You are on page 1of 17

Nama : Safaatul Choiriyah NIM : 6411410113 Rombel : 01

Disebabkan

oleh parasit Plasmodium sp dengan vektor nyamuk Anopheles. Paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis. Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik. Sekitar 300500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. Pada tahun 2007 di Indonesia terdapat 396 Kabupaten endemis dari 495 Kabupaten yang ada.

Jumlah kasus pada tahun 2006 sebanyak 2 juta orang dan pada tahun 2007 menurun menjadi 1.774.845. Pada tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus klinis malaria di Indonesia dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.191.626 kasus. Menurut data profil kesehatan dinkes Jawa Tengah, High Case Incidence (HCI) malaria ditemukan di 31 desa yang tersebar di 5 kabupaten yaitu Purworejo, Kebumen, Purbalingga, Banyumas dan Jepara. Indikator angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) menunjukkan adannya peningkatan jumlah kasus dari tahun 2010 ke tahun 2011. Pada tahun 2010 jumlah kasus malaria sebanyak 3.300 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 3467. Pada tahun 2010 angka kesakitannya sebesar 0,10% dan pada tahun 2011 sebesar 0,11%.

Kasus

malaria di kabupaten Purworejo dari tahun 2000 hingga tahun 2009 umumnya mengalami penurunan. Pada tahun 2000 jumlah kasus malaria ada sebanyak 33.543 kasus dengan nilai API (Annual Parasite Incidence-Indikator angka kesakitan malaria) sebesar 43,7. Pada tahun 2009 jumlah kasus menjadi 359 dan nilai API sebesar 0.47. nilai API pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2007 nilai API sebesar 0.56 dan pada tahun 2008 nilai APInya sebesar 0.6 dan kemudian nilai API tersebut menurun di tahun 2009. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan dengan jumlah kasus menjadi 372 dan API 0.49, dan pada tahun 2011 terdapat 1001 kasus malaria dengan API 1.34.

Keberadaan

penyakit malaria ditentukan oleh adanya berbagai faktor, meliputi parasit malaria, nyamuk Anopheles sebagai vektornya, manusia (host) yang rentan terhadap infeksi malaria, lingkungan dan iklim. Faktor lingkungan yang ikut berperan terhadap kejadian malaria meliputi lingkungan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya.

Lingkungan

fisik yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kejadian malaria yaitu suhu, kelembapan, hujan, angin, sinar matahari, arus air, dan kondisi fisik perumahan.

1.

Suhu Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam tubuh nyamuk. suhu optimum yang dibutuhkan untuk perkembangan parasit yaitu antara 200 hingga 300C. Suhu rata-rata di kabupaten Purworejo berkisar antara 200 hingga 320C
Kelembapan Kelembapan berpengaruh pada masa hidup nyamuk. Semakin rendah kelembapan maka umur nyamuk semakin pendek. Umur nyamuk pendek parasit tidak sempurna Batas minimal kelembapan lingkungan yang menguntungkan bagi hidupnya nyamuk yaitu 60%. Di daerah kabpaten Purworejo memiliki kelembapan rata-rata antara 70 hingga 90%.

2.

3.

Hujan Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk anopheles. Hujan dapat menimbulkan genanganperindukan baru nyamuk. Hujan juga dapat meningkatkan kelembaban relatif, sehingga memperpanjang usia nyamuk dewasa. Pada daerah tertentu kasus malaria meningkat setelah terjadi peningkatan curah hujan yang relatif tinggi.

4.

Angin Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk. Dengan adanya angin, jarak terbang nnyamuk yang awalnya hanya bisa mencapai 2-3 km menjadi 40 km.

5. Sinar matahari Pengaruh sinar matahari terhadap perkembangan larva nyamuk berbeda-beda tiap spesieesnya. Pada spesies tertentu, nyamuk akan berkembang dengan baik pada tempat dengan kondisi lingkungan yang teduh. Namun ada juga yang lebih suka berkembang biak di tempat yang terbuka dan terang.

6.

Ketinggian Ketinggian maksimum penyebaran malaria yaitu 2500 meter di atas permukaan laut. Posisi ketinggian kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter samapi 325 meter diatas permukaan laut. Bagian selatan dari daerah ini merupakan daerah dataran rendah dngan ketinggian antara 025 meter di atas permukaan laut. Dan yang bagian utara merupakan daerha berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 meter sampai 1050 meter di atas permukaan laut.

7. Arus Air
Arus air berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk anopheles. Ada yang lebih menyukai perindukan yang airnya statis, ada juga yang suka pada tempt perindukan yang aliran airnya deras, dan ada juga yang suka pada air yang tergenang.

8.

Kadar Garam

Bebrapa

jenis nyamuk anopheles akan dapat tumbuh optimal di air payau yang kadar garamnya 12-18% dan nyamuk anopheles tidak dapat berkembang/tumbuh di air yang kadar garamnya tinggi yaitu 40%. Namun demikian ada juga spesies dari anopheles yang bisa ditemukan di air tawar.

9.

Kondisi Fisik Bangunan Rumah

Bangunan trumah dengan dinding yang tidak rapat sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit malaria di dalam rumah. Karena dengan banyaknya celah yang ada di bangunan rumah sangat memudahkan vektor untuk keluar masuk rumah dan menulrkan penyakit malaria.

Lingkungan

kimia yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah pH dan salinitas air. pH optimal untuk perkembangan nyamuk antara 5,60 6,50.

Lingkungan

biologi meliputi ada tidaknya vegetasi di sekitar rumah penduduk, ada tidaknya musuh alami larva nyamuk, ada tidaknya catel barrier, dan adanya penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai.

Kebiasaan yang ada disebagian masyarakat untuk berada diluar rumah sampai larut malam akan memperbesar kemungkinan nyamuk berkontak dengan manusia. Pembangunan yang semakin cepat memungkinkan timbulnya tempat perindukan buatan manusia (man made breeding places). Selain itu, adanya peperangan dan perpindahan penduduk, meningkatnya kegiatan pariwisata dan perjalanan ke daerah2 endemik mengakibatkan peningkatan jumlah kasus malaria yang diimport.

Ha

: faktor-faktor lingkungan ikut berperan terhadap tingginya kejadian malaria di kabupaten Purworejo. Ho : faktor-faktor lingkungan tidak ikut berperan terhadap tingginya kejadian malaria di kabupaten Purworejo.

You might also like