dari logam yang dilapisi emas atau platina atau campuran daripadanya, selain barang perhiasan dan bagiannya: - Barang hasil tempaan pandai emas dan bagiannya, dari emas atau platina atau dari logam yang dikerajang dengan emas atau platina: -- Dari emas atau platina, disepuh atau dikerajang dengan logam mulia maupun tidak -- Dari emas atau platina kerajang atas dasar logam tidak mulia - Barang lain dari emas atau platina atau dari logam yang dikerajang dengan emas atau platina, selain katalis dalam bentuk kasa kawat atau kasa dari platina untuk keperluan laboratorium. f. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang disebut lampiran III, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum Perahu motor untuk plesir atau olah raga. - perahu motor, selain perahu motor temple - perahu motor temple g. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa penggerak - Pesawat Iayang dan pesawat layang gantung. - Lain-lain h. Kelompok peluru senjata api dan senjata api Iainnya, kecuali untuk keperluan negara - Peluru pengokot atau perkakas semacam itu atau captive-bolt humane killer dan bagiannya - Peluru senapan dan bagiannya -- Peluru -- Lain-lain - Peluru lain dan bagiannya -- Digunakan untuk revolver dan pistol dari 93.02 -- Lain-lain - Lain-lain i. Kelompok jenis alas kaki. i.1 Alas kaki tahan air dengan sol luar dan bagian atasnya dari karet atau dari plastik, bagian atasnya tidak dipasang pada sol dan tidak dirakit dengan cara dijahit, dikeling, dipaku, disekrup, ditusuk atau diproses semacam itu,

ex 9105.11.00.00 ex 9105.11.19.00 ex 9105.21.00.00 ex 9105.29.00.00

ex 9105.91.10.00 ex 9105.91.20.00 ex 9105.91.90.00 ex 9105.99.10.00 ex 9105.99.20.00 ex 9105.99.90.00

ex 7114.19.00.00 ex 7114.20.00.00 ex 7115.90.10.90 ex 7115.90.20.90 ex 7115.90.90.90

ex 8903.92.00.00 ex 8903.99.00.00

8801.10.00.00 8801.90.00.00 ex 9306.10.00.00

ex 9306.21.00.00 ex 9306.29.00.00 ex 9306.30.10.00 ex 9306.30.90.00 ex 9306.90.00.00

i.2

i.3

dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) atau lebih per pasang. - Alas kaki dilengkapi logam pelindung jari. - Alas kaki lainnya -- Menutup lutut -- Menutupi mata kaki tetapi tidak menutupi lutut -- Lain-lain Alas kaki lainnya dengan sol luar dan bagian atasnya dari karet atau dari plastik, dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000,000,- (satu juta rupiah) atau lebih per pasang : - Alas kaki olah raga. -- Bot ski, alas kaki ski untuk lintas alam dan bot papan luncur salju -- Lain-lain - Alas kaki dengan tali pengikat atau tali kulit diatasnya dirakitkan pada solnya dengan alat penusuk. - Alas kaki lainnya, dilengkapi logam pelindung jari. - Alas kaki lainnya: -- Menutupi mata kaki -- Lain-lain Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak atau kulit komposisi dan bagian atas sepatu dari kulit samak, dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000.- (satu juta rupiah) atau lebih per pasang. - Alas kaki olahraga. -- Bot ski, alas kaki ski untuk lintas alam dan bot papan luncur salju -- Lain-lain: --- alas kaki olahraga lainnya dilengkapi paku batang dan sejenisnya (contoh sepatu sepak bola, sepatu lari dan sepatu golf) --- Lain-lain - Alas kaki dengan sol luar dari kulit samak, dan bagian atasnya terdiri dari pengikat dari kulit samak yang menyilang punggung kaki dan sekeliling jempol - Alas kaki dibuat dengan dasar atau alas dari kayu tidak mempunyai sol dalam atau logam pelindung jari - Alas kaki lainnya, dilengkapi logam pelindung jari. - Alas kaki lainnya dengan sol luar dari kulit samak: -- Menutupi mata kaki : --- bot untuk pengendara --- lain-lain - Lain-lain : --- Sepatu boling --- Lain-lain - Alas kaki lainnya: -- Menutupi mata kaki : --- bot untuk pengendara --- lain-lain -- Lain-lain : --- Sepatu boling

ex 6401.10.00.00 ex 6401.91.00.00 ex 6401.92.00.00 ex 6401.99.00.00

ex 6402.12.00.00 ex 6402.19.00.00 ex 6402.20.00.00 ex 6402.30.00.00 ex 6402.91.00.00 ex 6402.99.00.00

ex 6403.12.00.00 ex 6403.19.10.00 ex 6403.19.90.00 ex 6403.20.00.00 ex 6403.30.00.00 ex 6403.40.00.00

ex 6403.51.10.00 ex 6403.51.90.00 ex 6403.59.10.00 ex 6403.59.90.00

ex 6403.91.10.00 ex 6403.91.90.00 ex 6403.99.10.00

i.4

i.5

j. j.1

j.2

--- Lain-lain Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak atau kulit komposisi dan bagian atasnya dari bahan tekstil, dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000.- (satu juta rupiah) atau lebih per pasang. - Alas kaki dengan sol luar dari karet atau plastik; -- Alas kaki olahraga; sepatu tenis, sepatu bola basket, sepatu senam, sepatu latihan dan sejenisnya -- Lain-lain - Alas kaki dengan sol luar dari kulit samak atau kulit komposisi: -- Sepatu lari dan sepatu golf -- Lain-lain Alas kaki Iainnya, dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah) atau lebih per pasang. - Dengan bagian atasnya dari kulit samak atau kulit komposisi - Dengan bagian atasnya dari bahan tekstil - Lain-lain. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor Tempat duduk dapat diubah menjadi tempat tidur maupun tidak, dengan nilai impor atau harga jual Rp.2.000.000 (dua juta rupiah) atau lebih per unit atau satuan: - Tempat duduk dari jenis yang digunakan untuk kendaraan bermotor. - Tempat duduk berputar yang dapat diatur tingginya. - Tempat duduk selain dari tempat duduk taman atau perlengkapan perkemahan, dapat diubah menjadi tempat tidur. - Tempat duduk dari tanaman beruas, osier, bambu atau bahan semacam itu -- Dari rotan -- Lain-lain - Tempat duduk lainnya dengan rangka kayu -- Diberi lapisan penutup, dirakit -- Lain-lain, dirakit - Tempat duduk lainnya, dengan rangka dari logam -- Diberi lapisan penutup -- Lain-lain - Tempat duduk lainnya : -- Babby walkers -- Lain-lain Perabotan lainnya, dengan nilai impor atau harga jual Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) atau per unit atau satuan: - Perabotan dari logam dari jenis yang digunakan di kantor - Perabotan logam lainnya - Perabot kayu dari jenis yang digunakan dikantor, dirakit - Perabot kayu dari jenis yang digunakan didapur, dirakit - Perabot kayu dari jenis yang digunakan dikamar tidur -- Perangkat kamar tidur, dirakit -- Lain-lain, dirakit - Perabotan kayu lainnya -- Perangkat ruang makan dan ruang keluarga, dirakit

ex 6403.99.90.00

ex 6404.11.00.00 ex 6404.19.00.00 ex 6404.20.10.00 ex 6404.20.90.00

ex 6405.10.00.00 ex 6405.20.00.00 ex 6405.90.00.00

ex 9401.20.00.00 ex 9401.30.00.00 ex 9401.40.00.00

ex 9401.50.10.00 ex 9401.50.90.00 ex 9401.61.10.00 ex 9401.69.10.00 ex 9401.71.00.00 ex 9401.79.00.00 ex 9401.80.10.00 ex 9401.80.90.00

ex 9403.10.00.00 ex 9403.20.90.00 ex 9403.30.10.00 ex 9403.40.10.00 ex 9403.50.11.00 ex 9403.50.91.00 ex 9403.60.11.00

j.3

j.4

-- Lain-lain, dirakit ex 9403.60.91.00 - Perabotan dari plastik -- Perabotan dari jenis yang digunakan di kantor ex 9403.70.10.00 -- Lain-lain ex 9403.70.90.00 - Perabotan dari bahan lainnya, termasuk tanaman beruas, osier, bambu atau bahan semacam itu; -- Perangkat kamar tidur, ruang makan atau ruang keluarga dari rotan ex 9403.80.10.00 -- Perangkat kamar tidur, ruang makan atau ruang keluarga dari bahan ex 9403.80.20.00 lain -- dari jenis yang digunakan di taman, kebun atau ruang depan --- dari batu monumen atau batu bangunan yang dikerjakan ex 9403.80.31.00 --- dari semen, dari beton, atau batu tiruan ex 9403.80.32.00 --- dari asbes-semen, dari serat semen selulosa atau sejenisnya ex 9403.80.33.00 --- dari keramik ex 9403.80.34.00 --- lain-lain ex 9403.80.39.00 Alas kasur; barang keperluan tempat tidur dan perabotan keperluan semacam itu (misalnya kasur, selimut tebal, eider down, bantalan kursi, poufe dan bantal) dilengkapi dengan pegas atau diisi atau dilengkapi bagian dalamnya dengan berbagai bahan atau dengan karet atau plastik seluler, disarungii maupun tidak kecuali yang terbuat dari kapuk: - Alas kasur dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000,-(satu juta ex 9404.10.00.00 rupiah) atau lebih per m2 per unit. - Kasur dengan nilai impor atau harga jual Rp.2.000.000,-(dua juta rupiah) atau lebih per m2 per unit: -- Dari karet atau plastik seluler, disarungi maupun tidak ex 9404.21.00.00 -- Dari bahan lainnya --- kasur pergas ex 9404.29.10.00 --- lain-lain, tipe hyperthermia/hypothermia ex 9404.29.20.00 --- lain-lain ex 9404.29.90.00 - Kantong tidur dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000,-(satu juta ex 9404.30.00.00 rupiah) atau lebih per unit atau satuan. - Lain-lain, dengan nilai impor atau harga jual Rp.200.000,-(dua ratus ribu rupiah) atau lebih per unit atau satuan. -- selimut tebal, penutup tempat tidur dan pelindung kasur berat ex 9404.90.10.00 -- bantal panjang, bantal, bantalan kursi, poufe ex 9404.90.20.00 -- lain-lain ex 9404.90.90.00 Lampu dan alat kelengkapan penerangan lainnya, dengan nilai impor atau harga jual Rp.2.500.000,-(dua juta lima ratus ribu rupiah) atau lebih per unit atau satuan: - Lampu dan alat kelengkapan penerang listrik lainnya, dan bagian ex 9405.40.10.00 daripadanya, selain digunakan untuk bedah dan penerangan khusus ex 9405.40.20.00 operasi medis, untuk penerangan umum pada ruang terbuka atau jalan, ex 9405.40.30.00 untuk penunjuk arah jalan. ex 9405.40.40.00 ex 9405.40.50.00 ex 9405.40.60.00 ex 9405.40.90.00 - Lampu dan alat kelengkapan penerangan non elektris, dan bagian dari padanya selain untuk lampu tukang gali batu, untuk lampu gas di bawah tekanan (lampu pompa), dan lampu badai minyak tanah. -- Lampu minyak: --- Dari plastik, batu, keramik atau kaca ex 9405.50.23.00

k.

l.

--- Lain-lain ex 9405.50.29.00 -- Lain-lain ex 9405.50.90.00 Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik - Bak cuci, westafel, alas baskom cuci, alas baskom cuci, bak mandi, bidet, bejana kloset, tangki air pembilasan, tempat kencing, dan perlengkapan sanitasi semacam itu dari keramik dengan nilai Impor atau harga jual Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah) atau lebih per unit atau satuan: -- dari porselin atau tanah lempung cina ex 6910.10.00.00 -- lain-lain ex 6910.90.00.00 - Patung dan bahan jeramik oriental lainnya selain yang merupakan karya seni, dengan nilai impor atau harga jual Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau lebih per unit atau satuan -- dari porselin atau tanah lempung cina ex 6913.10.00.00 -- lain-lain ex 6913.90.00.00 Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu, selain batu jalan dan batu tepi jalan. Ubin, batu monumen dan bentuk lainnya selain yang merupakan karya seni, dengan nilai impor atau harga jual Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) atau lebih per meter persegi atau Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau lebih per meter kubik: - Ubin, kubus dan barang semacam itu, empat persegi panjang maupun ex 6802.10.00.00 tidak (termasuk bujur sangkar), area permukaan terluasnya berbentuk bujur sangkar - Batu monumen atau batu bangunan lainnya dan barang terbuat dari padanya, dipotong atau digergaji secara sederhana, dengan permukan datar atau tetap: -- Marmer, Travertine dan alabaster ex 6802.21.00.00 -- Batu calcareous lainnya ex 6802.22.00.00 -- Granit --- Lembaran tebal dipoles ex 6802.23.10.00 --- Lain-lain ex 6802.23.90.00 -- Batu Iainnya ex 6802.29.00.00 - Lain-lain: -- Marmer, Travertine dan alabaster ex 6802.91.00.00 -- Batu calcareous lainnya ex 6802.92.00.00 -- Geranit ex 6802.93.00.00 -- Batu Iainnya ex 6802.99.90.00

4. PPnBM Selaian Kendaraan Bermotor dengan tarif 50%

No Nomor HS URAIAN BARANG a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus. a.1 Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan, sudah jadi, yang terbuat daru ex 5701.10.90.00 buku hewan halus. a.2 Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus, tenunan, tidak berumbai-umbai atau tidak flock seperti beludru, sudah jadi termasuk "Kelem", "Schumaks" "Keramanie" dan babut tenunan tangan semacam itu selain alas sembahyang "Kelem", "Schumacks", "Karamanie" dan babut tenunan tangan semacam ex 5702.10.00.00 itu

- Lainnya, dengan konstruksi bulu - Lainnya, bukan dengan konstruksi bulu a.3 Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat bulu hewan halus, berumbai sudah jadi. a.4 Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus, sudah jadi, selain alas sembahyang. b. Kelompok pesawat udara, selain yang dikanakan 40%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga b.1 Helikopter - dengan berat tanpa muatan tidak melebihi 2.000 kg - dengan berat tanpa muatan melebihi 2.000 kg b.2 Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya : - dengan berat tanpa muatan tidak melebihi 2.000 kg: -- pesawat udara -- lain-lain dengan berat tanpa muatan melebihi 2.000 kg tetapi tidak melebihi 15.000 kg -- pesawat udara -- lain-lain -- dengan berat tanpa muatan melebihi 15.000 kg : -- pesawat udara -- lain-lain c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikenakan 10% dan 40%. - Tongkat golf: -- Tongkat golf, lengkap -- Tongkat golf, tidak lengkap d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara - Senjata artileri

ex 5702.41.90.00 ex 5702.91.90.00 ex 5703.10.90.00 ex 5705.00.99.00

ex 8802.11.00.00 ex 8802.12.00.00

ex 8802.20.10.00 ex 8802.20.90.00

ex 8802.30.10.00 ex 8802.30.90.00 ex 8802.40.10.00 ex 8802.40.90.00

9506.31.00.00 ex 9506.39.90.00 ex 9301.11.00.00 ex 9301.19.00.00 ex 9301.20.00.00 ex 9301.90.00.00 ex 9302.00.00.00 ex 9303.10.00.00 ex 9303.20.10.00 ex 9301.20.90.00 ex 9302.30.10.00 ex 9303.30.90.00 ex 9303.90.00.00

-- Revolver dan pistol -- Senjata api lainnya dan peralatan semacam itu yang dioperasikan dengan penembakan bahan peledak

4. PPnBM Selaian Kendaraan Bermotor dengan tarif 75%

No URAIAN BARANG a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut dalam Lampiran IV a.1 Minuman fermentasi dari buah anggur segar, termasuk minuman fermentasi yang diperkuat ; grape must; dengan kadar alkohol melebihi 26% proof, - Minuman fermentasi pancar

Nomor HS

ex 2204.10.00.00

- Minuman fermentasi lainnya; grape must yang fermentasi dicegah atau dihentikan dengan penambahan alcohol -- minuman fermentasi --- dalam kemasan 2 liter atau kurang --- dalam kemasan di atas 2 liter -- grape must --- dalam dalam kemasan 2 liter atau kurang --- dalam kemasan di atas 2 liter - Grape must lainnya a.2 Etil alkohol yang tidak didenaturasi dengan kadar alkohol berdasarkan isi kurang dari 80% menurut volumenya; alcohol, sopi manis, dan minuman beralkohol lainnya - Alkohol diperoleh dari penyulingan minuman fermentasi anggur atau grape mare: -- brendi dengan kadar alkohol tidak melebihi 46% menurut volumenya -- brendi dengan kadar alkohol melebihi 46% menurut volumenya -- lain-lain, dengan kadar alkohol tidak melebihi 46% menurut volumenya -- lain-lain, dengan kadar alkohol melebihi 46% menurut volumenya - Whiski -- dengan kadar alkohol tidak melebihi 46% menurut volumenya -- dengan kadar alkohol melebihi 46% menurut volumenya - Rum dan Tafia -- dengan kadar alkohol tidak melebihi 46% menurut volumenya -- dengan kadar alkohol melebihi 46% menurut volumenya - Gin dan Geneva -- dengan kadar alkohol tidak melebihi 46% menurut volumenya -- dengan kadar alkohol melebihi 46% menurut volumenya - Vodka -- dengan kadar alkohol tidak melebihi 46% menurut volumenya -- dengan kadar alkohol melebihi 46% menurut volumenya - Sopi manis dan Cordial -- dengan kadar alkohol tidak melebihi 57% menurut volumenya -- dengan kadar alkohol melebihi 57% menurut volumenya - Lain-lain -- samsu mengandung obat dengan kadar alkohol tidak melebihi 40% menurut volumenya -- samsu mengandung obat dengan kadar alkohol melebihi 40% menurut volumenya -- samsu lainnya, dengan kadar alkohol tidak melebihi 40% menurut volumenya -- samsu lainnya, dengan kadar alkohol melebihi 40% menurut volumenya -- arak dan alkohol nanas dengan kadar alkohol tidak melebihi 40% menurut volumenya -- arak dan alkohol nanas dengan kadar alkohol melebihi 40% menurut volumenya -- bitter dan minuman semacamnya dengan kadar alkohol tidak melebihi 57% menurut volumenya -- bitter dan minuman semacamnya dengan kadar alkohol melebihi 57% menurut volumenya -- lain-lain b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau mutiara atau campuran dari padanya. b.1 Mutiara alam dan atau budidaya, dikerjakan atau ditingkatkan mutunya, tetapi

ex 2204.21.12.00 ex 2204.29.12.00 ex 2204.21.22.00 ex 2204.29.22.00 ex 2204.30.20.00

2208.20.10.00 2208.20.20.00 2208.20.30.00 2208.20.40.00 2208.30.10.00 2208.30.20.00 2208.40.10.00 2208.40.20.00 2208.50.10.00 2208.50.20.00 2208.60.10.00 2208.60.20.00 2208.70.10.00 2208.70.20.00 2208.90.10.00 2208.90.20.00 2208.90.30.00 2208.90.40.00 2208.90.50.00 2208.90.60.00 2208.90.70.00 2208.90.80.00 2208.90.90.00

tidak diuntai, tidak dipasang atau tidak disusun; Mutiara alam atau budidaya, diuntai sementara untuk memudahkan pengangkutan - Mutiara alam -- ditingkatkan mutunya dan diuntai sementara untuk memudahkan pengangkutan -- lain-lain, kecuali yang tidak dikerjakan atau ditingkatkan mutunya - Mutiara budidaya, dikerjakan -- ditingkatkan mutunya dan diuntai sementara untuk memudahkan pengangkutan -- lain-lain b.2 Intan, dikerjakan tetapi tidak dipasang atau tidak disusun

7101.10.10.00 ex 7101.10.90.00 7101.22.10.00 7101.22.90.00 7102.29.00.00 7102.39.00.00

b.3 Batu mulia (selain intan) dan batu mulia semi mulia dikerjakan atau ditingkatkan mutunya, tetapi tidak diuntai, tidak dipasang atau tidak disusun; batu mulia yang tidak ditingkatkan mutunya (selain intan) dan batu semi mulia, diuntai sementara untuk memudahkan pengangkutan - Dikerjakan secara lainnya -- Rubi, safir dan jamrud 7103.91.00.00 -- Lain-lain 7103.99.00.00 b.4 Barang dari mutiara alam atau mutiara budidaya, batu mulia atau batu semi mulia alam - dari mutiara alamatau budidaya 7116.10.00.00 - dari batu mulia atau batu semi mulia alam ex 7116.20.00.00 c. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum. c.1 Kapal pesiar, kapal ekskursi dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan orang; kapal feri dari semua jenis - dengan tonase kotor tidak melebihi 26 ton ex 8901.10.10.00 - dengan tonase kotor melebihi 26 ton tetapi tidak melebihi 250 ton ex 8901.10.20.00 - dengan tonase kotor melebihi 250 ton tetapi tidak melebihi 500 ton ex 8901.10.30.00 - dengan tonase kotor melebihi 500 ton tetapi tidak melebihi 4000 ton ex 8901.10.40.00 - dengan tonase kotor melebihi 4000 ton tetapi tidak melebihi 5000 ton ex 8901.10.50.00 - dengan tonase kotor melebihi 5000 ton ex 8901.10.60.00 c.2 Yact dan kendaraan air lainnya selain yang dikenakan 30% dan 40% untuk ex 8903.90.00.00 pelesir atau olahraga 6.12. Pengisian SPT Masa PPN dan PPnBM Definisi SPT PPN: SPT adalah Surat Pemberitahuan, yaitu : 1. bagi PKP yang menerbitkan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) FP Standar dalam 1 (satu) Masa Pajak adalah SPT Masa PPN baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) maupun dalam bentuk data elektronik. 2. bagi PKP yang menerbitkan lebih dari 30 (tiga puluh) FP Standar dalam 1 (satu) Masa Pajak adalah SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik. Bentuk SPT : Formulir kertas (hard copy); atau Data elektronik, yang disampaikan :

dalam bentuk media elektronik Melalui e-Filing (Peraturan Dirjen Pajak Nomor KEP-05/PJ./2005) e-SPT Aplikasi Pengisian SPT Induk = 1107 Lampiran Pajak Keluaran = 1107 A Lampiran Pajak Masukan = 1107 B Manual Langsung ke KPP/KP4 Melalui Ktr Pos/ekspedisi/kurir Dapat berupa SPT dalam bentuk : formulir kertas atau media elektronik Isi SPT PPN

Cara Penyampaian/pelaporan :

Elektronik e-Filing

Catt: Lampiran tidak perlu disampaikan jika SPT Nihil karena tidak ada kegiatan penyerahan dan perolehan Contoh Pengisian SPT Masa PPN :
Nama NPWP Alamat Jenis usaha Pimpinan : PT Inti Daya : 01.123.456.7-616.000 : Jl. Arif Rahman Hakim 17, Surabaya : Distribusi alat - alat rumah tangga : Anton

Dalam Bulan Februari 2009 terdapat transaksi - transaksi sebagai berikut : Transaksi yang berhubungan dengan penjualan : 1. Tanggal 2 Februari melakukan penjualan ke PT Anda NPWP 01.222.222.2-617.000 sebesar Rp. 50.000.000,- belum termasuk PPN, atas penjualan tersebut telah dibuatkan faktur pajak tanggal 10 Februari 2009 nomor : 010.000.07.00000002 2. Tanggal 4 Februari melakukan penjualan ke PT Baru NPWP 01.333.333.3-618.000 sebesar Rp. 40.000.000,- belum termasuk PPN, atas penjualan tersebut telah dibuatkan faktur pajak tanggal 11 Februari 2009 nomor urut : 010.000.07.00000003 Tanggal 11 Februari, melakukan penjualan kepada Departemen Keuangan (instansi pemerintah sebagai pemungut PPN) sebesar Rp. 100.000.000,- dan tagihan dimasukkan tanggal 27 Februari 2009, nomor urut faktur ; 020.000.07.00000004 tgl 27 Februari 2009 Tanggal 13 Februari melakukan ekpor ke Hanz Pte Ltd Singapura sebesar US$ 4,500.- kurs saat itu sebesar Rp. 10.000,- per USD (nomor PEB 00001) Selama bulan Februari melakukan penjualan kepada selain PKP dengan faktur sederhana sebesar Rp. 90.000.000,-

3.

4. 5.

Transaksi berhubungan dengan pembelian : 1. Tanggal 1 Februari 2009 membeli barang dari PT Caca dengan NPWP 01.444.444.4-619.000 sejumlah Rp. 80.000.000,- dan faktur pajak tertanggal 10 Februari 2009. Nomor 010.000.07.00000017

2.

Tanggal 17 Februari 2009 membeli barang dari PT Data dengan NPWP 01.555.555.5619.000 sejumlah Rp. 90.000.000,- dan faktur pajak tertanggal 10 Februari 2009. Nomor 010.000.07.00000012 Tanggal 25 Februari 2009 membeli barang dari PT Eva dengan NPWP 01.666.666.6619.000 sejumlah Rp. 100.000.000,- dan faktur pajak tertanggal 10 Maret 2009. Nomor 010.000.07.00000013 Tanggal 14 Februari 2009 membeli BMW 318i seharga 400.000.000,- dari PT Mercy NPWP 01.777.777.7-606.000 dengan faktur tanggal 17 Februari 2009 nomor: 010.000.07.00000010 Hitung PPN Terutang untuk Masa Februari 2009! Isikan transaksi - transaksi di atas dalam SPT Masa PPN Februari 2009!

3. 4.

1. 2.

* Ingat 1. Dalam pengisian SPT Masa PPN sesuai tanggal faktur pajak 2. Dalam harga di atas belum termasuk PPN

You might also like