You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dalam ilmu sosiologi biasa ditemukan dua istilah yang selalu berkaitan, yaitu status (kedudukan) dan peranan sosial didalam masyarakat. Status biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sedangkan pean merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu. Status sebagai seorang mahasiswa dapat dipandang sebagai status yang tinggi atau rendah, tergantung dimana ia berada. Sedangkan perannya sebagi mahasiswa seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan seorang mahasiswa diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dilingkungan sekitar. Seorang mahasiswa harus bisa berperan sebagai sosok yang aktif, kreatif dan tanggap terhadap situasi yang terjadi di lingkungan sekitar. Sebenarnya peranan mahasiswa juga tidak terlepas dari kualitas pribadi mahasiswa yang berssangkutan serta kompetensi mereka dalam berkreasi. Pada masyarakat yang paling menghargai mahasiswa pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang mahasiswa tidak memiliki kecakapan dan kompetensi yang dibidangnya. Apalagi mahasiswa-mahasiswa yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi orang-orang disekitarnya, sudah barang tentu akan menjadi bahan pembicaraan orang banyak.

Dihadapan masyarakat, mahasiswa harus bisa menjadi teladan yang kreatif dan sumber inovasi baru. Dalam perspektif perubahan sosial, mahasiswa yang baik tidak saja harus mampu melaksanakan tugas profesionalnya didalam kelas namun harus berperan pula melaksanakan tugas-tugas kemasyarakatan. Hal tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of ahange yang berperan sebagai innovator, motivator, dan fasilitator terhadap kemajuan dan perubahn. Berdasarkan uraian diatas, penulis akan mengungkapkan peranan penulis sebagai tenaga pengajar informal dan peranan penulis di masyarakat desa karanganyar kecamatan kebonagung kabupaten pacitan dalam bentuk Laporan Kerja Mandiri (LKM). B. Ruang Lingkup Laporan Ruang lingkup dalam Laporan Kerja Mandiri (LKM) meliputi: 1. Peran penulis di masyarakat a. Bidang pemerintahan b. Bidang keagamaan 2. Peran penulis dalam dunia pendidikan a. Peranan penulis sebagai pengajar di lembaga pendidikan nonformal b. Peranan penulis sebagai pendidik di lembaga pendidikan nonformal c. Peran penulis sebagai administrator di lembaga pendidikan nonformal C. Tujuan Penyusunan Laporan Memberikan gambaran tentang peranan penulis didalam dunia pendidikan maupun didalam masyarakat.

BAB II PELAKSANAAN KERJA MANDIRI A. Kerja Mandiri di Desa Karanganyar Kecamatan Kebonagung Seorang mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat juga berperan sebagai pendidik, dan penggerak masyarakat. Seorang mahasiswa dituntut bisa menjadi suri tauladan, sehingga harus mampu menjaga citranya sebagai generasi bangsa yang berpendidikan dan kreatif. Secara moral seorang mahasiswa berkewajiban ikut membantu mencerdaskan masyarakat sekitarnya melalui pengetahuan yang dimilikinya. Beberapa pengabdian yang penulis lakukan dalam masyarakat, anatara lain: 1. Bidang pemerintahan Peran penulis dalam bidang pemerintahan adalah sebagai anggota PKK di Desa Karanganyar Kecamatan Kebonagung, adapun hal-hal yang brkaitan dengan lembaga PKK adalah sebagi berikut: a. Pengertian gerakan PKK Gerakan PKK merupakan Gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat. Pemberdayaan Keluarga meliputi segala upaya Bimbingan, Pembinaan dan Pemberdayaan agar keluarga dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri. Tim Penggerak PKK adalah Mitra Kerja Pemerintah dan Organisasi Kemasyarakatan, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana,

pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing masing jenjang demi terlaksananya program PKK. Tim Penggerak PKK adalah warga masyarakat, baik laki laki maupun perempuan, perorangan, bersifat sukarela, tidak mewakili organisasi, golongan, parpol., lembaga, atau instansi, dan berfungsi sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali gerakan PKK. b. Tujuan gerakan PKK Tujuan Gerakan PKK adalah memberdayakan keluarga untuk Meningkatkan kesejahteraan lahir bathin menuju terwujudnya keluarga yang : Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME Berakhlak mulia dan berbudi luhur Sehat sejahtera Maju mandiri Kesetaraan dan keadilan gender Serta kesadaran hukum dan lingkungan. c. Sasaran gerakan PKK Sasaran Gerakan PKK adalah Seluruh Anggota Keluarga yang masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan kemampuan dan kepribadiannya dalam bidang : 1. Mental spiritual, meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2. Fisik

material,

meliputi

pangan,

sandang,

papan,

kesehatan,

kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. d. Kelembagaan gerakan PKK Gerakan PKK dikelola oleh Tim Penggerak PKK yang dibentuk di : Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan. Hubungan kerja antara Tim Penggerak PKK Pusat dengan Daerah adalah bersifat Konsultatif dan Koordinatif dengan tetap memperhatikan jangkauan pemberdayaan kepada

hubungan hierarkis. Untuk mendekatkan

keluarga-keluarga secara langsung, dibentuk kelompok-kelompok PKK RW, RT dan kelompok Dasa Wisma. e. Criteria keanggotaan tim penggerak PKK Kriteria keanggotaan Tim Penggerak PKK adalah : o Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. o Dapat membaca dan menulis. o R e l a w a n. o Peduli terhadap upaya pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. o Bersifat perorangan dan tidak mewakili suatu organisasi, golongan, partai politik, o lembaga atau sektor. o Mempunyai waktu yang cukup. o Memiliki kemauan dan etos kerja yang tinggi.

f. Dewan penyantun tim penggerak PKK Untuk mendukung pelaksanaan program-program gerakan PKK, dibentuk Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK baik di Pusat maupun di Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Diketuai oleh Mendagri, Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan Kepala Desa/Lurah. Anggota : Pimpinan Instansi/Lembaga yang membidangi tugas tugas Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, para tokoh/pemuka

masyarakat, petugas lapangan Instansi dan Lembaga Kemasyarakatan yang ditetapkan dengan keputusan Dewan Penyantun. 2. Bidang keagamaan Peran penulis dalam bidang keagamaan adalah sebagai anggota Takmir masjid di desa karanganyar kecamatan kebonagung. Adapun tugas-tugas dari takmir masjid antara lain: a. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan kepada jamaah antara lain jamaah anak-anak, remaja dan orang dewasa dan amal kegiatan lain meliputi: 1) Baca tulis Alquran 2) Kursus-kursus ibadah (wudhu, mandi besar, tayamum, sholat dll) 3) Pendidikan tatacara ibadah dan muamalah b. Mengkoordinir pelaksanan majelis talim, pengajian umum, bapak-bapak, ibuibu, anak dan remaja c. Menyampaikan informasi kepada jamaah dan masyarakat luas tentang kegiatan/program yang disuse oleh pengurus takmir masjid d. Mendorong partisipasi jamaah untuk terlibat dalam kegiatan masjid.

B. Kerja Mandiri di Lembaga Pendidikan Nonformal Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar karena didukung oleh sejumlah fakta positif yaitu posisi geopolitik yang sangat strategis, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, kemajemukan sosial budaya, dan jumlah penduduk yang besar. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Namun demikian, untuk mewujudkan itu semua, kita masih menghadapi berbagai masalah nasional yang kompleks, yang tidak kunjung selesai. Misalnya aspek politik, di mana masalahnya mencakup kerancuan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, kelembagaan Negara yang tidak efektif, sistem kepartaian yang tidak mendukung, dan berkembangnya pragmatism politik. Lalu aspek ekonomi, masalahnya meliputi paradigm ekonomi yang tidak konsisten, struktur ekonomi dualistis, kebijakan fiskal yang belum mandiri, sistem keuangan dan perbankan yang tidak memihak, dan kebijakan perdagangan dan industri yang liberal. Dan aspek sosial budaya, masalah yang terjadi saat ini adalah memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan, memudarnya kohesi dan integrasi sosial, dan melemahnya mentalitas positif. Dari sejumlah fakta positif atas modal besar yang dimiliki bangsa Indonesia, jumlah penduduk yang besar menjadi modal yang paling penting karena kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat bergantung pada faktor manusianya (SDM). Masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya juga dapat diselesaikan dengan SDM. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi untuk menjadi Indonesia yang lebih maju diperlukan revitalisasi dan penguatan karakter SDM yang kuat.

Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun. Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan, melainkan bagaimana bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan SDM Indonesia secara berkelanjutan dan merata. Melihat kondisi sekarang dan akan datang, ketersediaan SDM yang berkarakter merupakan kebutuhan yang amat vital. Ini dilakukan untuk mempersiapkan tantangan global dan daya saing bangsa. Memang tidak mudah untuk menghasilkan SDM yang tertuang dalam UU tersebut. Persoalannya adalah hingga saat ini SDM Indonesia masih belum mencerminkan cita-cita pendidikan yang diharapkan. Misalnya untuk kasus-kasus aktual, masih banyak ditemukan siswa yang menyontek di kala sedang menghadapi ujian, bersikap malas, tawuran antar sesama siswa, melakukan pergaulan bebas, terlibat narkoba, dan lain-lain. Di sisi lain, ditemukan guru, pendidik yang senantiasa memberikan contoh-contoh baik ke siswanya, juga tidak kalah mentalnya. Misalnya guru tidak jarang melakukan kecurangan-kecurangan dalam sertifikasi dan dalam ujian nasional (UN). Kondisi ini terus terang sangat memilukan dan mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia yang telah merdeka sejak tahun 1945. Memang masalah ini

tidak dapat digeneralisir, namun setidaknya ini fakta yang tidak boleh diabaikan karena kita tidak menginginkan anak bangsa kita kelak menjadi manusia yang tidak bermoral sebagaimana saat ini sering kita melihat tayangan TV yang mempertontonkan berita-berita seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, korupsi, dan penculikan, yang dilakukan tidak hanya oleh orang-orang dewasa, tapi juga oleh anak-anak usia belasan.Mencermati hal ini, saya mencoba memberikan beberapa gagasan untuk penguatan mutu karakter SDM sehingga mampu membentuk pribadi yang kuat dan tangguh. Pembahasan ini akan mengacu pada peran pendidikan, terutama pendidik sebagai kunci keberhasilan implementasi pendidikan karakter di sekolah dan lingkungan baik keluarga maupun masyarakat. Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian. Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri.Memperhatikan ketiga jenis pendidikan di atas, ada kecenderungan bahwa pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal yang selama ini berjalan terpisah satu dengan yang lainnya. Mereka tidak saling mendukung untuk peningkatan pembentukan kepribadian peserta didik. Setiap lembaga pendidikan tersebut berjalan masingmasing sehingga yang terjadi sekarang adalah pembentukan pribadi peserta didik menjadi parsial, misalnya anak bersikap baik di rumah, namun ketika keluar rumah atau berada di sekolah ia melakukan perkelahian antarpelajar, memiliki ketertarikan bergaul dengan WTS atau melakukan perampokan. Sikap-sikap seperti ini merupakan bagian dari penyimpangan moralitas dan prilaku sosial pelajar. Oleh karena itu, ke depan dalam rangka membangun dan melakukan penguatan peserta didik perlu menyinergiskan ketiga komponen lembaga pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pendidik dan orangtua berkumpul bersama mencoba memahami gejala-gejala anak pada fase negatif, yang meliputi keinginan untuk menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada pertentangan sosial, ada kepekaan emosional, kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis, adanya perasaan malu yang berlebihan, dan kesukaan berkhayal (Mappiare dalam Suyanto dan Hisyam, 2000: 186-87). Dengan mempelajari gejala-gejala negatif yang dimiliki anak remaja pada umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat menyadari dan melakukan upaya perbaikan perlakuan sikap terhadap anak dalam proses pendidikan formal, non formal dan informal.

10

1. Peran guru di lembaga pendidikan nonformal Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengatahuan kepada anak didik. Guru sebagai pendidik atau pengajar merupakan factor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada criteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa signifikan posisi guru dalam dunia pendidikan. Guru dikatakan sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ( Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2) Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang professional, berbeda pekerjaannya dengan yang lain, karena ia merupakan suatu profesi, maka dibutuhkan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Tabrani Rusyan, 1990: 5). Dengan demikian guru adalah seseorang yang professional dan memiliki ilmu pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga orang tersebut mempunyai peningkatan dalam kualitas sumber daya manusianya. Tugas utama seorang guru adalah mengajar anak didiknya. Selain mengajar, guru juga mempunyai tugas-tugas lain sebagai berikut: a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.

11

b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memprkenalkan berbagai bidang keahlian, ketrampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat. d. Mengadakan evaluasi untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik. e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potnsinya. Sementara itu, menurut Oemar Hamalik (1980: 123-133), tugas dan tanggungjawab guru yaitu: 1. Guru harus menuntut murid-murid dalam belajar 2. Melakukan pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah) 3. Memberikan bimbingan kepada siswa 4. Melakukan diagnose atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar. 5. Menyelenggarakan penelitian Dalam tinjuan Uzer Usman ( 1992: 4), apabila dikelompokkan, tugas guru terdiri dari tiga jenis, yaitu tugas dalam bidang profesi, bidang kemasyarakatan, dan tugas kemanusiaan. a. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, meneruskan dan mengembangkan ilmu

12

pengetahuan dan teknologi, serta melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa. b. Tugas guru dalam kemasyarakatan tidaklah terbatas, guru pada hakekatnya merupakan komponen yang strategis yang memiliki peran sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan factor penting yag tidak mungkin digantikan oleh komponen maupun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontemporer ini. c. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi, guru disekolah harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus bisa menarik simpati para siswa sehingga menjadi idola para siswanya. Lebih lanjut Syaiful Bahri Jamarah (2000:39), yang mengutip pendapat Roestiyah, menyebutkan beberapa tugas guru sebagai berikut: a. Membentuk kecakapan kepribadian anak yang harmonis, sesuai dengan cita-cita dan dasar Negara kita pancasila. b. Menyiapkan anak didik menjadi warga Negara yang baik. c. Sebagi perantara dalam belajar d. Sebagai pembimbing e. Sebagai penegak disiplin f. Sebagai administrator dan manager g. Sebagai pemimpin h. Sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak. Dalam paparan yang diungkapakan oleh Muhibbin Syah (2000: 250-252), pada dasarnya peranan penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai

13

director of learning (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensi tugas dan tanggungjawab guru pun mrnjadi lebih kompleks dan berat. Perluasan tugas dan tanggungjawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Gagne, setiap guru berperan sebagai: a. Designer of instruction (perancang pengajaran) Fungsi guru sebagia designer of instruction menghendaki guru untuk senantias mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang behasil guna dan berdayaguna. Untuk merealisaskan fungsi tersebut, setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar. Rancangan tersebut setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut; 1. Memilih dan menentukan bahan pembelajaran 2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pembelajaran 3. Memilih metode penyajian bahan pembelajaran yang tepat 4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar. b. Manager of instruction (pengelola pengajaran)

14

Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses belajar mengajar. Diantara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik mungkin, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna. Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif. c. Evaluator of student learning(penilai prestasi siswa) Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegitan pembelajaran perbaikan. Sebaliknya, bila evaluasi tertentu menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai. Selanjutnya, informasi dan data akademik yang diperoleh guru dari kegiatan evaluasi seyogianya dijadikan umpan balik untuk melakukan penindaklanjutan proses belajar mengajar. Hasil kegiatan

15

evaluasi juga seyogianya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis, tetapi terus meningkat hingga mencapai puncak kinerja akademik yang sangat didambakan 2. Fungsi Guru di Lenbaga Pendidikan Nonformal. a. Sebagai pengajar Awal karier penulis sebagai pengajar di lembaga pendidikan nonformal berawal dari mengajar privat matematika anak kelas III SD yang penulis lakukan mulai awal semester 2 perkuliahan. Selanjutnya penulis banyak mendapatkan tawaran untuk mengajar privat mulai dari tingkat TK sampai SMP. Kebanyakan dari mereka menginginkan tidak hanya satu mata pelajaran. Dalam hal ini penulis harus bekerja keras untuk menguasai materimateri tersebut dan bahkan penulis perlu belajar lagi untuk mengajar tingkat SMP karena mengingat jurusan penulis adalah spesifik ke bahasa inggris. Dalam menyampaikan sejumlah materi pelajaran penulis (guru) diharapkan untuk menguasai materi pelajaran, metode, dan teknik evaluasi. Selain itu, guru sebagai sumber informasi dan sumber belajar harus selalu menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan. Berawal dari kegiatan tersebut, sekarang penulis bisa mendirikan lembaga pembelajaran dirumah secara kelompok maupun privat. Penulis juga melayani belajar privat dengan pembelajaran diadakan di rumah siswa tentunya dengan anggaran yang berbeda.

16

Walaupun penulis hanya berperan sebagai pendidik di lembaga nonformal, penulis juga harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut dalam melaksanakan pembelajaran: 1) Menyusun program pengajaran 2) Menetukan metode yang sesuai 3) Menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi 4) Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar 5) Menganalisa hasil evaluasi 6) Melaksanakan program perbaikan b. Sebagai pendidik Tugas guru sebagai pendidik adalah mengantarkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang cakap, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini tugas guru dalam pembentukan sikap, mental dan watak sangat dominan. Oleh karena itu guru harus memerhatikan peserta didik terutama pada sikap mental, tingkah laku, ketertiban dan kedisiplinan. c. Sebagai administrator Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar,tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Dalam hal ini, karena penulis mengelola lembaga pendidikan secara individu, penulis harus benarbenar teliti. Karena administrasi yang berkaitan dengan mencatat hasil belajar pembuatan alat peraga dan lain sebagainya merupakan dokumen berharga

17

yang merupakan bukti aktifitas dari lembaga penulis, yang nantinya bisa menjadi acuan untuk kelanjutan lembaga pendidikan yang penulis miliki.

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perbuatan, sikap, toleransi serta tingkah laku seorang guru mempunyai dampak positif dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru dilembaga pendidikan ataupun sebagai anggota dalam masyarakat, karena mempunyai tanggungjawab moral secara langsung di mata siswanya maupun dimata masyarakat dimana seorang guru bertugas. Maka seorang pendidik harus mampu tampil menjadi seorang figure teladan di masyarakat sekitarnya. Sebagai kesimpulan dalam laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja mandiri di desa karanganyar kecamatan kebonagung Di masyarakat mahasiswa berperan sebagai pendidik masyarakat, pendorong dan penggerak masyarakat untuk menyumbangkan pengetahuan dan kemampuannya serta memberikan pertolongan bagi yang

membutuhkan. Peran tersebut penulis wujudkan dalam aktif sebagai anggota tim penggerak PKK desa, dan aktif sebagai takmir masjid. 2. Kerja mandiri di lembaga pendidikan nonformal Seorang guru berperan sebagai perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai prestasi belajar siswa, pengarah belajar siswa, motor penggerak aktifitas belajar, pelaksana administrasi pendidikan. Sedangkan fungsi seorang guru adalah sebagai pengajar, sebagai pendidik, dan sebagai administrator.

19

Untuk mendukung keberhasilan para peserta didik yang optimal, penulis harus berusaha mengatur administrasi lembaga pendidikan yang penulis dirikan dengan lebih baik. Mulai dari bahan ajar, media, alat peraga dan hal lain yang berkaitan dengan kelangsungan belajar mengajar. B. Saran Untuk lebih mengoptimalkan peranan guru baik disekolah maupun di masyarakat, seorang guru harus mau meningkatkan keprofesionalannya sebagai guru melalui belajar mandiri, pelatihan atau melalui jenjnag pendidikan formal yang lebih tinggi agar wawasan, pengetahuan serta ketrampilan guru lebih berkembang dan dapat mengikuti perkembangan zaman.

20

DAFTAR PUSTAKA Syah Muhibbiri, 196, psikologi pendidikan,suatu pendekatan baru.Bandung, Remaja Rosda Karya. -------------, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Jakarta. Seputar PKK.com diakses 05 januari 2011.

http://www.scribd.com/doc/119053505/Teknik-Perawatan-Kompresor-Fan-danBlower

21

You might also like