You are on page 1of 24

IKM-IKK FK Unsri

Kebutuhan air minum: sekitar 2 liter

/orang/hari; Kebutuhan air domestik sekitar 100 L/orang perhari; Air digunakan: Domestik: minum, MCK; Industri; Transport; Rekreasi; Pembangkit enersi; Habitat mahluk hidup.

Penyakit menular terkait air


Bakteri, virus dan parasit dapat disebarkan via

air dan menularkan penyakit; Penyakit yang paling umum adalah diare dan muntaber (eg. Cholera), typhoid, p-typhoid, giardiasis, cryptosporodiosis, dll. Sebagian besar penyakit yang dapat tersebar via air juga dapat tersebar via makanan; Dalam hal schistosomiasis, penularan terjadi via kulit dan parasit pergi ke usus dan vesica urinaria.

Carrying Capacity (Daya Dukung)


Air yang mengalir dapat membersihkan dirinya sendiri; O2 terlarut, partikel tanah dan tanah liat, mahluk hidup

dalam air (bakteria, plankton) berperan dalam proses ini; Air mengalir dapat melarutkan, mengoksidir dan mematikan pathogens asalkan cukup waktu dan selama daya dukungnya tidak terlampaui. assimilative capacity; AC dapat terlampaui bila penduduk pemakai air terlalu padat.

Kemamapuan ini disebut carrying capacity atau

Persediaan Air dibumi


Jumlahnya tetap, tetapi bervariasi
menurut lokasi dan bentuk fisiknya; 96.5% air laut; 2.53 % air tawar; Dari 2.53 % air tawar:
68.7% berbentuk es; 30.1 % air tanah; 0.34 % air permukaan (sungai, danau, rawa, dll).

Menurut agenda 21 (Rio, 1992), 80%

penyakit dan lebih dari 1/3 kematian di negara berkembang adalah akibat konsumsi air yang tercemar; Penyakit yang berhubungan dengan air diperkirakan mengambil 1/10 dari waktu produktif setiap orang; 1,4 miliar penduduk dunia tidak memiliki air minum yang sehat; dan 2,9 miliar belum memiliki derajat sanitasi yang baik; 2,5 juta anak-anak meninggal karena diarrhea setiap tahun. Dilain fihak banyak proyek pembangunan yang berhubungan dengan air: bendungan, irigasi, hydropower berhubungan dengan peningkatan frekwensi penyakit : schistosomiasis, malaria, dan JBE.

Penyakit terkait air (WHO)


Waterborne Diseases: kontaminasi air akibat
excreta manusia dan mencemari makanan dan minuman. Contoh Kolera dan Typhoid fever; Water Privation Diseases: penyakit yang terjadi akibat kurangnya air sebagai kebutuhan domestik. Contohnya diare, kecacingan, penyakit kulit dan mata; Water-based diseases: air merupakan habitat utuk intermediate host. Contohnyua adalah Schistosomiasis; Water-related diseases: air merupakan habitat dari insekta sebagai host. Contohnya malaria, DHF, Yellow fever, JBE; Water-dispersed infection. Air merupakan media yang disebarkan melalui droplet via air conditioning system. Contohnya Legionella.

Aspek Fisik Kualitas Air


Color (warna): adanya warna biasanya karena pengaruh
humus yang mengandung zat besi dan Mn, jadi bisa bersumber dari alam atau karena karat dari sistim distribusi; Dapat juga berasal dari pencemaran akibat limbah industri dan ini bisa berbahaya. Taste and odor (rasa dan bau): ini dapat berasal dari sumber alami atau biologik, pencemaran bahan kimiawi atau side-effects dari desinfektan seperti chlorine. Bau dan rasa dapat terjadi dari penyimpanan atau distribusi. Jadi bila ada perubahan rasa atau warna berasal dari pencearan atau gangguan fungsi sistim distribusi atau storage.

Suhu: suhu air minum bervariasi sesuai keinginan,

namun dari sumbernya air hendaknya bersuhu dingin. Suhu yang meningkat (sampai batas tertentu) dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme, dan meneyebabkan perubahan warna, rasa dan bau serta memacu proses korosif. Kekeruhan (turbidity) adanya kekeruhan disebabkan oleh bahan partikulat (particulate matter) akibat kurang baiknya proses penjernihan atau dapat juga karena berasal dari air tanah. Turbiditas tinggi dapat mengurangi efektifitas klorinasi dan memacu pertumbuhan bakteri.

Aspek Kimiawi Kualitas Air


Beberapa bahan kimiawi terlarut dalam air karena proses
alami bersifat essensial buat kehidupan; beberapa bahan lainnya justru meruak kesehatan bila terdapat dgn kandar diatas baku mutu (standar). Bebarap jenis lainnya bersifat essensial dan juga merusak pada kadar yang tinggi. Bahn kimiawi ini dapat digolongkan jadi 3 golongan:
Bahan yang memberikan efek merusak secara akut atau kronik: berbagai jenis logam, nitrat dan sianida; Bahan yneg bersifat genotoxic dan bersifat karsinogen, mutagen dan menyebabkan birth defects. Contohnya bahan organik sintetik, pestisida, arsenic, dll.; Bahan esensial: iodine, selenium, flouride.

Beberapa bahan toksik


Arsenik: umumnya bersumber dari alam. Bahan
galian (ore) yang mengandung Pb, Cu dan Au juga niasanya mengandung As. Sumber alami inilah yang biasanya memperkaya As dalam perairan; Manifestsai pertama keracunan As via air adalah kelainan kulit, bila lebih lanjut dapat memberi kelainan cardiovasculer, liver dan neurologik. (contoh kasus Buyat).

Flouride: terdapat dalam makanan dan air. Intake

umumnya ditentukan oleh kandungan F dalam air minum. Merupakan elemn esensial untuk tulang dan gigi. Tetapi juga bersifat beracun. Rentang kadar aman amat sempit. Rendah mengakibatkan karies, tinggi mengakibatkan mottling gigi dan flourosis tulang. Beberapa negara menambahkan F untuk kesehatan gigi. Iodine: Air minum adalah salah atu sumber penting dari intake I. Bila rendah mengakibatkan goiter, mental retardation atau cretinism. Nitrate: Sumber nitrat dalam air tanah adalah pupuk dan juga pupuk kandang (manure). Nitrat yang tinggi dapat mengancam kesehatan bayi dibawah 6 bulan. Nitrat direduksi menjadi nitrit dan berekasi dengan Hb membentuk Methhemoglobin yang tidak dapat mengangkut O2.

Kualitas dan kuantitas air tawar berhubungan erat.


Dimana air sulit, maka kualitasnya juga sering buruk. Apabila demikian maka pengaruh pencemaran menjadi lebih parah karena tidanya alternatif. Ketiadaan alternatif ini menyebabkan golongan penduduk miskin menjadi lebih peka thd pengaruh pencemaran; Sumber utama pencemaran air tawar adalah: Sewage, buangan industri, air limpasan perkotaan (run-off), air limpasan pertanian. Selain dari bahan beracun, pencemaran mengakibatkan beberapa fenomena sperti:

Acidification : akibat long-range transport pencemar udara akibat industri dan kenderaan; Eutrophication: (pengkayaan nutrien nitrat dan fosfat) sehingga perairan menjadi lebih subur dan cepat dangkal, terutama buat danau, rawa, sungai dan situ.

Kualitas Air Minum


WHO menerbitkan Petunjuk ttg. Kualitas Air
Minum. Pemerintah RI berdasarkan itu menetapkan Baku Mutu Air minum dalam Permenkes 907/2002. (diberikan terlampir) Prioritas tentang air:

Nilai BM air: kadar ini dianggap tidak

Jumlahnya yang cukup; Jumlah yang cukup dan mikrobiologis aman; Jumlah cukup, mikrobiologis aman, secara kimiawi aman.

mendatangkan resiko kesehatan bila di konsumsi selama hidup (70 th)

Mikroorganisme pencemar air ada berbagai-bagai dan

tidak mungkin di cek satu persatu. Sebagai indikator pemcemaran mikrobiologik digunakan indikator bakteria yang hidup dalam feses (adanya menandakan pencemaran oleh tinja); Indikator pokok pencemaran tinja adalah:
Escherichia Coli; Bakteri coliform lain; Fecal streptococci; Sulfite reducing bacteria.

Adanya E-coli merupakan indikator yang terpercaya akan

adanya pathogens, walaupun sebagain besar e-coli bersifat safrofit. Air yang dikunsumsi manusia tidak boleh mengandung e-coli dalam setiap 100 ml sampel; Air yang telah diolah tidak boleh mengadung coliform dalam setiap 100 cc sampel;

Siklus Hidrologi

Jenis Sumur

Contoh Sumur Pedesaan

Proses Pemurnian Air

Metode Pengolahan Air

Pot Chlorinator

Pengendalian Pencemaran
Industrial Sources:
Tanggungjawab pengusaha; Buangan cair (effluent) harus diolah dalam WWTF sampai memenuhi BML baru kemudian di salurkan ke badan air; Pengawasan oleh Bapedalda; Sebelum beroperasi harus memiliki dokumen AMDAL.

Sumber buangan rumah-tangga (sewage) Pencemaran oleh sewage tanggungjawab kota

dan masyarakat; Sewage Treatment Plant ada 3 fase:


Primary: dengan settling dan bakteria yang ada mencernakan bahan organik; Secondary: memacu pencernaan dengan aerasi (O2 rich env.) Tertiary treatment untyuk memisahkan fosfat dan nitrat umunya dengan teknik: Stabilization pond; Activated sludge; Trickling filters; Aerated lagoon; Dll.

References
Yassi, Annale; Kjellstrom, T; De Kok, T. et al. 2001.

Basic Environmental Health. Oxford University Press. Soemirat Slamet, J (2000). Kesehatan Lingkungan. Gadjahmada University Press. Susanna, Dewi, dkk. (eds) (1999). Kesehatan dan Lingkungan. FKM-UI. Departemen Kesehatan RI (2002). Kepmenkes no 907/Menkes/SK/VII/2002 ttg. Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air Minum. Moeller, Dade,W (1997). Environmental Health. Harvard University Press, Cambridge, Mass.

You might also like