Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Jum'at
ada pada mereka tidak bermanfaat karena tak diamalkan. Dan ilmu yang bermanfaat pada hakikatnya merupakan sumber pahala bagi yang mengajarkanya . 2. Mengalirkan sungai. Mengalirkan sungai disebut sebagai bentuk amalan tak putus pahalanya. Sebab dengan aliran sungai banyak makhluk yang dapat mengambil manfaat. Sejatinya Allah-lah yang menggerakkan air-Nya di muka bumi ini, tetapi sumber-sumber air itu tersembunyi, dan dikaruniakan-Nya kepandaian kepada seorang hamba-Nya untuk dapat membendung dan mengalirkan air itu dalam sebuah aliran panjang. 3. Membuat sumur. Untuk menggali (membuat) sumur adalah amalan yang juga tak putus pahalanya. Pembuatan sumur di daerah langka air sungguh bagaikan menurunkan hujan dari langit bagi makhluk di sekelilingnya. Terlebih bisa ditinggalan bagi generasi yang akan datang 4. Menanam tanaman. Menanam tanaman yang kemudian hasilnya dinikmati oleh makhluk pun memberikan pahala yang tak terputus. Tanaman apa pun itu, sekalipun hanya rumput. Dengannya tanah dapat menahan air yang melimpah dari hujan yang tercurah dari langit, mencegah banjir dan luapan air di tempattempat yang rendah. Biji yang ditanam dan berkembang menjadi pohon yang daunnya rindang melebar, menjadi tempat bernaung dan sebagai tempat ternyaman untuk tidur-tiduran segala makhluk pada siang hari bolong. Siapa yang menanam tumbuhtumbuhan, kemudian sebagiannya dimakan anak Adam atau makhluk Allah lainnya, niscaya baginya (pahala) shadaqah (HR.Bukhari).
32
4 - 19 SYAKBAN 1431
5. Mendirikan masjid. Membangun masjid termasuk perintah agama. Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk membangun masjid di mana saja mereka berada. Sebagaimana pengakuan para sahabatnya : Rasulullah saw telah menyuruh kami membangun masjid di tempat tinggal kami dan supaya kami menjaga kebersihannya. (HR. Ahmad dan Tarmidzi). 6. Meninggalkan anak yang shalih, yang mau mendoakan kedua orangtuanya setelah tiada. Meninggalkan generasi shalih dan shalihah adalah investasi kita di akherat. Sebagaimana Hadist riwayat Muslim di atas yakni : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu : sedekah jariah (termasuk membangun masjid), ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakan kedua orangtuanya (HR. Muslim). Jamaah yang dirahmati Allah. Itulah jalan menuju insvestasi amal kita di akherat nanti, namun ingat semua itu akan sia-sia dan tak akan berguna bila tanpa disadari keikhlasan dan mengharap ridla Allah semata Sebab banyak orang beramal namun hanya karena ingin dilihat manusia. Itulah ujian Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasul saw yang artinya. (Jalan) menuju jannah itu penuh dengan sesuatu yang tidak disukai manusia, dan (jalan) neraka itu dilingkupi sesuatu yang disukai oleh syahwat Semoga Allah selalu memberi kekuatan ikhlas dan menggerakan hati kita untuk berbuat yang lebih banyak. Sehingga termasuk orang yang beruntung. Amin.
Khutbah Kedua
Marilah kita berdoa, semoga kita mendapatkan rahmat Allah SwT dalam segala amal kehidupan kita.
Penulis Mantan Ketua DPD IMM Jateng, Tim Pendiri Pondok Pesantren Muhammadiyah Manafiul Ulum Boyolali
Khutbah Jum'at
BERSIAP MEMASUKI RAMADLAN
MUSTOFA W HASYIM
Allah untuk menyampaikan risalah Islamiyah kepada kita dan seluruh umat manusia di muka bumi. Dengan memperbarui kesadaran bersyahadat ini maka makin mantaplah kita dalam ber-Islam dan beriman kepada Allah SwT. Juga makin kuatlah landasan kita dalam berihsan, dalam mempraktikkan akhlakul karimah sesuai yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan seharihari. Setelah itu, marilah kita semua menyampaikan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, semoga kemuliaan dan rahmat senantiasa melimpah ruah tercurahkan kepada beliau, kemudian melimpah kepada para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Amin. Dan yang sangat penting karena menjadi inti dari penyelenggaraan ibadah Jum'at adalah, marilah kita semua memperbarui takwa kita, marilah kita menambah kualitas takwa kita kepada Allah. Karena hanya dengan bekal takwa itulah kita akan selamat menjalani hidup di dunia sampai akhirat nanti. Sebagaimana difirmankan oleh Allah, "Sesungguhnya sebaik-baiknya bekal itu adalah takwa". Hadirin Jamaah Jumat yang senantiasa dimuliakan Allah. Orang yang bertakwa, dalam ajaran agama kita disebut muttaqun. Dan untuk mencapai kualitas seperti itu banyak caranya. Salah satunya adalah erat kaitannya dengan topik khutbah siang ini. Yaitu mempersiapkan diri memasuki bulan Ramadlan. Untuk mempersegar ingatan kita marilah kita baca kembali bunyi ayat yang menjadi dasar dari datangnya perintah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadlan. Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepadamu untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat terdahulu sebelum kami, agar kamu sekalian termasuk orang-orang yang makin bertakwa. (Q. s. Al Baqarah: 183) Bunyi ayat itu sudah sangat jelas. Kita semua diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada umat-umat sebelum kita. Tujuan dari pelaksanaan ibadah puasa juga jelas. Agar kita makin bertambah takwa. Kalau dimaknakan, maka perintah menjalankan ibadah puasa erat kaitannya dengan perintah menjalankan ibadah Jumat sebagaimana yang siang ini kita laksanakan. Salah satu rukun ibadah Jum'at adalah khatib dalam khutbahnya harus menyampaikan anjuran untuk menjaga takwa jamaahnya. Nah, kalau dalam ibadah Jumat ada anjuran untuk mempersegar kesadaran kita bahwa dalam hidup ini yang namanya takwa harus senantiasa ada dan terjaga dalam diri kita. Maka dalam perintah menjalankan ibadah puasa jelas-jelas disebutkan bahwa tujuannya untuk menjadikan kita makin bertambah takwa itu. Dan keduanya, kalau dicermati sama-sama memiliki dua dimensi hubungan keagamaan kita. Pertama, dalam ibadah Jumat dan ibadah puasa ada dimensi hubungan vertikal, yaitu hablu minallah. Kedua, dalam ibadah Jum'at dan ibadah puasa juga sama-sama mengandung hubungan horizontal atau hablu minannas. Pengertian di atas dapat kita simak pada ayat yang artinya: (Yaitu) pada beberapa hari yang
33
Hadirin jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah. Petama-tama patutlah kita semua bersyukur kepada Allah SwT yang telah mengaruniai kita semua nikmat umur, nikmat harta dan nikmat agama dan iman sehingga hari ini kita punya kesempatan untuk hadir dalam majelis ibadah Jum'at yang sangat mulia ini. Dengan senantiasa mensyukuri nikmat Allah semoga kita dijauhkan dari azab Allah dan kita didekatkan dengan hadirnya nikmatnikmat yang baru yang sangat kita butuhkan. Kemudian, marilah kita senantiasa memperbarui syahadat kita dengan terus memperbarui kesadaran bahwa memang Allah-lah Tuhan sesembahan kita. Dan memang Nabi Muhammadlah Nabi dan Rasul yang diutus oleh
Khutbah Jum'at
ditentukan. Maka, barangsiapa di antara kamu sakit atau bepergian, maka gantilah puasa itu (yang tidak dapat dilaksanakan karena sakit atau dalam perjalanan itu) di hari lain. Dan terhadap orangorang yang sangat berat baginya mengerjakan puasa, wajib baginya untuk membayar fidyah (yaitu) memberi makan kepada orang miskin, dan barangsiapa sukarela mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik baginya, dan puasa itu lebih baik baginya jika kamu mengetahui. (Q.s. Al-Baqarah: 184). Ibadah puasa ini, kelihatannya berat. Tetapi sesungguhnya mudah memudahkan manusia. Kalau dilaksanakan dengan ikhlas maka selain akan mendapat status sebagai orang yang bertakwa maka orang yang berpuasa sesungguhnya sedang menjalankan ikhtiar untuk memperbaiki kesehatannya. Yaitu memberi istirahat kepada alat pencernakannya pada siang hari dan dengan puasa manfaat kesehatan yang lain juga akan didapat. Terjadi pembersihan kotoran di dalam tubuh dan dalam darah, sehingga orang yang berpuasa akan makin sehat. Meski demikian, jika pada saat bulan Ramadlan ada di antara kita yang tengah sakit atau bepergian, maka diberi keringanan untuk tidak berpuasa pada saat itu. Boleh diganti di hari lain. Dan bagi orang yang memang sangat berat untuk menjalankan puasa karena sudah tua atau ada gangguan kesehatan atau karena kerja berat tidak memungkinkan berpuasa maka mereka dapat mengganti puasanya dengan membayar fidyah. Yaitu memberi makan kepada orang miskin. Meringankan sekaligus memberi manfaat kepada orang miskin yang membutuhkan makanan pada bulan puasa itu. Dalam ayat, ada kata-kata barangsiapa sukarela mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Maksudnya adalah,
34
4 - 19 SYAKBAN 1431
selain menjalankan kewajiban, maka jika ada di antara kita yang menabur kebaikan seperti memberi makan takjil bagi orang yang berpuasa, memberi sedekah, menggembirakan keluarga dalam berpuasa dengan cara membuat suasana makan asyik dan lebih lezat suguhannya, asal tidak berlebihan, juga menabur kebaikan yang lain selama puasa maka pahalanya akan berlipat ganda. Ini dapat dimaknakan bahwa ibadah puasa memiliki dimensi hablu minannas. Lebih-lebih lagi, secara konkret dan nyata, praktik ibadah puasa itu kan mencegah kita dari hal-hal yang membatalkannya. Yaitu makan, minum, tidak berhubungan biologis suami isteri dan tidak mengeluarkan kata-kata kotor yang menyakitkan hati orang lain. Dengan demikian, puasa dapat menjaga kita semua selamat dari api neraka yang berasal dari perbuatan kita terhadap diri sendiri atau perbuatan kita terhadap orang lain. Demikianlah kutbah singkat kami, semoga kita semua mulai siang ini dapat mempersiapkan diri kita untuk memasuki bulan Ramadlan dengan sebaik-baiknya. Amin.
Hadirin yang terhormat yang senantiasa diberkahi oleh Allah. Marilah kita mulai siang ini betulbetul mempersiapkan diri kita untuk memasuki bulan Ramadlan. Caranya adalah dengan menata niat kita, dengan menyucikan tubuh kita, hati kita, dengan membersihkan pikiran kita dan jiwa kita dari semua hal yang mengotorinya. Mari kita persiapkan istri kita, anak-anak kita, cucu kita, keluarga kita, tetangga kita, jamaah masjid kita untuk memasuki bulan yang mulia, bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan, yaitu bulan puasa. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dan ibadah yang lain untuk melengkapi puasa kita di bulan Ramadlan yang sebentar lagi datang. Marilah kita akhiri khtubah ini dengan berdoa kepada Allah dengan khusuk.
Khutbah kedua