Professional Documents
Culture Documents
Widodo Setiyo Pranowo *), Nining Sari Ningsih **), Agus Supangat *)
*) Pusat Riset Wilayah Laut & Sumberdaya Non-hayati, BRKP – DKP
**) Laboratorium Pemodelan Oseanografi, ITB
email: w_setiyopranowo@mail.dkp.go.id
Abstract
Coastal territorial water of Jepara precisely in District of Kedung is fishpond areal for the width of
805.717 Ha or 65,43% from wide of fishpond areal in Jepara region. There are canal (gates tide)
as water outlet and inlet of the fishpond areal in the coastal region of Kedung. Tidal current effect
is very dominant in water circulation between fishpond areal and coastal waters around. This
study use COHERENS 2 Dimension numerical model (Luyten, dkk., 1999) for the simulation of
tidal current during 45 day by using Nested Model Technique. Hydrodynamic model simulation
results show that the rhythm of dominant current flows to Northeast at ebb tide to lowest water
condition, and then changes direction at flood tide to highest water condition. The maximum
current speed on Kedung waters at Neap tide and Spring tide conditions are 0,079 m/detik and
0.235 m/s, respectively. this tidal current transporting water from coastal territorial water to the
fishpond areal at the flood tide, and change direction to transporting waste water from the fispond
areal to the coastal waters at the ebb tide.
Keywords: tidal current, spring tide, neap tide, hydrodynamics numerical modeling
Abstrak
Perairan pantai Jepara tepatnya di Kecamatan Kedung adalah areal pertambakan seluas
805.717 Ha atau 65,43% dari total luas areal pertambakan di wilayah Kebupaten Jepara.
Sepanjang wilayah pantai Kedung terdapat kanal-kanal (tide gates) sebagai inlet dan outlet air
laut ke areal pertambakan. Arus akibat pasang surut dalam hal ini adalah sangat dominan dalam
proses sirkulasi air laut ke areal pertambakan. Kajian ini menggunakan model numerik
COHERENS 2 Dimensi (Luyten, dkk., 1999) untuk mensimulasikan arus pasut selama 45 hari
dengan menggunakan Nested Model Technique. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa pola
arus secara dominan bergerak ke arah Timurlaut dari saat air menuju surut hingga saat air
terendah dan sebaliknya bergerak ke arah Baratdaya dari saat air menuju pasang hingga saat air
tertinggi. Kecepatan arus maksimum di perairan pantai Kedung pada kondisi pasut Perbani dan
Purnama berturut-turut adalah 0,079 m/detik dan 0,235 m/detik. Arus pasut ini pada saat pasang
akan mentransporkan air dari perairan pantai menuju ke inlet areal pertambakan, dan pada saat
surut mentransporkan limbah dari kanal-kanal outlet menuju perairan pantai.
Kata kunci:
arus pasut, pasut purnama, pasut perbani, pemodelan numerik, hidrodinamika
1. Pendahuluan
Perairan pantai Jepara tepatnya di Kecamatan Kedung adalah areal pertambakan seluas
805.717 Ha atau 65,43% dari total luas areal pertambakan di wilayah Kebupaten Jepara.
Sepanjang wilayah pantai Kedung terdapat kanal-kanal (tide gates) sebagai inlet dan outlet air
laut ke areal pertambakan.
Arus akibat pasang surut dalam hal ini adalah sangat dominan dalam proses sirkulasi air
laut ke areal pertambakan. Arus pasut ini pada saat pasang akan mentransporkan air dari
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 111
perairan pantai menuju ke inlet areal pertambakan, dan pada saat surut mentransporkan limbah
dari kanal-kanal outlet menuju perairan pantai.
Kajian ini diperlukan sebagai studi awal terhadap fenomena fisik perairan yang
selanjutnya bisa digunakan untuk studi lebih lanjut tentang penyebaran limbah organik dari areal
pertambakan terhadap perairan pantai sekitarnya.
2. Metode
2.1 Persamaan Model Hidrodinamika
Studi ini menggunakan model hidrodinamika 2 dimensi horisontal COHERENS (A
Coupled Hydrodynamical-Ecological Model for Regional and Shelf Seas). Persamaan
pembangun yang digunakan adalah sebagai berikut (Luyten, dkk., 1999):
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 112
τ11 = komponen tegangan gesek yang bekerja pada bidang
yang tegak lurus x1 dan searah x1 (m2/detik),
τ12 = komponen tegangan gesek yang bekerja pada bidang
yang tegak lurus x1 dan searah x2 (m2/detik),
τ22 = komponen tegangan gesek yang bekerja pada bidang
yang tegak lurus x2 dan searah x2 (m2/detik),
a. Model Besar
Batas area model besar meliputi Semarang (110,43 °BT dan 6,93 °LS), Kep. Karimunjawa
(110,43 °BT dan 5,88 °LS), Rembang (111,34 °BT dan 6,70 °LS), dan satu stasiun laut
sebagai batas area model di sisi timur bagian utara memiliki koordinat (111,34 °BT dan 5,88
°LS). Total luas area sekitar 120 km x 108 km atau 12.960 km2. Area model besar ini dibagi
menjadi grid dengan lebar ∆x = ∆y = 4000 meter. Simulasi dijalankan dengan langkah waktu
∆t = 12 detik.
b. Model Menengah
Batas area model menengah dimulai dari koordinat 110,50 °BT hingga 110,72 °BT, dan 6,45
°LS hingga 6,92 °LS). Total luas area sekitar 24 km x 52 km atau 1248 km2. Area model
menengah ini dibagi menjadi grid dengan lebar ∆x = ∆y = 400 meter. Simulasi dijalankan
dengan langkah waktu ∆t = 8 detik.
c. Model Kecil
Total luas area model kecil sekitar 8 km x 11 km atau 88 km2, yaitu meliputi perairan pantai
Kedung, Jepara. Data kecepatan arus hasil observasi pada bulan Maret 2001 di Sungai
Serang, Kanal Kenceng, K. Gawe, dan K. Langgar digunakan sebagai nilai batas terbuka
sungai (lihat Tabel 2). Sedangkan pada batas terbuka laut digunakan elevasi muka laut yang
dihasilkan dari simulasi model menengah Area model ini dibagi menjadi grid dengan lebar ∆x
= ∆y = 100 meter. Simulasi dijalankan dengan langkah waktu ∆t = 4 detik.
Daerah model besar, menengah, dan kecil dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan
desain model hidrodinamika dapat dilihat pada Tabel 1.
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 113
Tabel 1. Desain Model Hidrodinamika
GRID LANGKAH
( ∆ x = ∆y ) WAKU (∆t) DIMENSI
MODEL BESAR (12.960 km2) 4000 meter 12 detik 27 x 31 grid
MODEL MENENGAH (1248 km2) 400 meter 8 detik 60 x 130 grid
MODEL KECIL (88 km2) 100 meter 4 detik 11 x 8 grid
Hasil pemodelan hidrodinamika yang telah dilakukan menunjukkan bahwa arah arus pada model
besar, menengah maupun model kecil sudah konsisten. Dimana pola arus yang terjadi hanya
disebabkan oleh perbedaan tinggi elevasi muka laut akibat pasang surut.
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 114
maksimum 0,630 m/detik. Dan sebaliknya bergerak ke arah Barat dari saat air menuju pasang
hingga saat air tertinggi dengan kecepatan maksimum 0,400 m/detik.
Apabila pengamatan difokuskan kepada area dimana posisi model menengah dan kecil
akan berada didalam area model besar (lihat kembali Gambar 1), maka pola arus bergerak ke
arah Timurlaut dari saat air menuju surut hingga saat air tersurut, dan sebaliknya bergerak ke
arah Baratdaya dari saat menuju pasang hingga saat air tertinggi. Pola arus tersebut terjadi baik
pada kondisi pasut Perbani maupun Purnama.
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 115
Tabel 3. Tinggi Elevasi antara Semarang dan Karang Bokor pada Kondisi Purnama (Spring Tide)
0 .4
- 0 .4
0 12 0 240 360 480 600 72 0 840 960 10 8 0
W akt u ( j am)
COHERENS ORITIDE
Gambar 2. Verifikasi Elevasi Muka Laut Hasil Simulasi Model Kecil Lokasi Karang Bokor
(1 Maret – 15 April 2001)
Gambar 3. Verifikasi Komponen Arus Pasut U dan V Hasil Simulasi Model Besar di Lokasi
Lemah Abang (4 – 18 Oktober 1993)
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 116
Gambar C-8. Pola Arus Hasil Simulasi Model Kecil pada Kondisi Pasut Purnama Saat Air Pasang dengan
skala kecepatan arus sbb: = 0,075-0,0235 m/detik, = < 0,075 m/detik.
Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional, 30-31 Juli 2003, ISBN: 979-95802-5-0 OSL 117