You are on page 1of 8

PENCEMARAN KUALITAS AIR SUNGAI BEDADUNG OLEH LIMBAH PEMUKIMAN

Tri L.H, Husnia H, Siti M, Nuril H, Saipul, Moh.E.M.L, Marsalita A.P

ABSTRAK Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Sedangkan pada air/ sungai biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.

I.

Pendahuluan Pencemaran air oleh limbah pemukiman sepertinya menjadi salah satu sumber utama dan penyebab pencemaran air yang memberikan dampak paling kentara terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia khususnya di Sungai Bedadung kabupaten Jember. Untuk menangani limbah pemukiman. Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat untuk berlaku bijak dengan limbah rumah tangga yang dihasilkannya. Salah satunya adalah perubahan gaya hidup dan pola pikir tentang sampah, melakukan 3R (Reuse Reduce dan Recycle), serta tidak membuang sampah terutama di sungai dan tempat penampungan air semisal sungai perlu dilakukan oleh semua pihak untuk mengurangi dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga (pemukiman). Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini juga memberikan dampak dan akibat merugikan bagi manusia itu pula.

II. Permasalahan 1. Apa yang dimaksud dengan sungai dan pencemaran sungai ? 2. Sejauh apa pencemaran sampah domestik di Sungai Bedadung? 3. Apa yang menyebabkan masyarakat sekitar menbuang sampah di sungai ? 4. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran ini ? 5. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi pencemaran air di Sungai Bedadung ? 6. Bagaimana upaya pemanfaatan sampah domestik agar lebih berguna ?

III. Pembahasan 1. Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang yang dapat diperbaharui. Air memiliki pengaruh besar terhadap keberlangsungan hidup manusia serta pada usaha memperluas kegiatan pertanian dan industri di berbagai tempat di dunia. Air sebagai sumber daya merupakan salah satu unsur penentu dalam mencapai keberhasilan pembangunan.

Salah satu sumber air adalah sungai. Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir dan meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai, beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es atau salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Saat ini Di Indonesia terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). Saat ini sebagian besar sungai di Indonesia telah tercemar. Pencemaran sungai merupakan tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika dapat mengganggu kesehatan manusia. Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah sehingga air sungai tersebut

kualitasnya menurun dan berkurang nilai gunanya yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. 2. Kebiasaan warga masyarakat di kawasan perkotaan Jember membuang sampah ke sungai belum juga hilang hingga saat ini. Sepanjang Sungai Bedadung yang membelah kawasan kota penuh dengan sampah di sisi kanan dan kiri sungai. Sampah-sampah tersebut bukan hanya menciptakan pemandangan yang kumuh namun juga dapat mencemari lingkungan dan mendangkalkan sungai. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Jember setiap tahunnya secara berkala menunjukkan bahwa pada Daerah Aliran Sungai Bedadung, kualitas air secara fisik sudah tercemar dan tidak layak digunakan sebagai sumber air bersih. Sumber air dikatakan baik apabila air yang dihasilkan memenuhi syarat kualitas air bersih secara fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat sumber air bersih secara fisik yaitu tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Sumber air bersih sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Namun air di DAS Bedadung berwarna kuning muda menyerupai urine. Selain berwarna kuning muda menyerupai urine, air di DAS Bedadung juga keruh. Kekeruhan adalah ukuran pada tingkat dimana cahaya diserap atau dihamburkan oleh bahan tersuspensi dalam air. Kekeruhan pada air permukaan seperti air sungai dihasilkan dari erosi bahan koloid seperti tanah liat, lumpur, pecahan batuan dan oksida logam dari tanah, serat tanaman dan mikroorganisme. Kekeruhan di DAS Bedadung diakibatkan karena adanya limbah rumah tangga. Aktifitas penduduk di sekitar sungai seperti

mandi dan mencuci juga menambah kekeruhan air sungai karena pemakaian sabun dan deterjen.

Pada beberapa titik tertentu di sekitar DAS Bedadung juga tercium bau yang tidak sedap. Bau-bau tidak sedap ini disebabkan karena aktivitas pembuangan limbah rumah tangga oleh penduduk. Penduduk di sekitar daerah aliran sungai terbiasa membuang sampahnya ke sungai, sampah-sampah inilah yang menumpuk dan akhirnya menimbulkan bau yang tidak sedap karena adanya aktifitas pembusukan zat organik seperti bakteri. Bau yang tidak sedap juga diperparah ketika masyarakat sekitar sungai memandikan ternak mereka di sungai. Air sungai di Daerah Aliran Sungai Bedadung diduga memiliki rasa seperti rasa asin atau pahit. Hal ini mengingat DAS Bedadung sudah tercemar akibat aktifitas masyarakat di sekitarnya. Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri atau unsur lain yang masuk ke badan air. Banyak zat yang berhubungan dengan air di alam atau selama penggunaan manusia memberikan rasa dan bau yang jelas. Termasuk mineral, logam dan garam dari tanah, produk akhir dari reaksi biologi dan zat dilimbah. Zat anorganik lebih mungkin menghasilkan rasa yang tidak disertai dengan bau. Bahan yang bersifat alkali memberi rasa pahit pada air, sedang garam logam memberi rasa asin atau pahit.

3. Membuang sampah hanya hal sepele tapi maknanya esensial sekali. Budaya membuang sampah sembarangan juga menjadi trend masayarakat sekarang ini. Efek daripada pembuangan sampah sembarangan terus berlangsung akan menganggu lingkungan pemukiman yang kotor dan tidak nyaman, alur air sungai tersendat serta kesehatan masyarakat akan terganggu. Masyarakat umumnya menganggap remeh tentang artinya kelestarian dan keseimbangan alam demi kesinambungan kehidupan. Jika banjir datang, masyarakat selalu menyalahkan pemerintah padahal hal ini tentu saja kesalahan diri kita sendiri yang tidak peduli terhadap lingkungan. Kondisi sosial dan budaya menjadi sangat penting untuk mengetahui kebiasaan dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, selain itu pola konsumtif masyarakat dan gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi besarnya timbunan sampah dan komposisi sampah yang dimiliki. Masyarakat pada umumnya, memandang sampah sebagai barang yang sudah tidak berguna dan tidak mereka inginkan, sehingga tindakan yang mereka lakukan adalah membuangnya. Persoalan muncul ketika setiap masyarakat memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing, misalnya meninggalkan atau membuang sampah di tempat sembarangan yang mengakibatkan lingkuangan jadi kotor dan kumuh. Sebagian lagi membuang sampah ke saluran air atau ke sungai, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran, yang merupakan salah satu penyebab banjir dan genangan air. Sementara kegiatan memilah sampah belum banyak dilakukan, karena sebagian masyarakat tidak mengerti bagaimana mengelola sampah yang benar dan baik.

Masyarakat sekitar Sungai Bedadung lebih suka membuang sampah ke sungai daripada berjalan membuang sampah di tempat pembuangan sementara (TPS). Tingkat kesadaran masyarakat dalam hal sampah masih kurang peduli, sehingga menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Umumnya masyarakat menyadari bahwa timbunan sampah di Sungai Bedadung dapat mengakibatkan banjir, terutama pada musim hujan serta bau busuk dan tercemarnya air sungai namun kepdulian masyarakat akan kelestarian lingkungan kurang sehingga budaya membuang sampah disungai tetap ada hingga saat ini. 4. Air yang tercemar oleh limbah industri, rumah tangga dan pertanian, kemungkinan besar akan mengakibatkan munculnya mikroorganisme patogen yang nantinya akan mengakibatkan kesehatan pengguna air tersebut akan terganggu. Terlebih lagi apabila sungai tersebut digunakan untuk keperluan MCK. Kegiatan Buang Air Besar di sungai akan mengakibatkan sungaisungai di Wilayah Kabupaten Jember tercemar oleh bakteri E. Coli yang terkandung dalam feses dan dapat mengakibatkan penyakit diare apabila air sungai dikonsumsi ataupun tertelan oleh masyarakat lainnya. Selain itu, warga yang memanfaatkan air sungai untuk mandi dan mencuci pakaian sehari-hari juga beresiko terkena penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kudis dan beberapa penyakit kulit lainnya mengingat air yang mereka

gunakan sudah tercemar oleh berbagai materi dari air limbah domestik. Sedangkan itu dampak tidak langsung akibat dari pencemaran yang terjadi pada sungai-sungai di wilayah Kabupaten Jember sebenarnya akan berujung yang sama pada aspek kesehatan masyarakat. Air sungai yang telah tercemar memiliki kandungan oksigen terlarut (DO) yang sangat rendah. Hal ini karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah atau mendegradasi bahan buangan organic sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air mengikuti reaksi oksidasi biasa. Makin banyak bahan buangan organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik tersebut diperkirakan berasal dari bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan, kotoran manusia dan lain sebagainya. Apabila kandungan DO dalam air sungai menurun maka kemampuan bakteri aerobic untuk memecah bahan buangan organik akan menurun pula. Bahkan bisa jadi bila oksigen yang terlarut sudah habis maka bakteri aerobic akan mati semua. Dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobic akan mengambil alih tugas untuk memecah bahan buangan oleh mikroorganisme yang memerlukan oksigen (kondisi aerobic) dan tanpa oksigen (kondisi anaerobic) (KLH Jember 2007). Deterjen yang banyak ditemukan disepanjang daerah aliran sungai juga berpengaruh terhadap DO yang ada pada air sungai. Deterjen yang banyak dipakai di Indonesia memiliki kandungan fosfat, dan fosfat yang sering digunakan ini lama-kelamaan akan terakumulasi, tingginya nilai parameter deterjen biasanya dapat

dilihat dengan banyaknya tanaman enceng gondok yang ada di sekiatr sungai, semakin tinggi kadar fosfat dalam deterjen yang kemudian dibuang ke sungai maka akan semakin banyak tumbuhan enceng gondok di sekitar sungai. Enceng gondok yang hidup berkoloni mengakibatkan sulitnya cahaya masuk ke dalam sungai yang mengakibatkan fitoplankton sulit untuk berfotosintesis, oleh karena itu Deterjen akan juga berpengaruh terhadap kandungan DO dalam sungai. Selain kurangnya kandungan DO dalam air sungai di wilayah Kabupaten Jember, DAS Bedadung di wilayah Kabupaten Jember berdasarkan pemeriksaan fisik juga banyak mengandung minyak dan lemak. Minyak dan Lemak juga berpengaruh pada air sungai karena air yang tercemar oleh minyak dan lemak tidak dapat dikonsumsi oleh manusia dikarenakan pada air yang mengandung minyak tersebut terdapat zat-zat yang beracun seperti senyawa benzene dan toluene. Pada keadaan DO semakin menipis, maka akan mengakibatkan hewan seperti ikan akan mati. Matinya organisme tersebut akan berpengaruh terhadap rantai makanan yang ada. Salah satunya bagi manusia, dalam hal ini manusia atau masyarakat yang hidup disepanjang sungai akan mengalami kekurangan keanekaragaman makanan. Selain itu untuk sungai yang tercemar pendangkalan sungai akan terjadi. Hal ini disebabkan oleh limbah yang membusuk yang menjadi masalah utama dalam pendangkalan air sungai sehingga debit air berkurang drastis. Sungai yang banyak diisi oleh sampah organik maupun anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri pembusuk dapat menyumbat aliran air, sehingga bila air pada lokasi tertentu terhambat maka dapat memuntahkan air sungai dilokasi tersebut sehingga bencana banjir tak dapat dielakkan.

5. Pemerintah terus berupaya melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan terutama disungai. Pemkab Jember melalui dinas terkait pernah melakukan imbauan agar masyarakat tidak membuang sampah disungai baik melalui poster, spanduk bahkan program Gerakan Jumat Bersih (GJB) namun program bersih lingkungan ini hanya berlangsung sebentar karena kesadaran masyarakat yang kurang terhadap kelestarian lingkungan. Hingga saat ini pemerintah terus berupaya untuk mengatasi pencemaran sungai yang semakin memburuk namun hal ini tidak akan berjalan maksimal tanpa adanya dukungan serta kemauan masyarakat untuk menciptakan DAS yang bersih dan bebas sampah.

6. Sampah merupakan masalah yang memerlukan perhatian lebih agar bermanfaat bagi lingkungan. Salah satu cara agar sampah dimanfaatkan adalah dengan cara pengolahan sampah yang baru yaitu recycling. Daur ulang atau recycling adalah mengembalikan suatu produk atau sisa dari suatu proses produksi ke dalam siklus produksi. Produksi sampah banyak dihasilkan dari kegiatan masyarakat. Sampah masyarakat yang dihasilkan berupa sampah organik, sampah anorganik, dan sampah berbahaya. Saat ini lahan pembuangan sampah semakin sempit karena banyaknya sampah yang menumpuk. Penumpukan sampah terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Proses pemilahan sampah atau daur ulang belum banyak terjadi di lingkungan masyarakat. Kegiatan ini sangat membutuhkan partisipasi masyarakat karena masyarakat berperan penting terhadap lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat adalah konsep zero waste.

Konsep zero waste merupakan konsep pengelolaan sampah secara terpadu yang meliputi proses pengurangan volume timbulan sampah. Prinsip pengolahan sampah zero waste ini adalah sampah yang dikumpulkan dari warga langsung dipilah-pilah berdasarkan bahan. Langkah pertama pemilihan sampah adalah pemilahan atau sortasi sampah. Sebelum memilah sampah, kita harus mengenali jenis-jenis sampah yang ada di rumah terlebih dahulu. Secara umum jenis sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik, anorganik, dan sampah berbahaya. Di lokasi pengolahan, sampah organik diolah menjadi kompos, kemudian sampah anorganik diolah, baik menjadi produk jadi (kertas daur ulang), produk setengah jadi (untuk plastik) atau hanya di packing untuk kemudian dijual (logam, gelas, kardus). Pengolahan sampah sistem zero waste dapat dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat sederhana agar mudah dioperasikan awam. Misalnya dengan menggunakan komposter sederhana untuk pengelolaan sampah organik. Komposter sederhana ini memudahkan warga, terutama para ibu karena proses pengadukan komposter sampah tanpa harus meibatkan bau sampah dan binatang seperti belatung dan kecoa. Penerapan konsep Zero Waste ini banyak dikenal Industri Kecil Daur Ulang ( IKDU ) yaitu konsep pengelolaan sampah yang menitikberatkan pada minimalisasi sampah rumah tangga. Sampah yang diolah atau di daur ulang dapat menjadi satu di antara sumber pendapatan. Pengolahan sampah anorganik, dapat memanfaatkan sampah yang tidak berguna menjadi berguna dan benilai ekonomi tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Hasil dari olahan sampah bisa dijual dengan harga yang relatif sesuai dengan tingkat kerumitannya. Penjualan dari hasil pengolahan sampah dapat meningkatkan penghasilan.

IV. Kesimpulan 1. Pencemaran sungai merupakan tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika dapat mengganggu kesehatan manusia Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa yang dapat membuat air sungai tersebut kualitasnya menurun dan berkurang nilai gunanya. 2. Sepanjang Sungai Bedadung yang membelah kawasan kota Jember penuh dengan sampah di sisi kanan dan kiri sungai. Sampah-sampah tersebut bukan hanya menciptakan pemandangan yang kumuh namun juga dapat mencemari lingkungan dan mendangkalkan sungai. Hasil observasi menujukkan bahwa kualitas air di DAS Bedadung sudah tidak layak pakai. 3. Masyarakat umumnya menganggap remeh tentang artinya kelestarian dan keseimbangan alam demi kesinambungan kehidupan sehingga mereka dengan sengaja membuang sampah ke saluran air atau ke sungai, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran, yang merupakan salah satu penyebab banjir dan genangan air. 4. Dampak langsung maupun tidak langsung akibat dari pencemaran yang terjadi pada sungai-sungai di wilayah Kabupaten Jember sebenarnya akan berujung yang sama pada aspek kesehatan masyarakat. Air sungai yang telah tercemar memiliki kandungan oksigen terlarut (DO) yang sangat rendah. Air yang tercemar oleh limbah industri, rumah tangga dan pertanian, kemungkinan besar akan mengakibatkan munculnya mikroorganisme patogen yang nantinya akan mengakibatkan kesehatan pengguna air tersebut akan terganggu.

5. Pemkab Jember melalui dinas terkait pernah melakukan imbauan agar masyarakat tidak membuang sampah disungai baik melalui poster, spanduk bahkan program Gerakan Jumat Bersih (GJB) namun program bersih lingkungan ini hanya berlangsung sebentar karena kesadaran masyarakat yang kurang terhadap kelestarian lingkungan. 6. Sampah merupakan masalah yang memerlukan perhatian lebih agar bermanfaat bagi lingkungan. Salah satu cara agar sampah dimanfaatkan adalah dengan cara pengolahan sampah yang baru yaitu recycling. Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat adalah konsep zero waste

V. Daftar Pustaka http://alhadafisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail45423-MakalahPencemaran%20Air%20Sungai%20Di %20Indonesia.html http://cgauliz.blogspot.com/2012/03/k ualitas-air-sungai-kabupatenjember.html http://irisinmyeyes.blogspot.com/2011/ 05/pencemaran-kualitas-air-sungaioleh.html,http://id.wikipedia.org/wiki/ Sungai Koran Radar Jember , 19 September 2012

You might also like