You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

Dalam berpikir manusia sering kali terpacu pada pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Dimana setiap pengetahuan ini dapat diperoleh dari pengalaman inderawi (empirik), rasio (akal), dan intuitif (perasaan). Setiap orang memiliki tiga keadaan yang berbeda-beda, sebab memilik dasar kebenaran yang tidak sama sebagai munculnya ilmu pengetahuan. Penelahaan dan pengkajian terhadap pemikiran manusia inilah yang disebut sebagai filsafat. Salah satunya adalah filsafat ilmu. Dimana dalam filsafat ilmu itu ada cabang lagi, yaitu filsafat pengetahuan (epistemologi). Berkaitan dengan adanya perbedaan-perbedaan sumber ilmu pengetahuan yang sebagai dasar memperoleh ilmu yang berbeda-beda sehingga menghasilkan kebenaran yang belum pasti maka salah satu munculnya filsafat ilmu adalah menelaah ilmu pengetahuan.

BAB II ISI

A. Latar belakang munculnya filsafat ilmu Perbincangan filsafat ilmu sudah mulai merebak di awal abad ke 20, namun Francis bacon dengan metode induksinya pada abad ke 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar Filsafat Ilmu. Sebagian tokoh filsafat dan ilmuwan memandang peran dan fungsi filsafat ilmu mulai maju ketika berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Dengan kejadian ini muncul rasa khawatir pada para filusuf, ilmuwan, bahkan agamawan khawatir bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia. Mereka melihat ancaman tersebut pada perkembangan iptek yang tidak sesuai dengan asumsi-asumsi filosofisnya, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu kehadiran filsafat ilmu sangat dibutuhkan sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagiaan umat manusia. B. Definisi Filsafat Ilmu a. Pengertian secara etimologi Secara etimologi kata filsafat ilmu terdiri dari dua kata yakni filsafatr dan ilmu. 1. Filsafat Kata-kata filsafat diucapkan falsafah dalam bahasa arab, dan berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia yang terdiri dari dua kata yaitu philos (cinta) dan sophia (pengetahuan) yang berarti makna keseluruhan yakni cinta kepada pengetahuan. Menurut Cicero penulis romawi, orang yang pertama memakai kata filsafat adalah Phitagoras (497 SM) sebagai reaksi terhadap orang-orang cendekiawan pada masanya, dan ia menamakan dirinya sendiri sebagai seorang ahli pengetahuan.1 Pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution filsafat adalah sebagai berikut: Pengetahuan tentang hikmah Pengetahuan tentang prinsip Mencari kebenaran Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas2.

1 2

Cicero (497 SM) Prof. Dr. Harun Nasution

Berfilsafat berarti melakukan pengkajian terhadab kebenaran dengan menggunakan akal pikiran manusia. Namun tidak semua berpikir dapat dikatakan berfilsafat. Beberapa karateristik yang masuk dalam kegiatan berfilsafat, antara lain: Berpikir secara radikal, yang berarti berpikir sampai ke akarnya, hakikat atau subtansinya. Berpikir secara universal, berarti berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum. Konseptual, yang dimaksud konsep adalah hasil perumusan dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Koheren dan konsisten, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir secara logis dan tidak mengandung kontradiksi. Sistematik, artinya harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung suatu maksud tertentu. Komprehensif, artinya mencakup secara menyeluruh. Bebas, artinya bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, maupun religius. 2. Ilmu Kata ilmu secara etimologi berasal dari bahasa arab Akma, yalamu, ilmun yang berarti pengetahuan. Ilmu dapat dibangun dari dua sumber yakni sumber empirik dan rasional. b. Pengertian secara terminologi Jika ditelaah kembali pengertian filsafat dan ilmu dapat diambil pengertian filsafat secara istilah adalah kegiatan yang serius dalam pengkajian dan pemahaman tentang kebenaran berdasarkan akal. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran ilmu pengetahuan yang didukung oleh telaah atas dunia empirik melalui kegiatan pengkajian atau penelitian. Jadi filsafat ilmu merupakan upaya mengkaji hakikat ilmu, termasuk bagaimana cara memperoleh ilmu dan kemanfaatannya bagi kehidupan umat manusia. C. Mengapa filsafat itu penting a. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam

mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah bahwa semua ilmu pengetahuan harus terbuka terhadap pertanyaan dan bantahan serta sangkalan. Dan kesemuanya itu harus ditanggapi dengan argumen - argumen yang sifatnya obyektif, atau dapat dimengeri secara intersubyektif (oleh semua pihak). Filsafat

adalah ilmu yang mencintai dan terus mencari kebijaksanaan. Filsafat adalah pengetahuan mengenai semua hal yang didapat melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan menjelaskan hakekat dari segala sesuatu dengan tetap mengedepankan aspek rasionalitas. b. Filsafat dan ilmu pengetahuan berinteraksi dengan baik. Filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalanpersoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. D. Ruang lingkup filsafat ilmu a. Objek material filsafat ilmu Objek material (pokok bahasan) filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri, yaitu pengetahuan sudah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Imi didasarkan dengan kajian

filosofik bahwa pada umumnya filsafat ilmu berusaha mencari esensi dari ilmu itu. Ilmu pengetahuan sebagai objek kajian filsafat ilmu memberikan pengetahuan bahwa yang dikaji untuk filsafat ilmu adalah pengetahuan. Ini berarti juga bahwa sebagai objek materi filsafat ilmu, ilmu pengetahuan juga harus mampu membahas ilmu secara mendalam. Ilmu dibedakan secara esensial dan substansial dari pengetahuan dan nonpengetahuan. Perbedaan ini diketahui melalui kajian filsafat yang membedakan filsafat ilmu dengan filsafat pengetahuan, atau mitos, mistik, dan agama. b. Objek formal filsafat ilmu Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan. Dengan kata lain objek formal dari filsafat ilmu adalah teori-teori yang merupakan pemikiran yang tertuang dalam aliran yang berbicara tentang kebenaran ilmiah. Pemikiran melahirkan tentang hakikat, metodologi dan kemampuan ilmu bagi kehidupan manusia. Sehingga muncul problem-problem mendasar seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya. Problem-problem inilah yang dibahas dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Landasan pengembangan ilmu dapat di skemakan seperti gambar di bawah ini.

LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

ONTOLOGIS

EPISTEMOLOGIS

AKSIOLOGI

APA

BAGAIMANA

UNTUK APA

REALITAS

METODOLOGI

TUJUAN

Landasan ontologi Landasan ontologi titik tolak penelaahan ilu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosof yang dimiliki oleh seorang ilmuwan, dikenal sebagai pemikiran filosofik tentang sumber terbentuknya ilmu dan pengetahuan. Sikap filosof secara garis besar dapat dibedakan kedalam dua macam, yakni materialisme dan spiritualisme. Ilmu pengetahuan bersifat materialisme artinya segala sesuatu bersumber dari materi, oleh sebab itu segala realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistis. Pengembangan ilmu berdasarkan pada materialisme cenderung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi pengembangan ilmu-ilmu lain. Spiritualisme mempunyai makna ilmu pengetahuan hakikatnya adalah spiritual. Artinya pandangan metafisika menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Cenderung menjadi dasar

pengembangan ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan ilmu lain. Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Jika realitas yang dimaksud adalah materi maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris, jika realitas yang dimaksud adalah spiritual maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora. Landasan epistemologi Kata epistemologi berasal dari kata epistem yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi epistemologi adalah teori pengetahuan (filsafat pengetahauan). Landasan epistemologi dalam pengembangan ilmu berbicara tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan dengan cara apa

mengembangkannya. Cara memperoleh pengetahuan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu siklus empirik untuk ilmu-ilmu kealaman, dan dengan cara linear atau rasional untuk ilmu-ilmu sosial humaniora. Cara kerja siklus empirik meliputi diservasi, penerapan, metode induksi, melakukan eksperimen, verifikasi atau pengajuan ulang terhadap hipotesa yang dilakukan, yang menganggap pengetahuan dapat diperoleh dengan apriori (tanpa penelitian). Sehingga kaum empiris menganjurkan untuk kembali pada alam untuk mendapatkan pengetahuan. Bertentangan dengan kaum rasionalis yang beranggapan ide tentang kebenaran sudah ada dalam pikiran manusia, namun tidak menciptakannya dan tidak mempelajarinya dari pengalaman. Dengan kata lain ide tentang kebenaran yang menjadi dasar pengetahuan diperoleh dari berpikir secara rasional. Sistem pengetahuan dibangun secara koheren di atas landasan-landasan yang sudah pasti. Landasan aksiologi keilmuan Aksiologi merupakan prinsip filosofik yang membahas tentang manfaat, guna dan makna sesuatu bagi kehidupan dengan kata lain bagaimana sesuatu mempunyai makna dan bernilai guna bagi kehidupan masyarakat. Dalam kontek filsafat ilmu aksiologi merupakan dasar berpikir dalam rangka pengembangan ilmu. Dengan demikian ilmu itu tidak bertentangan dengan tata nilai baik dari peraturan positif maupun normatif. E. Hubungan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan Berbicara mengenai filsafat ilmu dan filsafat pengetahuan secara substansif keduanya berbeda tetapi berkaitan. Menurut Jujun S. Suriasumantri dengan meminjam pemikiran Will Durant menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan (1982:22)3. Filsafat pengetahuan yang lebih dikenal dengan istilah epistemologi yang berasal dari kata yunani, episteme dan logos. Episteme diartikan pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara etimologi diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut sebagai teori pengetahuan. Filsafat Pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan

Jujun S. Suriasumantri dan Will Durant

kodrat

dan

skope

pengetahuan,

pengandaian-pengandaian,

dan

dasarnya,

serta

pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan dibangun dari dunia empirik yang bisa diperoleh melalui pengalaman (empirika) inderawi, rasio (akal), dan intuitif (rasa, hati/akal budi/nurani). Abbas Hamami Mintarejo memberikan pendapat bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi4. Dalam memperoleh pengetahuan sudah dijelaskan diatas dapat melalui pengalaman inderawi, rasio dan intuitif seseorang sehingga setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan jenis pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan inderawi, pengetahuan rasio dan pengetahuan intuitif. Oleh karena itu, Filsafat Pengetahuan berbicara mengenai hakikat kebenaran empirik inderawi, rasio dan intuitif. Seperti apa yang disampaikan oleh M. Arifin bahwa ruang lingkup epistimologi adalah hakikat, sumber dan validitas pengetahuan tersebut5. Objek epistemologi menurut Jujun S. Suriasumatri berupa segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Proses memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan. Dan menurut Jacques Martain, tujuan epistemologi bukanlah hal yang untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu. Pemahaman tentang ilmu memberi corak pemahaman tentang metodologi masing-masing ilmu. Filsafat Pengetahuan hanya melihat alat apa yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan (epistemologi). Untuk mengetahui perbedaannya perlu ditelaah kembali artiata filsafat dan ilmu secara terminologi dapat diartikan filsafat ilmu adalah kegiatan yang serius dalam pengkajian dan pemahaman tentang kebenaran berdasarkan akal. Kebenaran disini adalah kebenaran ilmu pengetahuan yang didukung oleh telaah dunia empirik melalui kegiatan pengkajian atau penelitian. Jadi filsafat ilmu itu upaya mengkaji hakikat ilmu, termasuk bagaimana cara memperoleh ilmu dan kemanfaatannya bagi kehidupan bangsa. Inilah yang membedakan antara filsafat pengetahuan dengan filsafat ilmu. D. Tugas Filsafat Ilmu Semua ilmu sudah dibicarakan dalam filsafat. Bahkan beberapa ilmu pengetahuan lahir dari filsafat, yang berarti ilmu memisahkan dari filsafat. Misalnya matematika, astronomi, fisika,

4 5

Abbas Hamami Mintarejo M. Arifin

kimia, biologi, psikologi, dan sosiologi. Jadi dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa, Filsafat Ilmu mempunyai tugas antara lain : 1. Menekan keseluruhan tentang kehidupan dan alam, karena keseluruhan mempunyai sifat sendiri yang tidak ada bagian-bagiannya. 2. Mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan lain agar mendapat pandangan menyeluruh dan konsisten. 3. Memenuhi tuntutan teori dalam bentuk pendekatan terpadu (multidisipliner) supaya tidak ada dominasi disiplin yang kuat terhadap disiplin yang belum mapan. 4. Mengembangkan hubungan antara manusia, teknologi dan alam secara etis. 5. Menganalisis secara terbuka dan kritis atas berbagai argumentasi, pendapat, tuntutan. 6. Lebih memperdalam dan mengkritisi dalam menjalani studi-studi ilmu.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Filsafat Ilmu berasal dari dua kata yaitu filsafat dan ilmu. Dimana kata filsafat berasal dari Yunani yaitu berasal dari kata philosophia yang berrti cinta pada kebijaksanaan. Berasal dari kata philos yang berarti cinta dan shopos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan kebenaran. Sehingga secara istilah adalah kegiatan yang serius dalam pengkajian dan pemahaman tentang kebenaran berdasarkan akal. Kebenaran yang dimaksud yang kebenaran ilmu pengetahuan yang didukung oleh telaah atas dunia empirik melalui kegiatan pengkajian atau penelitian. Objek filsafat ilmu dibedakan menjadi dua yaitu objek material dan formal. Objek material filsafat ilmu adalah membahas tentang pengetahuan ilmu sendiri, dan obyek formulanya adalah hakikat (esensi). Ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menarik perhatian terhadap problem-poroblem. Filsafat ilmu bertugas mengkaji sesuatu secara mendasar, sehingga filsafat ilmu memerlukan tiga kajian yang perlu dibahas. Yaitu kajian ontologis yang membahas hakikat ilmu. Landasan epistemologis dalam pengembangan itu ilmu berbicara tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan dengan cara apa mengembangkannya. Artinya dengan metode apa mengembangkannya. Cara memperoleh pengetahuan secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu siklus empirik untuk ilmu ilmu kealaman dan dengan cara linear atau rasional untuk ilmu-ilmu sosial humaniora. Dan aksiologi merupakan prinsip filosofik yang membahas tentang manfaat, guna, dan makna sesuatu bagi kehidupan dengan kata lain bagaimana sesuatu mempunyai makna dan bernilai guna bagi kehidupan masyarakat. Sehingga dari tugas filsafat ilmu diatas dapat dijadikan pembeda dengan Filsafat Pengetahuan, dimana Filsafat Ilmu itu berupaya untuk mengkaji hakikat ilmu, termasuk bagaimana cara memperoleh ilmu dan kemanfaatannya bagi kehidupan masyarakat, sedangkan Filsafat Pengetahuan hanya mengkaji bagaimana memperoleh ilmu dan sumber-sumber ilmu saja.

Daftar Pustaka

Sumber dari buku Ghazali, Bachari, Usman, Alim Ruswanto.2005,Filsafat Ilmu,Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga:Yogyakarta. Hanafi, Ahmad.1996. Pengantar Filsafat Islam, Jakarta. Mustansyir, Rizal, Misnal Munir.2000, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Salam Burhanuddin.1998, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara : Jakarta. Surajiyo.2007, Filsafat dan Perkembangannya di Indonesia. Bumi Aksara : Jakarta.

Sumber dari internet http://makalah7.com/makalah-filsafat-ilmu.html http://www.scribd.com/doc/6225811/Pengantar-Filsafat-Ilmu-dr-Liza-Pasca-SarjanaSTAIN-Cirebon

You might also like