You are on page 1of 2

SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE-04/MEN/88 tentang PELAKSANAAN LARANGAN DISKRIMINASI PEKERJA WANITA

Dengan diundangkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1984 mengenai Ratifikasi Konvensi PBB tentang Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi Bagi Wanita, maka menjadi kewajiban semua pihak untuk mematuhi dan mentaati ketentuan tersebut dengan sebaikbaiknya. Dalam pelaksanaannya, khususnya dalam peneterapan materi KKB dan Peraturan Perusahaan, masih dijumpai hal-hal yang tidak sejalan dengan jiwa Undang-Undang tersebut antara lain mengenai perbedaan usia pensiun serta bantuan/tunjangan biaya pengobatan dan perawatan bagi pekerja laki-laki dan wanita beserta keluarganya. Dalam hal bantuan/ tunjangan biaya pengobatan bagi pekerja wanita sering terjadi bahwa mereka diperlakukan sebagai tenaga kerja dengan status tidak menikah/lajang. Sehubungan dengan hal itu maka diminta perhatian Saudara mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Jika dalam KKB maupun Peraturan Pemsahaan terdapat pengaturan mengenai usia pensiun maka agar batas usia pensiun antara pekerja laki-laki dan pekerja wanita harus disamakan kecuali atas permintaannya sendiri dapat meminta percepatan pensiun dari waktu yang telah ditetapkan. Contoh: Batas Usia Pensiun Pekerja adalah 55 tahun. Khusus untuk pekerja wanita atas kemauannya sendiri dapat mengajukan permintaan pensiun dalam batas usia serendah-rendahnya 40 tahun. 2. Apabila dalam KKB atau Peraturan Perusahaan diatur mengenai pemeliharaan kesehatan pekerja dan keluarganya agar hak pekerja wanita disamakan dengan hak pekerja laki-laki kecuali apabila suami pekerja wanita telah memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan untuk dirinya maupun keluarganya baik dari perusahaan yang sama maupun dan perusahaan/instansi yang berbeda. Misal: Perusahaan memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan untuk pekerja beserta keluarganya ( seorang istri/suami + orang anaknya ). Untuk pekerja wanita di anggap berstatus tidak menikah, sehingga jaminan kesehatan hanya berlaku untuk dirinya saja, kecuali dapat dibuktikan dengan surat keterangan resmi bahwa ditempat suami bekerja tidak mendapatkan jaminan kesehatan untuk dirinya dan keluarganya atau pekerja wanita tersebut berstatus janda dan anak-anaknya menjadi tanggungannya.

3. Memberikan pembinaan dalam pembuatan KKB baru maupun perpanjangannya serta meneliti KKB yang dimintakan pendaftara kepada Menteri Tenaga Kerja dan meneliti Peraturan Perusahaan yang akan disahkan agar tidak terdapat diskriminasi dalam

segala bentuknya terhadap Pekerja Wanita sesuai dengan jiwa Undang-Undang No 7 Tahun 1984, selain dari hal-hal tersebut angka 1 dan 2 di atas. Demikian untuk mendapat perhatian. Jakarta, 16 Agustus 1988 MENTERI TENAGA KERJA TTD DRS. COSMAS BATUBARA Kepada Yth.: 1. Kakanwil Depnaker di seluruh Indonesia; 2. Kandepnaker di sehruh Indonesia. Tembusan: 1. Sckjen, Irjen Depnaker; 2. Dirjen Binawas Depnaker; 3. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Ditjen Binawas.

You might also like