You are on page 1of 4

J

ANCAMAN BAHAYA LETUSAN G MERAPI KE ARAH SELATAN PASCA ERUPSI 2006


Subaudriyo*, newi Sri Sayudi*, Moch Muzani*
*BPPTK, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
11. Cendana No. 15 Yogyakarta 55166
Pendahuluan
Erupsi G Merapi 2006 sudah teljadi dimana puncak
aktivitasnya ditandai dengan kejadian awanpanas
guguran pada 14 JUDi 2006, mengarah ke a1ur K. Gendo1
sej auh 7 km. Awan panas tersebut mengakibatkan 2 orang
korban meningga1 karena masuk ke da1am bunker di area
wisata Kaliadem yang terpendam oleh endapan awan
panas yang bersuhu 530 C (diukur sehari setelah
kejadian). Berkaitan dengan upayamitigasi ke depan, ada
3 hal penting yang perlu dicatat yaitu :
I. Erupsi 2006 telah berubah arah dari tradisional
barat-barat daya (meliputi alur K. Senowo, K.
Lamat, K.SatlK. Putih, dan K. Bebeng/Krasak) yang
berlangsung sejak letusan besar tahun 1961,
menjadi ke arah selatan-tenggara masuk alur K.
Gendo!. Dengan telah terbentuknya bukaan kawah
yang menghadap ke selatan-tenggara, maka sektor
K. Woro, K.Gendol, K. Kuning dan K. Boyong
menjadi sangat rawan pada letusan yang akan
datang.
2. Sebelum letusan 2006, ada sebagian masyarakat
lereng GMerapi yang menganggap bahwa lereng
selatan merupakan halaman depan "Kraton
Merapi", sehingga apabila sedang mempunyai hajad
(meletus), tidak akan membuang sampah ke
halaman depan. Letusan G Merapi 2006 telah
mematahkan kepercayaan tersebut, sehingga perlu
upaya nyata agar masyarakat bisa menerima
keadaan ini dan bisa melakukan upaya preventif dari
ancaman awan panas pada letusan yang akan
datang.
3. Sebagian masyarakat, termasuk yang berperan aktif
didalam penaggulangan bencana seperti jajaran
SATLAK PB, Tim SAR, LSM, yang masih salah
mengerti tentang apa yang dimaksud AWAN
PANAS. Mereka mengangap awan panas sebagai
material ringan seperti awanlmendung, yang mudah
hilang terbawa angin. Awan panas diteljemahkan
dari nuee ardante dari Bahasa Perancis, tetapi di
dalam bahasa ilmiah sering menggnnakan istilah
aliran piroklastik (pyroclastic flows). Orang lokal
menyebut sebagai Wedhus Gembel, tetapi oleh
Mbah Marijan dianggap merendahkan Merapi
sehingga dikuatirkan akan mengundang
kemarahannya (komunikasi langsung dengan Mbah
Marijan). Kekeliruan pengertian ini berimplikasi
pada ketidakefektifan dalam upaya mengindari dari
ancaman bahaya, seperti pembuatan bunker,
Buletin Berkaia Merapi
pembuatan "cek dam" di daerah jangkuan awan
panas yang temyata bisa membelokkan pola
alirannya.
Berdasarkan catatan ketiga hal tersebut di atas,
resiko ancaman bahaya letusan ke depan menjadi lebih
besar, mengingat jumlah penduduk di kawasan rawan
bencana cukup padat dan jarak dusun terdekat dengan
puncak Merapi hanya Skm. Oleh sebab itu perlu
dilakukan upaya mitigasi secara intensif dan
berkelanjutan sehingga bisa mengubah pola pikir dan
perilaku masyarakat yang sadar akan ancaman bahaya G.
Merapi. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan dan
simulasi penanggulangan bahaya letusan G Merapi,
dengan asumsi kemungkinan terburuk yaitu apabila
terjadi letusan besar. Letusan G Merapi yang tergolong
besar pada abad ke-20 adalah letusan tahun 193011931
dan tahun 1961.
Menumt Christ Newhall, ahli vulkanologi dari
USGS, bahwa letusan besar teljadi rata-rata sekali dalam
satu abad. Para ahli dan pengambil keputusan tidak boleh
beranggapan bahwa Merapi hanya' akan menghasilkan
letusan tipe Merapi saja, tetapi letusan besar Merapi
masih potensial teljadi pada letusan yang akan datang.
Besar-kecilnya letusan suatu gnnungapi dinyatakan
dalam indek eksplosivitas vulkanik (VEl : Volcanic
Explosivity Index) yang merupakan fungsi dari volume
material hasilletusan. Besamya letusan tergantung pada
beberapa faktor antara lain jenis magma, kandungan gas
dankedalaman dapurmagma.
Pada simulasi ini akan diambil skenario letusan
tahun 1961 dengan asumsi arahnya ke selatan- tenggara.
Hal ini mengingat beberapa faktor yaitu telah terbentuk
bukaan kawah ke arah selatan dan proses alterasi yang
sangat kuat di blok Woro. Apabila ini teljadi, maka
ancaman awan panas akan melanda sektor K. Woro, K.
Gendol, K. Kuning dan K. Boyong.
JenisAncaman Bahaya G Merapi
Ancaman bahaya letusan G Merapi antara lain
awan panas, guguran lava, jatuhan piroklastik, abu
vulkanik (disebut sebagai bahaya primer akibat langsung
dari letusan) dan lahar (bahaya sekunder ancaman lanjut
dari materialletusan). Akan tetapi ancaman bahaya yang
sering mengakibatkan korban manusia secara masif
adalah awan panas dan lahar, sedangkan jenis ancaman
yang lain jarang menimbulkan korban. Guguran lava
teljadi akibat sebagian kubah lava aktifyang tidak stabil
longsor dan biasanya berpijar. Guguran lava ini paling
sering teIjadi di G. Merapi, durasi kejadiannya panjang,
mulai awal proses erupsi hingga berakhirnya erupsi.
J arak luncur guguran lava berkisar antara 1-4 km dengan
arah umumnya mengikuti bukaan kawah dan
pertumbuhan kubah lava. Abu vulkanik tidak
mengakibatkan kematian secara langsung. Dampak
terburuk dari abu vulkanik adalah menyebabkan iritasi
mata dan pemafasan yang menimpak manusia maupun
hewan. Terganggunya saluran pemafasan akibat abu
vulkanik disebut silikosis karena adanya kandungan
silika di dalamnya.
Awan panas adalah aliran masa batuan yang berasal
dari kubah lava aktif yang dilontarkan oleh letusan atau
longsor secara gravitasional membentuk aliran turbulen
I. Endapan material awan
.
2. Curahhujanminirnal40rmnselama2jam
3. Kelerengan cukup curam (>8 %)
Ancaman bahaya lahar tidak bisa diabaikan. Dalam
catatan sej arah bencana lahar, khususnya alur K. Gendol,
pemah menimbulkan kerugian yang cukup signifIkan
(tabel 2). Banjir lahar dalam skala besar seperti yang
tercatat disini akibat dari letusan besar yang teljadi
sebelurnnya seperti letusan tahun 1931-1932 dan 1961-
1969 dimana volume produk letusanya > 50 juta M3.
Untuk letusan dalam skala normal (VEl : 1-2)
kemungkinankecil akan teljadi bencana banjir lahar.
bersuhu tinggi dengan kecepatan
linier terhadap kelerengan. Awan
panas G. Merapi merupakan awan
panas guguran (pyroclastic flows)
yang biasa disebut sebagai tipe
Merapi. Awan panas Merapi bergerak
mengikuti alur sungai serta menirn-
No Tahun Kejadian Kerugian
1 1846
2 1906
3 1931-1932
4 1969
bulkan semburan debu panas ber-tekanan tinggi ke arah
tepi kiriikanan sungai (re1atif tegak lurus terhadap arah
aliran) yang disebut sebagai surges. Karena sifatnya
material padat yang panas, bertekanan tinggi dan
bergerak dengan kecepatan tinggi, maka awan panas
menjadi ancaman utama pada saat teljadi letusan.
Berdasarkan catatan korban letusan G. Merapi dalam 100
tahun terakhir, 95 % korban meninggal akibat dari awan
panas, sedangkan sisanya akibat dari lahar (lihat Tabell).
Tahun Awan Panas Lahar
1902-1904 16
1920 35
1930-1931 1369
1954 64
1961 6
1969 1 3
1974 9
1976 29
1994 65
2006 2
JUMLAH 1523 76
Tabell.
Jumlah korban manusia akibat awan panas dan lahar G.Merapi, dalam
100 tahun terakhir
Lahar
Lahar adalah aliran lumpur vulkanik yang
dihasilkan karena endapan produk letusanlawan panas
yang terbawa air (hujan) dan membentuk aliran pekat
mengalir ke area yang lebih rendah di lereng gunungapi.
Tidak setiap banj ir di Merapi sebagai bahjir lahar. Ada 3
faktor terbentukuya lahar yaitu :
50 hektar sawah tertimbun
Tidak tercatat
277 hektar tanaman kopi rusak
2 desa, 390 rumah, 270 sawah, 2 iembatan rusak
Tabel2
Bencana JaharyangteIjadi diK. Gendol
Gambaran Singkat Letusan G Merapi tahun 1961
Setelah beristirahat selama 2 tahun, pada 19 Maret
1961 G. Merapi mulai menunjukkan aktivitas letusan.
Pada 18 April 1961 teIjadi awan panas cukup besar ke
arah K. Batang (barat daya) dengan jarak luncur 6,5 km
meneljang Desa Gendeng. Puncak letusannya teljadi
pada 8 Mei 1961 ditandai dengan teljadinya awan panas
besar mencapai j arak 12 km ke arah K. Batang (I km dari
Pos Ngepos). Awan panas tersebut melongsorkan 90 %
kubah lava barn. Jumlah total material hasil letusan
sebesar 42 juta M3. Indeks letusan (VEl = 3). Jumlah
korban 6 orang meninggal dan 6 orang luka bakar terkena
awan panas. Korban yang teljebak awan panas pada 8
Mei 1961, karena mereka kembali ke rumah masing-
masmg dari tempat pengungsian setelah 3 minggu
mengungsi.
Proyeksi Letusan 1961 ke arah Selatan- Tenggara
Letusan G. Merapi dalam skala besar dengan VEl =
3 berpeluang teljadi sekali dalam satu abad. Letusan
dalam skala ini, bisa telj adi ke arah selatan teuggara
dengan asumsi :
1. Telah terbentuk bukaan kawah ke arah selatan /
tenggara ke alur K. Gendo!. Dengan terbentukuya
bukaan kawah seperti itu, kemungkinan arah letusan
mendatang akan mengikuti bukaan kawah tersebut.
Bukaan kawah 1961 menyebabkan arah letusan
tidak bergeser selama lebih dari 40 tahun
2. Bagian atas lereng Gegerbuaya telah longsor pada
erup si 2006, sehingga mengurangi tingkat
kestabilan kubah lava yang terbentuk di atasnya
Buletin Berkala Merapi
3. Blok lava di komplek Woro yang merupakan sisa
lava 1905, telah teralterasi sangat kuat sehingga
kondisi fisik batuannya telah lapuk.
Apabila teIjadi letusan mengikuti skenario ini, maka
perkiraan ancaman bahayanya (hazard assessment) dapat
diperkirakan. Alur sungai utama yang akan dilalui aliran
material awanpanas masing-masing adalah :
1. K. Gendol merupakan arah utama mengingat buka-
an kawahnya mengarah pada alur sungai ini.
Diperkiirakan awan panas akan mencapai jarak
kurang lebih 12 km dari puncak.
2. K. Woro merupakan salah satu alur sungai terdekat
yang sangat potensi ikut terlanda awan panas bila
awan panas besar meluncur ke alur K. Gendol
karena dibagian hulu ( pada ketinggian di atas 2000
m dpl) kedua sungai tersebut menjadi satu. Sebab
lain K.Woro juga akan terlanda awan panas adalah
No
Pakem Hargobinangun
KI
bila blok lava komplek Woro ikut longsor. Awan
panas diperkirakan akan mencapai jarak 10 km dari
puncak. '
3. K. Kuning dan K. Boyong kemungkinan akan
terlanda awan panas sejauh 8 km dari puncak,
mengingat Gegerbuaya telah runtuh dibagian
atasnya. lni bisa teIjadi karena dalam letusan besar
peitumbuhan kubah lava sangat cepat mencapai 200
ribu m3lhari dan akan membentuk kubah lava yang
tinggi dan tidak stabil.
Dengan skenario letusan seperti digambarkan di
atas, maka desa-desa / dusun yang terancam oleh awan
panas G. Merapi meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten
Sleman, Propinsi DIY dan Kabupaten Klaten, Propinsi
Jawa Tengah. Adapun nama-nama desa yang
diperkirakan akan terlanda awan panas tercantum seperti
dalam tabel berikut :
914
TImur 1240
,
SldorejO
Umbulharjo
1 Steman
Kepuharjo
Cangkringan
Glagaharjo
Argomulyo
Tegatmulyo
Sidorejo
Klaten Kemalang
Balerante
Buletin Berkala Merapi
I i
~
>eiUiiC
(opene
:epuh
i
i iLoi'"
i 1 Kidul
I-:lliI,
ladina
letis
SUiiih--C-
Salam
=
'aieoar
i i
.raian
I
'utuh Kulon
~
i i
~
~
25
595
38e
424
283
45e
Tabel3.
Wilayah yang sangat
rawan terhadap
ancaman awan panas
di sektor selatan
Untuk rnengantisipasi kernungkinan ancarnan
, bahaya tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan
kapasitas rnasyarakat rnelalui penyuluhan dan pelatihan
seperti sirnulasi penanggulangan bahaya. Disarnping itu,
perlu koordinasi antara Kabupaten Klaten dan Kabupaten
Siernan dan bisa bisa dilaksanakan secara operasional
hingga tingkat desa/dusun. Oleh sebab itu, ada beberapa
catatan yang perlu diperhatikanuntuk rnelakukan
sirnulasi penanggulangan ancarnan awan panas, sebagai
berikut:
I. Oleh karena rnencakup dua kabupatendari propinsi
yang berbeda, rnaka perlu koordinasi yang baik di
dalarn penanggulangan ancarnan bahaya awan
panaskedepan '
2. Waktu perioda krisis ketika aktivitas rnernasuki
status SIAGA yang ditandai dengan rneningkatnya
trend dari sernua data rnonitoring yang ada rnenuju
ke arah letusan rnernpunyai waktu yang berbeda dari
satu kegiatan letusan dengan letusan yang lain.
Mengingat hal tersebut rnaka untuk skenario ini
diarnbil kurun waktu satu bulan. Masa pengungsian
selarna satu bulan rnernbuat warga jenuh, sehingga
sebagian dari rnereka kernbali ke ternpat asalnya
pada saat akan rnencapai puncakuya. Hal ini sering
rnenirnbulkan korban, seperti letusan tahun 1961.
Hal ini perlu dicarikan solusi yang tepat dengan
resiko rendah.
Status Gejala Umum
Akan segera meletus, keadaan kritis
3. Perlu kesepakatan pernaharnan tentang rnakua
perubaha statu aktivitas G Merapi dan langkah-
langkah antisipasi yang dilakukan baik bagi aparat
rnaupun rnasyaraka!.
Berkait dengan rnakua perubahan status aktivitas
GMerapi, berikut disarnpaikan status aktivitas GMerapi
besertakriteria dan langkah yang di lakukan oleh BPPTK
(Balai Penyelidikan dan Pengernbangan Teknologi
Kegunungapian) dalarn rneghadapi setiap perubahan
status aktivitas G Merapi.
Penutup
Tulisan ini disusun sebagai bahan di dalarn
penyusunan rencana kontijensi di Kabupaten Siernan dan
Kabupaten Klaten. Tujuannya untuk rnernberi garnbaran
yang lebih terukur dalarn penyusunan rencana kontijensi
dalarn rangka rnengantisipasi kernungkinan terburuk
yaitu teIjadi letusan besar yang rnernpunyai probabilitas
sekali dalarn seratus tahun. Salah satu upayanya adalah
rnelakukan penyuluhan dan simulasi penanggulangan
ancarnan bahaya letusan G Merapi. Kegiatan ini perlu
dilaksanakan secara reguler pada saat yang tepa!. Bila
perlu, kegiatan penyuluhan dan sirnulasi
penanggulangan bencana rnenjadi suatu kewajiban bagi
penduduk yang tinggal kawasan rawan bencana. Ke
depan diharapkan kegiatan ini rnenjadi kegiatan wajib
latih penanggulangan bencana.
Tabel4.
StatusAktivitas G Merapi
Aksi
- Keadaan sangat kritis
- Koordinasi harian
AWAS dan dapat menimbulkan bencana setiap
- Daerah paling rawan dikosongkan/pengungsian
saat
- Piket penuh
- Keadaan kritis
Semua data monitoring memperlihatkan - Koordinasi harian
SIAGA
kecenderungan meningkat menuju ke - Penyiapan saranal prasarana
arah letusan dan dapat menimbulkan - Penyuluhanl sosialisasi ulang di
bencana daerah KRB bila dirasa perlu di ulang
- Piket penuh
- Keadaan belum kritis
WASPADA
Ada kenaikan aktivitas di atas normal - Penyuluhan
yang terlihat dari berbagai parameter - Inventarisasi saranal Prasarana
- Piket terbatas
Tingkat aktivitas pada background data,
- Tidak ada ancamanbahaya
NORMAL
tidak ada gejala peningkatan
- Monitoring rutin
- Survei dan penvelidikan
Buletin Berkala Merapi

You might also like