You are on page 1of 20

Petrologi Batuan Metamorf

Posted August 14, 2009 Filed under: Catatan Kuliah | 1. PENDAHULUAN Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi ( Ehlers & Blatt, 1982). Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat dalam. Namun perlu dipahami bahwa proses metamorfosa terjadi dalam keadaan padat, dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses-proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya telah ada. ( Graha, D.S, 1987 .) Menurut Turner (1954, lihat Williams dkk, 1954:161-162) menyebutkan bahwa batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan struktur oleh proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase cair.

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat

perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C- 8000 C, tanpa melalui fase cair (batuan tetap berada pada fase padat).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga bisa terjadi akibat adanya gesekan/friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 1500 500 C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mgcarpholite, Glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadinya pelelehan adalah berkisar 6500 11000 C, tergantung jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994). Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antar butir batuan mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida , asam hidroklorik dan hidroflourik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membantu reaksi kimia dan penyetimbangan mekanis (Huang, 1962). 2. PROSES METAMORFISME Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi ( 3 20 km ) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan ( P ) dan temperatur ( T ) tertentu.

Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami metamorfosa. Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat. Apabila sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi proses metamorfisme tetapi proses aktivitas magma. Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses peleburan batuan.
Tahap-Tahap Proses Metamorfisme

1. Rekristalisasi Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan kembali kristalkristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya sudah ada. 1. Reorientasi Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada. 1. Pembentukan mineral-mineral baru Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya telah ada. 3. TIPE METAMORFOSA Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

III.1. Metamorfosa regional/ dinamothermal


Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga, yaitu metamorfosa orogenik, burial dan dasar samudera(Ocean-floor). III.1.1. Metamorfosa Orogenik Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun. III.1.2. Metamorfosa Burial Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida. III.1.3. Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor) Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

III.2. Metamorfosa Lokal


Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi : (1) Metamorfosa Kontak Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus. (2) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal

Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada xenolith atau pada zona dike. (3) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan granulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit. (4) Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure. Gambar Tipe-tipe metamorfosa (5) Metamorfosa Impact Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite. (6) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah.

IV. MINERALOGI
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk akibat proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan menjadi 3,yaitu : 1. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf seperti kuarsa, felspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan bijih besi. 2. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit dan dolomit. 3. Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit, silimanit, stautolit, kordierit, epidot dan klorit.

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan menjadi secretionary growth, concentrionary growth dan replacement (Ramberg, 1952 dalam Jackson, 1970). Secretionary growth merupakan pertumbuhan kristal hasil reaksi kima fluida yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut. Concentrionary growth adalah proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat ruang pertumbuhan. Sedangkan replacement merupakan proses penggantian mineral lama oleh mineral baru. Secara umum model pertumbuhan kristal ini dapat dilihat pada gambar IV.1. Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan Becke, 1904 (Jackson, 1970). Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik yang menunjukkan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral. Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf (Huang, 1962). Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu stress mineral dan antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau dengan kata lain merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan. Mineral-mineral tersebut umumnya merupakan penciri batuan yang terkena deformasi sangat kuat. seperti sekis. Contoh stress mineral antara lain kloritoid, stauroilit dan kianit. Sedangkan antistress mineral adalah mineral yang kisaran stabilitasnya akan menurun pada kondisi tekanan yang sama. Mineral ini tidak tahan terhadap tekanan tinggi sehingga tidak pernah ditemukan pada batuan yang terdeformasi kuat. Contoh mineralnya antara lain andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.

V. FASIES METAMORFIK
Konsep fasies metamorfik diperkenalkan oleh Eskola, 1915 (Bucher & Frey, 1994). Eskola mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batuan metamorf merupakan karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat hubungan antara kumpulan mineral dan kompisisi batuan pada tingkat metamorfosa tertentu. Dengan kata lain sebuah fasies metamorfik merupakan kelompok batuan yang termetamorfosa pada kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap. Tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperatur tertentu serta dicirikan oleh hubungan teratur antara komposisi kimia dan mineralogi dalam batuan. VI. STRUKTUR BATUAN METAMORF Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut(Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan bagian massa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut. (Bucher & Frey, 1994).

Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi. VI.1. Struktur Foliasi Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa batuan (Bucher & Frey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi butiran(schistosity), permukaan belahan planar(cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jackson, 1970). 1. Slaty Cleavage Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak). Struktur Slaty Cleavage 1. 2. Phylitic Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit) 1. 3. Schistosic Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis). 1. 4. Gneissic/Gnissose Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss. VI.2. Struktur Non Foliasi. Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain : 1. 1. Hornfelsic/granulose Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

1. 2. Kataklastik Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit). 1. 3. Milonitic Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit). 1. 4. Phylonitic Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit) VII. TEKSTUR BATUAN METAMORF Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970). Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini. VII.1. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi : 1) Relict/Palimset/Sisa

Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Contohnya adalah blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen. 2) Kristaloblastik Tekstur kristloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

VII.2. Tekstur berdasarkan ukuran butir


Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi : 1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata 2. Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

VII.3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi : 1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri 2. Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya. 3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya. Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi : (1) Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral (2) Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.

VII.4. Tekstur berdasarkan bentuk mineral


Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi : (1) Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular (2) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic (3) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured(tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral. (4) Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured(lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral. Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi, Yaitu:

Porfiroblastik, apabila terdapat beberapa mineral yangh ukurannya lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts Poikiloblastik/Sieve Texture yaitu tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil. Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kirstal yang sama yang terkena pemecahan (crushing). Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi. Sacaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir. Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut bertekstur homeoblastik, sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari satu tekstur disebut bertekstur heteroblastik.

VIII. PENAMAAN DAN KLASIFIKASI BATUAN METAMORF Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik penamaan batuan beku atau sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan struktur dan teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contohnya sekis klorit) atau nama batuan beku yang mempunyai komposisi yang sama (contohnya granite gneiss). Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya (contohnya kuarsit) atau dapat pula dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya (misalnya granulit). Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf lainnya yang banyak dikenal antara lain :

Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende) dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral prismatiknya terorientasi. Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope. Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur gneissic. Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir semuanya berupa mineral kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang umumnya berwarna hijau. Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik. Skarn, Yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calc-silikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi batuan disekitar kontak dengan batuan beku.

Kuarsit, Yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa. Soapstone, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk. Rodingit, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang terjadi akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa yang mengalami serpentinitasi. (Diktat praktikum petrologi, 2007)

TABEL IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF STRUKTUR CIRI LAIN KOMPOSISI MINERAL UTAMA Klorit Mika Kwarsa GENESA NAMA BATUAN

FOLIASI SLATY - Abu-abu CLEAVAGE kehitaman, hijau, merah - Kilap suram - Belahan berkembang baik - Kehijauan atau merah - Kilap sutera - Belahan tidak berkembang baik - Foliasi kadangkadang bergelombang

- Metamorfosa regional - Dari mudstone, siltstone, claystone dll

BATU SABA (SLATE)

FILIT

SCHISTOSE

Amphibole

Metamorfosa Regional SEKIS

- Kadangkadang hadir garnet GNEISSIC Kwarsa dan feldspar nampak berselang seling dengan lapisan tipis

Piroksen Metamorfosa Regional

GENIS

NON FOLIASI

yang kaya amphibol dan mika - Warna beragam - Lebih keras dibanding kaca - Warna gelap - Berbutir halus - Lebih keras dibanding gelas - Warna putih sampai dengan hitam - Kadang masih terdapat fosil - Lebih keras dibanding kuku jari - Bereaksi dengan HCl - Hijau terang sampai gelap - Kilap berminyak - Lebih keras dari kuku jari - Hitam - Pecahan

KWARSA

KWARSIT

KWARSA/MIKA

Metamorfosa Termal/Kontak

HORNFELS

DOLOMIT Atau KALSIT

MARMER

SERPENTIN

SERPENTIN

ANTRASIT COAL

konkoidal - Lebih keras dari kuku jari - Abu-abu hijau sampai abu-abu biru - Kilap berminyak - Lebih lunak dari kuku jari Possibly related posts: (automatically generated)

TALK

SOAP STON

Petrologi Batuan Beku Tahap Eksplorasi MIGAS Catatan PUISI sebelum PUASA Jenis Batuan.geo

Petrologi Batuan Sedimen Tahap Eksplorasi MIGAS

2 comments so far
1. conny on November 1, 2009 Tolong Pak, saya butuh file ttg sistem kristal mineral, dan trik yg paling mudah untuk mempelajarinya Reply 2. febryirfansyah on November 1, 2009 @ conny : kalo ingin mencari referensi tentang sistem kristal masing2 mineral mungkin bisa dicari di link bawah ini : http://www.mindat.org/ langsung bisa di-search sesuai permintaan. Reply

Leave a reply
name (required) email ( will not be shown ) (required) website

Notify me of follow-up comments via email. Notify me of site updates

Search for:

Dari Pencatat
Selamat datang dalam catatan singkat kehidupan seseorang bernama Febry Irfansyah. Banyak mengungkap catatan tentang ilmu yang digelutinya sehari-hari maupun catatan santai yang semoga dapat menambah wawasan. Selamat Membaca!!

August 2009 M T W T F S S Jun Nov 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Catatan
o o

Catatan Biasa Catatan Kuliah

o o o o o o o o o o o o o o o o o o

Uncategorized 11,068 hits November 2009 August 2009 June 2009 Catatan makna Idul Adha Catatan pesan untuk kebudayaan Indonesia Catatan PUISI sebelum PUASA Ritual Geoscientist menuju pembangunan Jembatan Jawa Sumatera Black Box zaman Pra Kambrium di pulau Sumbawa NTB Petrologi Batuan Beku Petrologi Batuan Sedimen Petrologi Batuan Metamorf Tahap Eksplorasi MIGAS Buku Catatan Semut juga dapat mencium aroma kematian Catatan Geologi Black Box zaman Pra Kambrium di pulau Sumbawa - NTB

Catatan Stats Simpanan Catatan Catatan Terakhir

Catatan Ngetop

Catatan Anda
aziz on Petrologi Batuan Beku aziz on Petrologi Batuan Beku ilma on Si Pencatat fahmi on Petrologi Batuan Beku Ratno on Petrologi Batuan Beku

Catatan Kegiatan
Error: Twitter did not respond. Please wait a few minutes and refresh this page.

Blogroll
o

AAPG

o o o o o o o o

Blog AAPG UNDIP SC Blog ISAMABA SEMARANG Facebook KASKUS WordPress.com Buku Catatan Catatan Geologi Si Pencatat Register Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.com Dari Batu Kristal Dinasti Fatimiah Hingga Golok Emas Arab Sejumlah artefak barang muatan asal kapal tenggelam di perairan Cirebon bakal dilelang besok. Dari 271.384 total koleksi harta karun, ada beberapa yang menyita perhatian.

Halaman Catatan Meta


o o o o o o

Catatan Detik

Wapres 'Silang Pendapat' dengan Pakde Karwo Wakil Presiden Boediono terlibat silang pendapat dengan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Sukarwo. Eit, jangan salah sangka dulu, sebab perbedaan pendapat keduanya tidak menyangkut persoalan yang serius.

Pengacara: DL Sitorus Tak Tahu Soal Uang Rp 300 Juta Darianus Lungguk Sitorus mengaku tidak tahu menahu soal uang Rp 300 juta yang diterima hakim PT TUN Jakarta, Ibrahim. Seluruh proses hukum sudah diserahkan kepada lawyernya, Adner Sirait.

Belum Ada Peserta Lelang Harta Karun Setor Jaminan Pendaftaran peserta lelang harta karun barang muatan kapal tenggelam (BMKT) Cirebon sudah ditutup oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kemen KP). Namun hingga Selasa sore, belum ada peserta lelang menyetorkan jaminan US$ 16 juta.

Komisi III Didesak Serius Ungkap Tragedi Mei

Hingga saat ini penyelesaian tragedi 12 Mei 1998 belum ada titik terangnya. Mahasiswa Trisakti meminta DPR mendesak Presiden SBY membentuk kebijakan politik untuk kasus tersebut.
o

Kejagung Bantah Mutasi Karena Soal Penghentian Kasus Korupsi Wakil Jaksa Agung Darmono membantah bahwa mutasi Kajari Batam dilakukan karena terkait penolakan untuk menghentikan kasus korupsi.

Polisi Bentuk 3 Tim untuk Kejar Perampok yang Tembak Mati 2 PNS Polres Kota Cirebon terus menyelidiki kasus perampokan bersenjata api yang menewaskan 2 PNS UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan kesambi Kota Cirebon. Polres Kota Cirebon telah membentuk 3 tim khusus untuk menyelidiki kasus ini.

Nekat Terjun di Tol, The Mie Hua Meninggal Dunia Setelah beberapa jam dirawat, The Mie Hua (31), menghembuskan nafas terakhir. Diamengalami pendarahan hebat di beberapa bagian tubuhnya yang terluka parah akibat nekat terjun dari jalan tol.

Ada Aliran Dana, Alter Diduga Punya Niat Tak Baik pada Keluarga Jane Ketika Jane pergi meninggalkan rumah, ibunya menemukan ada catatan keuangan dan billing statement atas rekening Jane. Di situ terlihat bahwa ada uang Jane yang diserahkan ke ditransfer ke Alter maupun keluarga Alter.

Tiba di Rutan Bareskrim, DL Sitorus Bungkam Pengusaha DL Sitorus tiba di Bareskrim Mabes Polri. Ia enggan berkomentar kepada wartawan saat dibawa penyidik KPK ke rutan Bareskrim Mabes Polri.

Catatan AAPG
o

OSLO 2008: The North Sea after 40 Years Registration is now open for the AAPG European Region's annual meeting slated October 6 and 7 in Oslo, Norway. The conference will poses the question: After more than 40 years of varied upstream activity in the North Sea petroleum province, what are the key learnings to take forward into the future? A special student focus is planned for this conference []

Scott Tinker Participates in 'More American Energy Forum"

Scott Tinker participated in the U.S. Senate Republican Conference "More American Energy Forum." Review hIs paper titled "Fossil Fuels and Carbon Sequestration in a Global Energy Context."
o

Environmental Geosciences Journal The June issue of DEG's science journal, Environmental Geosciences is available to subscribers.

AAPG European Region Conference - Oslo The AAPG European Region annual conference is slated for Oslo, Norway. It's focus is on 40 years of upstream activity in the North Sea petroleum province. There is a diverse range of companies covering the latest techniques, applications in old and new fields.Ideal for anyone wanting an overview of this region's opportunities.

EXPLORER June issue The June issue of the AAPG Explorer focuses on the Rocky Mountains. Discover unexpected treasurers, a beautiful enigma and how the exploration here benefits from work in the Gulf of Mexico.

Atlas of Deep-Water Outcrops A collection of data (hard copy and companion CD-ROM) on deep-water outcrops geared toward ease of use in reservoir characterization and modeling, with information on all seven continents and 21 countries.

European Region Newsletter for March 2008 Catch up on the latest Region news and meetings, then go beyond typical newsletter content to R&D projects in Europe and abroad, the latest in 4D modeling techniques, and Russia's petroleum history and the future of AAPG's operations there.

2008 International Conference and Exhibition The technical program for this Cape Town meeting set for October 26-29 focuses on "African Energy: Global Impact." While there is a large part of the program that uses examples from the African O&G experience this conference also looks at the larger issues of worldwide energy resources, the technology employed to image and extract them, and how []

Hedberg Research Conference Abstracts

Review abstracts from the fall of 2007 a Hedberg Research Conference held in Banff, Alberta, Canada. The topic focused on was Heavy Oil and Bitumen in Foreland Basin -- From Processes to Products.
o

Distinguished Lecturer Itineraries Updated Terry Engelder and Peter Skelton will be lecturing throughout the U.S. during March. Engelder's lectures focus on fracture reservoirs in the Appalachian Foreland and in France. Skelton expounds on rudists -bizarrely shaped sessile epifaunal bivalves.

Catatan Gambar

More Photos

You might also like