You are on page 1of 1

Transurethral resection of the prostate (TURP) merupakan standar pembedahan endo skopik untuk Benign Prostat Hypertrophy (pembesaran

prostat jinak). TURP dilaku kan dengan cara bedah elektro (electrosurgical) atau metode alternative lain yan g bertujuan untuk mengurangi perdarahan, masa rawat inap, dan absorbsi cairan sa at operasi. Metode alternatif ini antara lain vaporization TURP (VaporTode), TU RP bipolar, vaporisasi fotoselektif prostat (PVP), dan enuleasi laser holmium se rta tidanakan invasive minimal lainnya seperti injeksi alcohol, pemasangan stent prostat, laser koagulasi. Menurut Agency for Health Care Policy and Research guidelines, indikasi absolut pembedahan pada BPH adalah sebagai berikut : 1. Retensi urine yang berulang. 2. Infeksi saluran kemih rekuren akibat pembesaran prostat. 3. Gross hematuria berulang. 4. Insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kemih pada buli. 5. Kerusakan permanen buli atau kelemahan buli-buli. 6. Divertikulum yang besar pada buli yang menyebabkan pengosongan buli terg anggu akibat pembesaran prostat. Secara umum pasien dengan gejala LUTS sedang-berat yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan alfa-adrenergik bloker dan/atau 5-alfa reduktase blok inhibito r dipertimbangakan untuk menjalani prosedur pembedahan. TURP diindikasikan pada pasien dengan gejala sumbatan saluran kencing menetap dan progresif akibat pemb esaran prostat yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi obat-obatan. Kontraindikasi TURP TURP merupakan prosedur elektif dan tidak direkomendasian pada pasien tertentu. Hampir semua kontraindikasinya adalah kontraindikasi relatif, berdasarkan kondis i komorbid pasien dan kemampuan pasien dalam menjalani prosedur bedah dan aneste si. Kontraindikasi relatif antara lain adalah status kardipulmoner yang tidak s tabil atau adanya riwayat kelainan perdarahan yang tidak bisa disembuhkan. Pasie n yang baru mengalami infark miokard dan dipasang stent arteri koroner sebaikny a ditunda sampai 3 bulan bila akan dilakukan TURP. Pasien dengan disfungsi spingter uretra eksterna seperti pada penderita miasten ia gravis, multiple sklerosis,atau Parkinson dan/atau buli yang hipertonik tidak bleh dilakukan TURP karena akan menyebabkan inkontinensia setelah operasi. Demi kian pula pada pasien yang mengalami fraktur pelvis mayor yang menyebabkan kerus akan spingter uretra eksterna. TURP akan menyebabkan hilangnya spingter urin int ernal sehingga pasien secara total akan tergantung pada fungsi otot spingter eks ternal untuk tetap kontinen. Jika spingter eksternal rusak, trauma, atau mengala mi disfungsi, pasien akan mengalami inkontinesia. Kontrandikasi yang lain adalah pasien kanker prostat yang baru menjalani radiote rapi terutama brachyterapi atau krioterapi dan infeksi saluran kencing yang akti f.

You might also like